Pembuatan Template Database HASIL DAN ANALISA

preprocessing untuk citra nama Jalan Pajeksan. Masing-masing objek dari citra tersebut akan diekstrak cirinya kemudian akan dilakukan proses perhitungan jarak dengan setiap data template. function [ transliteration ] = syllable_recognizer im_bw ... feature = feature_extractionaksara; db_size = sizedb_aksara,1; temp = db_aksara{1,1} - feature; min_dist = sqrttemp temp; ... Jika kita menjalankan fungsi syllable_recognizer dengan parameter citra biner Jalan Pajeksan maka yang pertama, kita bisa mengetahui nilai feature dari setiap objek, yaitu terdiri dari 8 objek citra seperti pada Gambar 4.9. Berdasarkan Gambar 4.9, kita akan menghitung nilai jarak feature objek pertama, yaitu [52.2161 37.5422 33.1642 46.7865 33.4379 34.5602 29.9238 28.8033] terhadap db_aksara{1,1} yang artinya feature pada template pada baris dan kolom ke 1. Gambar 4.16 Nilai Feature pada Template Pertama Gambar 4.16 merupakan data template pertama yang berisi nilai feature dari objek aksara ga. Nilai feature tersebut akan dibandingkan dengan data uji untuk dihitung seberapa besar jarak antar keduanya. Proses penghitungan jarak menggunakan euclidean distance seperti pada Persamaan 2.7. = [ . − . . − . . − . . − . . − . . − . . − . . − . ] = [ . . − . − . . . . − . ] = √ ∗ ′ = √ . = . Hasil perhitungan jarak antara feature objek citra 1 pada data uji dengan data baris dan kolom ke-1 pada template menghasilkan nilai 12.9552. Hasil yang sama didapatkan melalui perhitungan program, yaitu seperti gambar berikut: Gambar 4.17 Nilai Jarak Feature Objek Pertama Gambar 4.17 merupakan perhitungan jarak yang dikerjakan oleh sistem. Hasil yang didapatkan sama dengan perhitungan manual yang dilakukan, yaitu 12.9552. Model klasifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan template matching. Prinsip kerja pendekatan template matching adalah mengukur kedekatan atau kesamaan similarity antar objek atau entities yang diperbandingkan. Ketika akan sebuah data uji dibandingkan dengan database template kemudian diperoleh nilai jarak yang relatif kecil maka secara langsung objek baru tersebut dapat diklasifikasikan atau dikenali sesuai dengan template pembandingnya. Nilai yang diperbandingkan adalah nilai feature antara data testing dan template yang kemudian kita hitung nilai jaraknya terhadap kedua objek tersebut. function [ transliteration ] = syllable_recognizer im_bw ... min_dist = sqrttemp temp; index_min = 1; for n=2 : db_size temp2 = db_aksara{n,1} - feature; dist = sqrttemp2 temp2; if dist min_dist min_dist = dist; index_min = n; ... Ketika nilai awal jarak antara data uji dengan template sudah diperoleh maka proses loop perulangan akan dilakukan untuk menguji pada semua template dengan menghitung jarak yang baru kemudian dibandingkan pada setiap iterasinya untuk mencari nilai jarak terkecil. Ketika nilai jarak terkecil sudah ditemukan maka program akan menyimpan nilai indeksnya kemudian mengembalikan nilai label template pada indeks tersebut. Proses looping akan berhenti ketika semua objek citra pada data uji sudah dibandingkan dengan semua template yang ada. Sebagai contoh, hasil dari klasifikasi citra Jalan Pajeksan pada Gambar 4.4 adalah sebagai berikut: Gambar 4.18 Hasil Klasifikasi Citra Jalan Pajeksan Pada Gambar 4.18, jika kita cermati hasil tersebut sesuai dengan jumlah aksara yang menyusun kata Jalan Pajeksan yang berjumlah 8 aksara, seperti pada Gambar 4.8. Namun proses untuk mentransliterasikan aksara Jawa ke huruf latin masih belum selesai karena hasil klasifikasi tersebut belum sesuai dengan aturan penulisan tata bahasa yang benar.

4.6 Postprocessing

Keluaran dari proses klasifikasi adalah pengenalan karakter tiap aksara. Pada tahap ini sebenarnya proses transliterasi belum dikatakan selesai karena kumpulan suku kata dari hasil pengenalan karakteraksara masih saling terpisah, belum dikelompokkan ke dalam konteks tertentu agar membentuk kata, kalimat atau informasi yang memiliki arti. Konteks penelitian ini adalah mentranslasikan nama jalan beraksara Jawa sehingga hasil dari proses postprocessing adalah mengelompokkan karakter atau suku kata yang sudah dikenali untuk membentuk kata berupa nama jalan. Secara umum kumpulan suku kata yang berhasil dikenali akan dikelompokkan menjadi 2 atau 3 kelompok yang tersusun dari kata “dalan” dalam bahasa Indonesia berarti “jalan” kemudian diikuti nama jalan tersebut. width = lengthinText; for i=1 : width if i 3 i width if strcmpinText{i},taling == 1 if strcmpinText{i+2},tarung == 1 temp = inText{i+1}; tempend=o; inText{i+1} = temp; inText{i} = ; inText{i+2} = ; else temp = inText{i+1}; tempend=e; inText{i+1} = temp; inText{i} = ; end elseif strcmpinText{i+1},pasangan_ha == 1 inText{i+1} = ha; temp = inText{i}; tempend=; inText{i} = temp; elseif strcmpinText{i+1},pasangan_sa == 1 ... elseif strcmpinText{i+1},pasangan_pa == 1 ... elseif strcmpinText{i},kter inText{i}=kter ; elseif strcmpinText{i},h if strcmpinText{i+1},ma inText{i}=h ; end elseif strcmpinText{i},ga if strcmpinText{i+1},mu inText{i}=ga ; end end fprintfs,inText{i}; else if i == 3 fprintfs ,inText{i}; else fprintfs,inText{i}; end ... Fungsi diatas digunakan untuk mengelompokkan syllable suku kata menjadi 2 atau 3 kelompok sehingga membentuk kata tertentu. Kata yang dibentuk berupa nama jalan yang ada di Kota Yogyakarta. Kata pertama adalah dalan sedangkan kata kedua dan ketiga adalah nama jalan tersebut. Secara singkat, alur dari proses fungsi tersebut adalah menggabungkan 3 suku kata pertama yang membentuk kata dalan setelah konsonan n ditambah dengan spasi. Kemudian setelah lebih dari 3 kata akan dicek apakah terdapat sandhangan taling, jika ada maka akan mengecek lagi apakah karakter ketiganya adalah sandhangan tarung, jika ada maka suku kata kedua pada karakter terakhir diganti huruf vokal o namun jika tidak ada tarung maka suku kata kedua pada karakter terakhir diganti huruf vokal e. Hal tersebut sesuai dengan aturan penulisan aksara Jawa jika terdapat pasangan sandhangan taling dan tarung maka aksara yang diapit diubah bunyinya menjadi berakhiran o tetapi jika hanya terdapat taling saja maka aksara yang di depannya diubah bunyinya menjadi berakhiran e. Hanya dua aksara sandhangan tersebut yang memiliki kekhususan karena ditulis sejajar dengan aksara utama sehingga diperlukan postprocessing untuk mengubah bunyi dari aksara yang dikenainya. Setelah aturan untuk sandhangan taling dan tarung maka terdapat kekhususan juga untuk pasangan ha, sa dan pa karena ditulis sejajar dengan aksara utama dibandingkan dengan pasangan yang lain yang ditulis dibawah. Prosesnya hampir sama, yaitu mengecek apakah aksara selanjutnya adalah pasangan ha, sa atau pa, jika ya maka aksara yang berada di depan pasangan tersebut dimatikan atau diubah menjadi konsonan kemudian diikuti dengan aksara pasangan tersebut. Mayoritas nama jalan yang ditemui hanya terdiri dari 2 kata, sebagian kecil ada yang sampai 3 kata. Kata yang pertama adalah dalan yang artinya “jalan” dalam bahasa Indonesia. Kata dalan tersusun dari 3 aksara sehingga setelahnya adalah nama jalan itu sendiri. Jika hanya terdiri dari 2 kata maka proses penggabungan kata yang kedua relatif lebih mudah dari pada yang mempunyai 3 kata. Untuk nama jalan yang memiliki 3 kata maka di dalam program sudah dituliskan aksara terakhir yang menyusun kata kedua agar dapat dipisahkan dengan aksara ketiga dan seterusnya. Dalam data uji hanya terdapat 3 buah data yang memiliki 3 kata, yaitu Jalan Margo Mulyo, Jalan Dokter Sutomo dan Jalan Gajah Mada. Untuk memisahkan kata kedua dengan ketiga kita hanya perlu mengambil suku kata terakhir dari kata kedua. Sebagai contoh untuk Jalan Dokter Sutomo kita ambil aksara terakhir dari akata kedua yaitu kter. Untuk Jalan Gajah Mada dan Jalan Margo Mulyo berturut-turut kita ambil aksara h dan ga. Jika menemui ketiga aksara tersebut maka secara otomatis diberi spasi setelahnya untuk memisahkan aksara selanjutnya. Hanya saja untuk yang berakhiran h dan ga harus dicek lagi apakah ada aksara setelahnya, jika ada maka akan diberi spasi namun jika tidak maka akan lanjut