Dr. Jangkung Handoyo Mulyo, M.Ec.

SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id  Undang-Undang a quo memberikan perlindungan yang signifikan terhadap kebutuhan pokok sehari-hari akan air, terutama pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta untuk kepentingan masyarakat petani kecil.  Undang-Undang a quo menyediakan ruang kepada masyarakat untuk melindungi dan mempertahankan haknya dalam berbagai hal terkait dengan pengelolaan sumber daya air.  Penyimpangan terhadap ketentuan Undang-Undang semestinya tidak tepat dijadikan dalil untuk mengatakan bahwa Undang-Undang -nya keliru.  Jiwa dan semangat UU Sumber Daya Air telah sejalan dengan UUD 1945.

3. Dr. Jangkung Handoyo Mulyo, M.Ec.

 Ketersediaan sumber daya air bersifat non substitutable.  Permintaan air secara global menunjukkan pertumbuhan signifikan seiring bertambahnya jumlah penduduk sehingga ketersediaan SDA secara fisik relatif terbatas.  Hasil studi FAO menunjukkan bahwa pengguna utama air adalah sektor pertanian 93 dan sisanya untuk keperluan industri 4 dan domestik 3.  Di Indonesia, produksi padi sebanyak 84,5 dihasilkan dari sawah irigasi. Maknanya air irigasi banyak dipergunakan untuk sektor pertanian. Untuk menghasilkan 1 kg beras diperlukan sekitar 3.000 sampai dengan 3.500 liter air.  Pada Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 terdapat dua frasa penting, yaitu “dikuasai oleh negara” dan “untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Sehingga dapat dilihat bahwa yang dimaksud adalah SDA adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian SDA dikuasai negara dan diarahkan untuk kemakmuran sebesar-besar rakyat. Hal demikian adalah filosofi politik pengelolaan SDA.  Ketidakseimbangan antara supply dan demand akan mempunyai implikasi SDA sering tidak tersedia pada tempat dan waktu yang tepat. Ketidakseimbangan demikian mengakibatkan perlunya pengelolaan SDA.  Terdapat beberapa cara pandang atau mazhab dalam melihat SDA, yaitu: ii pandangan bahwa air adalah barang privat. Air tidak berbeda dengan barang-barang ekonomi yang lain, sehingga air harus tunduk kepada hukum-hukum ekonomi. Salinan putusan ini tidak untuk dan tidak dapat dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id iii pandangan bahwa air adalah public good barang publik. Air seharusnya tidak diperlakukan sebagai komoditas privat yang dibeli, dijual, dan diperdagangkan untuk keuntungan. Air harus dimaknai sebagai warisan bersama sehingga menjadi tanggung jawab bersama. iv karakteristik berada di antara keduanya.  Secara ekonomi nilai SDA ditentukan oleh utility daya guna. Daya guna ditentukan oleh preferensi. Preferensi konsumen dapat diekspresikan dalam bentuk kesediaan seseorang atau konsumen untuk membayarkan sesuatu sehingga dia bisa mengonsumsi suatu barang atau jasa willingness to pay. Willingness to pay berkait dengan faktor kuantitas, waktu, ruang, kehandalan, dan mutu air.  Nilai ekonomi total pada dasarnya terdiri dari nilai guna dan nilai non guna. Nilai guna adalah nilai yang dikonsumsi, nilai recreational, nilai estetika, edukasi, dan seterusnya.  Prinsip dasar dalam menghitung biaya sumber daya air, menurut Rogers dkk, meliputi biaya operation and maintenance OM; biaya capital modal. Penjumlahan kedua biaya tersebut adalah full supply cost biaya pengadaan air.  Full supply cost ditambah opportunity cost dan economic externalities akan menjadi full economic cost.  Full economic cost biaya ekonomi total ditambah environmental externalities eksternalitas lingkungan akan menghasilkan angka full cost total biaya.  Biaya yang dibayarkan konsumen untuk SDA di Indonesia hanya sebagian dari biaya operating and maintenance-nya. Semua biaya investasi dan pembangunan infrastruktur untuk penyediaan SDA ditanggung oleh Pemerintah dan tidak diperhitungkan dalam penentuan biaya jasa air.  Hal demikian secara ekonomis atau finansial mengakibatkan negara rugi, namun dalam UU 72004 serta dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dikatakan bahwa SDA dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.  Dalam pengelolaan SDA negara mungkin secara finansial merugi, namun hal demikian adalah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Salinan putusan ini tidak untuk dan tidak dapat dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id  Tidaklah berdasar jika ada pandangan yang menyatakan bahwa UU 72004 dilandasi atau mengandung semangat komersialisasi SDA. Karena jika SDA dikomersialkan maka harusnya biaya jasanya sangat mahal. Lebih lanjut, karena willingness to pay tiap orang berbeda maka akan terjadi dominasi antara pihak yang willingness to pay-nya besar terhadap yang kecil.  Dalam kondisi tersebut PemerintahNegara harus berpihak untuk memberikan perlindungan bagi rakyat kecil sektor rumah tangga dan sektor pertanian. Hal demikian adalah diskriminasi positif dalam pemanfaatan SDA.  Bentuk diskriminasi positif ini dalam UU 72004 setidaknya ada dua, yaitu i pemberian skala prioritas bagi konsumen air; ii pembebasan biaya jasa dalam pengelolaan SDA. Ketentuan yang bersifat diskriminasi positif tersebut antara lain adalah Pasal 29 ayat 3 serta Pasal 80 ayat 1 dan ayat 2.  Ahli menyimpulkan bahwa, i rumusan substansi dalam materi UU 72004 sejalan dengan politik negara dalam pengelolaan SDA sebagaimana diatur dalam Pasal 33 UUD 1945; ii rumusan dan semangat UU 72004 tidak didasari semangat komersialisasi, melainkan memberikan keberpihakan dalam bentuk perlindungan, dalam bentuk skala prioritas, dan dalam bentuk pembebasan biaya jasa air dalam pemanfaatan SDA bagi masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu.  SDA yang digunakan untuk air kemasan adalah sangat kecil, baik pada takaran global maupun di Indonesia.  Ekonomi Pancasila salah satunya tercermin dalam Pasal 33 UUD 1945 yang mengatur bahwa bumi, air, dan kekayaan negara yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara. Artinya negara tetap harus yang berkuasa, memberikan izin, maupun melakukan pemantauan.

4. Raymond Valiant Ruritan, S.T., M.T.