31 Metode lain dari proses ini adalah pulsed xenon lamp yang digunakan pada
komposit dengan katalis yang peka cahaya. Dapat juga digunakan lampu infra
merah, meskipun metode ini jarang digunakan. 2.1.10.4
Uap Panas Steam
Metode curing ini menggunakan uap panas sebagai penyedia panas. Dalam proses ini digunakan beberapa saluran pipa untuk sirkulasi air dan uap. Pada
ujung mandrel alat penggulung serat terdapat alat pengatur jalan uap dan air. Setelah katup dibuka, uap panas mengalir dan disirkulasikan melalui mandrel
berongga hollow mandrel untuk melakukan curing. Setelah proses curing selesai, air dingin dialirkan untuk mendinginkan mandrel.
2.1.10.5 Autoclave
Untuk mendapatkan komposit berkualitas baik yang akan digunakan pada pesawat luar angkasa maka perlu memakai proses curing autoclave, dengan
bantuan ruang hampa udara vacuum. Meskipun tidak digunakan untuk produksi massal, metode ini mampu menghasilkan tekanan 1,4-2,1 Mpa dan temperatur
sekitar 371
o
C. Kelemahan dari proses ini adalah lamanya proses curing dan tidak cocok untuk produksi misal dan jarang digunakan.
2.1.10.6 Microwave
Penggunaan metode ini dapat memberikan keuntungan yang signifikan pada komposit terutama pada serat glass dan serat aramid Kevlar. Panas dari
microwave diserap dengan cepat dan baik oleh matrikresin maupun seratnya. Energi yang digunakan dalam proses ini tidak sedikit dan membutuhkan biaya
yang cukup besar. Proses curing dengan microwave ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang bersifat konduktif, seperti serat karbon.
2.1.10.7 Proses Curing Yang Lain
Proses curing yang lain biasanya menggunakan electron beam, laser, radio frequency FR energy, ultrasonic, dan induction curing. Proses-proses ini
mempunyai tingkat keefektifan dan keberhasilan yang berbeda-beda dalam pelaksanaan proses curing untuk komposit.
32
2.1.11 Glass Temperature Transition
Glass temperature transition adalah salah satu sifat penting dari epoksi dan merupakan daerah dimana suhu transisi polimer dari bahan glass yang keras
ke bahan yang elastis. Karena epoksi adalah material thermosetting dan bahan kimia yang memiliki crossed-link pada proses curing, maka pada akhir proses
curing, epoksi tidak meleleh atau reflow ketika dipanaskan tidak seperti termoplastik, tetapi mengalami sedikit perubahan fasa melunak pada temperatur
tinggi.
Gambar 2.15 Grafik Glass Temperature Transition
33
2.2 Tinjauan Pustaka
Dionisius 2005 telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Suhu Dan Lama Curing Terhadap Sifat Mekanis dan Fisis Komposit Matrik Polimer Dengan Penguat Serat E-glass Woven dan Matrik Justus 108
” yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik dan regangan dari serat E-glass dan
matrik Justus 108, melihat perubahan yang terjadi akibat variasi suhu dan lama curing terhadap sifat mekanis dan fisis komposit berpenguat serat. Pengujian pada
penelitian ini meliputi pengujian tarik dan struktur mikro. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut adalah kekuatan tarik maksimal sebesar 24,2
kgmm
2
dihasilkan pada suhu 105
o
C dengan lama waktu pemanasan 30 menit, kekuatan tarik terkecil sebesar 21,63 kgmm
2
dihasilkan pada suhu 90
o
C dengan lama waktu pemanasan 30 menit, regangan tertingi sebesar 2,8 dihasilkan pada
suhu 55
o
C dengan lama waktu pemanasan 60 menit, regangan terendah sebesar 2,5 dihasilkan pada suhu 65
o
C dan 105
o
C dengan lama waktu pemanasan 60 menit.
Sementara itu, Budhiaji 2005 telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Suhu Curing Terhadap Sifat Mekanis dan Fisis Komposit Polimer
20 E-glass 79,7 Resin Eternal 2504; 0,3 Katalis ” yang bertujuan untuk
mengetahui kekuatan tarik dan regangan dari matrik pengikat yang berupa resin eternal 2504 dan serat penguat E-glass serta untuk mengetahui kekuatan tarik
serta regangan dan struktur mikro dari komposit dengan variasi suhu curing. Penelitian ini melalui proses curing yang terbatas pada suhu dan waktu curing,
komposisi persentase volume pada benda uji komposit yaitu 20 serat E-glass, 79,7 resin eternal 2504, 0,3 katalis mepox. Kesimpulan yang diambil secara
keseluruhan dari hasil penelitian tersebut adalah kekuatan tarik komposit untuk lama curing 3 jam menghasilkan kekuatan tarik tertinggi pada suhu 120
o
C sebesar 150 MPa, kekuatan tarik komposit untuk lama curing 4 jam menghasilkan
kekuatan tarik tertinggi pada suhu 90
o
C sebesar 161 MPa, regangan tertinggi untuk lama curing 3 jam didapatkan pada suhu 65
o
C sebesar 4,4, regangan tertinggi untuk lama curing 4 jam didapatkan pada suhu 105
o
C sebesar 4,5.
34 Wijaya 2006 telah melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Suhu Curing Terhadap Sifat Mekanis dan Fisis Komposit Polimer E-glass dan
Arindo 3210 ” yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik dan regangan dari
matrik pengikat dan serat, serta untuk mengetahui dan membandingkan kekuatan tarik dan regangan serta struktur mikro dari bahan komposit dengan variasi suhu
curing dan lama curing. Bahan yang digunakan serat E-glass dengan jenis anyaman woving yard, resin arindo 3210 dan katalis mepox dengan
menggunakan standar uji untuk komposit berdasarkan ASTM dan metode pembuatan komposit menggunakan metode hand lay-up. Kesimpulan yang
diambil secara keseluruhan dari hasil penelitian tersebut adalah kekuatan tarik komposit untuk lama curing 60 menit menghasilkan kekuatan tarik tertinggi pada
suhu 65
o
C sebesar 12 kgmm
2
, kekuatan tarik komposit untuk lama curing 30 menit pada suhu 90
o
C menghasilkan kekuatan tarik sebesar 10,170 kgmm
2
, regangan tertinggi untuk lama curing 60 menit didapatkan pada suhu 105
o
C sebesar 4,96, regangan tertinggi untuk lama curing 30 menit didapatkan pada
suhu 120
o
C sebesar 4,36, dan peningkatan pada suhu curing dapat meningkatkan kekuatan tarik dan regangan pada komposit sampai pada batas suhu
tertentu. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari ketiga penelitian
diatas adalah jika kenaikan suhu untuk curing tidak terlalu besar dan waktu pemanasan yang tidak terlalu lama, maka tidak begitu berpengaruh pada kekuatan
komposit.
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Skema Penelitian
Gambar 3.1 Skema Jalannya Penelitian Pembelian Bahan
Resin Epoksi Serat E-Glass
Katalis
Pembuatan Benda Uji: 1.
Resin 2.
Komposit dengan variasi lapisan 2-5 lapis
Curing
Pengujian: 1.
Uji Tarik
Hasil Penelitian Pembahasan
Kesimpulan Kajian Pustaka
36
3.2. Persiapan Penelitian
Sebelum memulai pengujian, alat dan bahan untuk membuat benda uji perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Proses persiapan ini dimulai membeli alat dan
bahan yang diperlukan selama proses pembuatan sampai finishing, lalu mengukur seberapa banyak bahan yang akan dipakai untuk pembuatan benda uji dan terakhir
pembuatan benda uji sampai pada proses curing.
3.2.1. Alat-alat Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan untuk membuat komposit berpenguat serat ini ditampilkan pada Gambar 3.2.
a. Timbangan digital b. Cetakan kaca 30 x 20 x 0,5 cm
c. Stik es krim d. Gerinda
37
e. Suntikan f. Spatula
g. Kikir dan Tanggem h. Sarung tangan karet
i. Gelas ukur 1000 cc j. Botol aqua