71
Mold clossing force : 5 Mpa
2.11. Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian–penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.
1. M. Fajar Hariadi 2006 ”Upaya Penurunan Jumlah Cacat Pada Mesin
Dual DAPTC 611 Dengan Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis FMEA di PT Filtrona Indonesia, Sidoarjo”, Tugas
Akhir S – 1 Skripsi Institut Teknologi 1o Nopember, Surabaya
Pada saat penelitian dilakukan, jumlah cacat yang terdapat pada mesin dual DAPTC sangat banyak jika dibanding dengan mesin lainnya. Dengan
banyaknya jumlah cacat menandakan bahwa pada mesin tersebut terdapat masalah. Untuk dapat menyelesaikkan masalah maka dilakukan identifikasi
terhadap penyebab terjadinya cacat. Beberapa jenis cacat yang sering terjadi pada mesin dual, yaitu wringkle, creasing, jump, segmen variasi,
circumference, gap dan lain sebagainya Untuk meminimasi adanya cacat, digunakan metode failure mode and effect analysis process FMEAP.
Dengan menggunakan metode tersebut dapat mengidentifikasi dan mendeteksi bentuk kegagalan yang memiliki potensi penyebab cacat produk.
Dengan mengacu pada nilai RPN pengambilan tindakan perbaikan akan dilakukan. Tindakan implementasi dilakukan dengan melihat nilai RPN
yang berada di atas standarisasi yang telah ditentukan perusahaan, yang mana terdapat enam fungsi proses yang akan diimplementasikan.
Keberhasilan implementasi dilihat dari hasil perbandingan nilai RPN
72
sebelum dan sesudah implementasi. Berdasarkan Hasil dari penelitian, peneliti menyimpulkan dan merekomendasikan :
A. Hasil Penelitian.
Dalam memproduksi dual filter ini hanya membutuhkan satu mesin, dimana didalam mesin tersebut terdapat komponen – komponen yang
memiliki fungsi berbeda – beda. Proses produksi pada dual filter dimulai dengan memasukkan black active acetate filter pada hopper II, mono
active acetat filter pada hopper I yang kemudian bahan baku tersebut akan dipotong sesuai dengan spesifikasi order. Kedua bahan baku akan
digabung dan akan dibungkus dengan PW plug warp. Filter kemudian akan diatur kadar PD presure drop, circumference, dipotong – potong
dan siap untuk dikemas dalam tray. Pengamatan tentang jumlah cacat pada masing – masing jenis cacat dilakukan selama bulan Oktober 2006,
dimana jumlah cacat terbesar yaitu wringkle. Dengan mengatahui jumlah cacat terbesar, bukan menjadi suatu jaminan untuk bisa mengetahui
penyebab kegagalan potensial pada proses produksi dual filter. Oleh karena itu perlu adanya pertimbangan terhadap severity, occurance dan
detection dari masing – masing fungsi proses
.
Berdasarkan hasil implementasi rekomendasi usulan perbaikan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan :
A. Jumlah cacat terbesar dalam bulan oktober 2006 untuk jenis cacat
wrinkle 312517,1 kg. B.
Terdapat enam bentuk kegagalan potensial yang masuk dalam kategori resiko tinggi risk priority number 150, dimana yang
73
paling besar terdapat pada potential failure mode kebulatan tidak sesuai dengan spesifikasi 504.
C. Pada ke enam kegagalan potensial terjadi penurunan nilai RPN,
dimana penurunan yang signifikan terdapat pada kebulatan tidak sesuai dengan spesifikasi.
D. 4. Penurunan tingkat cacat terbesar setelah dilakukan implementasi
terdapat ada pada fungsi proses pengaturan circumference sebesar 3,07 .
B. Rekomendasi yang diberikan oleh peneliti terhadap perusahaan.
Dengan mengetahui nilai severity, occurance dan detection maka nilai RPN akan dapat diketahui dimana nilai RPN terbesar terdapat pada
potential failure mode kebulatan yang tidak sesuai dengan spesifikasi dengan nilai 504 dan untuk dapat mengetahui potensi – potensi
kegagalan mana saja pada fungsi proses yang akan diperbaiki maka dilakukan pengurutan nilai RPN. Setelah memberikan hasil pengolahan
dan recommended action kepada perusahaan. Perusahaan menetapkan standartisasi RPN yaitu 150 dan akan dilakukan implementasi.
Terdapat enam fungsi proses yang akan diimplementasikan kebulatan tidak sesuai dengan spesifikasi, posisi bahan baku yang tidak sesuai,
ukuran potongan yang tidak sesuai dengan spesifikasi order, bahan baku rusak, kecepatan dari supply masing-masing bahan baku tidak sama dan
penyumbatan lem. Dengan melakukan implementasi terhadap fungsi proses maka akan didapat nialai RPN baru. Dimana untuk nilai
74
occurance, detection dan RPN mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa implementasi yang dilakukan berhasil.
2. Fernando Tanzil, 2007,
“
Evaluasi pengaruh peralatan utama sistem distribusi tenaga listrik terhadap keandalan sistem dengan metode fmea
failure mode and effect analysis”. Studi kasus:sistem distribusi Jawa Timur penyulang
Penelitian ini dilakukan di PLN Waru Surabaya. Tugas Akhir S–1 Skripsi Universitas Kristen Petra, Surabaya
www.google.com
Tingkat keandalan dari suatu sistem distribusi adalah penting guna menjamin kontinuitas supply tenaga listrik kepada konsumen. Karena itu,
disadari pentingnya otomatisasi sistem distribusi, yang salah satunya dapat dicapai dengan menggunakan sectionalizer. Tugas Akhir ini dibuat dengan
tujuan menghitung indeks keandalan dari sistem distribusi 20 kV penyulang A. Yani. Metode yang digunakan adalah FMEA Failure Mode and Effect
Analysis, di mana indeks kegagalan dari setiap peralatan utama sistem distribusi diperhitungkan dalam mencari indeks keandalan sistem secara
menyeluruh. Sejumlah studi kasus dilakukan guna melihat pengaruh dari jumlah serta lokasi penempatan sectionalizer di sepanjang jaringan terhadap
indeks keandalan sistem. Pada akhirnya, solusi optimal akan memberikan nilai indeks keandalan sistem distribusi yang terbaik. Berdasarkan hasil analisa,
dengan merelokasi sectionalizer AVS Sedati Agung yang ada pada jaringan distribusi A. Yani ke percabangan line 36, yakni pada studi kasus PGS Maxel
+ PGS Depag + AVS Sedati Agung reLoc2 + TS, akan diperoleh indeks keandalan sistem yang lebih baik dibandingkan dengan
75
kondisi existing, di mana SAIDI mengalami perbaikan sebesar 22.14 dari 5.1607 menjadi 4.0182, CAIDI mengalami perbaikan sebesar 22.14 dari
1.8621 menjadi 1.4499, sementara AENS mengalami perbaikan sebesar 15.49 dari 7.5456 menjadi 6.3766.
A. Hasil.
76
B. Rekomendasi yang diberikan peneliti.
3.
Yuli Andani, 2008 “ANALISIS PENYEBAB LOSSES ENERGI LISTRIK DALAM PROSES DISTRIBUSI LISTRIK DAN USULAN
PENANGANANYA Studi Kasus PT. PLN Persero, APJ Surakarta”, Tugas Akhir S–1 Skripsi Universitas Muhammadiyah, Surakarta
, www.google.com
.
Listrik merupakan komoditi yang sangat penting di dunia ini.hampir 90 penduduk di permukaan bumi ini bergantung pada penggunaan listrik.
Jumlah ini akan semakin meningkat lagi, terbukti dengan banyak dibangunnya tempat-tempat pembangkit listrik di tempat-tempat tertentu. Dari itulah
berhubung pengendalian listrik dan elektronika semakin rumit maka dibutuhkan orang-oranng ahli yang merawat dan berpengetahuan baik teori
maupun praktek tentang pelistrikan
77
Pendistribusian di APJ Surakarta sering mengalami masalah penyusutan energi listrik. Penyusutan di sini diartikan sebagai adanya energi
yang hilang baik secara teknis maupun non-teknis. Hal ini dapat dilihat dari adanya selisih yang cukup besar antara energi listrik yang dikirimkan dari
gardu induk dengan energi listrik yang didapat dari konsumen pelanggan. Penyusutan yang terjadi pada bulan April 2007 adalah sebesar 6,59 dari
796.390.809 KWh. Faktor yang diduga sebagai penyebab penyusutan antara lain adanya
kerusakan jaringan distribusi. Energi yang dikirimkan ke gardu induk tidak akan sampai ke pelanggan karena dalam pendistribusiannya terjadi kerusakan
jaringan, sehingga daya listrik tersebut akan berubah menjadi energi panas. Selain kerusakan jaringan, faktor yang diduga memberikan kontribusi dalam
peningkatan penyusutan adalah adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggan. Pelanggaran tersebut dapat berupa pelanggaran dalam pemasangan
pengukur daya atau meteran yang menyebabkan konsumsi energi listrik tidak terukur dengan baik, ataupun pelanggaran karena maalah administrasi
pembayaran rekening listrik. Untuk mengatasi masalah pelanggraan tersebut, pihak PLN melakukan pemeriksaan dan penertiban ke pelanggan. Operasi
penertiban tersebut diberi nama operasi P2TL pemeriksaan pemakaian tenaga listrik. Dari operasi P2TL tersebut, dapat diketahui pelanggan mana saja yang
melakukan pelanggaran pelanggan yang ditemukan, maka penyusutan yang terjadi dapat semakin ditekan.
Kerusakan jaringan distribusi listrik selain menyebabkan kerugian terhadap PLN, juga menyebabkan kepada konsumen menjadi terganggu.
78
Untuk itu perlu dianalisis mengenai sebab-sebab kerusakan jaringan distribusi listrik sehingga kerugian baik di pihak PLN maupun konsumen
dapatdikurangi. Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : 1. Data losses yang dipakai adalah data sekunder yaitu data transaksi energi
periode September 2006 sampai Agustus 2007 yang dihitung mulai dari GI Banyudono, GI Jajar, GI Mangkunegaran, GI Wonosari, GI Solo Baru, GI
Palur, GI Masaran, GI Sragen, dan GI Wonogiri sampai ke tangan pelanggan. 2. Penentuan nilai prioritas perbaikan didasarkan pada skala severity, occurance,
dan detection. 3. Data penentuan skala prioritas diperoleh data primer yang didapat berdasarkan
kuisioner dari PT PLN persero APJ Surakarta di bagian Losses. 4. Penelitian hanya membahas mengenai penyebab umum losses energi yang
terjadi di area Surakarta.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian untuk penyusunan tugas akhir ini dilakukan pada PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk, Plant B, H, I khusus Ban sepeda motor . Lokasi
pabrik di kompleks Industri Gajah Tunggal, desa Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang. Pengambilan data diambil pada bagian produksi,
yaitu proses produksi ban. Waktu pengambilan data dimulai pada bulan Januari – April tahun 2010, sesuai dengan rekomendasi dan izin yang diberikan perusahaan.
3.2 Identifikasi Dan Definisi Operasional Variable
Dalam melakukan penelitian terdapat rangkaian tahapan – tahapan yang perlu dilakukan oleh penulis yang bersifat sistematis. Tahapan yang satu dengan
tahapan yang lain harus saling berhubungan dan saling menunjang, dimana satu tahapan yang telah selesai dilakukan sangat menentukan terhadap tahapan
selanjutnya yang akan dilakukan. Metode penelitian atau kerangka pemecahan masalah merupakan tahap – tahap penelitian yang harus direncanakan dan
ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian langsung terhadap obyek yang akan diteliti. Dengan adanya informasi penyusunan metodologi
79