SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id
sebagai pemilik sebenarnya dari sumber daya air, karena hak eksploitasi sedikit saja bedanya dengan private ownership without responsibilities.
Hak guna usaha air akhirnya menjadi hak kebendaan property rights yang
mengalihkan hak menguasai negara kepada pemegangnya untuk menggunakan atau menyalahgunakannya.
6. Dr. A. Irman Putra Sidin, S.H., M.H.
Pendapat bahwa hukum adalah produk politik harus diubah menjadi hukum
sebagai produk pasar.
Hukum tunduk pada bandul yang digerakkan oleh pasar karena pasar membutuhkan hukum untuk melegalisasi kerja pasar yang semakin hari
bergerak massif tanpa batas.
Musuh utama pasar adalah konstitusi sebuah negara yang meniscayakan
kedaulatan ekonominya.
UUD 1945 memiliki konsep kepenguasaan negara terhadap sektor keekonomian yang dianggap strategis. Seluruh negara di dunia tidak
memiliki konsep kepenguasaan negara seperti Pasal 33 UUD 1945.
Tafsir konstitusional Pasal 33 UUD 1945 menjadi ancaman antagonis bagi
pasar. Tafsir konstitusional yang demikian adalah tafsir Mahkamah yang memperdalam makna kepenguasaan negara menurut Pasal 33 UUD 1945,
yaitu dimaknai rakyat secara kolektif dikonstruksikan oleh konstitusi memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan,
pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Mahkamah juga menafsirkan bahwa Pasal 33 UUD 1945 menghendaki
bahwa penguasaan negara demikian harus berdampak pada sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.
Setelah adanya penafsiran Pasal 33 yang demikian, maka keberadaan
Undang-Undang yang isinya hanya pengaturan sesungguhnya tak mencerminkan konsepsi kepenguasaan negara.
Undang-Undang tidak boleh serta-merta mengambil kesimpulan bahwa di
sektor ekonomi tertentu seperti sumber daya air, maka negara cukup melakukan pengaturan dan pengawasan saja.
Norma dalam UU Sumber Daya Air seharusnya mengonfirmasi bahwa pada
dasarnya dan keutamaannya adalah negara yang melakukan pengelolaan
Salinan putusan ini tidak untuk dan tidak dapat dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id
atas sumber daya air tersebut hingga di tingkat pengawasan. Norma Undang-Undang tidak diperkenankan untuk langsung menentukan peringkat
pelaksanaan konsepsi kepengurusan negara, dalam arti bahwa undang- undang menentukan dirinya sampai pada peringkat pengaturan saja,
mengingat negara belum mampu mengelola.
Meskipun secara realitas negara tak mampu mengelola, namun norma
undang-undang tetap harus menentukan bahwa pada dasarnya pengelolaan itu dilakukan langsung oleh negara, baru kemudian pada
tingkat implementasi, Undang-Undang mendelegasikan kepada pemerintah atau pranata negara lainnya.
Undang-Undang harus tetap mampu menuliskan secara tegas akan lima
variabel konsep kepenguasaan negara tersebut sebagai satu kesatuan konsep kepenguasaan negara, dimana negara mengelola langsung.
Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang
cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memerhatikan fungsi sosial lingkungan hidup
dan ekonomi secara selaras.
Konsiderans menimbang UU Sumber Daya Air tidak mengutamakan
konsepsi kepenguasaan negara, namun lebih mengarah kepada pengelolaan yang sifatnya horizontal.
Meski Pasal 6 ayat 1 UU Sumber Daya Air menyatakan bahwa sumber
daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, namun konsepsi kepenguasaan dalam UU SDA lebih
kepada eksistensi tentang pengaturan pengelolaan hak guna air, dimana pengelolaan hak guna air tersebut dalam kerangka demokratisasi ekonomi
alias terdapat eksistensi pasar yang harus diberikan karpet merah oleh negara.
Semangat kepenguasaan negara menurut UU Sumber Daya Air adalah
semata negara berwenang mengatur tentang pola pengelolaan mekanisme pengurusan kebijakan hingga penguasaan. Undang-Undang tersebut lebih
menekankan pengaturan akan manajemen pengelolaan hak guna air.
Undang-Undang tersebut melahirkan lebih dari 30 Peraturan Pemerintah
yang semakin menunjukkan bahwa paradigma kepenguasaan dalam Undang-Undang tersebut semata pada pengaturan.
Salinan putusan ini tidak untuk dan tidak dapat dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id
7. Salamuddin Daeng