Citra Berwarna Pemrosesan Citra Digital
koordinat untuk melakukan proses pemotongan yaitu koordinat awal dan koordinat akhir. Koordinat awal merupakan titik pojok kiri atas
citra yang akan dipotong sedangkan koordinat akhir merupakan titik pojok kanan bawah citra yang akan dipotong. Tiap-tiap pixel yang ada
pada koordinat tersebut menjadi sebuah citra baru yang merupakan hasil dari pemotongan citra yang dilakukan.
2.5.2 Grayscaling
Citra grayscale atau citra keabu-abuan memiliki nuansa warna abu-abu yang berada diantara warna hitam dan putih. Citra graysclace
direpresentasikan dengan variasi nilai intensitas tertentu yang berada dalam interval 0 hingga 255. Proses grayscaling mengubah citra
berwarna yang memiliki 3 komponen warna R, G dan B menjadi 1 komponen warna dengan memberikan sebuah nilai bobot kepada 3
komponen R, G dan B kemudian dijumlahkan untuk memperoleh intensitas warna abu-abu. Persamaan yang umum dipakai untuk
mengubah citra berwarna menjadi citra grayscale menggunakan standar NTSC National Television System Committee yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:
, = .
, + .
� , + .
∗ ,
2.1 Dengan:
gx,y = citra yang akan dikonversi menjadi grayscale Rx,y = nilai pixel pada lokasi x,y untuk komponen R
Gx,y = nilai pixel pada lokasi x,y untuk komponen G Bx,y = nilai pixel pada lokasi x,y untuk komponen B
2.5.3 Binarization
Binarization merupakan sebuah proses untuk mengubah citra grayscale menjadi citra hitam putih. Citra perlu diubah kedalam format
binary karena informasi mengenai warna tidak dibutuhkan, selain itu juga untuk mengurangi dimensi data dan kompleksitas komputasi serta
data yang diproses hanya dalam format 0 atau 1. Secara umum suatu
citra dipisahkan menjadi 2 komponen, yaitu komponen pertama adalah objek dari citra, kemudian yang lainnya adalah background. Untuk
mengkonversi citra grayscale menjadi citra biner sekaligus memisahkan antara objek dan background maka dilakukan proses
pengecekan nilai setiap nilai pixel terhadap nilai ambang atau sering disebut dengan pengambangan intensitas atau thresholding. Menurut
Kadir dan Susanto 2012 nilai ambang ditentukan dengan terlebih dahulu melihat histogram citra dan dipilih nilai untuk ambang pada
bagian lembah. Secara matematis, thresholding atau pengambangan intensitas dapat dinyatakan melalui persamaan:
, = {
, ,
≤ 2.2
Dengan: gx,y = citra hasil segmentasi atau citra biner
fx,y = citra masukan x,y
= titik x,y pada citra T
= nilai thresholding nilai ambang Dalam penerapannya, nilai 1 atau 0 pada persamaan 2.2 dapat saling
ditukarkan posisinya. 2.5.4
Image Segmentation Segmentasi citra merupakan suatu metode yang dilakukan untuk
memperoleh objek-objek yang terkandung di dalam citra atau membagi suatu citra menjadi beberapa daerah yang memiliki kemiripan atribut
antara objek atau daerah pada citra Kadir et.al., 2012. Penelitian yang telah dilakukan oleh Widiarti et al. 2014 tentang
Preprocessing Model of Manuscript in Javanese Characters memaparkan salah satu tahapan penting dalam memperoleh karakter
dalam manuskrip adalah menggunakan projection profile. Prinsip kerjanya adalah mencari line image garis suatu karakter kemudian
dari garis tersebut kita mencari karakter aksara tersebut. Langkah pertama adalah melakukan vertical projection yaitu memproyeksikan