SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id
Pasal 90, Pasal 91, dan Pasal 92 UU SDA mengatur gugatan masyarakat dan organisasi. Dengan adanya Pasal 90 maka seseorang
dapat mengajukan gugatan secara perwakilan, yaitu mewakili anggota masyarakat lainnya yang juga menderita kerugian. Adanya Pasal 91 UU
SDA pada dasarnya merupakan kewajiban bagi Pemerintah untuk secara aktif melindungi kepentingan masyarakat sehingga secara dini
dapat dihindarkan kerugian masyarakat yang lebih besar. Dengan demikian, Mahkamah berpendapat bahwa tidak ada alasan untuk
menyatakan Pasal 90, Pasal 91, dan Pasal 92 UU SDA bertentanganā€¯.
[2 .6 ]
Menimbang bahwa terkait denggan permohonan para Pemohon, Dewan Sumber Daya Air Nasional, yang diwakili Ketua Harian yaitu Menteri Pekerjaan
Umum Ir. Djoko Kirmanto, Dipl.HE., menyampaikan keterangan secara lisan pada persidangan 12 Februari 2014, dan memberikan keterangan lisan dan tertulis
bertanggal 12 Februari 2014 yang diterima pada tanggal 12 Februari 2014, pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
I. Umum
Air sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital dan mutlak dibutuhkan bagi kehidupan dan penghidupan
umat manusia sepanjang masa. Kedudukan air hingga kini belum dapat tergantikan fungsinya oleh zat dan unsur lain. Dengan demikian tidak ada yang
meragukan dan membantah bahwa air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Begitu pentingnya air bagi manusia, sehingga hak atas air merupakan hak asasi
manusia yang fundamental. Dengan pengelolaan sumber daya air yang baik, akan dapat memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam segala bidang. Untuk mendukung kondisi tersebut maka diperlukan konsep yang integratif dalam
mengelola sumber daya air. Untuk itu dalam mengelola sumber daya air harus berlandaskan pada pengelolaan secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan
lingkungan dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk kemakmuran rakyat dengan berdasar kepada asas
kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. Hal ini sudah sejalan
dengan amanah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Salinan putusan ini tidak untuk dan tidak dapat dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id
Fungsi air sebagai sumber pokok kehidupan masyarakat secara alami keberadaannya bersifat dinamis, mengalir ke tempat yang lebih rendah, tanpa
mengenal batas wilayah administrasi. Keberadaan air yang mengikuti siklus hidrologis sangat erat hubungannya dengan kondisi cuaca pada suatu daerah,
sehingga menyebabkan ketersediaan air tidak merata dalam setiap waktu dan setiap wilayah. Pada suatu waktu, air sangat belimpah, khususnya di musim hujan.
Namun sebaliknya di musim kemarau yang berkepanjangan, masyarakat sangat sulit mendapatkan air bersih. Di samping itu, sejalan dengan perkembangan
jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat telah mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelestarian sumber
daya air, dan meningkatnya daya rusak air, serta penurunan kualitas air. Dengan demikian sumber daya air yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan
lintas generasi, menuntut keterpaduan tindak yang utuh dari hulu sampai ke hilir dengan basis wilayah sungai, tanpa dipengaruhi oleh batas-batas wilayah
administrasi yang dilaluinya. Semakin jelas bahwa air merupakan unsur strategis nasional yang menjadi alat
untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Untuk mendukung kondisi tersebut, maka diperlukan instrumen hukum yang tegas, yang menjadi landasan bagi pengelolaan
sumber daya air. Selain itu, dengan berkembangnya tuntutan masyarakat akan pengakuan yang lebih nyata terhadap hak dasar manusia atas air serta adanya
perlindungan terhadap kepentingan pertanian rakyat dan masyarakat ekonomi lemah telah mendorong timbulnya paradigma baru dalam pengelolaan sumber
daya air, yaitu: 1. Pengelolaan secara menyeluruh dan terpadu.
2. Perlindungan terhadap hak dasar manusia atas air. 3. Keseimbangan antara pendayagunaan dengan konservasi.
4. Keseimbangan antara penanganan fisik dengan nonfisik. 5. Keterlibatan pihak yang berkepentingan di dalam pengelolaan sumber daya air
dalam spirit demokrasi dan pendekatan koordinasi. 6. Mengadopsi prinsip pembangunan berkelanjutan yang berlandaskan atas
keselarasan antara fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.
II. Kebutuhan Akan Wadah Koordinasi