Hasil Uji Prasyarat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

52 100 M, panjang langkah lari 25 M dan frekuensi langkah per detik lari 20 M berdistribusi normal. 2. Uji linearitas Uji linearitas merupakan uji prasyarat yang dilakukan sebelum melakukan analisis korelasi. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel secara signifikan mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Uji linearitas menggunakan bantuan SPSS 16.00 dengan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila nilai signifikansi, dapat dilihat pada linearity kurang dari 0,05. Signifikansi 0,05. a. Dari output dilampiran pengolahan data pada Means. Untuk hasil uji linearitas variabel panjang langkah lari 25 M dengan kemampuan lari sprint 100 M Y dapat dilihat pada output ANOVA Table Linearity kolom Sig. Dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada linearitas sebesar 0,021. Karena signifikansi kurang dari 0,05 0,021 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara panjang langkah lari 25 M dengan kemampuan lari sprint 100 M terdapat hubungan yang linear. b. Dari output dilampiran pengolahan data pada Means. Untuk hasil uji linearitas variabel frekuensi langkah per detik lari 20 M dengan kemampuan lari sprint 100 M Y dapat dilihat pada output ANOVA Table Linearity kolom Sig. Dapat diketahui bahwa nilai 53 signifikansi pada linearitas sebesar 0,002. Karena signifikansi kurang dari 0,05 0,002 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara frekuensi langkah per detik lari 20 M dengan kemampuan lari sprint 100 M terdapat hubungan yang linear. Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Linearitas No Variabel Kesimpulan 1. Y 0,021 0,05 Linear 2. Y 0,002 0,05 Linear

C. Analisis Data dan Uji Hipotesis

1. Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi menggunakan bantuan SPSS 16.0 dengan korelasi Pearson atau biasa disebut Product Moment. Analisis korelasi ini digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antar variabel. Hasil uji korelasi dapat dilihat dilampiran pengolahan data pada Correlations. Menurut Iqbal Hasan 2001: 233-234 bahwa, koefisien korelasi KK memiliki nilai antara -1 dan +1 -1 KK +1. Jika KK bernilai +1 atau -1, maka variabel menunjukkan korelasi positif atau negatif yang sempurna. Jika KK bernilai 0 nol, maka variabel-variabel tidak menunjukkan korelasi. Sedangkan pedoman untuk menentukan keeratan hubungan yaitu: KK = 0, tidak ada korelasi 54 0 KK 0,20, korelasi sangat rendah atau lemah sekali. 0,20 KK 0,40, korelasi rendah atau lemah tapi pasti. 0,40 KK 0,70, korelasi yang cukup berarti. 0,70 KK 0,90, korelasi yang tinggi atau kuat 0,90 KK 1,00, korelasi sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan. KK = 1, korelasi sempurna. Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Korelasi Hubungan antar Variabel Koofisien Korelasi . Y -0,796 . Y -0,553 .Y 0,821 a. Korelasi Panjang Langkah Lari 25 M dengan Kemampuan Sprint 100 M Dari tabel di atas dapat diketahui nilai korelasi Pearson antara variabel panjang langkah lari 25 M dengan kemampuan lari sprint 100 M sebesar -0,796. Hubungan korelasi dalam penelitan ini hasilnya korelasi negatif karena data inversi, artinya skor kecepatan lari semakin kecil skornya berarti semakin cepat, sehingga semakin kecilnya skor lari akan menggambarkan semakin cepatnya lari semakin bagus hasilnya sehingga estimasi besarnya skor panjang langkah lari 25 M akan diikuti semakin kecilnya skor kemampuan lari 100 M, yang berarti kemampuan lari cepatnya semakin bagus. Sedangkan keeratan hubungan termasuk kuat

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN KECEPATAN LARI SPRINT (100 METER) PADA PEMAIN SEPAKBOLA Hubungan Panjang Tungkai dan Berat Badan dengan Kecepatan Lari Sprint (100 meter) pada Pemain Sepakbola Di SSB Fortuna dan Persatuan Sepakbola Univers

2 43 11

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN KECEPATAN LARI SPRINT (100 METER) PADA PEMAIN SEPAKBOLA Hubungan Panjang Tungkai dan Berat Badan dengan Kecepatan Lari Sprint (100 meter) pada Pemain Sepakbola Di SSB Fortuna dan Persatuan Sepakbola Univers

0 2 19

PENINGKATAN HASIL BELAJAR LARI 100 METER MELALUI PENDEKATAN BERMAIN.

0 2 16

HUBUNGAN KEKUATAN DAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING TERHADAP KECEPATAN LARI HUBUNGAN KEKUATAN DAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER.

0 2 15

PENDAHULUAN HUBUNGAN KEKUATAN DAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER.

1 4 11

HUBUNGAN ANTARA WAKTU REAKSI, POWER TUNGKAI, DAN DAYA TAHAN KECEPATAN DENGAN KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER.

2 8 93

Pelatihan lari akselerasi lebih meningkatkan kecepatan lari 100 meter daripada pelatihan lari interval pada siswa SMA di Kabupaten Badung.

0 0 13

Pengaruh metode latihan dan panjang tungkai terhadap prestasi lari cepat 100 meter JOKO SAROSO2010

3 61 124

HUBUNGAN POWER TUNGKAI, PANJANG LANGKAH, DAN KECEPATAN 10 LANGKAH DENGAN HASIL LARI SPRINT 50 METER SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 1 MANISRENGGO, KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 101

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER

1 1 75