d. Faktor lokasi
Nilai varian sebesar 6,439 komponen ke empat mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan PERMATA
BANK Tunjungan Surabaya sebesar 6,439. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti yang dilakukan oleh peneliti pada
kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang
dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, jenis bank, tempat penelitian, ruang lingkup yang digunakan, jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian.
Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Sikap Nasabah Dalam Memilih Jasa Perbankan Syariahl”, dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sikap nasabah
dalam memilih jasa perbankan Syariah Y, sedangkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah TangibelX1,External valueX2
ReabilityX3, AssuranceX4,Empathy X5, Responssivenes X6. .
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Bank
Pengertian bank yang terdapat pada pasal 1 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU NO 7 Tahun 1992 tentang perbankan yakni bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
banyak. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi bank dari berbagai sumber
lain: 1.
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” Martono, 2002:20.
2. “Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit
dan jasa-jasa dalam lalu lintas dan peredaran uang ” Simorangkir, 2002: 10. 3.
“Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperoleh dari
orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral Martono, 2002: 20.
4. “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga
perantara keuangan financial intermediares, yang menyalurkan dana dari pihak yang berlebihan dana idlle fundsurplus unit kepada pihak yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana deficit unit pada waktu tertentu.” Dendawijaya, 2001: 25
Dari berbagai penjelasan mengenai definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan definisi bank sebagai berikut: Bank merupakan suatu lembaga
keuangan yang berperan dalam menyediakan jasa-jasa penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat serta sekaligus berperan
penting dalam pembangunan negara melalui moblisasi dan alokasi dana pembangunan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.2. Fungsi Dan Tugas Bank
Bank yang bertindak sebagai lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai penghubung antara pihak kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
Tetapi pada dasarnya bank memiliki tiga fungsi sebagai berikut: 1.
Sebagai tempat menyimpan uang, dalam hal ini bank memberikan surat-surat atau selembar kertas dalam bentuk:
a Giro demand deposit
b Deposito berjangka time deposit
c Tabungan saving deposit
2. Sebagai lembaga penyalur kredit. Dalam hal ini bank dapat memanfaatkan
uang yang disimpan oleh nasabah, dan kemudian menyalurkannya pada pihak-pihak membutuhkan dana.
3. Sebagai perantara lalu lintas pembayaran. Dalam hal ini bank dapat bertindak
sebagai penghubung antara nasabah satu dengan nasabah lainya saat keduanya melakukan transaksi. Kedua nasabah tersebut tidak secara langsung
melakukan pembayaran tetapi cukup memerintahkan pada bank untuk menyelesaikannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tugas Pokok Bank adalah : Pada dasarnya Bank mempunyai tugas – tugas Sebagai berikut :
1. Menarik uang dari masyarakat
2. Memberikan kredit pinjaman kepada orang atau badan usaha yang
membutuhkan. 3.
Memberikan jasa – jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Harijanto,1997 : 14.
4. Kegiatan lain misalnya memberikan jaminan simpanan bank,
menyewakan tempat untuk menyimpan barang – barang berharga. Tugas – tugas tersebut merupakan aktifitas perbankan yang erat
hubungannya dengan dunia perdagangan dan keuangan. Antara tugas dan fungsi pokok perbankan tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain.
Fungsi pokok perbankan adalah sebagai alat penarik dana yang erat hubungannya dengan dunia perdagangan dan keuangan. Antara tugas dan fungsi
pokok perbankan tidak dapat dipisajkan satu sama lain. Fungsi pokok perbankan adalah sebagai alat penarik dana yang ada di
masyarakat baik uang kartal atau tunai maupun uang giral, sebagai penyalur dana masyarakat yang disediakan jasa perdagangan internasional. Harijanto,1999 : 14.
Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa bank mempunyai fungsi yang sangat luas dalam suatu perekonomian suatu negara, karena bank merupakan
alat untuk menjaga kesetabilan moneter dan keuangan. Bank mempunyai fungsi utama dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat, dalam
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
hal ini bank berperan juga dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat banyak.
2.2.3. Sumber Dana Bank
“Bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa. Dana
Bank adalah merupakan uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktifa lancar yang dikuasai Bank dan setiap waktu dapat diuangkan.” Dendawijaya, 2001: 52
Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak-pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan
kepada bank sewaktu-waktu. Dana bank yang digunakan sebagai alat operasional suatu bank bersumber dari, menurut Dendiwijaya, dana-dana bank bersumber dari
beberapa pihak sebagai berikut: 1.
Dana pihak kesatu dana dari modal bank sendiri Dana pihak kesatu adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para
pemegang saham, pemegang saham pendiri maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu pendiriannya.
2. Dana pihak kedua Dana pinjaman dari bank luar
Dana pihak kedua adalah dana-dana yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana sebagai berikut:
a Call money
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Call money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian antar bank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang
diperlukan oleh bank. b
Pinjaman biasa antar bank Pinjaman biasa antar bank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa
pinjaman biasa dengan jangka waktu yang relatif lebih lama. c
Pinjaman lembaga keuangan bukan bank LKBB Pinjaman dari LKBB ini lebih banyak berbentuk surat berharga yang
dapat diperjual belikan dalam pasar uang sebelum jatuh tempo dari pada berbentuk kredit.
d Pinjaman dari bank sentral BI
Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman kredit yang diberikan bank Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang
tergolong berprioritas tinggi. Pinjaman dari bank Indonesia untuk jenis tersebut dikenal dengan istilah kredit Likuiditas Bank Indonesia LKBI.
3. Dana pihak ketiga dana dari masyarakat
Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat dan merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Dana
dari masyarakat terdiri dari beberapa jenis yaitu: a
Giro demand deposit
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikanya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, dan surat perintah
pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindah bukuan. b
Deposito time deposit Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya
hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.
c Tabungan saving deposit
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yank penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Dendawijaya,
2001: 53
2.2.4. Jenis Bank
Dalam prakteknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang – Undang. Tetapi juga ditinjau dari
segi fungsinya maka bank dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu : 1.
Bank Sentral Bank Sentral merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan disuatu Negara. Di setiap Negara hanya ada satu Bank Sentral yang dibantu oleh cabang –
cabangnya. Di Indonesi fungsi Bank Sentral dipegang oleh Bank Indonesia BI.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Bank Umum
Bank Umum merupakan Bank yang bertugas melayani seluruh jasa – jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik itu masyarakat
perorangan maupun lembaga – lembaga lainnya. Bank Umum juga dikenal dengan Bank Komersial dan dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu : Bank
Umum Devisa dan Bank Umum Non Devisa. 3.
Bank Perkreditan Rakyat BPR Bank Perkreditan Rakyat BPR merupakan bank yang khusus melayani
masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan.Bank Perkreditan Rakyat berasal dari bank desa, bank pasar, lumbung desa, bank pegawai serta bank – bank
lainnya kemudian melebur menjadi satu yaitu Bank Perkreditan Rakyat BPR.Kasmir,2003 :7
Dilihat dari segi penciptaan uang giral,ada dua jenis bank yaitu : A.
Bank Primer yaitu bank yang dapat menciptakan uang giral. Yang tergolong dalam penelitian ini adalah :
Bank Sirkulasi Bank Sentral yang dapat menciptakan kredit dalam
bentuk uang kertas dan uang giral.
Bank Umum yang dapat menciptakan uang giral. B.
Bank Sekunder yaitu bank yang bertugas sebagai perantara dalam penyaluran kredit. Yang tergolong dalam pengertian ini adalah :
Bank Tabungan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Bank – bank lainnya bank pembangunan dan bank hipotik yang
tidak dapat menciptakan uang giral. Kasmir,2003 : 17
2.2.5. Jenis-jenis Bank Menurut Pembagian Bunga
a Bank Konvensional
Bank konvensional merupakan bank yang menjalankan usahanya seperti pemberian kredit, jasa-jasa lalu lintas, dan perbedaan uang secara
konvensional, dan di dalam ketentuan pemberian imbalan dalam bentuk bunga.
b Bank Syariah
Bank Syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara syariah dan didalam
ketentuan pemberian imbalan bank syariah memberikanya dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima nasabah akan
berbeda-beda setiap bulanya, menurut Lewis, 2001: 64.
2.2.6. Ekonomi Islam 2.2.6.1. Ekonomi Syariah
System yang lengkap dari syariah islam adalah mencangkup masalah pembangunan ekonomi serta industry perbankan sebagai salah satu penggerak
roda perekonomian. Dalam syariah islam, ekonomi adalah ilmu untuk menggunakan sumber daya yang dimanfaatkan kepada manusia sebagai khalifa
Allah SWT di muka bumi dalam menjalankan tugas manusia sebagai abdi Allah SWT.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Islam menyediakan suatu sistem ekonomi dengan memanfaatkan sumber-
sumber daya yang nyata. Menurut DR Umer Chopra2002:2 beberapa sasaran dan fungsi ekonomi islam adalah:
a. Kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh
dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimal. b.
Keadilan social ekonomi dan distribusi kekeyaan dan pendapatan yang merata.
c. Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai satuan
unit yang dapat diandalkan, standart yang adil bagi pembayaran yang ditangguhka, dan alat penyimpanan yang stabil.
d. Mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian
dalam suatu cara yang adil. e.
Memberikan semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal diharapkan dari system perbankan.
2.2.6.2 Perbankan Islam
Perbankan islam memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk
transaksi. Islam melarang kaum muslim menarik atau membayar bunga riba. Pelarangan inilah yang membedakan system perbankan islam dengan system
perbankan konvensional. Beberapa pandangan kaum modernis islam menyatakan bahwa riba berkaitan dengan praktik oleh rentenir lintah darat kecil-kecilan dan
tidak ada kaitanya dengan bunga yang dibebankan atas pinjaman-pinjaman
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
produktif. Tetapi argument itu tidak diterima secara umum dikalangan penulis
muslim. Beberapa ulama telah mengajukan berbagai alasan ekonomi untuk
menjelaskan mengapa bunga dilarang dalam islam. Sumber utama islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Kedua sumber ini menyatakan bahwa penarikan bunga
adalah tindakan pemerasan dan tidak adil sehingga tidak sesuai dengan gagasan islam tentang keadilan dan hak milik. Penolakan atas bunga ini memunculkan
pertanyaan tentang apa yang dapat menggantikan mekanisme penerapan suku bunga dalam kerangka kerja islam. Jika pembayaran dan penrikan bunga dilarang
bagaimana bank-bank islam beroperasi? Disinilah PLS masuk , menggantikan system bunga dengan system profit-and-loss-sharing bagi- untung- dan- rugi
sebagai metode alokasi sumber daya. Algoud dan lewis : 2001 : 11 Selain itu pula dari perspektif ekonomi islam , tujuan utama system
perbankan dan keungan islam, menurut Algoud dan lewis 2001:135 dapat disimpulkan sebagai berikut :
a Penghapusan bunga dari semua transaksi keungan dan pembaharuan semua aktivitas bank agar sesuai dengan prinsip-prinsip islam.
b Pencapaian distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar. c Promosi pembangunan ekonomi.
2.2.6.3.Bunga Bank dan Riba
Operasi system perbankan konvensional ditentukan oleh kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat melalui pelayanan dan bunga bank yang
menarik. Masyarakat yang menyimpan dananya di bank akan mendapat imbalan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
bunga atau bunga simpanan, sebaliknya masyarakat yang meminjam uang di bank
diharuskan mengembalikan uang yang dipinjam beserta bunganya. Dari kegiatan
tersebut diatas menurut Muhammad 2002:56 ada beberapa hal mengenai
bunga, yaitu sebagai berikut: 1.
Bunga adalah tambahan terhadap uang yamg disimpan atau dipinjam. 2.
Besarnya bunga yang harus dibayar telah ditetapkan dimuka tanpa memperdulikan apakah pihak bank atau peminjam berhasil dalam
usahanya atau tidak. 3.
Besarnya bunga yang harus dibayar dicantumpan dalam rangka persentase yang artinya apabila hutang tidak dibayar atau simpanan
tidak diambil dalam beberapa tahun hutang atau simpanan itu bisa menjadi berlipat ganda jumlahnya.
Menurut DR Umer Chapra 2000:22 dalam syariah riba secara teknis
mengacu pada pembayaran premi yang harus dibayarkan oleh peminjam kepeda pemberi pinjaman disamping pengembalian pokok dengan syarat pinjaman atau
perpanjangan batas jatuh tempo. Dalam pengertian ini menurut ahli fiqih, riba memiliki pengertian dan persamaan makna dengan bunga interest . Secara
syariah ada dua jenis riba salah satunya yakni riba nasi’ah yang berarti menunda, menangguhkan, atau menunggu dan mengacu pada waktu yang diberikan bagi
pengutang untuk membayar kembali utang dengan memberikan tambahan atau premi Chapra 2002:22”. Oleh karena itu riba nasi’ah mengacu kepada bunga
pada utang atau pinjaman, dan mengandung implikasi bahwa adanya penetapan suatu keuntungan positif didepan pada suatu pinjaman sebagai imbalan karena
menunggu, yang secara syariah hal ini tidak diperbolehkan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.7. Perbankan Syariah
2.2.7.1. Pengertian Bank Syariah
Bank islam, tanpa bunga dan bank bagi hasil adalah nama lain dari bank syariah. Menurut accounting and auditing for Islamic financial institusien
AASIFI yang diterbitkan oleh accounting and auditing organization for Islamic financial instutions yang berpusat di Bahrain, bank syariah adalah suatu lembaga
yang didirikan dengan konsep islam bahwa profit diperuntukan bagi mereka yang siap menanggung resiko.
Sedangkan menurut Khan bank syariah adalah institusi keaungan dan
sosial yang memiliki ciri-ciri dan aturan dari hukum islam, yang menganggap bahwa kekayaan itu diamanatkan kepada manusia. Dari kedua pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas peredaran uang yang kegiatan usahanya disesuaikan dengan prinsip
islam yang mengacu kepda Al-Qur’an dan Al-Hadist. Melakukan kegiatan usaha sesuai prinsip islam yang dimaksudkan disini
adalah mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam yang menyangkut tata cara bermuamalah bersosial secara islam antara lain misalnya dengan menjauhi
praktek-praktek yang mengandung unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil. Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan usaha dengan
mengacu pada Al-Qur’an dan Al-Hadist adalah dalam pengoperasiannya mengikuti larangan dan perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul Muhammad SAW, penekanan dalam pelarangan tersebut terutama berkaitan dengan praktek-praktek bank yang mengandung dan dapat menimbulkan riba.
Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 275 :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, disebabkan mereka berkata berpendapat sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba..”
2.2.7.2. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah
Bank Syari’ah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dan riba. Dengan demikian, kerinduan umat islam
indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah mendapatkan jawaban dengan lahirnya bank Islam. Bank Islam lahir di Indonesia pada awal
tahun 90-an atau tepatnya setelah ada UU No. 7 Tahun 1992, yang direfisi dengan UU perbankan dengan No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang
beroperasi dengan sistem bagi hasil atau bank syari’ah. Kemudian dalam perkembangannya bank Indonesia mengeluarkan regulasi baru tentang bank
syariah melalui UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dana pihak B.I sendiri telah membentuk biro perbankan syariah yang menjadi wadah bagi
perbankan syariah yang ada di Indonesia, dan saat ini biro tersebut telah di tingkatkan menjadi sebuah direktorat.
Yang menjadi latar belakang pendirianya bank syari’ah adalah: 1.
Keinginan umat islam untuk menghindaridari riba dalam kegiatan muamalahnya.
2. Keinginan umat islam untuk memperoleh kesejahteraan lahir dan batin
melalui kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agama.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Keinginan umat islam untuk mempunyai alternatif pilihan dalam
mempergunakan jasa-jasa perbankan yang dirasakan lebih sesuai. Antonio, 2001: 6.
Bank Islam diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang
dikeluarkan oleh bank Islam. Melalui pembiayaan ini bank Islam dapat menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan bank Islam dengan nasabah tidak lagi
sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan.
2.2.7.3. Landasan Hukum Bank Syariah
Bank syariah di Indonesia mendapatkan kebijakan yang kokoh setelah adanya deregulasi sector perbankan pada tahun 1983. Hal ini dikarenakan sejak
saat itu diberikan penentu tingkat suku bunga, termasuk nol persen atau peniadaan bunga sekaligus kepada institusi perbankan. Namun hal ini belum
termanfaatkan karena tidak diperkenankan pembukaan kantor baru , keadaan ini berlangsung sampai pemerintah mengeluarkan pakto pada tahun 1988 yang
memperkenankan berdirinya bank-bank baru. Kemudian posisi perbankan syariah semakin pasti setelah disahkan undang-undang perbankan nomor 7 tahun 1992
yang memberikan kebebasan bagi bank untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil oleh nasabahnya baik bunga maupun keuntungan bagi hasil.
Sesuai dengan perkembangan perbankan maka UU No.7 tahun 1992 tersebut disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 yang membuka
kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank syariah maupun yang ingin mengkonversi dari system konvensional menjadi system syariah UU No. 10
tahun 1998 ini sekaligus menghapus peraturan pemerintah No 72 Tahun 1992
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang melarang adanya dual system dalam kegiatan usaha secara konvensional
dapat juga melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syariah. Disamping itu bank syariah di Indonesia juga dibatasi oleh pengawasan
yang dilakukan oleh dewan pengawas syariah. Hal ini menandakan bahwa setiap produk bank syariah harus mendapatkan persetujuan dari dewan pengawas syariah
terlebih dahulu sebelum diperkenalkan kepada masyarakat. Untuk menjalankan UU No. 10 tahun 1998 tersebut selanjutnya
dikeluarkan surat keputusan direksi bank Indonesia tentang bank umun dan perkreditan rakyat tahun 1999 dilengkapi juga dengan bank umum berdasarkan
prinsip syariah dan bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah. Aturan yang berkaitan dengan bank umum berdasarkan prinsip syariah diatur dalam surat
keputusan direksi bank Indonesia No.3234KEPDIR, tanggal 12 Mei 1999. Sebagai tindak lanjut bagi UU No.10 tahun 1998, bank Indonesia sebagai otoritas
perbankan perbankan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 624PBI2004 tertanggal 14 Oktober tentang bank umum yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dari surat edaran bank Indonesia Nomor 322UPPB tertanggal 12
Mei 1999 dasar surat keputusan direksi Bank Indonesia Nomor 3234KEPDIR tertanggal 12 Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah.
Dalam ketentuan tersebut diatur tata cara mengenai pendirian, perijinan prinsip maupun perijinan kegiatan usaha, kepemilikan, kegiatan usaha bank,
pembukaan kantor cabang, pemindahan alamat kantor dan sebagainya. Operasional produk bank syariah di Indonesia dijalankan berdasarkan UU
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Peraturan Bank Indonesia, dan surat keputusan Direksi Bank Indonesia sebagai
berikut : 1.
Udang-undang mengenai bank syariah a.
Undang-undang No.10 Tahun 1998, tentang perubahan atas b.
Udang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan c.
Undang-undang republic Indonesia No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
2.2.7.4. Konsep Bank Syariah Pada dasarnya konsep bank syari’ah dalam menjalankan usahanya sama
dengan bank konvensional lainnya seperti memberikan kredit, jasa-jasa lalu lintas pembayaran, dan peredaran uang. Tetapi bank syari’ah dalam menjalankan
usahanya tidak dapat dipisahkan dari konsep-konsep syari’ah yang mengatur produk dan oprasionalnya. Salah satu ketentuan syari’ah itu adalah bank syari’ah
tidak menerapkan sistem bunga pada berbagai produknya, dan ini merupakan perbedaan yang paling mendasar dari kedua konsep bank tersebut.
Dasar utama sistem perbankan Islam, menurut Lewis, 2001: 55, terdiri atas beberapa elemen penting yakni:
a. Riba dilarang dalam semua transaksi.
b. Bisnis dan investasi dijalankan berdasarkan aktifitas-aktifitas yang halal.
c. Transaksi harus bebas dari unsur gharar sepekulasi atau tidakpastian.
d. Jakat harus dibayar oleh bank untuk dimanfaatkan masyarakat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
e. Semua aktifitas harus sejalan dengan prinsip-prinsip islam, dengan dewan
syariah khusus sebagai pengawas. Bank syari’ah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk mewujudkan
terbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana shahibul maal dan pengelola dana. Secara garis besar
konsep bank syari’ah terdiri atas lima konsep aqad. Berdasarkan atas lima konsep ini dapat ditemukan produk-produk lembaga keuangan bank syari’ah, lima konsep
tersebut adalah: 1.
Prinsip simpanan murni al-wadi’ah Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank
syari’ah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas al-wadi’ah
biasanya diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito. al-wadi’ah identik dengan giro dalam
bank konvensional. Muhammad, 2002: 17 2.
Bagi hasil al-mudharabah Al-mudharabah yaitu perjanjian antara pemilik modal dengan pengusaha.
Pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyekusaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian bagi
hasil sesuai dengan perjanjian. Apabila usaha yang dibiayai mengalami kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemilik
modal, kecuali kerugian tersebut terjadi karena kelalaian pengusaha. Sumitro, 2002: 32
3. Prinsip jual beli al-murabahah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Prinsip jual beli ini al-murabahah salah satu sistem yang menerapkan tata cara jual beli. Bank akan memberi terlebih dahulu barang yang di butuhkan
atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan margin. Muhammad, 2002: 85.
4. Prinsip sewa al-ijarah
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas bunga dan jasa melalui pembayaran uapah atau sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri Ascarya, 2007: 101. 5.
Prinsip jasafee Prinsip jasa ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah garansi bank, kliring, inkaso, jasa transfer, dan lain-lain. Muhammad, 2002: 85.
2.2.8. Produk Oprasional Bank Syariah Secara garis besar pengembangan produk bank syari’ah dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu: 1.
Produk penghimpunan dana 2.
Produk penyaluran dana 3.
Produk jasa
2.2.8.1. Produk Penghimpunan Dana
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Produk penghimpun dana pada bank syari’ah, menurut antonio, terbagi atas dua akad yakni wadi’ah dan mudharabah.
1. Wadi’ah
Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepihak lain baik indivdu maupun badan hukum yang harus di jaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendaki. Prinsip wadiah dalam produk bank syari’ah dapat dikembangkan menjadi dua jenis yaitu:
a Yad Al-Amanah, yaitu pihak penyimpan tidak bertanggung jawab atas
kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam
memelihara barang titipan. b
Yad al-dhamanah, yaitu pihak penyimpang yang bertanggung jawab atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang tersebut. Bank
sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan al-wadi’ah untuk tujuan.
2. Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak yakni pihak pertama shahibul mall menyediakan seluruh modal, sedangka pihak lainnya
menjadi pengelolah. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian sipengelola. Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Mudharabah Muthalaqah, adalah bentuk kerjasama antara dua pihak
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.
b. Mudharabah Muqayyadah, adalah pihak kedua dibatasi dengan batasan
jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si pihak pertama dalam memasuki
jenis dunia usaha. Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan, pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada: a.
Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban dan tabungan deposito
biasa. b.
Deposito sepesial, yaitu dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya jual beli atau sewa menyewa. Antonio, 2002:
85
2.2.8.2. Produk Penyaluran Dana Produk penyaluran dana di bank syari’ah, menurut antonio, dapat di kembangkan
menjadi tiga model, yaitu: 1.
Prinsip jual beli Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan dengan pola transfer of
property dan tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi harga
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
jual barang. Prinsip ini dikembangkan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Al-murabahah
Al-murabahah adalah jual beli dengan harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam muarabahah penjual harus
memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah umumnya dapat
diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of
credit LC. kalangan perbankan syari’ah di Indonesia banyak menggunakan murabahah secara berkelanjutan seperti untuk modal
kerja. b.
As-salam As-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Bank sebagai pembeli nasabah sebagai penjual. As-salam biasanya digunakan pada pembiayaan
petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan, dan juga dapat di aplikasikan pada pembiayaan industri.
c. Al-istishna
Al-istishna merupakan akad salam namun pembayarannya dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan pada
pembiayaan manufaktur dan konstruksi. 2.
Prinsip sewa al-ijarah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak
pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Prinsip ini terdiri atas : a.
Al-ijarah Al-ijarah adalah akad pemindah hak guna dasar barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
b. Al-ijarah al-muntahiha Bit Tamlik
Al-ijarah al-muntahiha bit tamlik adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya adalah akad sewa yang
diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa. c.
Bank-bank islam yang mengoprasikan produk al-ijarah dapat melakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun financial lease. Akan
tetapi pada umumnya bank-bank islam lebih banyak menggunakan Al- ijarah al-muntahiha bit tamlik karena lebih sederhana dari sisi
pembukuan. 3.
Prinsip bagi hasil Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syari’ah dioprasionalkan
dengan pola-pola sebagai berikut: a.
Al-musyarakah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua
jenis: a.1. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan dan wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih, dalam musyarakah kepemilikan dua orang atau
lebih terbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagai pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.
a.2. Musyarakah akad kontrak, tercipta dengan cara kesepakatan dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
modal musyarakah. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek,
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dan tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. b.
Al-mudharabah Mudharabah adalah kerjasama antara dua belah pihak, pihak pertama
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak secara umum mudharabah terbagi atas dua jenis yaitu:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b.1. Mudharabah muthaloqah Mudharabah muthaloqah adalah bentuk kerjasama yang cakupanya
sangat luas dan tidak di batasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
b.2. Mudharabah muIqayyadah Mudharabah muIqayyadah yaitu pihak kedua dibatasi dengan batasan
jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan pihak pertama dalam
memasuki jenis dunia usaha. Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan
dan pendanaa. Adapun pada sisi pembiayaan Mudharabah diterapkan untuk:
a. Pembiayaan modal kerja, sepeti modal kerja perdagangan dan jasa.
b. Investasi khusus, merupakan sumber dana khusus dengan penyaluran
yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak pertama. Antonio, 2001: 101
2.2.8.3. Produk Jasa
Dalam pelayanan jasa ini dioperasionalkan dengan pola sebagai berikut:
1. Al-hawalah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Al-hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankn
biasanya diterapkan pada hal-hal: a.
Facturing atau anjak piutang, yaitu para nasabh yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu
membayar piutang tersebut dan bank menagihnya dari pihak ketiga itu. b.
Post dated check, yaitu bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.
c. Bill discounting, secara prinsip, bill discounting serupa dengan hawalah,
hanya saja dalam bill discounting nasabah harus membayar fee, sedangkan pembahasan fee tidak didapati dalam kontrak hawalah.
2. Ar-rahn
Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara
sederhana dapat dijelaskan rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai. Kontrak ar-rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal berikut:
a. Sebagai produk pelengkap atau akad tambahan jaminan terhadap produk
lain. Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekwensi akad tersebut.
b. Akad ar-rahn dipakai sebagai alternatif dari penggadaian konvensional,
bedanya dengan penggadaian bisa dalam rahn nasabah tidak dikenakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan
bunga penggadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan di
muka. 3.
Al-wakalah Wakalah berarati penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat dalam
hal ini nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya untuk melakukan pekerjaan jasa tertentu. Secara umum, aplikasi wakalah dalam
perbankan dapat diterapkan, misalnya: transver dan sebagainya. 4.
Al-kafalah Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang
yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan. Sudarsono, 2003: 77.
5. Al-Sharf
Al-Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta asing dengan valuta lainnya, transaksi ini dapat dilakukan baik dengan semata-mata uang yang sejenis dan
mata uang asing lainnya. 6.
Al-Qardh
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Al-Qardh adalah akad pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. Budisantoso,
2006: 161.
2.2.9. Tabungan 2.2.9.1. Pengertian Tabungan
Secara umum pengertian tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan dan tidak dikeluarkan untuk konsumsi.dumairy, 1997:125
Sedangkan menurut Udang –undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 merupakan simpanan yang penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat-
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Simpanan tabungan adalah simpanan pada bank yang penarikanya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. penarikan tabungan dilakukan
menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuintansi atau kartu anjungan tunai mandiri ATM
2.2.9.2. Motivasi Menabung di Bank
Masyarakat yang memiliki pendapatan yang lebih cenderung untuk menabungkan uangnya dibank. Adapun motivasi masyarakat untuk menyimpan
uangnya di bank adalah:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Tingkat suku bunga yang tinggi .
Dengan menyimpan uangnya dibank, masyarakat akan mendapatkan tingkat bunga, dari pada membiarkan uangnya menganggur dirumah. Terutama
memilih bank yang menetapkan tingkat bunga yang tinggi. b.
Bonafiditas Pada umumnya masyarakat tidak akan menyimpan uang nya di bank yang
bonafiditasnya diragukan. Masyarakat lebih mempercayai bank pemerintah dan sebagaian bank swasta
c. Uang yang disimpan dibank akan terjamin keamanannya karena bank
merupakan lembaga keuangan yang memproduksi jasa dan kepercayaan oleh karena itu masyarakat yang mempunyai uang di bank berarti bank tersebut
telah memperoleh kepercayaan dari masyarakat. d.
Dengan menyimpan uang di bank akan meringankan pembayaran pada beberapa bank penabung akan memperoleh manfaat dan fasilitas yang
diberikan oleh bank. e.
Mendidik untuk hidup hemat dan berencana untuk tidak berpola konsumerisme yang berlebihan.Rosyidi,1994:144
2.2.9.3. Menabung di Bank Syariah
Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh islam, karena dengan menabung berarti orang muslim mempersiapkan diri untuk perencanaan masa
yang akan dating sekaligus untuk menghadapi masalah yang tidak diinginkan,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang secara tidak langsung memerintahkan kaum
muslimin untuk memper siapkan hari esok secara lebih baik misalkan : 1.
Al-Qur’an surat An-Nisa : 9 yaitu: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka kwatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah dan hendaklah mengucapkan perkataan yang benar
2.2.9.4. Jenis Tabungan di Bank Syariah
Bank syariah menetapkan dua akaddalam tabungan,yaitu wadiah dan mudharabah.
a. Tabungan yang menerapkan akad wadiah mengikuti prinsip-prinsip
wadiah yad adh-dhamanah artinya tabungan ini tidak mendapatkan keuntungan karena ia titipkan dan dapat di ambil sewaktu-waktu dengan
menggunakan buku tabungan atau media lain seperti kartu ATM. Tetapi bank tidak dilarang jika ingin memberikan bonus atau hadiah.
b. Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip akad
mudharabah di antaranya adalah pertama keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara sohibul maal nasabah dan mudharib
Bank. Kedua adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dengan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan
memutar dana itu diperlukan waktu yang cukup. Antonio, 1999:208.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.10. Bagi Hasil
2.2.10.1. Sistem Bagi Hasil Bank Syariah
Tingkat bagi hasil adalah prosentase tingkat keuntungan yang didapat oleh nasabah sebagai bentuk kompensasi atas dana masyarakat yang dikelola oleh
bank. Salah satu perbedaan prinsip antara bank syari’ah dengan bank konvensional adalah pada tata cara atau ketentuan pemberian imbalan. Bank
konvensional memberikan imbalan dalam bentuk bunga sedangkan bank syariah memberikan imbalan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan
yang diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulanya, tergantung dari pendapatan investasi yang dilakukan bank pada bulan bersangkutan. Menurut
Algaoud dan lewis 2001: 64, yang menjadikan sistem bagi hasil boleh dalam islam, sementara sistem bunga tidak boleh, karena dalam sistem bagi hasil, yang
ditetapkan sebelumnya hanyalah rasio nisbah, bukan tingkat keuntunganya. Secara syari’ah ada dua instrumen bagi hasil dalam sistem bank syari’ah
yaitu mudharabah dan musyarakah. Diantara kedua model ini maka mudharabah adalah metode yang paling umum digunakan. Berdasarkan metode ini, bank islam
akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan peminjam dana. Dengan penabung bank bertindak sebagai pengelola dana dan disisi lain,
dengan peminjam dana, bank akan bertindak sebagai pemilik dana. Dalam menjalankan prinsip bagi hasil, ada beberapa faktor penting yang
menentukan besar kecilnya prosentase keuntungan yang akan dibagikan antara pihak bank dan penabung maupun dengan peminjam dana, faktor-faktor tersebut,
menurut Antonio 2001: 139, ialah:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Investement rate, merupakan prosentase aktual dana yang diinvestasikan dari
total dana bank. b.
Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Investemen rate
dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.
c. Nisbah bagi hasil profit sharing ratio.
Pada dasarnya, menurut Muhammad 2002: 110, bank bagi hasil memberikan keuntungan pada deposan dengan pendekatan loan to deposit
ratio LDR, sedangkan bank konvensional dengan pendekatan biaya. Artinya, dengan mengakui pendapatan, bank syariah menimbang rasio antara dana
pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan, serta pendapatan yang dihasilkan dari perpaduan dua hal tersebut. Sedangkan bank konvensional
langsung menganggap semua bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa memperhitungkan berapa pendapatan yang dapat dihasilkan dari dana yang di
himpun tersebut. Maka dalam hal ini, bank syariah terdapat unsur ketidak pastian dalam memperoleh keuntungan, karena berapa rupiah pendapatan riil
yang akan diperoleh nasabah sangat bergantung kepada pendapatan yang akan diperoleh bank.
Maka agar tetap dapat bersaing dengan bank konvensional, bank syariah memberikan special nisbah yang kira-kira indikasinya sama dengan
special rate pada bank konvensional. Caranya dengan mengurangi porsi bank atau dengan kata lain menambah biaya bagi hasil dana pihak ketiga. Special
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
nisbah yang diberikan hendaklah memperhatikan hal-hal sebagai berikut Muhammad, 2002: 111:
1. Nisbah bagi hasil
2. Bobot
3. Pendapatan
4. Rata-rata saldo harian produk simpanan
Dengan demikian, jelas bahwa bank syariah tetap menguntungkan dan memberi bagian keuntungan yang adil kepada semua pihak yang terlibat,
yaitu nasabah debiturdeposan dan bank. Keuntungan yang diperoleh bukan berdasarkan bunga yang dihitung terhadap saldo simpanan atau beasarnya
kredit, namun persen dari pendapatan riil nasabah debitur dan bank. Perbedaan bank diakui pada saat bagi hasil diterima cash based bukan bunga yang
masih akan diterima accural based. Cara menghitung penentuan tingkat bagi hasil menggunakan rumus
sebagai berikut:
berjalan tahun
rugi laba
x Ketiga
Pihak Dana
Jumlah Nasabah
Harian rata
Rata Saldo
= A
A x Bagi Hasil = Tingkat Bagi Hasil
2.2.10.2. Sumber dan Alokasi Pendapatan
Bank memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit-unit yang berkelibahan dana dengan unit-unit yang mengalami kekurangan dana. Maka
sesuai dengan fungsi tersebut, dana pihak ketiga yang telah di kumpulkan Bank Syariah akan dikelola dengan penuh amanah dan istiqomah dengan harapan dana
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tersebut mendapat keuntungan besar baik untuk nasabah atau pihak bank. Sumber dana yang telah diperoleh pihak bank bank syariah akan dialokasikan pada
berbagai portofolio pembiayaan yang ada di bank syariah, maka sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh dari:
1. Bagi hasil denganakad kerja sama mudharabah atau musyarakah
2. Margin atau keuntungan dari akad jual beli atau mudharabah
3. Hasil sewa atau akad ijarah
4. Fee atau biaya administrasi atas jasa-jasa yang diberikan oleh pihak bank
terhadap masyarakat
2.2.10.3 Likuiditas Bank
Secara umum likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kuwajiban membayar uang kas apabila diperlukan. Definisi ini bersifat
umum dan mungkin dapat diperlakukan pada perorangan atau lembaga perusahaan apasaja termasuk perusahaan perbankan dalam pengertian seperti itu,
likuiditas mempunyai peranan yang penting bagi suatu perusahaan. Asas likuiditas yaitu suatu asas yang mengharapkan bank untuk tetap dapat
menjaga likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya karena sebagian dana yang
dimiliki dan disalurkan dalam bentuk kredit maupun pembiayaan yang berasal dari masyarakat.
Suatu bank dikatakan likuid apabila memenuhi beberapa criteria antara lain :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Bank memiliki cash asset sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk
memenuhi likuiditasnya.
Bank tersebut memiliki asset lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru
melalui berbagai bentuk hutang. Hingga demikian pengelolaan likuiditas akan meliputi kegiatan dalam
perencanaan dan penyediaan kebutuhan likuiditas untuk memenuhi ketentuan penguasa moneter yang berlaku serta dalam rangka memenuhi kebutuhan modal
kerjanya sendiri. Muljono, 1989:19.
2.2.10.4. Fungsi Likuiditas Bank Menurut sinkey, adalima fungsi utama likuiditas bank yaitu:
1. Menunjukan dirinya sebagai tempat yang aman untuk menyimpan uang.
2. Memungkinkan bank memenuhi komitmen pinjamannya.
3. Untuk menghindari penjualan aktiva yang tidak menguntunkan.
4. Untuk menghindarkan diri dari penyalahgunaan kemudahan atau kesan
“negative”, dari penguasa moneter karena meminjam likuiditas dari bank sentral.
5. Memperkecil penilaian resiko ketidakmampuan membayar kewajiban
penarikan dana. Latumerissa, 1999:20.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.11. Jumlah Kantor Bank
2.2.11.1. Kantor Bank Umum
Yang dimaksud dengan jenis-jenis kantor bank dapat dilihat dari luasnya kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank, luasnya
kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan kantor pusat bank tersebut. Disamping itu besar kecilnya kegiatan cabang bank tersebut tergantung dari wilayah
operasionalnya. Banyak sedikitnya kantor bank sangat mempengaruhi besar kecilnya
tingkat oprasional suatu bank. Adapun beberapa jenis kantor bank yang dimaksud :
1. Kantor pusat
Merupakan kantor semua kegiatan perencanaan sampai pada pengawasan terdapat di kantor ini, setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat
tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan tetapi mengendalikan jalanya kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-
cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor pusat tidak melayani jasa bank kepada masyarakat umum.
2. Kantor cabang penuh
Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank yang paling lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang
penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Kantor cabang pembantu
Merupakan kantor cabang yang berada dibawah kantor cabang penuh, dimana kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian saja. Perubahan setatus dari
cabang pembantu kecabang penuh dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang penuh dari kantor pusat.
4. Kantor kas
Merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya hanya meliputi teller atau kasir saja, dengan kata lain kantor kas hanya melakukan sebagian
kecil dari kegiatan perbankan dan berada dibawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini kantor kas yang dilayani dengan mobil
dan sering disebut kas keliling. Untuk menunjang operasinal perbankan dan pemasaran produk-produk
perbankan sangat diperlukan adanya kantor-kantor cabang pembantu. Beberapa alasan untuk membuka kantor cabang:
1. Dalam upaya meningkatkan jangkauan bisnis secara keseluruhan, jangkauan
bisa dilihat dari sisi aktiva maupun pasiva. Apabila suatu bank mempunyai kemampuan menarik atau mengumpulkan dana secara baik, sedangkan kondisi
perekonomian di suatu daerah kurang mendukung untuk melakukan penempatan dana secar maching, biasanya bank tersebut berupaya membuka
cabang-cabang di daerah yang menjadi pusat peredaran uang. 2.
Dikaitkan dengan rencana pengenalan suatu produk yang tepat di daerah tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sebagai salah satu bagian dari strategi pemasaran global. Biasanya cabang didirikan dengan tujuan sebagai bagian dari rencana pemasaran. Hal itu terlihat
misalnya, suatu bank membuka cabang di tempat terpencil dengan tujuan hanya melayani satu-satunya nasabah yang mendirikan pabrik ditempat tersebut. Disini
tujuan pembangunan cabang semata-mata dilihat dari sisi pemasaran karena nasabah telah menikmati fasilitas pinjaman yang diberikan bank induknya.
Pengertian bank menurut Pitono adalah jumlah kantor bank berkaitan dengan fasilitas yang ditawarkan kepada masyarakat luas untuk meraih minat
masyarakat, bank harus memperluas jaringan kantor cabang agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Jumlah kantor bank meliputi kantor
pusat, kantor cabang pembantu, kantor cabang unit dan kantor kas Bank harus memperluas jaringan kantor agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2.2.12. Inflasi 2.2.12.1. Pengertian Inflasi
Menurut Nopirin 1992: 25 inflasi adalah proses kenaikan harga-harga
umum barang-barang secara terus menerus.
Menurut Boediono 1998: 162 inflasi adalah kecenderungan harga-harga
untuk naik dan terus menerus, kenaikan harga satu atau dua jenis barang saja yang tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang lain.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.13. Tingkat Suku Bunga
2.2.13.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga
Suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. Bagi orang yang meminjam uang, bunga merupakan denda yang harus dibayar
untuk mengkonsumsi mengkonsumsi penghasilan yang sebelum diterima. Bagi orang yang memberikan pinjaman, bunga merupakan imbalan karena menunda
konsumsi sekarang hingga jatuh waktu dari piutang. Puspopranoto, 2004: 70. Menurut Kidwell, DS, Peterson, RL dan Blackwell, DW menyatakan
bahwa pada jaman dahulu orang telah meminjamkan barang kepada orang lain dan kadang-kadang mereka telah meminta semacam kompensasi atas jasa yang
diberikan. Kompensasi tersebut disebut sewa, yakni harga dari meminjam harta milik orang lain. Puspopranoto, 2004: 69.
Menurut Miller, RL dan Vanhoose, DD menyatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang diterima dari sipemberi pinjaman
kreditor, sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.
Edmister, RO mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga, yaitu stated rate, annual percentage rate, dan yield, yang didefinisikan
sebagai berikut : Puspopranoto, 2004: 70. a.
Stated rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok pinjaman untuk menghitung beban bunga.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga selama satu tahun dengan
menyesuaikan stated rate, untuk jumlah periode pertahun dan jumlah pokok yang dipinjam.
c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen dengan satu kontrak keuangan yang
memenuhi tiga syarat : 1 jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, 2 pada awal tahun, 3 kemudian dibayar kembali pada akhir tahun beserta
bunga. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga
adalah tingkat balas jasa yang diperoleh atas sejumlah dana atau pinjaman yang telah diberikan.
2.2.13.2. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga
Menurut teori klasik, makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih
tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Teori klasik juga menyatakan bahwa makin
tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Nopirin, 1992: 70.
2.2.13.3. Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga
Teori menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang Nopirin, 1992: 91. Teori Keynes juga menekankan
adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut tingkat bunga dengan unsur permintaan akan uang uang untuk tujuan spekulasi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yaitu permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan kecil apabila
tingkat bunga tinggi. Boediono, 1995: 83. Pada waktu bunga tinggi jumlah uang yang diminta masyarakat dengan
motif spekulasi sedikit, sedangkan pada waktu tingkat bunga rendah jumlah uang yang dibutuhkan masyarakat untuk motif spekulasi tinggi.
2.2.13.4. Teori Paritas Tingkat Bunga
Teori paritas tingkat bunga adalah teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas yaitu, apabila penduduk masing-masing
negara memperjual belikan devisa. Teori paritas tingkat bunga menyatakan bahwa dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara satu akan cenderung
sama dengan tingkat dinegara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu dengan negara yang lain Boediono,
1992: 101.
2.2.13.5 Perbandingan Antara Bank Syari’ah dan Konvensional
Telah diuraikan sebelumnya berbagai pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihan terhadap lembaga keuangan bank khususnya bank non
Syariah baik yang menyangkut faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor keuntungan, hadiah faktor ekonomi cukup mempengaruhi responden dalam
menentukan keputusan. Sementara itu faktor pelayanan, keterjangkauan atau lokasi, keamanan, lingkungan keluarga, psikologis faktor non ekonomi tidak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kalah besar pengaruhnya. Berikut ini berbagai langkah-langkah atau sikap
masyarakat non nasabah bank Syariah ketika akan menjatuhkan pilihan pada perbankan syariah sebagai lembaga keuangan tempat menabung atau pembiayaan.
Faktor pertama yang patut diperhatikan adalah informasi tentang bank syariah tersebut. Sekitar 63,6 menyatakan bahwa keputusan untuk memilih bank
syariah cukup dipengaruhi oleh informasi intens, hanya 7 yang menyikapi bahwa faktor informasi kurang relevan dengan keputusan untuk memilih bank
syariah, maka faktor informasi kepada masyarakat menjadi kata kunci. Faktor-faktor kedua yang cukup mempengaruhi keputusan responden
adalah faktor rasionalitas. Faktor-faktor tersebut tidak hanya meliputi aspek ekonomi saja, namun juga faktor non ekonomi, pertimbangan agama, dan faktor
rasional lainnya. Sejumlah 60,8 menyatakan bahwa keputusan untuk memilih bank syariah cukup dipengaruhi oleh pertimbangan yang rasional.
Tabel 1 : Perbandingan antara bank syariah dan bank Konvensional
No Perbedaan
Bank syariah Bank konvensional
1 Falsafah Tidak berdasarkan
bunga, spekulasi,dan ketidak jelasan
Berdasarkan bunga
2 Oprasionalisasi - Dana masyarakat berupa
titipan dan investasi yang baru akan mendapatkan
hasil jika ‘diusahakan’ terlebuh dahulu.
- Penyaluran pada usaha yang halal dan
menguntungkan - Dana masyarakat berupa
simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat
jatuh tempo. - Penyaluran pada sektor
yang menguntungkan aspek halal tidak menjadi
pertimbangan uta.
3 Aspek sosial
Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang
tertuang dalam misi dan visi
Tidak diketahui secara tegas 4 Organisasi
Harus memiliki dewan pengawas syariah
Tidak memiliki dewan pengawas syariah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sumber : Sudarsono, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Kedua, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta, halaman 42.
2.2.13.6. Pelayanan Nasabah Perbankan
Dalam mengembangkan suatu produk perbankan hendaknya dipertimbangkan kebutuhan masyarakat, segmen yang menjadi target, kemasan
dan cara penyajian yang memadai dalam prosedur yang mudah, cepat dan kualitas pelayanan prima dan penanganan keluhan nasabah hendaknya ditangani secara
cepat, tepat dan benar secara memuaskan nasabah. Umumnya terdapat beberapa bahan pertimbangan yang perlu dicermati
dalam hal perilaku nasabah : pertama, menabung karena rasa aman, kedua, menabung karena melihat suku bunga yang tinggi, ketiga, nasabah yang percaya
kepada salah satu pejabat bank, keempat lokasi bank yang dekat dengan aktivitas yang dilakukan oleh nasabah. Dan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan
oleh Surindo Utama dan Business Information Services, terdapat delapan variabel utama yang menjadi sumber masyarakat mengenal perbankan seperti teman
31, koran 21, Televisi 12, Billboard 11, Pamflet 10, papan nama Bank 8, dari kantor 2, majalah 2. Dari hasil riset itu terlihat,
bahwa fariabel yang paling dominan dari masyarakat dalam proses masyarakat mengenal perbankan adalah dari teman, sedangkan dari alasan nasabah dalam
memilih bank atau membuka tabungan disuatu bank adalah Hariyanto, 2003: 23 :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Aman dan terpercaya 25
b. Pelayanan yang memuaskan 17
c. Milik Pemerintah 1
d. Dekat kantor 12
e. Bunga tinggi 8
f. Bonus dan hadiah besar 8
g. Produk atau jasanya banyak 7
h. Banyak cabang 5
i. Manajemen yang baik 5
j. Milik konglomerat 5
k. Promosi gencar 1
l. Citra baik 1
m. Ada asuransi 1
n. Minggu buka 1
Dari teori-teori yang ada telah dijelaskan, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa untuk memberikan layanan para nasabah, Bank Syariah memperhatikan
dan mempertimbangkan variabel-variabel antara lain :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Tangible
Kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya
adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi fasilitas fisik gedung, gudang, dan lain sebagainya perlengkapan
dan peralatan yang dipergunakan teknologi serta penampilan pegawainya.
b. External Value
Factor diluar pelayanan Bank itu sendiri tetapi mempengaruhi produk Bank tersebut
c. Reability
Hendaknya perbankan memberikan kualitas pelayanan sesuai dengan komitmen perusahaan dengan demikian image perusahaan pun dapat
ditingkatkan. d.
Assurance Tingkat kepercayaan atau jaminan bahwa kualitas pelayanan yang
diberikan kepada konsumen adalah maksimal atau optimal. e.
Empathy Dalam hal ini pihak perbankan pun hendaknya tanggap terhadap apa yang
sebenarnya diinginkan konsumen.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
f. Responsiveness
Bersikap tanggap dalam memberikan pelayanan pada konsumen baik dalam transakakukan awal transaksi, sesudah melakukan transaksi maupun
dalam menghadapi keluhan dari konsumen.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3. Kerangka Pikir Gambar 1