Suku Dayak Tunjung TINJAUAN PUSTAKA

menghasilkan bermacam-macam senyawa kimia yang merupakan bagian dari proses normal dalam tumbuhan. Zudud, dkk 1994 dalam Rahayu 2005 mengatakan, apabila mengacu pada Etnofarmakologi dan Etnobotani, maka tanaman obat dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut : 1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat. Tumbuhan obat ini terbagi menjadi 3 yaitu : a. Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain, dengan khasiat yang sama b. Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain, tapi dengan khasiat yang berbeda. c. Tumbuhan yang digunakan sebagai obat hanya di daerah tersebut tidak digunakan sebagai obat di daerah lain. 2. Tumbuhan obat modern sebagai bahan dasar precursor baik bahan asli maupun untuk sintesis. Tumbuhan obat ini telah dibuktikan mengandung senyawabahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 3. Tumbuhan obat potensial yang belum dikenal, yaitu berdasarkan informasi diduga sebagai obat tetapi belum jelas penggunaan dan kegunaannya secara medis.

C. Suku Dayak Tunjung

Masyarakat Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu suku yang mendiami Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur dengan persentase 24,2 dari total keseluruhan masyarakat yang mendiami Kabupaten Kutai Barat. Seperti halnya masyarakat tradisional lain di Indonesia, masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang mempunyai seperangkat pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya tumbuhan untuk berbagai keperluan hidupnya sehari-hari. Suku Tunjung menggunakan bahasa tunjung namun seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, beberapa daerah sudah menggunakan bahasa Indonesia, namun ada juga yang menggunakan bahasa tunjung yang bercampur dengan bahasa pergaulan sehari-hari. Sebagian besar suku tunjung beragama Katolik dan Nasrani namun ada juga sebagian kecil yang beragama muslim. Dayak Tunjung merupakan sebuah sub dari Dayak, namun didalam Dayak Tunjung itu sendiri terdapat perbedaan logat bahasa dan wujud kebudayaan, tetapi tidak begitu besar. Akibat penyebaran ini sehingga terjadi berbagai macam jenis yaitu: 1. Tunjung Bubut, mereka mendiami daerah Asa, Juhan Asa, baloq Asa, Pepas Asa, Juaq Asa, Muara Asa, Ongko Asa, Ombau Asa, Ngenyan Asa, Gemuhan Asa, Kelumpang dan sekitarnya. 2. Tunjung Asli, mendiami daerah Geleo baru dan Lama. 3. Tunjung Bahau, mendiami Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Sekolaq Muliaq, Sekolaq Oday, Sekolaq Joleq dan sekitarnya. 4. Tunjung Hilir, mendiami wilayah Empas, Empakuq, Bunyut, Kuangan dan sekitarnya. 5. Tunjung Lonokng, mendiami daerah seberang Mahakam yaitu Gemuruh, Sekong Rotoq, Sakaq Tada, Gadur dan sekitarnya. 6. Tunjung Linggang, mendiami daerah dataran Linggang seperti Linggang Bigung, Linggang Melapeh, Linggang Amer, Linggang Mapan, Linggang Kebut, Linggang Marimun, Muara Leban, Muara Mujan, Tering, Jelemuq, lakan bilem, into lingau, muara batuq dan wilayah sekitarnya. 7. Tunjung Berambai, mendiami Wilayah hilir sungai Mahakam seperti Muara Pahu, Abit, Selais, Muara Jawaq, Kota Bangun, Enggelam, Lamin Telihan, Kemabgn janggut, Kelkat, dan Pulau Pinang. Bagi suku Dayak Tunjung terutama Tunjung Linggang, alam dan lingkungan merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus dijaga, karena itu di Suku Dayak Tunjung Linggang terdapat istilah Taluutn sebagai sebutan untuk hutan. Taluutn biasanya dilindungi secara adat, kemudian dibuat isu-isu mistis untuk melindungi hutan tersebut agar tidak diganggu dan tidak dirusak oeh orang luar. 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN