PEMANFAATAN MUSEUM ISDIMAN AMBARAWA SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2014 2015

(1)

i

TERHADAP MINAT BELAJAR SEJARAH

SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBARAWA

TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Aninda Dratriarawati NIM. 3101411133

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat atau ahli yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 15 April 2015

Aninda Dratriarawati NIM. 310141133


(5)

Never put any limitation since you want to start something, but if you have done you know your limitation

_Tom Cruise_

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Alm. Bapak Sutimin dan Alm. Ibu Sarini, yang selalu mengiringi langkah kaki kecilku menggapai asa.

2. Ibu Suswatiningsih, ibu terhebatku. 3. Kakak-kakakku tersayang.

4. Sahabatku, Gita Widhaswara dan Julananda P.S. 5. Keluarga Kamboja, terima kasih untuk empat tahun

yang manis. 6. Almamaterku.


(6)

PRAKATA

P

uji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan

ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemanfaatan Museum Isdiman Ambarawa sebagai Sumber Pembelajaran terhadap Minat Belajar Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 1 Ambarawa Tahun Ajaran 2014/2015. Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Prodi Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Semarang.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan dan kesulitan dalam proses penyusunannya, namun dengan bimbingan dan masukkan yang diberikan oleh berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan selesainya penulisan skripsi ini maka perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin melakukan penelitian;

2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin penelitian;

3. Arif Purnomo, S.Pd., S.S, M.Pd., Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, yang telah memberi masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi;

4. Drs. IM Jimmy De Rosal, M.Pd., selaku pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi;


(7)

memberikan izin untuk melakukan penelitian;

7. Ibu Erta Kustanti, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Sejarah SMA Negeri 1 Ambarawa yang telah memberi bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian;

8. siswa-siswi SMA Negeri I Ambarawa yang telah membantu dalam penelitian ini;

9. Bapak, Ibu, serta keluarga besarku yang selalu mendukung dan tak lelah memberi doa;

10. teman-teman Pendidikan Sejarah 2011 dan Chivas yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini;

11. Devita, Desiana, Misna, Diana, Febti, Diayu, Refina, Arif, Anam, dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal atas kebaikan yang telah mereka berikan selama ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada masa sekarang maupun yang akan datang.

Semarang, April 2015


(8)

SARI

Dratriarawati, Aninda. 2015. Pemanfaatan Museum Isdiman Ambarawa sebagai Sumber Belajar terhadap Minat Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Drs. IM Jimmy De Rosal, M.Pd.

Kata Kunci: Minat Belajar, Pemanfaatan Museum, Sumber Belajar.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana minat belajar siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Ambarawa yang belajar menggunakan sumber belajar koleksi Museum Isdiman Ambarawa? 2) Bagaimana minat belajar siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Ambarawa yang belajar tidak menggunakan sumber belajar koleksi Museum Isdiman Ambarawa? 3) Adakah perbedaan minat belajar siswa antara kelas yang menggunakan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber belajar dengan kelas yang tidak menggunakan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber belajar? Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan minat belajar siswa antara kelas yang menggunakan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber belajar dengan kelas yang tidak menggunakan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA NEGERI 1 Ambarawa Ambarawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan desain Pretes-Posttest Control Group Design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI IIS 1 sebagai kelas kontrol dan siswa kelas XI IIS 3 adalah kelas eksperimen. Varibel dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber belajar sejarah, sedangkan variable y penelitian ini adalah minat belajar siswa. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan berupa metode angket dan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.

Rata-rata minat belajar siswa pada kelas kontrol sebesar 77%, sedangkan rata-rata minat belajar siswa kelas eksperimen sebesar 85% dan termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan perhitungan uji t diperoleh thitung = 5,153. Untuk α =

5% dan dk = 28 + 28 - 2 = 54, sedangkan ttabel = 1,67. Karena thitung t (0,95)(60)

maka H0 ditolak yang artinya adanya perbedaan minat belajar antara kelas kontrol

dengan kelas eksperimen.

Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan minat belajar sejarah antara kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber belajar dengan kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan khusus. Model pembelajaran dengan melakukan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah hendaknya diterapkan oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran sejarah sehingga siswa tidak merasa jenuh dan termotivasi untuk lebih giat belajar sejarah.


(9)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Istilah . ... 10

BAB II LANDASAN TEORI, DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori ... 15

1.Pengertia Belajar ... 15


(10)

3.Pengertian Pembelajaran Sejarah ... 19

4.Pengertian Sumber belajar ... 21

5.Pengertian Museum ... 25

6. Museum Isdiman palagan Ambarawa ... 29

7. Pengertian Minat Belajar... 31

8.Penelitian Eksperimen ... 35

B. Kerangka Berpikir ... 36

C. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 39

B. Pelaksanaan Penelitian ... 42

C. Tahap Penelitian ... 43

D. Populasi dan Sampel ... 44

1. Populasi Penelitian ... 44

2. Sampel Penelitian ... 45

3. Variabel Penelitian ... 46

4. Tehnik Pengumpulan Data ... 48

E. Analisa hasil Uji Coba Instrumen ... 50

F. Metode Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58


(11)

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 85


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Sumber Belajar ... 24

Tabel 3.1 Desain Penelitian Eksperimen ... 42

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas XI SMA NEGERI 1 Ambarawa ... 46

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Minat Belajar ... 50

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validitas Angket ... 52

Tabel 4.1 Gambaran Umum uji Minat Awal ... 65

Tabel 4.2 Presentase Data Awal Minat Siswa Kelas Eksperimen ... 65

Tabel 4.3 Presentase hasil Uji Minat Awal Siswa Kelas kontrol ... 66

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Uji Minat Awal ... 67

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Uji Minat Awal ... 68

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Dua Rata-rata Uji Minat Awal ... 68

Tabel 4.7 Gambaran Umum hasil Uji Minat Akhir ... 70

Tabel 4.8 Presentase Hasil Uji Minat Akhir Kelas Eksperimen ... 70

Tabel 4.9 Presentase Hasil Uji Minat Akhir Kelas Kontrol ... 71

Tabel 4.10 Hasil Normalitas Uji Minat akhir... 72

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Uji MinatAkhir ... 73

Tabel 4.12 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Uji Minat Akhir ... 73


(13)

Diagram 4.2. Data Uji Minat Awal Kelas Kontrol ... 67 Diagram 4.3 Data Uji Minat Akhir Kelas Eksperimen ... 71 Diagram 4.4 Data Uji Minat Akhir Kelas Kontrol ... 72


(14)

DAFTAR BAGAN


(15)

Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen ... 99

Lampiran 3. RPP Kelas Kontrol... 105

Lampiran 4. Materi Pembelajaran ... 110

Lampiran 5. Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 119

Lampiran 6. Soal Ujicoba Angket Penelitian ... 120

Lampiran 7. Angket Kelas Eksperimen ... 123

Lampiran 8. Angket Kelas Kontrol ... 126

Lampiran 9. Daftar Nama Kelas Eksperimen ... 129

Lampiran 10. Daftar Nama Kelas Kontrol ... 130

Lampiran 11. Tabel Perhitungan Validitas ... 131

Lampiran 12. Perhitungan Validitas Soal ... 133

Lampiran 13. Perhitungan Reliabilitas Soal... 134

Lampiran 14. Analisa Butir Instrumen Uji Minat Awal Kelas Eksperimen .... 135

Lampiran 15. Analisa Butir Instrumen Uji Minat Awal Kelas Kontrol ... 137

Lampiran 16. Data Hasil Minat Belajar Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol 138 Lampiran 17. Uji Normalitas Data Minat awal Kelas Eksperimen ... 139

Lampiran 18. Uji Normalitas Data Minat awal Kelas Kontrol ... 140

Lampiran 19. Uji Kesamaan Dua Varian Data Minat Awal ... 141

Lampiran 20. Uji Perbedaaan Dua Rata – Rata Data Minat Awal... 142 Lampiran 21.Data Hasil Minat Belajar Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol 143


(16)

Lampiran 22. Uji Normalitas Data Minat akhir Kelas Eksperimen ... 144

Lampiran 23. Uji Normalitas Data Minat akhir Kelas Kontrol ... 145

Lampiran 24. Uji Kesamaan Dua Varian Data Minat Akhir ... 146

Lampiran 25. Uji Perbedaaan Dua Rata-rata Data Minat Akhir ... 147

Lampiran 26. Foto Penelitian ... 149


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sejarah merupakan suatu proses internalisasi nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan kesejarahan dari serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Sejarah adalah ilmu tentang asal usul dan perkembangan masyarakat dan bangsa yang berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa pada masa kini (Lampiran Permendiknas No. 54 Tahun 2013). Masih banyak Sekolah Menengah Atas (SMA) yang masih menitikberatkan pada pembelajaran konvensional dalam mengantarkan pelajaran sejarah. Aktivitas siswa dalam pembelajar-an sejarah masih terbatas. Selain itu, orientasi pembelajarpembelajar-an masih terpusat pada guru dan pembelajaran hanya bersifat satu arah saja. Guru menjadi subjek yang sentral dalam proses pembelajaran. Materi sejarah dianggap kurang begitu menarik karena sejarah terjadi masa lalu dan tidak bermakna. Siswa merasa jenuh karena tidak ada inovasi dalam pembelajaran sejarah. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah.

Sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang tidak kalah penting untuk dipelajari oleh siswa dalam semua tingkatan sekolah. Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan manusia pada masa lampau


(18)

2

baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya. Selain itu dengan belajar sejarah orang akan menjadi lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pelajaran sejarah sangat penting diajarkan kepada siswa untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kepada bangsa Indonesia maupun menghargai jasa para pahlawan bangsa.

W.M. Gregory (dalam Sulaiman 1981: 219) menilai pendidikan di sekolah dewasa ini terlalu terpisah dari pengalaman dasar kehidupan modern (proses pembelajaran masih bersifat verbalistik). Dalam arti sekolah terlalu sedikit memberi kesempatan adanya persepsi kesadaran, penyelidikaan, dan pengalaman yang sesungguhnya. Siswa memerlukan pengalaman dengan benda-benda yang sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Pengajaran sejarah memiliki tujuan tertentu seperti tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, yaitu (1) membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; (2) melatih daya kritis siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan

didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; (3) menumbuhkan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap peninggalan

sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; (4) menumbuhkan pemahaman siswa terhadap proses tumbuhnya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang; (5) menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa


(19)

bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional maupun internasional. Dari tujuan di atas terlihat bahwa sejarah sangat penting untuk diajarkan di sekolah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis dari siswa.

Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 10 Januari 2015, SMA Negeri 1 Ambarawa merupakan salah satu dari beberapa sekolah yang berada di Kabupaten Semarang. Masalah pertama yang ditemukan pada pembelajaran adalah masalah yang berhubungan dengan guru sebagai salah satu sumber dalam pembelajan. Di SMA ini pembelajaran yang dilakukan cenderung kurang memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar mereka. Padahal materi sejarah yang diajarkan di kelas XI IIS lebih banyak dibanding dengan program lainnya seperti IPA dan Bahasa. Selain itu, di beberapa kelas pelajaran sejarah berlangsung pada jam pelajaran yang terakhir, sehingga apabila pembelajaran dilakukan menggunakan metode ceramah tanpa variasi yang lain akan membuat siswa merasa bosan dan kurang fokus dalam mengikuti proses


(20)

4

pembelajaran. Siswa hanya diminta diam di tempat untuk mendengarkan penjelasan materi selama pembelajaran.

Metode ceramah juga membuat siswa kurang memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru yang mengajar. Hal ini dapat dilihat pada saat guru menerangkan materi. Dari keseluruhan siswa yang berada di dalam kelas, hanya separuh yang mengikuti dan memperhatikan pelajaran seutuhnya. Sedangkan separuh siswa yang lain sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang berbicara dengan temannya, ada juga yang hanya mendengarkan tanpa benar-benar memperhatikan pelajaran.

Widja (1989: 61) menjelaskan bahwa sekali peristiwa sejarah itu terjadi maka peristiwa itu akan lenyap, yang tertinggal hanyalah jejak-jejak (bekas-bekas) dari peristiwa yang kemudian dijadikan sumber dalam menyusun sejarah yang sering disebut peninggalan sejarah. Dalam pengajaran sejarah, untuk membantu siswa lebih memahami suatu peristiwa dengan lebih baik dan lebih menarik, tentu saja peninggalan sejarah itu akan membantu guru sejarah dalam tugasnya yang mana hal ini bisa dimengerti karena melalui jejak-jejak itu siswa akan mudah memvisualisasikan peristiwanya.

Untuk mengenalkan dan melestarikan peristiwa, peninggalan sejarah, dan museum peringatan peristiwa bersejarah yang ada di Ambarawa, sekiranya lawatan sejarah perlu dilakukan di samping itu juga merupakan pembelajaran sejarah yaitu dengen mengajak langsung siswa ke lapangan untuk beraktivitas lebih dekat dan secara langsung dalam


(21)

mengkaji sumber belajar. Selain untuk menumbuhkan kebanggan dan kepedulian terhadap daerah mereka, juga untuk meningkatkan minat belajar siswa.

Menurut informasi yang diberikan oleh guru sejarah SMA Negeri 1 Ambarawa pada tanggal 10 Januari 2015, pembelajaran sejarah juga cenderung kurang melibatkan potensi dan peran siswa sehingga pembelajaran cenderung monoton dan searah. Di SMA Negeri 1 Ambarawa siswa kebanyakan hanya mengandalkan buku teks pelajaran sebagai sumber belajar sehingga akan sulit untuk mencari rujukan dari sumber lain. Selain itu guru cenderung hanya menggunakan power point sebagai media untuk pembelajaran sehingga media terbatas hanya pada isi dari power point. Dari beberapa permasalahan di atas menyebabkan pembelajaran yang selama ini berlangsung masih rendah tingkat keberhasilanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar. Ada kemungkinan ketidaktertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah lebih pada tema-tema sejarah nasional yang kurang menyentuh rasa kedaerahan mereka, sehingga rasa keterlibatan dan emosionalnya tidak terbentuk secara alami. Oleh karena itu, salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran sejarah adalah menciptakan pola pembelajaran sejarah yang terkait dengan situasi lingkungannya.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut perlu diterapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar sejarah


(22)

6

siswa SMA Negeri 1 Ambarawa. Salah satu yang dapat dilakukan adalah menggunakan berbagai peninggalan sejarah yang ada di Ambarawa sebagai sumber pembelajaran, misalnya Museum Isdiman Ambarawa yang berisi berbagai peninggalan peristiwa Pertempuran Ambarawa. Museum ini sangat relevan bila digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah karena berkaitan langsung dengan pokok bahasan perjuangan mempertahankan kemerdekaan, khususnya peristiwa pertempuran Isdiman Ambarawa. Selain itu para siswa juga memiliki keterikatan emosional karena terkait dengan lingkungan tinggal mereka yaitu kota Ambarawa.

Museum Isdiman-Monumen Palagan Ambarawa didirikan pada 15 Desember 1973 dan diresmikan pada 15 Desember 1974 oleh Presiden RI kedua yakni Presiden Soeharto. Museum Isdiman didirikan untuk mengenang pertempuran yang terjadi di Ambarawa melawan sekutu. Pada peristiwa yang heroik tersebut gugur Let. Kol. Isdiman yang diberondong oleh sekutu pada saat serah terima jabatan di SD Tempuran (Jambu), tak jauh dari kota Ambarawa. Jalannya pertempuran dipimpin langsung oleh Kol. Sudirman dengan siasat Supit Urang mulai tanggal 20 November 1945-15 Desember 1945, sehingga setiap 15 Desember dijadikan hari Infanteri. Koleksi yang ada di museum ini adalah pakaian sejumlah 5 set, senjata 25 jenis, lukisan-lukisan dan maket teknik supit urang, 1 pesawat, 1 kereta, 1 tank, 2 truk, dan meriam. Sedangkan koleksi utama dari museum ini berupa senjata dan pakaian yang digunakan dalam pertempuran di Palangan Ambarawa.


(23)

Melalui penggunaan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber pembelajaran, diharapkan proses pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan dan nantinya akan mempengaruhi minat belajar siswa. Kegiatan ini akan membantu siswa dalam mempelajari dan mengamati peninggalan sejarah secara langsung sehingga pembelajaran sejarah menjadi lebih berkesan, siswa mudah memahami tentang peristiwa sejarah, dan siswa dapat melihat bukti-bukti nyata peninggalan sejarah yang telah mereka peroleh dari pembelajaran di kelas.

Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Museum Isdiman Ambarawa sebagai Sumber Belajar terhadap Minat Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 1

Ambarawa Tahun Ajaran 2014 / 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalah dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana minat belajar siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Ambarawa yang belajar menggunakan sumber belajar koleksi Museum Isdiman Ambarawa?

2. Bagaimana minat belajar siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Ambarawa yang belajar tidak menggunakan sumber belajar koleksi Museum Isdiman Ambarawa?


(24)

8

3. Adakah perbedaan minat belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa yang menggunakan Museum Isdiman sebagai sumber pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui minat belajar siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Ambarawa yang belajar menggunakan sumber belajar koleksi Museum Isdiman Ambarawa;

2. untuk mengetahui minat belajar siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Ambarawa yang belajar tidak menggunakan sumber belajar koleksi Museum Isdiman Ambarawa;

3. untuk mengetahui perbedaan minat belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa yang menggunakan Museum Isdiman sebagai sumber pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang adanya pengaruh penggunaan Museum Isdiman Ambarawa terhadap minat belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa tahun ajaran 2014/2015. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikam manfaat secara teoritis maupun secara praktis yaitu:


(25)

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang peningkatan minat belajar dengan penggunaan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber pembelajaran Sejarah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi oleh peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang informasi kepada guru dalam rangka memperbaiki proses kegiatan pembelajaran sejarah yang menjadi tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti sebagai landasan pemikiran sekaligus sebagai masukan baru pada penelitian selanjutnya.

c. Bagi siswa

Membantu siswa dalam penyerapan materi pelajaran sejarah yang dianggap menjenuhkan menjadi suatu mata pelajaran yang asik, sehingga proses pemahaman terhadap materi sejarah yang disampaikan akan lebih mudah terserap dan dipahami oleh siswa. d. Bagi sekolah


(26)

10

Meningkatkan kualitas pengajaran sejarah di sekolah tersebut. Serta memberikan sumbangan yang positif bagi sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.

e. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada pembaca tentang pengaruh penggunaan museum sebagai sumber pembelajaran terahadap minat belajar mata pelajaran sejarah.

E. Batasan Istilah

Penegasan istilah sangat penting artinya karena berfungsi untuk memberi batasan ruang lingkup dan ini merupakan usaha peneliti dengan pembaca atau pihak-pihak yang terkait agar tidak terjadi kesalahpahaman. Dalam penelitian ini yang perlu mendapat penegasan istilah adalah:

1. Museum

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Sedangkan menurut Intenasional Council of Museum (ICOM) (dalam Akbar 2010: 2). museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak


(27)

mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.

Museum Isdiman-Monumen Palagan Ambarawa didirikan pada 15 Desember 1973 dan diresmikan pada 15 Desember 1974 oleh Presiden RI yang kedua yakni Presiden Soeharto. Museum Isdiman didirikan untuk mengenang pertempuran yang terjadi di Ambarawa melawan sekutu. Pada peristiwa yang heroik tersebut gugur Let.Kol Isdiman yang diberondong oleh sekutu pada saat serah terima jabatan di SD Tempuran (Jambu), tak jauh dari kota Ambarawa. Jalannya pertempuran dipimpin langsung oleh Kol. Sudirman dengan siasat Supit Urang mulai tanggal 20 November 1945-15 Desember 1945, sehingga setiap tanggal 15 Desember dijadikan hari Infanteri. Koleksi yang ada di museum ini adalah pakaian sejumlah 5 set, senjata 25 jenis, lukisan-lukisan dan maket teknik supit urang, 1 pesawat, 1 kereta, 1 tank, 2 truk, dan meriam. Sedangkan koleksi utama dari museum ini berupa senjata dan pakaian yang digunakan dalam pertempuran di Palangan Ambarawa.

2. Minat

Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat mendorong manusia mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung memberikan perhatian atau merasa senang


(28)

12

yang lebih besar kepada objek tersebut. Namun, apabila objek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka orang itu tidak akan memiliki minat atas objek tersebut. Oleh karena itu, tinggi rendahnya perhatian atau rasa senang seseorang terhadap objek dipengaruhi oleh tinggi rendahnya minat seseorang tersebut.

Minat diartikan sebagai suatu rasa lebih suka atau rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan dunia luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya (Slameto 2013: 180).

3. Belajar

Gagne dan Berliner dalam Catharina (2006: 2) menyatakan bahwa balajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Catharina (2006: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Pengertian belajar menurut Slameto (2013: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut paradigma behavioristik, belajar merupakan tranmisi pengetahuan dari expert ke novice. Berdasarkan konsep ini, peran


(29)

guru adalah menyediakan dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.

4. Sumber pembelajaran

Sumber belajar dalam pengertian sempit dirtikan sebagai semua sarana pengajaran yang menyajikan pesan secara edukatif baik visual saja maupun audiovisual, misalnya buku-buku dan bahan tercetak lainnya (Sudjana,2009:76). Pengertian ini masih banyak disepakati oleh guru dewasa ini. Misalnya, dalam program pengajaran yang biasa disusun oleh para guru, kompenen sumber belajar pada umumnya akan diisi dengan buku teks atau buku wajib yang dianjurkan. AECT (Association of Education and Communication Technology) (Warsita,2008:209) mendefinisikan sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.


(30)

14

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Menurut pendapat Slameto (2013 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan sebagai hasil pengolahan individu itu sendiri dalam interaksi lingkungan.

Gagne dan Berliner dalam Catharina (2006: 2) menyatakan bahwa balajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Catharina (2006: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia da ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Sehingga dapat dinilai bahwa belajar memegang peranan penting di dalam


(31)

perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.

Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa tersebut memperoleh kemudahan (Rifa’i 2009: 191). Pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa berperilaku, memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Sedangkan menurut Hamalik (2010) menyatakan pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga dapat diartikan proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa.

Berdasarkan pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif),


(32)

16

keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif). Slameto (2003: 27), menyatakan prinsip-prinsip belajar antara lain:

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuan dan belajar dengan efektif. 4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya b. Sesuai hakikat belajar

1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya

2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery

3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.


(33)

2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

d. Syarat keberhasilan belajar

1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

2. Teori-teori Belajar

Teori belajar Gestalt dalam Slameto (2013: 9), yaitu teori yang menyatakan bahwa dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut.

a. Behavioristik

Usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan stimulus dengan tingkah laku si pembelajar.

b. Kognitif

Cara guru memberikan kesempatan kepada pelajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari.


(34)

18

Memberikan kebebasan pada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, karena pembelajaran harus memenuhi ciri-ciri yaitu (1) pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis; (2) pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar; (3) pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa; (4) pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.

Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa karena belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Sehingga dapat dinilai bahwa belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.

3. Pengertian Pembelajaran Sejarah

Menurut Suprayogi (2007: 39) sejarah merupakan ilmu yang mempelajari umat manusia pada masa lampau di berbagai tempat atau jenis lingkungan dengan berbagai corak politik, sosial, budaya dan perekonomian juga mempelajari mata rantai kehidupan yang satu


(35)

dengan yang lain serta hubungan masa silam dengan masa sekarang serta masa yang akan datang. Konsep-konsepnya antara lain: perubahan, konflik, revolusi, kebangsaan, peradaban, eksplorasi, dan kemencengan sejarah.

Sejarah sebagi ilmu dapat berkembang berbagai cara (1) perkembangan dalam filsafat; (2) perkembangan dalam teori sejarah; (3) perkembangan dalam ilmu-ilmu lain; dan (4) perkembangan dalam metode sejarah (Kuntowijoyo 1995: 20). Sehingga perkembangan dalam sejarah selalu responsif terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi.

Menurut Widja (1989: 23) pembelajaran Sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat hubunganya dengan masa kini. Pelajaran sejarah merupakan salah satu unsur dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi pelajaran sejarah merupakan media inspirasi terhadap hubungan antar bangsa sehingga siswa memahami bahwa ia merupakan bagian dari masyarakat negara dan dunia.

Dalam pembelajaran sejarah selain mampu meningkatkan aspek kognitif siswa, juga membentuk siswa yang demokratis, bijaksana, dan dipersiapkan menjadi warga negara yang baik. Untuk itu peran guru dalam pembelajaran sejarah salah satunya meningkatkan motivasi siswa agar siswa tertarik dan aktif dalam pembelajaran sejarah. Guru sejarah hendaknya menyajikan materi dengan model yang bervariasi dan dibantu


(36)

20

dengan media yang tepat sehingga pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Sejarah dalam suatu proses pembelajaran merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dipelajari oleh siswa dalam semua tingkatan sekolah. Pelajaran sejarah sangat penting diajarkan kepada siswa untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kepada bangsa Indonesia maupun untuk menunjukkan penghargaan terhadap jasa para pahlawan bangsa.

4. Pengertian Sumber Pembelajaran

Sumber belajar dalam pengertian sempit dirtikan sebagai semua sarana pengajaran yang menyajikan pesan secara edukatif baik visual saja maupun audiovisual, misalnya buku-buku dan bahan tercetak lainnya (Sudjana,2009:76). Pengertian ini masih banyak disepakati oleh guru dewasa ini. Misalnya, dalam program pengajaran yang biasa disusun oleh para guru, kompenen sumber belajar pada umumnya akan diisi dengan buku teks atau buku wajib yang dianjurkan. AECT (Association of Education and Communication Technology) (Warsita,2008:209) mendefinisikan sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Sumber belajar menurut AECT dibedakan menjadi enam jenis , yaitu:


(37)

a. Pesan (massage), yaitu informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data. Contoh: isi bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan formal, dan non formal maupun dalam pendidikan informal.

b. Orang (person), yaitu manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengelolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, tutor, siswa, pemain, pembicara, instruktur dan penatar. c. Bahan (material), yaitu sesuatu ujud tertentu yang mengandung pesan atau ajaran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media atau software atau perangkat lunak. Contoh: buku, modul, majalah, bahan pengajaran terprogram, transparansi, film, video tape, pita audio (kaset audio), filmstrip, microfiche dan sebagainya.

c. Alat (Divice), yaitu suatu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Alat ini disebut hardware atau perangkat keras. Contoh: proyektor slide, proyektor film, proyektor filmstrip, proyektor overhead (OHP), monitor televisi, monitor komputer, kaset, dan lain-lain.

d. Tehnik (Technique), dalam hal ini tehnik diartikan sebagai prosedur yang runtut atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan peralatan, orang dan lingkungan belajar secara terkombinasi dan terkoordinasi untuk menyampaikan ajaran atau


(38)

22

materi pelajaran. Contoh: belajar mandiri, belajar jarak jauh, belajar secara kelompok, simulasi, diskusi, ceramah, problem solving, tanya jawab dan sebagainya.

e. Lingkungan (setting), yaitu situasi di sekitar proses belajar-mengajar terjadi. Latar atau lingkungan ini dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik seperti gedung, sekolah, perpustakaan, laboratorium, rumah, studio, ruang rapat, musium, taman dan sebagainya. Sedangkan lingkungan non fisik contohnya adalah tatanan ruang belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan lingkungan belajar, cuaca dan sebagainya.

Sumber belajar dalam pengertian luas adalah pengalaman hidup. Sumber belajar dalam pengertian ini menjadi sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri, karena segala sesuatu yang dialami peserta didik dianggap sebagai sumber belajar, sepanjang hal itu memberi pengalaman yang menyebabkan mereka belajar.

a. Ciri-ciri Sumber Belajar

Sumber belajar mempunyai empat ciri pokok, yaitu:

1) Sumber belajar mempunyai daya atau kekuatan yang dapat memberikan sesuatu yang kita perlukan dalam proses pengajaran. Jadi, walaupun sesuatu daya, tetapi tidak memberikan sesuatu yang kita inginkan, sesuai dengan tujuan pengajaran, maka sesuatu daya tersebut tidak dapat disebut sebagai sumber belajar.


(39)

2) Sumber belajar dapat merubah tingkah laku yang lebih sempurna, sesuai dengan tujuan. Apabila dengan sumber belajar malah membuat seseorang berbuat dan bersifat negatif maka sumber belajar tersebut tidak dapat disebut sebagai sumber belajar. Misalnya setelah seseorang menonton film, ada isi/pesan fim tersebut mempunyai dampak negatif terhadap dirinya maka film tersebut bukanlah sumber belajar.

3) Sumber belajar dapat dipergunakan secara sendiri-sendiri (terpisah), tetapi tidak dapat digunakan secara kombinasi (gabungan). Misalnya sumber belajar material dapat dikombinasi denga devices dan strategi (motode). Sumber belajar modul dapat berdiri sendiri.

4) Sumber belajar secara bentuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang dirancang (by designed), dan sumber belajar yang tinggal pakai (by utilization). Sumber belajar yang dirancang adalah sesuatu yang memang dari semula dirancang untuk keperluan belajar. Sedangkan sumber belajar yang tinggal pakai sesuatu yang pada mulanya tidak dimaksudkan untuk kepentingan belajar, tetapi kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan belajar. Ciri utama sumber belajar yang tinggal pakai adalah tidak terorganisir dalam bentuk isi yang sistematis, tidak memiliki tujuan pembelajarn yang ekspilit, hanya dipergunakan menurut tujuan tertentu dan bersifat insidental, dan dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan pembelajaran yang relevan dengan sumber belajar tersebut.


(40)

24

b. Klasifikasi Sumber Belajar Secara lebih jelas berikut klasifikasi jenis-jenis sumber belajar.

Tabel 2.1 Klasifikasi sumber belajar

Jenis Sumber Belajar

Pengertian Contoh

Dirancang Dimanfaatkan Pesan

(Masssage)

Informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk ide, fakta, pengertian data. Bahan-bahan pelajaran Cerita rakyat, dongeng, nasihat Manusia (People)

Orang yang menyimpan informasi atau

menyalurkan informasi. Tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar. Guru, aktor, siswa, pembicara, pemain. Tidak termasuk teknisi ilmu kurikulum Narasumber, pemuka masyarakat, pimpinan kantor, responden Bahan (materials)

Sesuatu, bisa disebut media/ software yang mengandug pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat. Transparansi, film, slides, tape, buku, gambar dan lain-lain. Rellef, candi, arca, peralatan tehnik Peralatan (device)

Sesuatu, bisa disebut media/ hardware yang menyalurkan pesan untuk disajikan yang ada di dalam software

OHP, proyektor, slides, film, TV, kamera, papan tulis

Generator, mesin. Alat alat, mobil.

Tehnik/ Metode (technique)

Prosedur yang disiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk

Ceramah, Diskusi, sosiodrama, simulasi, kuliah, Permainan, sarasehan, percakapan biasa/ spontan


(41)

menyampaikan pesan belajar mandiri

Lingkungan (setting)

Situasi sekitar di mana pesan disalurkan/ ditransmisikan.

Ruangan kelas, studio,

perpustakaan, auditorium, aula

Taman, kebun, pasar, museum

Klasifikasi lain yang biasa dilakukan terhadap sumber belajar adalah sebagai berikut:

1) Sumber belajar tercetak. Contohnya: buku, majalah, brosur, koran, poster, denah, ensiklopedi, kamus, booklet, dan lain-lain.

2) Sumber belajar non cetak. Contohnya; film, slides, video, model, transparansi, reali, dan lain-lain.

3) Sumber belajar yang berbentuk fasilitas. Contohnya perpustakaan, ruangan belajar, carrel, studio, lapangan olah raga dan lain-lain. 4) Sumber belajar berupa kegiatan. Contohya: wawancara, kerja

kelompok, observasi, simulasi, permainan dan lain-lain.

5) Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat. Contohnya: taman, terminal, pasar, toko, pabrik, museum dan lain-lain (Sudjana,1989:80).

c. Fungsi dan Peranan Sumber Belajar Fungsi sumber belajar antara lain: 1) Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan: a) Membantu

guru untuk menggunakan waktu dengan secara lebih baik dan efektif. b) Meningkatkan laju kelancaran belajar. c) Mengurangi beban guru dalam penyajian informasi, sehingga lebih banyak kesempatan dalam pembinaan dan pengembangan gairah belajar.


(42)

26

2) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan: a) Mengurangi fungsi kontrol guru yang sifatnya yang kaku dan tradisional. b) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.

3) Memberikan dasar-dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan: a) Merencanakan program pendidikan secara lebih sistematis. b) Mengembangkan bahan pengajaran melalui upaya penelitian terlebih dahulu.

4) Meningkatkan pemantapan pengajaran dengan jalan: a) Meningkatkan kemampuan manusia dengan berbagai media komunikasi. b) Menyajikan informasi maupun data secara lebih mudah, jelas dan kongkrit (Isbani,1987:10).

d. Kriteria Pemilihan Sumber Belajar

Kriteria pemilihan sumber belajar yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1) Tujuan yang ingin dicapai, ada sejumlah tujuan yang ingin dicapai, dengan menggunakan sumber belajar dipergunakan untuk menimbulkan motivasi, untuk keperluan pengajaran, untuk keperluan penelitian ataukah untuk pemecahan masalah. Harus disadari bahwa masingmasing sumber belajar memiliki kelebihan dan kelemahan. 2) Ekonomis, sumber belajar yang dipilih harus murah. Kemurahan di


(43)

langka tidaknya peristiwa itu terjadi dan akurat tidaknya pesan yang disampaikan.

3) Praktis dan sederhana, sumber belajar yang sederhana, tidak memerlukan peralatan khusus, tidak mahal harganya, dan tidak membutuhan tenaga terampil yang khusus.

4) Gampang didapat, sumber belajar yang baik adalah yang ada di sekitar kita dan mudah untuk mendapatkannya. Fleksibel atau luwes, sumber belajar yang baik adalah sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kondisi dan situasi (Soeharto,2003:80-82).

5. Pengertian Museum

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Sedangkan menurut Intenasional Council of Museum (ICOM) museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi. Adanya undang- undang tersebut, jelas menunjukkan bahwa museum sepatutnya menjadi satu-satunya institusi tempat penyimpanan benda-benda hasil budaya masa lalu (Akbar 2010: 5).


(44)

28

Cikal bakal museum di Indonesia tampaknya diawali oleh Goerge Edward Rumphius (1628-1702), seorang naturalis yang mengoleksi benda-benda yang dikumpulkannya selama proses penelitiannya. Rumphius mendirikan sebuah museum pada tahun 1662 di Ambon yaitu De Amboinsch Raritenkaimer. Sejarah museum di Indonesia secara kelembagaan dapat ditarik mundur sampai ke tahun 1778. Pada 24 April 1778 di Batavia didirikan Bataviaasch Genootschap van Kunstenen

Watenschaapen oleh Pemerintah Belanda. Lembaga ini memiliki slogan

Ten Nutte van het Algemeen. Museum di Indonesia secara resmi dibuka pada tahun 1868 (Akbar 2010: 7).

Pendirian sebuah museum dapat memberikan banyak manfat, seperti yang disebutkan oleh Prameteng Kusumo antara lain: (1) museum sebagai tempat memelihara warisan budaya; (2) tempat untuk membina dan melatih generasi muda, artinya mereka mampu menguasai seni kebudayaan bangsanya kemudian mengkreasikan dalam bentuk yang baru dan melestarikan budaya yang telah ada; (3) museum merupakan cerminan kebudayaan setempat di dalam lingkungan nasional; (4) membuat manusia penuh kesadaran; (5) sebagai tempat pusat pendidikan masyarakat; (6) sebagai alat penunjang pelajaran (Kusomo 1990: 25-29). Adapun jenis-jenis museum antara lain adalah:


(45)

1) Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi menjadi museum yang dikelola oleh pemerintahan pusat ataupun daerah. 2) Museum Swasta, yaitu museum yang diselenggarakan dan

dikelola oleh pihak swasta (Saraswati 2009: 48). b. Berdasarkan Kedudukannya

1) Museum Nasional, adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal atau mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

2) Museum Provinsi, adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah provinsi dimana museum tersebut berada.

3) Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.

c. Disiplin ilmu

1) Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.


(46)

30

2) Museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

6. Museum Isdiman Palagan Ambarawa

Museum Isdiman merupakan sebuah museum yang berada satu kompleks dengan Monumen Palagan Ambarawa. Di dalam kompleks Monumen Palagan Ambarawa terdapat museum Isdiman. Museum Isdiman Palagan Ambarawa didirikan tanggal 15 Desember 1973, kemudian diresmikan pada 15 Desember 1974 oleh Presiden RI kedua yakni Presiden Soeharto. Lokasinya berada di pusat kota Ambarawa, Jl. Mgr. Soegiyopranoto, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah tepatnya di dalam kompleks Palagan Ambarawa di pinggir jalan utama Semarang-Jogja dekat Museum Kereta Api.

Museum Isdiman didirikan untuk mengenang jasa Letkol Isdiman dalam pertempuran antara tentara Indonesia dan tentara Belanda/Inggris yang terkenal dengan sebutan Palagan Ambarawa. Koleksi museum ini diletakkan di dalam ruangan dan di luar ruangan. Yang berada di dalam ruangan antara lain diorama pertempuran palagan Ambarawa, senjata tempur (senapan), senjata perang tradisional (bambu runcing), pakaian seragam tentara Indonesia.

Koleksi yang ada di museum ini adalah pakaian sejumlah 5 set senjata, 25 jenis lukisan-lukisan dan maket teknik supit urang, 1 pesawat,


(47)

1 kereta, 1 tank, 2 truk, dan meriam. Sementara koleksi utama dari museum ini berupa senjata dan pakaian yang digunakan dalam pertempuran di Palangan Ambarawa.

Museum Isdiman didirikan untuk mengenang pertempuran yang terjadi di Ambarawa melawan sekutu. Pada peristiwa tersebut gugur Let. Kol. Isdiman yang diberondong oleh sekutu pada saat serah terima jabatan di SD Tempuran (Jambu), tak jauh dari kota Ambarawa. Jalannya pertempuran dipimpin langsung oleh Kol. Sudirman dengan siasat Supit Urang mulai tanggal 20 November 1945-15 Desember 1945, sehingga setiap tanggal 15 Desember dijadikan hari Infanteri (Luwih,2006:58).

Monumen Palagan adalah sebuah monumen yang terdapat di Ambarawa, Kabupaten Semarang. Monumen Palagan Ambarawa dibangun pada tahun 1973 dan diresmikan pada 15 Desember 1974 oleh Presiden Soeharto. Gambaran singkat sejarah pertempuran palagan Ambarawa bisa dilihat pada relief yang dibuat pada dinding Monumen Palagan Ambarawa. Monumen ini merupakan simbol untuk mengenang sejarah pertempuran Palagan Ambarawa pada tanggal 12-15 Desember 1945 Ambarawa. Pasukan Sekutu yang terdesak dari Magelang mundur ke Ambarawa, dan pasukan TKR yang dipimpin Kolonel Soedirman berhasil mengalahkan Sekutu pada tanggal 15 Desember 1945.

Di monumen Palagan Ambarawa menyimpan berbagai barang peninggalan pemerintahan Jepang dan Belanda. Di dalam monumen ini disimpan seragam para tentara Jepang dan Belanda, senjata perang,


(48)

32

seragam tentara Indonesia, dan barang bersejarah lain. Monumen ini juga menyimpan beberapa tank kuno, kendaraan angkut personil dan meriam yang digunakan dalam pertempuran Palagan Ambarawa. Selain itu monumen ini juga menyimpan replika pesawat Mustang Belanda yang berhasil ditembak jatuh ke dalam Rawa Pening.

7. Pengertian Minat Belajar a. Pengertian Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah menerima akan suatu hubungan antara diri sendiri adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut. Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitif, psikomotor maupun afektif. Minat juga dapat diartikan kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Slameto 2013: 57).

Faktor-faktor yang mendasari minat menurut Crow & Crow yang diterjemahkan oleh Z. Kasijan (1984: 4) yaitu faktor dorongan


(49)

dari dalam, faktor dorongan yang bersifat sosial dan faktor yang berhubungan dengan emosional. Faktor dari dalam dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. Timbulnya minat dari diri seseorang juga dapat didorong oleh adanya motivasi sosial yaitu mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan masyarakat dimana seseorang berada sedangkan faktor emosional memperlihatkan ukuran intensitas seseorang dalam menanam perhatian terhadap suatu kegiatan atau objek tertentu.

Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1989:68) definisi minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya. Minat dapat diartikan sebagai kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu, tertarik, perhatian, gairah, dan keinginan. Oleh karena itu, minat merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang yang menimbulkan rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu mempengaruhi tindakan orang tersebut. Minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya.


(50)

34

Seseorang yang berminat pada suatu objek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam objek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian yang besar terhadap objek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari objek tersebut. Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok. Di dalam kelompok tersebut terjadi suatu interaksi antar siswa yang juga dapat menumbuhkan minat terhadap kegiatan tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat pada seseorang akan suatu objek atau hal tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses. Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang akan hal tertentu. Ada dua faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, yaitu 1) Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan, 2)Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat atau lingkungan. Menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Dimyati Mahmud (2001: 56) yang menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu:


(51)

1) faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.

2) faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan dimana mereka berada.

3) faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau objek tertentu.

Minat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu minat intrinsik dan ektrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang timbulnya dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat ekstrinsik adalah minat yang timbul karena pengaruh dari luar. Berdasarkan pendapat ini maka minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap. Persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan termasuk juga harapan bekerja. Sedangkan minat ekstrinsik dapat timbul karena pengaruh latar belakang status sosial ekonomi orang tua, minat orang tua, informasi, lingkungan dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ada


(52)

36

beberapa beberapa alasan mengapa seorang guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan minat anak-anak. Setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat anak-anak. Minat merupakan komponen yang penting dalam kehidupan pada semuanya dan dalam pendidikan dan pengajaran pada khususnya.

2) Memelihara minat yang baru timbul. Apabila anak-anak menunjukkan minat yang kecil, maka merupakan tugas dari guru untuk memelihara minat tersebut.

3) Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik. Sekolah adalah suatu lembaga yang menyiapkan anak-anak untuk hidup di dalam masyarakat, maka sekolah harus mengembangkan aspek-aspek ideal agar anak-anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

4) Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang bimbingan lanjutan studi atau pekerjaan yang cocok baginya. Walaupun minat bukan merupakan indikasi yang pasti, tentang sukses tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang atau dalam jabatan, namun interest merupakan pertimbangan yang cukup berarti kalau dihubungkan dengan data-data yang lain (Sumartana, 1986:230-231).


(53)

B. KERANGKA BERPIKIR

Dalam meningkatkan minat belajar siswa, khususnya mata pelajaran sejarah, guru harus menerapkan berbagai model pembelajaran dengan sumber pembelajaran yang tepat. Penerapan media yang tepat elibatkan peran aktif siswa sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran. Guru yang kurang bervariasi dalam penerapan sumber pembelajaran dapat berakibat dengan menurunnya minat belajar siswa.

Rendahnya minat belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa dan faktor lingkungan, dalam hal ini proses pembelajaran. Untuk meningkatkan minat belajar siswa diperlukan sumber pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Yang dianggap sesuai adalah penggunaan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber pembelajaran sejarah siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Ambarawa.


(54)

38

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Guru merupakan fasilitator dalam proses belajar mengajar yang bertugas menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Sebelum mengajar, guru harus merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis, sehingga guru dapat menciptakan suasana yang inovatif dalam proses belajar mengajar.

Penggunaan sumber belajar sejarah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Sumber belajar yang digunakan ini tentunya harus sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan sumber belajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan berada di sekitar lingkungan siswa akan mempengaruhi minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.

C. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

Guru Sumber pembelajaran (Museum Isdiman Ambarawa)

Siswa Pemahaman Materi


(55)

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasrakan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data (Sugiyono 2008: 96).

Hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut.

1. H0 (Hipotesis Nol): tidak adanya perbedaan minat belajar antara kelas

kontrol yang menggunakan metode ceramah dengan kelas eksperimen yang memanfaatkan Monumen Palagan Ambarawa sebagai sumber belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri 1Ambarawa.

2. Ha (Hipotesis Alternatif): adanya perbedaan minat belajar antara kelas

kontrol yang menggunakan metode ceramah dengan kelas eksperimen yang memanfaatkan Monumen Palagan Ambarawa sebagai sumber belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri 1Ambarawa.


(56)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah desain penelitian kuatitatif dengan menggunakan bentuk design true experimental yaitu Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2008: 76).

Penelitian eksperimen membagi kelompok menjadi dua, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Pada kelompok eksperiman diberikan pengaruh atau treatmen tertentu, dalam hal ini peneliti memanfaatkan Museum Isdiman sebagai sumber pembelajaran pada kelas eksperimen. Pada kelompok kontrol peneliti menggunakan metode konvensional berupa ceramah dalam menyampaikan materi.

Eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang memanipulasi suatu keadaan terhadap objek atau sampel penelitian dengan tujuan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut melalui cara memberikan perlakuan –


(57)

perlakuan tertentu. Dalam penelitian eksperimen diperlukan dua kelompok sasaran penelitian. Dimana satu kelompok diberikan perlakuan khusus dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya jadi pembanding. Oleh karena itu kelompok kedua ini dinamakan kelompok kendali atau kelompok kontrol.

Penelitian ini menggunakan dua sampel penelitian yaitu kelas XI IIS 3 sebagai kelompok eksperimen yang akan diterapkan model pembelajaran menggunakan Museum Isdiman Ambarawa sebagai sumber pembelajaran dan kelas XI IIS 1 sebagai kelas kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran ceramah. Sebelum sampel diperoleh maka peneliti akan melakukan uji homogenitas populasi untuk mengetahui sampel mana yang akan diambil dalam penelitian, sampel ini diperoleh dengan teknik random sampling yaitu pengambilan sample secara acak.

Jenis desain yang digunakan dalam penelitian adalah uji minat awal dan minat akhir kontrol grup design dengan satu macam perlakuan. Di dalam model ini sebelum dimulai perlakuan kedua kelompok diberi tes awal atau uji minat awal untuk mengukur kondisi awal (0). Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (X) dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan pembanding. Sesudah selesai perlakuan kedua kelompok diberi tes lagi yaitu uji minat akhir. Rancangan desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut.


(58)

42

Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen

Kelompok Uji minat awal Treatment Uji minat akhir

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T1 - T2

Keterangan:

T1 : uji minat awal kedua kelompok T2 : uji minat akhir kelompok

X : treatmen atau perlakuan pembelajaran dengan pemanfaatan Museum Isdiman Palagan Ambarawa.

Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok yang akan diteliti, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur penelitian ini adalah: 1. Melakukan uji homogenitas dan normalitas pada seluruh siswa kelas XI

IIS untuk mengetahui apakah kelas dari kelas yang homogen.

2. Mengambil 2 kelas penelitian, yaitu 1 kelas kontrol dan 1 kelas eksperimen, dengan cara random sampling.

3. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi perangkat pembelajaran, lembar kerja siswa, soal uji minat awal dan soal uji minat akhir.

4. Melakukan uji coba perangkat tes, serta menghitung validitas dan reliabilitas.

5. Memberikan uji minat awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(59)

6. Memberikan perlakuan sebanding pada kelompok eksperimen pembelajaran dilakukan dengan pemanfaatan Museum Isdiman Palagan Ambarawa.

7. Memberikan uji minat akhir pada kedua kelompok.

8. Hitung perbedaan antara hasil uji minat awal dan minat akhir kedua kelompok.

9. Perbandingan perbedaan – perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah perlakuan X berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada

kelompok eksperimen.

10. Gunakan Uji – T untuk mengetahui apakah perbedaan dalam hasil tes itu signifikan.

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan menjadi objek penelitian adalah SMA Negeri 1 Ambarawa. Alasan mengapa sekolah ini sebagai objek penelitian adalah peneliti ingin mengetahui pemanfaatan Museum Isdiman Palagan Ambarawa terhadap minat belajar sejarah pada siswa. Selain itu pemilihan SMA Negeri 1 Ambarawa karena letaknya yang hanya berjarak sekitar 2 km dengan Museum Isdiman Palagan Ambarawa di kota Ambarawa sebagai sumber belajar.


(60)

44

Objek penelitian ini adalah siswa kelas XI sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2014/2015 dengan rician sebagai berikut.

a. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan. b. Alokasi waktu pembelajaran dalam satu pertemuan selama 45 menit.

C. Tahap Penelitian

Rencana penelitian ini terbagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut. 1. Tahap observasi awal, tahap ini meliputi penyusunan rancangan penelitian,

memilih tempat penelitian, mengurus surat ijin, observasi lapangan, memanfaatkan informan dan menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap persiapan Eksperimen, pada tahap ini materi dipilih dan dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas. 3. Tahap Eksperimen, tahap ini meliputi memberikan pre-test untuk kedua kelompok, yaitu untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang bertujuan untuk mengetahui minat awal dan kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan. Kemudian analisis pre test untuk mengetahui minat awal siswa, setelah analisis maka mulai dilaksanakan penyiapan materi untuk penelitian. Proses penelitian memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan Museum Isdiman sebagai sumber pembelajaran dengan melakukan kunjungan langsung ke museum tersebut, sedangkan kelompok kontrol tidak dan hanya menggunakan metode konvensional berupa ceramah.


(61)

4. Tahap Evaluasi, tahap ini meliputi pemberian tes hasil belajar, dimana siswa mengerjakan tes yang telah disediakan untuk mengukur tingkat keberhasilan eksperimen dan dianalisis data hasil post test. Memberikan post-test untuk kedua kelompok, yaitu untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan tujuan untuk melihat seberapa besar perbedaan minat belajar siswa kelompok eksperimen yang menggunakan Museum Isdiman sebagai sumber pembelajarannya dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional berupa ceramah. kemudian menggunakan teknik statistika, untuk mengujinya.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa semester II tahun ajaran 2014/2015. siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa yang berjumlah 415 siswa, yang terdiri dari 93 siswa laki-laki dan 322 siswa perempuan. Kelas XI di SMA NEGERI 1 Ambarawa terdapat 3 program studi dengan 10 kelas, yang terdiri dari 5 jurusan MIA, 4 jurusan IPS, dan 1 jurusan Bahasa.


(62)

46

Tabel 3.2

Siswa Kelas XI SMA NEGERI 1 Ambarawa

NO KELAS JUMLAH

1. XI MIA 1 36

2. XI MIA II 34

3. XI MIA III 34

4. XI MIA IV 34

5. XI MIA V 34

6. XI IIS I 28

7. XI IIS II 29

8. XI IIS III 28

9. XI IIS IV 29

10. XI IIB 26

JUMLAH 413

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Moleong (2011: 223) sampel merupakan hasil pilihan dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi, sampel benar-benar mewakili ciri-ciri dari suatu populasi. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Namun, dalam memperoleh sampel yang representatif, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan


(63)

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono 2008: 120). Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik simple random sampling merupakan sebuah metode untuk mengambil sempel secara acak dari keseluruhan kelas XI yang ada di SMA Negeri 1 Ambarawa, karena dianggap bahwa siswa tersebut memiliki kemampuan yang relatif sama. Peneliti mengambil dua kelas dari keseluruhan kelas XI yang dijadikan satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas sebagai kelas eksperimen.

3. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008: 61) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian eksperimen, ada dua variabel yang menjadi perhatian utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat, sebagai berikut.

a. Variabel Independent (Variabel Bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan Museum Isdiman sebagai sumber pembelajaran sejarah kelas XI. b. Variabel Dependent (Variabel Terikat)


(64)

48

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat belajar sejarah siswa.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu: a. Metode Angket (Kuesioner)

Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2008: 142). Angket atau kuesioner menurut Suharsimi (2010: 268) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung sudut pandangnya.

b. Dilihat dari cara menjawab:

1) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan pada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.

2) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal milih.

c. Dilihat dari jawaban yang diberikan.

1) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. 2) Kuesioner tak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang

orang lain.


(65)

1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup.

2) Check List, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda (√) pada kolom yang sesuai.

3) Rating – skale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan, mulai dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.

Fungsi kuesioner dalam penelitian ini sangatlah penting, yaitu sebagai data primer, maka dibutuhkan acuan yang jelas agar tidak menghasilkan analisa yang keliru. Kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu, bagian biodata responden, dan kuesioner minat belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan kuesioner/angket bentuk tertutup, dipandang dari jawaban yang diberikan merupakan kuesioner langsung, dan memiliki bentuk kuesioner check list. Alternatif jawaban tiap item ada 4. Prosedur pemberian skor berdasarkan indikator sikap minat belajar siswa, yaitu berupa pernyataan positif dan negatif.

a. Pemberian skor dengan ketentuan untuk menjawab: 1) Untuk pernyataan dengan kriteria positif:

1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, dan 4 = sangat setuju


(66)

50

2) Untuk pernyataan dengan kriteria negatif 4 = sangat tidak setuju

3 = tidak setuju 2 = setuju 1 = sangat setuju

Langkah-langkah menyusun angket minat belajar siswa sebagai berikut:

a) Menentukan indikator

Menyusun kisi-kisi pembuatan instrumen, kisis-kisi penelitian ini.

Tabel 3.3

Kisi – Kisi Angket Minat Belajar

VARIABEL INDIKATOR NOMOR

ANGKET

JUMLAH ITEM ( + ) ( - )

Minat Belajar Sejarah

1. Ketertarikan terhadap materi sejarah

1, 3, 5 2, 4 5

2. Perhatian siswa terhadap

pembelajaran sejarah

6, 7,8, 9 12, 5

3. Intensitas siswa dalam mempelajari sejarah

10,11,16 13, 14, 15, 17


(67)

Pengaruh penggunaan Museum Isdiman Palagan Ambarawa

4. Siswa senang

mengikuti pelajaran

dengan sumber

pembelajaran yang baru

18, 19, 20, 23

21, 22 6

5. Ketertarikan siswa terhadap koleksi

Museum Isdiman

Palagan Ambarawa

24, 25, 26, 27, 28, 29,

30

7

e. Metode Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen atau data-data yang mendukung penelitian yang meliputi data-data tentang siswa dan hasil belajar yang diperoleh serta foto-foto yang diambil saat penelitian. Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat diketahui apakah proses pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar sejarah siswa.

G. Analisa Hasil Uji Coba Instrumen 1. Validitas dan Reabilitas

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto 2010: 211). Uji validitas terhadap instrumen yang dipergunakan dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang dipergunakan tersebut dapat


(68)

52

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian validitas untuk instrumen pemanfaatan monumen Palagan Ambarawa sebagai sumber belajar (X), dan minat belajar belajar (Y). Analisis validitas suatu instrumen dapat dicari dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

rxy=

Keterangan :

Rxy : Koefisien korelasi

X : Skor tiap butir soal Y : Skor total yang benar

N : banyaknya peserta tes (Arikunto 2010: 211)

Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikembalikan dengan r

kritik product moment dengan taraf α = 5 %, jika rxy > rtabel maka

soal dikatakan valid dan sebaliknya. (untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 133)

Tabel 3.4. tabel hasil perhitungan validitas angket.

Kriteria No Butir soal Jumlah

Vaild 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 19, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 30,31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 40.

30


(69)

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto 2010: 221). Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel yaitu apabila instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (ajeg), artinya apabila instrumen tersebut dikenakan pada sejumlah subyek yang sama pada lain waktu maka hasilnya akan tetap sama. Untuk menghitung reliabilitas instrumen dapat menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:

r

11

= {

}{1-

}

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau soal

∑ơb² : Jumlah varians butir (Arikunto, 2010: 239)

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas diketahui bahwa pada a = 5% dengan N = 31 diperoleh r tabel = 0,355 dengan r11=0,861

,

karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut

reliable Analisis data hasil tes. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 134.

2. Teknik analisis data a. Uji normalitas


(70)

54

Sebelum data yang diperoleh dilapangan dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu di ujikan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berupa data yang berdistribusi normal atau tidak.

Adapun rumus yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat :

Keterangan: : Chi kuadrat

: Frekuensi pengamatan

: Frekuensi yang diharapkan

: banyaknya kelas interval. (Sugiyono, 2010: 107) b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui keseimbangan variasi nilai pre test dan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:

F =

Keterangan:

:

kelompok yang mempunyai varian besar

: kelompok yang mempunyai varian kecil


(71)

Dengan kriteria α = 5% dengan kriteria yang digunakan adalah jika Fhitung < Ftabel maka data tes kedua kelompok adalah homogen.

H. Metode Analisis Data 1. Analisa tahap awal

a. Uji normalitas

Sebelum data yang diperoleh dilapangan dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu di ujikan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berupa data yang berdistribusi normal atau tidak.

Adapun rumus yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat :

Keterangan: : Chi kuadrat

: Frekuensi pengamatan

: Frekuensi yang diharapkan

: banyaknya kelas interval. (Sugiyono 2008: 107)

b. Uji kesamaan dua varian (uji homogenitas)

Uji homogenitas ini untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang sama atau tidak. Hipotesis yang diajukan adalah :


(72)

56

H0: σ² = σ² berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

mempunyai varian yang sama.

Ha : σ² ≠ σ² berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

mempunyai varian yang tidak sama.

Data yang digunakan adalah minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran yang diberikan.

Rumus yang digunakan adalah

Keterangan:

: kelompok yang mempunyai varian besar

: kelompok yang mempunyai varian kecil.

(Sudjana 2005: 249)

Dengan taraf signifikan 0,005 dan drajat kebebasan pembilang ne -1 serta derajat kebebasan (dk) penyebut nk -1, jika diperoleh

Fhitung < Ftabel berarti varian kedua kelompok sama.

c. Uji perbedaan dua rata rata (uji t)

Analisis tahap akhir ini digunakan untuk mengetahui perbedaan dua test rata-rata pre test dan perbedaaan dua rata-rata post test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan uji t. Dalam eksperimen, sering dibandingkan dua pengamatan perkembangan antara sebelum dan sesudah dilakukan treatmen. Sehingga hal ini dapat disebut uji t untuk menilai perkembangan.


(73)

Untuk uji t dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Untuk mencari S digunakan rumus:

Keterangan:

: nilai rata-rata kelas eksperimen

: nilai rata-rata kelas kontrol

: banyaknya subjek kelompok eksperimen

: banyaknya subjek kelompk kontrol

: varian komponen eksperimen

: varian komponen kontrol. (Sudjana 2005: 239)

Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah ( )

dengan peluang (1-α), α = taraf signifikan. Dalam penelitian ini diambil taraf signifikan α = 5%

Perhitungan Uji-t dilakukan untuk menyimpulkan apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik sebelum dan sesudah dilakukan treatmen. Dalam menguji hipotesis penelitian, apabila terdapat perbedaan yang signifikan maka perbedaan tersebut cukup besar untuk menolak hipotesis nol. Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 - 2) dengan peluang


(74)

58

(1-a), a = taraf signifikan. Dalam penelitian ini diambil taraf signifikan a = 5%. Dengan kriteria sebagai berikut: Apabila thitung < ttabel maka Ho diterima. Apabila thitung > ttabei maka Ha diterima. 2. Analisa tahap akhir

Setelah mendapat perlkauan yang berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen maka dilakukan tes akhir atau post test. Dari hasil post test digunakan untuk uji hipotesis. Tahapan analisis data akhir sama dengan data awal hanya saja data yang digunakan merupakan data hasil post test setelah perlakuan.


(1)

Pembelajaran Sejarah melalui Pemanfaatan Museum Isdiman Ambarawa (Sumber: Dok. Pribadi 2015)

Pembelajaran Sejarah melalui Pemanfaatan Museum Isdiman Ambarawa (Sumber: Dok. Pribadi 2015)


(2)

150

Lampiran 27


(3)

(4)

(5)

(6)