Bagaimana Hukum Ibu Memberikan ASI pada Anak

ELEMENTARY Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014 hanya saja satu masih terikat ikatan perkawinan sedang yang satu ikatan tersebut telah putus dan penggunaan kata تادلاولا memang hanya untuk menunjukkan ibu kandung.

2. Bagaimana Hukum Ibu Memberikan ASI pada Anak

Berdasarkan keterangan نهداوأ نعضري dalam Al-Qur`an, para mufassir berbeda pendapat dalam menentukan hukum ibu memberikan ASI kepada anak. Menurut Ar-Rāzi, ayat ini menjelaskan bahwa sekalipun menggunakan kalimat berita, tetapi memiliki makna imperatif kalimat perintah. Hal itu dapat disimpulkan dari dua sisi: a. Berdasarkan takdir ayat هبجوأ ىذلا ها مكح ى نهداوأ نعضري ت دلاولاو dalam hukum Allah yang mewajibkannya, tetapi hal itu dihapus oleh karena ayat tersebut sudah menunjukkan pada kewajiban itu. b. Makna نعضري sendiri aslinya adalah نعضرل dengan menggunakan lam amri lam perintah hanya saja hal itu dibuang untuk efektivitas agar mudah dipahami. Sementara itu, At-Thabari w. 310 H melihat bahwa dalam ayat ini Allah tidak mewajibkan ibu yang ditalak bain memberikan ASI pada anaknya, jika ia memiliki ayah yang mampu, hanya saja ibu lebih berhak memberikan ASI kepada anaknya dibanding orang lain. Berdasarkan irman Allah ىرخأ هل عضرتسف مرس اعت ناو . Ayat ini نلوح نهداوأ نعضري تادلاولاو نلماك menjadi batas dalam mengatasi perselisihan yang terjadi antara orang tua dalam menentukan masa menyusui anak, bukan sebagai dalil wajibnya seorang ibu yang ditalak menyusui anaknya. 23 Sedangkan ibn Kathir w. 774 H menyatakan bahwa ayat ini memberikan bimbingan atau anjuran agar para ibu dapat memberikan ASI pada anaknya. 24 Adapun menurut Marāghi w. 1945 M ayat ini mewajibkan bagi ibu baik masih berstatus istri atau sudah ditalak untuk menyusui anaknya. 25 Hamka pun sependapat bahwa ayat ini memberi petunjuk tentang kewajiban dan tanggung jawab seorang ibu untuk menyusui anaknya kecuali jika ada udzur yang menghalangi seperti sakit. 26 23 ath-Thabari, Jami` al-Bayān, 6. 24 ibn Katsir, Tafsir al-Qur`an al-`Adhim, 248. 25 al-Marāghi, Tafsir al-Marāghi, 185. 26 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta : Pustaka Panjimas, 2000, Juz II, 232. Fathiyaturrohmah Ayat-Ayat Tentang Peranan Ibu dalam Pendidikan Anak Para ulama juga berbeda pendapat dalam menentukan implikasi hukum ayat نهداوأ نعضري تادلاولاو apakah menyusui itu menjadi hak atau kewajiban seorang ibu? Menurut As-Sayis, karena ayat itu muhtamalah, sebagian ulama berpendapat bahwa ibu berkewajiban memberikan ASI pada anaknya berdasarkan dhahir ayat tersebut, di mana meskipun menggunakan bentuk khabar kalimat berita, dan bukan bentuk amar kalimat imperatif, namun dimaksudkan untuk mubalaghah memberikan penekanan makna. Imam Malik berpendapat bahwa seorang ibu wajib menyusui anaknya apabila ia berstatus sebagai istri bukan yang sudah ditalak atau ia pun wajib menyusui jika anak tidak mau menyusu kecuali kepada ibunya atau apabila ayah tidak ada. Dikecualikan oleh Imam Malik bagi wanita bangsawan syarifah berdasarkan kebiasaan ‘urf yang berlaku. Sementara jumhur ulama berpendapat bahwa menyusui itu adalah sunnah kecuali jika anak tidak mau menyusu dengan perempuan lain atau ayah tidak mampu mengupah ibu susu atau memang tidak didapatkan ibu susu, maka ibu wajib menyusui anaknya berdasarkan ayat ىرخأ هل عضرتسف مرس اعت ناو QS. ath-Thalak : 6 27 jumhur berargumen, disunnahkan ibu memberikan ASI kepada anaknya lebih dikarenakan ASI adalah makanan yang terbaik untuk anak, dan dengan pemberian ASI, maka kasih sayang ibu akan lebih tercurahkan pada anak. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI bagi bayi di bawah dua tahun sangat ditekankan dalam Al-Qur’an. Bahkan bila ibu terhalang untuk menyusui, baik karena faktor biologis maupun karena penyakit, maka sangat dianjurkan untuk menyusukan bayi kepada perempuan lain. Hanya saja dalam masyarakat Indonesia, menyusukan bayi kepada orang lain belum menjadi tradisi. Hal ini tentu saja berbeda dengan budaya bangsa Arab bangsawan yang biasa menyusukan anaknya pada perempuan lain, dan karena tradisi ini pula maka banyak di antara perempuan-perempuan desa saat itu yang memilih profesi sebagai ibu susu. Dengan pemberian ASI baik dari ibu kandung maupun ibu susu, diharapkan si anak akan memperoleh berbagai manfaat ASI, misalnya kebutuhan akan makanan yang bergizi, seorang yang mengasihi dan melindunginya serta lingkungan desa yang cocok, baik dari segi udara yang segar maupun dari segi bahasa yang fasih. 27 as-Sayis Tafsir Ayat al-Ahkām, 156-157. ELEMENTARY Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014

3. Masa Memberikan ASI