digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari, menyanyi, berprosesi, berseni, berpuasa, bertapa, dan bersemedi.
54
Clifford Geertz memandang kebudayaan sebagai system simbol yang terdiri dari simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama,
yang dapat diindentifikasi, dan bersifat publik.
55
3. Hubungan Manusia, Simbol Budaya dan Religi
Sedemikian tak terpisahkannya hubungan antara manusia dengan kebudayaan, sampai disebut makhluk budaya. Kebudayaan sendiri terdiri
atas gagasan-gagasan, simbol-simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil karya dari tindakan manusia, sehingga tidaklah berlebihan jika ada ungkapan,
“Begitu eratnya kebudayaan manusia dengan simbol-simbol, sampai manusia pun disebut makhluk dengan simbol-simbol. Manusia berpikir,
berperasaan, dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis.” Setiap orang, dalam arti tertentu, membutuhkan sarana atau media
untuk berkomunikasi. Media ini terutama ada dalam bentuk-bentuk simbolis sebagai pembawa maupun pelaksana makna atau pesan yang
akan dikomunikasikan. Makna atau pesan sesuai dengan maksud pihak komunikator dan diharapkan ditangkap dengan baik oleh pihak lain.
Hanya perlu diingat bahwa simbol-simbol komunikasi tersebut adalah kontekstual dalam suatu masyarakat dan kebudayaannya.
54
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat, 1985, hlm. 240.
55
Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma,
Jakarta: Prenada Media Group, 2005, hlm.84
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dikatakan Geertz bahwa kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan
melaui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah sistem dari konsep-konsep yang diwariskan dan diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui
mana manusia berkomunikasi,mengekalkan dan memperkembangkan pengetahuan tentang kehidupan ini dan bersikap terhadap kehidupan
ini.
56
Nilai budaya lokal biasanya terealisasi dalam kondisi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebuah penelitian dari Nur Syam 2005
menegaskan bahwa tradisi keagamaan lokal terutama Islam merupakan buah dari proses sinkretis dan akulturatif. Artinya, sebuah tradisi lokal
akan senantiasa memberikan pengaruh terhadap ajaran keagamaan yang berkembang, sekaligus simbol-simbol keagamaan yang memberikan
pengaruh di masyarakat tersebut. Pengetahuan kebudayaan lebih dari suatu kumpulan simbol, baik
istilah-istilah takyat maupun jenis-jenis simbol lain. Semua simbol, baik kata-kata yang terucapkan, sebuah objek seperti sebuah bendera, suatu
gerak tubuh seperti melambaikan tangan, sebuah tempat seperti masjid atau gereja, atau suatu peristiwa seperti perkawinan, merupakan bagian-
bagian suatu sistem simbol. Simbol adalah objek atau peristiwa apa pun yang menunjuk pada sesuatu. Simbol itu meliputi apa pun yang dapat
dirasakan atau dialami.
56
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, hlm. 178.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Bahkan, kekuatan sebuah agama dalam menyangga nilai-nilai sosial, menurut Geertz 1992:57, terletak pada kemampuan simbol-
simbolnya untuk merumuskan sebuah dunia tempat nilai-nilai itu, dan juga, kekuatan-kekuatan yang melawan perwujudan nilai-nilai itu,
menjadi bahan-bahan dasarnya. Agama melukiskan kekuatan imajinasi manusia untuk membangun sebuah gambaran kenyataan.
4. Simbolik dan Pemahaman Pesan Komunikasi Ritual