ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK SYARIAH DI SURABAYA.

(1)

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan Kekuatan-Nya sehingga dengan segala keterbatasan waktu, tenaga dan pikiran yang dimiliki penulis, akhirnya skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK SYARIAH DI SURABAYA” dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Melalui skripsi ini, penulis merasa mendapat kesempatan besar untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di perkuliahan, terutama berkenaan dengan implementasi ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangatlah diharapkan demi semakin baiknya kualitas.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta kerja sama banyak pihak . Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar – besarnya kepada :

1. Allah Swt. yang telah memberikan ridho, kemudahan serta bimbingan sehingga penulis dapat dengan tenang menyelesaikan Skripsi ini.

2. Kedua orangtua yang selalu tulus memberikan doa dan dorongan spiritual serta yang tak kalah penting keikhlasannya memberikan materiil dari awal hingga akhir.

3. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE.MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur


(2)

Pembangunan UPN “Veteran” Jatim yang telah memberikan arahan dan bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek ini.

6. Ibu Sishadiyati, SE. MM selaku dosen pendamping yang selalu memberi arahan dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

7. Saudara-saudaraku tercinta Mas Ori, mbak Utty dan dik Fanny yang telah memberikan support dan doa serta mengingatkan saya agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, Semoga Allah memberi balasan sebaik-baiknya. Amien.

Surabaya, ... 2010 

 

Penulis


(3)

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL xi BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori... 11

2.1.1 Pengertian Bank Syariah... 11

2.1.2 Tujuan dari Bank Syariah ... 13

2.1.3 Konsep dan Operasional Bank Syariah... 14

2.1.4 Prinsip-Prinsip Operasional Bank Syariah... 16

2.1.5 Sistem Pembiayaan Bank Syariah ... 17

2.1.6 Transaksi-Transaksi Bank Syariah ... 20

2.1.6.1 Pembiayaan Mudharabah... 21

2.1.6.1.1 Pengertian Pembiayaan Mudharabah... 21

2.1.6.1.2 Dasar Hukum Pembiayaan Mudharabah ... 24

2.1.6.1.3 Syarat-Syarat Pembiayaan Mudharabah ... 25


(4)

2.1.6.3 Pembiayaan Musyarakah ... 30

2.1.6.3.1 Pengertian Pembiayaan Musyarakah ... 30

2.1.6.3.2 Dasar Hukum Pembiayaan Musyarakah... 31

2.1.6.3.3 Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah... 32

2.1.6.4 Pembiayaan Qardhul Hasan... 33

2.1.6.4.1 Pengertian Pembiayaan Qardhul Hasan... 33

2.1.6.4.2 Dasar Hukum Pembiayaan Qardhul Hasan... 34

2.1.6.4.3 Syarat-Syarat Pembiayaan Qardhul Hasan ... 35

2.1.7 Konsep Syariah dalam Perekonomian ... 36

2.1.7.1 Nilai-nilai Syariah dalam perspektif mikro... 36

2.1.7.2 Nilai-nilai Syariah dalam perspektif makro ... 37

2.2 Pengertian Pemasaran ... 37

2.2.1 Konsep Pemasaran ... 40

2.2.1.2 Motif dan Perilaku Pembeli ... 40

2.3 Penelitian sebelumnya ... 42

2.4 Kerangka Pikir ... 43

2.5 Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN... 48

3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel... 48

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 52


(5)

3.4 Teknik Analisis dan Uji Kualitas Data ... 56

3.4.1 Uji Kualitas Data... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 65

4.1 DISKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 65

4.1.1 Keadaan Responden... 65

4.1.2 Jenis Kelamin Responden ... 65

4.1.3 Distribusi Usia Responden... 66

4.2 Uji Kualitas Data... 67

4.2.1 Uji Validitas ... 67

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 68

4.2.3 Uji Normalitas... 68

4.3 Hasil Analisis Faktor... 70

4.3.1 Nilai KMO dan Bartlett’s Test... 70

4.3.2 MSA (Measure of Sampling Adequacy) ... 70

4.3.3 Nilai Communality ... 72

4.3.4 Total Variance Explained ... 74

4.3.5 Component Matrix ... 77

4.3.6 Rotated Component Matrix... 80

4.3.7 Penyusunan Nama Faktor Yang Terbentuk ... 83

4.3.8 Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 86


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Skema Pembiayaan Mudharabah... 23

Gambar 2 : Skema Pembiayaan Murabahah... 27

Gambar 3 : Skema Pembiayaan Musyarakah ... 31

Gambar 4 : Skema Pembiayaan Qardhul Hasan... 34

Gambar 5 : Gambar Kerangka Pikir ... 46

Gambar 6 : Scree Plot Analisis Factor... 27

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Penghimpunan Dana Bank Konvensional dan Bank Syariah.... 3

Tabel 2 : Posisi Kredit Bank Konvensional dan Bank Syariah... 4

Tabel 3 : Jumlah Bank, Kantor, Kacab Syariah dan Umum di Jatim ... 63

Tabel 4 : Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 65

Tabel 5 : Distribusi Usia Responden... 66

Tabel 6 : Uji Validitas... 67

Tabel 7 : Reliabilitas ... 68

Tabel 8 : Uji Normalitas Univariate... 69

Tabel 9 : Nilai KMO ... 70

Tabel 10 : Nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) ... 71

Tabel 11 : Nilai Communality ... 72


(7)

(8)

Oleh :

Amirul Cozian

Abstraksi

Skipsi yang saya susun ini berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk Bank Syariah di Surabaya. Dan metode penelitian yang saya gunakan adalah metode Analisis Faktor.

Skripsi ini disusun menggunakan data-data primer, yang kami peroleh langsung dari wawancara dengan pihak Bank terkait, nasabah serta dari dokumen-dokumen milik bank terkait tersebut.

Skripsi ini disusun dengan latar belakang oleh adanya pemenuhan kebutuhan perbankan masyarakat yang yang diberikan oleh Bank Konvensional yang semakin hari semakin meningkat serta adanya keinginan masyarakat muslim untuk memperoleh pembiayaan yang sesuai dengan syariah.

Bank syariah yang ada di Surabaya ini lahir dengan dasar syariah Islam yang menerapkan system bagi hasil. Dimana kegiatan usaha Bank Syariah terdiri dari kegiatan pendanaan dan pembiayaan. Pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah tersebut dilakukan sistem bagi hasil. Diantara pembiayaan bagi hasil yang diterapkan Bank Syariah adalah Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Qardul Hasan.


(9)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lembaga Keuangan khususnya Perbankan memiliki peranan yang strategis sebagai lembaga intermediasi yang menunjang perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya termasuk didalamnya peluang beruasaha bagi pelaku bisnis, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Oleh karena itu peranan lembaga perbankan nasional yang sehat, tangguh dan terpercaya merupakan keharusan sesuai fungsi utamanya yaitu dalam menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit.

Dalam dasawarsa 80-an dan 90-an, industri perbankan nasional mengalami perkembangan yang luar biasa baik dilihat dari segi volume usaha, penghimpunan dana, maupun pemberian kredit. Selain itu jumlah bank juga mengalami peningkatan yang cukup baik, baik secara umum dan khusus.

Namun keadaan telah berubah sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang berlangsung sejak pertengahan 1997. Krisis tersebut telah menghancurkan seluruh sendi-sendi perekonomian khususnya perbankan nasional.


(11)

Tingginya suku bunga pada saat krisis telah menyebabkan meningkatnya jumlah dana yang berhasil dihimpun baik oleh bank konvensional maupun bank syariah. Tetapi jumlah kredit yang disalurkan tidak mengalami peningkatan. Setelah krisis ekonomi yang berlangsung sejak pertengahan 1997, bank umum tidak mampu lagi memberikan kredit apalagi meningkatkan kredit.


(12)

TABEL 1

Penghimpunan dana pada Bank konvensional dan Bank Syariah di Jawa Timur

Periode 1991-2000 ( dalam ribuan rupiah )

PERIODE

BANK KONVENSIONAL

BANK SYARIAH

1991 7.947.085 108.915

1992 9.433.874 144.222

1993 11.846.115 177.190

1994 14.380.635 216.237

1995 18.127.407 255.233

1996 23.250.827 328.591

1997 34.621.320 305.552

1998 56.282215 307.102

1999 58.664.617 449.953

2000 63.350.168 578.972


(13)

TABEL 2

Posisi Kredit Bank Konvensional dan Bank Syariah di Jawa Timur

Periode 1991-2000 ( dalam ribuan rupiah )

PERIODE

BANK KONVENSIONAL

BANK SYARIAH

1991 13.101.632 154.133

1992 13.007.340 108.557

1993 14.797.241 222.772

1994 17.772.734 277.902

1995 19.839.149 327.838

1996 23.656.038 477.062

1997 37.066.881 375.175

1998 28.972.876 367.623

1999 19.825.894 493.871

2000 22.655.243 696.864


(14)

Konsistensi Bank Syariah dalam memberikan kredit baik pada saat ekonomi sedang dalam keadaan baik maupun pada saat bermasalah telah membuktikan kesungguhan Bank Syariah dalam membangkitkan sektor riil khususnya.

Keinginan masyarakat terhadap adanya Bank tanpa bunga tersebut mendapat respon dengan adanya deregulasi di sektor perbankan sejak 1 Juni 1983 dan Peraturan Bank Indonesia ( PBI ) No 4 Tahun 2002 yang memberikan kebebasan kepada bank-bank untuk menetapkan sendiri tingkat bunganya. Bahkan bank-bank tidak dilarang untuk menetapkan bunga 0%.

Kegiatan Bank tanpa bunga ini semakin baik dengan di keluarkannya UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan dan kemudian disempurnakan dengan UU No 10 Tahun 1998 serta UU No 23 Tahun 1999 tentang bank Indonesia. Untuk selanjutnya Bank tanpa bunga ini di kenal dengan sebutan Bank Syar’i atau Bank Syariah.

Sebagai langkah selanjutnya, dalam meningkatkan usaha kecil, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk mencapai sasaran pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas secara serasi dan seimbang. Kebijakan tersebut diarahkan untuk mendorong dan meningkatkan kemampuan berusaha para pengusaha kecil sehingga usahanya dapat berkembang sehingga memperluas kesempatan kerja dan pada akhirnya mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.

Kegiatan utama Bank Syariah yang diatur dalam UU No 10 Tahun 1998, sebagaimana Bank Konvensional, adalah menghimpun dan menyalurkan dana


(15)

melalui produk-produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Dalam kegiatan menyalurkan dana, Bank Syariah menempuh mekanisme bagi hasil sebagai pemenuhan kebutuhan permodalan dan melalui mekanisme jual-beli sebagai pemenuhan kebutuhan pembiaayan.

Dari pemenuhan kebutuhan permodalan yang ditawarkan tersebut, diantaranya adalah berupa pembiayaan Mudharabah, Murabahah, Musyarakah dan Qardul Hasan, dengan menggunakan prinsip Bagi Hasil.

Dalam iklim persaingan dunia perbankan yang semakin ketat, Bank Syariah dituntut untuk mampu bertahan dan memenangkan persaingan. Akan tetapi dalam operasionalnya Bank Syariah harus tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip dasarnya yang berdasarkan pada syariat islam, sehingga terhindar dari praktek-praktek yang dilarang oleh hukum islam. Keharusan ini disebabkan adanya kemungkinan terjadi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip syariah. Karena itu dari sisi penyaluran dana, Bank Syariah dituntut untuk dapat menjaga tingkat kesehatannya dengan menghindari pembiayaan yang bermasalah.

Dalam penyaluran pembiayaan, Bank Syariah harus mampu memenuhi ketentuan utamanya yaitu bagi hasil yang merupakan pembagian keuntungan dan kerugian. Tetapi timbul ke khawatiran bahwa ketentuan bagi hasil ini tidak dapat diterapkan sesuai Syariah. Ditambah dengan kondisi bahwa Bank Syariah bukan jenis kelembagaan tersendiri melainkan menekankan pada cara menjalankan kegiatan


(16)

usaha perbankan Syariah, sehingga Bank Syariah harus tunduk pada UU yang sama dengan Bank Konvensional. Padahal secara karakteristik berbeda.

Tingkat resiko pembiaayaan yang tinggi keberadaannya yang diatur dalam UU yang sama dengan Bank Konvensional, menimbulkan kekhawatiran bahwa Bank Syariah akan menerapkan praktek yang tidak jauh berbeda dengan Bank Konvensional, dimana Bank Konvensional akan mendapatkan pendapatan bunga secara tetap atas kredit yang diberikan pada nasabah, dan nasabah berkewajiban mengembalikan pinjaman pokok walaupun usahanya mengalami kerugian. Sehingga dalam penyaluran pembiaayaan tersebut bagi hasil hanyalah dijadikan sebagai label semata untuk menggantikan istilah bunga.

Dengan adanya permasalahan yang terjadi antara apa yang seharusnya dipenuhi oleh Bank Syariah dalam pembiayaan dengan sistem bagi hasil, ditambah dengan adanya persaingan yang semakin tajam dalam dunia perbankan serta peraturan yang semakin ketat dari pemerintah tentang tingkat kesehatan perbankan, maka akan menjadi hambatan bagi Bank Syariah untuk menerapkan produk-produk pembiayaannya, seperti Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan Qardul Hasan yang sesuai dengan Syariah. Dalam hal ini Bank Syariah dituntut untuk istiqomah pada tujuan utamanya, yakni memberikan jasa perbankan sesuai dengan islam yang keberadaanya bukanlah untuk semakin mempertahankan status Quo.


(17)

Dalam melakukan kegiatan pembiayaan, Bank Syariah diharapkan mampu memberikan pelayanan yang khusus dan sebaik-baiknya kepada para nasabahnya sehingga nasabah merasa ada perbedaan antara menggunakan Bank Syariah dengan Bank Konvensinal. Disamping dalam hal pelayanan kepada nasabah, Bank Syariah juga diharapkan menerapkan peraturan-peraturan pembiayaan yang sesuai dengan Syariah. Hal ini dilakukan karena Bank Syariah juga mendapatkan perlakuan khusus dari pemerintah yang tertuang dalam UU Perbankan maupun dari Bank Indonesia.

 

1.2.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apakah yang menjadi pertimbangan nasabah dalam memilih

pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Qardul Hasan yang disalurkan oleh Bank-Bank Syariah di Surabaya ?

2. Faktor apakah yang paling dominan yang mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memilih pembiayaan tersebut ?


(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Dengan melihat permasalahan yang ingin diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana penyaluran pembiayaan Mudharabah,

Musyarakah, Murabahah, dan Qardul Hasan di Surabaya.

2. Mengetahui apakah ada penyimpangan dari ketentuan Syariah dalam

penyaluran pembiayaan yang disalurkan melalui masing-masing produk pembiayaan tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini penulis berharap agar penelitian agar dapat

dimanfaatkan sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengambil kebijakan

dalam pengembangan Bank Syariah di wilayah Surabaya khususnya dan wilayah indonesia pada umumnya.

2. Dapat digunakan sebagai bahan pijakan bagi penelitian selanjutnya.

3. Dapat menjadi sumbangsih bagi pengembangan Ekonomi Islam


(19)

4. Dapat dan mampu menjadi bahan acuan bagi penelitian yang sejenis yang khusus membahas tentang masalah Perbankan Syariah baik dalam ruang lingkup yang kecil dan terbatas maupun scope yang lebih besar lagi.

5. Penelitian ini ditujukan agar masyarakat awam maupun praktisi-praktisi

perbankan khususnya Syariah dapat mengambil informasi yang memang dibutuhkan.

6. Dengan adanya penelitian ini dapat dipakai sebagai pegangan atau

pedoman bagi mahasiswa yang akan menyusun skripsi dengan mengangkat tema yang sama, sehingga dapat mempermudah dalam proses pengerjaannya nanti.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI

2.1.1. Pengertian Bank Syariah

Menurut UU tahun 1998 dan UU No 7 tahun 1992, Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan uasaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayarannya.

Bank Syariah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan mobilitas ekonomi pada saat sekarang ini. Dimana istilah lain di gunakan untuk sebutan Bank Syariah adalah Bank Islam, Bank Bagi Hasil atau Bank tanpa bunga. Istilah-istilah tersebut merupakan istilah baru yang di gunakan untuk menyebut Baitul Maal yang merupakan Lembaga Keuangan Islam yang dikenal sejak 14 abad silam. Karena A. Perwatamadja dan M. Syafii Antonio ( 1992 : 1 ) menyatakan : ” Bank Islam adalah bank yang beroperasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam, yaitu bank yang beroperasinya yang mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadist ”.lebih lanjut mereka menjelaskan tentang Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam yaitu : ” ...Bank yang dalam operasinya itu mengetahui ketentuan-ketentuan Syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara


(21)

bermuamalat secara islami. Dalam tata cara bermuamalat itu, dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur Riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar Bagi Hasil dan Pembiayaan Perdagangan ” ( 1992 : 1-2 ).

Menurut Sutan Remi, Bank berdasarkan prinsip Syariah atau Bank Syariah atau Bank Islam, seperti halnya Bank Konvensional, juga berfungsi sebagai Lembaga Intermediasi ( intermediary institution ), yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Bedanya adalah bahwa Bank Syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga ( interest free ), tetapi berdasarkan pembagian keuntungan dan kerugian ( profit and loss sharing principle atau PLS principle ) ( 1991 :1 ).

Sedangkan menurut Ensiklopedi Islam, Bank Syariah adalah Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam ( 1994 : 231 ).

Sedangkan menurut PP No. 72 tahun 1992, yang dimaksud dengan Bank Bagi Hasil adalah bank yang sistem operasionalnya berdasarkan pada prinsip Syariah.

Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah.


(22)

2.1.2. Tujuan dari Bank Syariah

Menurut HandBook of Islamic Banking, tujuan dasar dari Bank Syariah adalah menyediakan fasilitas keuangan dengan cara mengupayakan instrumen-instrumen keuangan ( financial instrument ) yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan norma-norma Syariah ( Kazarian ; 1993 :54 ).

Tujuan dari berdirinya Bank Syariah adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya masih jauh dari taraf hidup sejahtera.

2. Menambah lapangan kerja guna peningkatan kesejahteraan bagi umat Islam itu sendiri.

3. Membina Ukhuwah Islamiah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai.

Untuk mencapai tujuan operasionalisasi Bank Syariah tersebut, diperlukan strategi operasional sebagai berikut :

1. Bank Syariah tidak bersifat menunggu ( pasif ) terhadap datangnya permintaan fasilitas, melainkan bersifat aktif dengan melakukan sosialisasi /


(23)

penelitian terhadap usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.

2. Bank Syariah yang memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek dengan mengutamakan usaha berskala menengah dan kecil.

3. Bank Syariah mengkaji bangsa pasar, tingkat ke jenuhan serta tingkat kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.

2.1.3. Konsep dan Operasional Bank Syariah

Konsep dan operasional Bank Syariah menyangkut pelaksanaan kegiatan muamalat khususnya konsep ekonomi atau perniagaan. Hubungan antara pihak-pihak yang melakukan transaksi dalam perniagaan yang menurut Syariah Islam ditentukan oleh hubungan akad. Akad adalah suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan keridhoan masing-masing.

Jenis-jenis akad dalam prinsip Syariah ( M. Amin Aziz, 1992 : 18 ) adalah sebagai berikut :

a. Akad Pertukaran : Akad jual beli ( bai’u ), pertukaran harta ( yang mempunyai nilai, termasuk mata uang ) dengan harta.


(24)

b. Akad titipan : Akad Wadiah, simpanan diantara mereka yang memiliki barang berharga ( yang menitip ) dan pihak yang menyimpan ( yang dititipi ).

c. Akad Bersyarikat : Akad Kerjasama perkongsian diantara dua orang atau lebih dengan masing-masing memberikan masukan modal ( dalam berbagai bentuk ) dengan perjanjian pembagian keuntungan yang disepakati diantara mereka.

d. Akad memberi kepercayaan : Akad yang memberikan jaminan sehingga seseorang yang melepaskan haknya kepada orang lain menjadi percaya dan merasa terjamin bahwa haknya itu tidak akan hilang.

e. Akad memberikan izin : Akad mewakilkan, Al-Wakalah, memberi kuasa pada penerima Wakalah untuk melaksanakan suatu pekerjaan bagi pihak yang diwakili. Sehingga pekerjaan dapat diagantikan oleh wakil yang ditunjuk oleh yang diwakili dengan maksud agar pekerjaan dapat dilaksanakan segera meski tanpa adanya campur tangan dari pemberi kuasa ( yang diwakili ).


(25)

2.1.4. Prinsip-prinsip Operasional Bank Syariah

Menurut ketentuan pelaksanaan di bidang perbankan ( UU No.10 Tahun 1998 ) berdasarkan SK Direksi BI No.32 / 34 / kep / Dir tentang Bank Syariah berdasarkan prinsip Syariah pada pasal 28 disebutkan bahwa Bank Syariah wajib menerapkan prinsip Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi : ( Bank Indonesia, 1998 ).

A. Menghimpun Dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi :

a. Tabungan berdasarkan prinsip Wadiah atau Mudharabah.

b. Bentuk lain berdasarkan prinsip Wadiah atau Mudharabah.

B. Melakukan penyaluran dana melalui ;

1. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip :

a. Murabahah

b. Isthisna

c. Ijarah

d. Salam


(26)

2. Pembiayaan Bagi Hasil berdasarkan Prinsip :

a. Mudharabah

b. Musyarakah

c. Bagi Hasil lainnya

3. Pembiayaan Lainnya :

a. Hawalah

b. Rahn

c. Qard

2.1.5. Sistem Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan merupakan salah satu tugas Bank baik Bank Konvensional maupun Bank Syariah, yaitu pemberian fasilitas penyedian dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan dana dalam menjalankan usaha, tetapi tidak mempunyai dana atau modal tersebut ( Syafi’i Antonio, 2001 : 160 ).

Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut :


(27)

1. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

2. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut keperluannya pembiayaan Produktif dapat di bagi menjadi dua hal berikut ini

1. Pembiayaan Modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan :

a. Peningkatan Produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi.

b. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan Utility of Place dari suatu barang.

Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat Liquid ( cash

), piutang dagang ( receiveble ), dan persediaan ( inventory ) yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku ( raw material ), persediaan barang dalam proses ( work in process ) dan persedian barang jadi ( finished head goods ). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan Likuiditas ( cash financing ), Pembiayaan piutang (receivable financing),dan Pembiayaan persediaan (inventori financing).


(28)

2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.Pembiayaan investasi di berikan kepada nasabah untuk keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi,Perluasan usaha,ataupun pendirian proyek baru.

Ciri-ciri Pembiayaan investasi adalah:

a. Untuk pengadaan barang-barang modal.

b. Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah.

c. Berjangka waktu menengah dan panjang.

Pembiayaan Investasi di berikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, harus di susun proyeksi arus kas (projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi.

Untuk pembiayaan Investasi Bank Syariah menggunakan skema Musyarakah Mutanaqishah, yaitu Pembiayaan dengan prinsip penyertaan dan secara bertahap Bank melepaskan penyertaanya dan pemilik perusahaan akan mengambil alih kembali. Selain itu, juga dengan skema Al-Ijarah Al-Muntahia Bit- Tamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri dengan pemilikan.


(29)

Sedangkan Pembiayaan komsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.

Bank Syariah dapat menyediakan kebutuhan komersil untuk memenuhi kebutuhan barang konsumsi dengan menggunakan skema sebagai berikut:

a. Al-Bai’u Baithaman Aju atau jual beli dengan angsuran.

b. Al-Ijarah Al muntahia Bit -Tamlik atau sewa beli.

c. Al-Musyarakah Mutanaqishah atau Decreasing Participation,dimana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya.

Pembiayaan konsumsi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder,sedangkan kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat di penuhi dengan Pembiayaan Komersial.

2.1.6. Transaksi-Transaksi Bank Syariah

Para ahli hukum dan para ahli ekonomi muslim telah mengembangkan instrumen-instrumen keuangan yang sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah di gariskan oleh perbankan Islam.

Teknik-teknik finansial yang di kembangkan oleh perbankan Islam, baik dalam rangka pengerahan dana dari bank maupun dalam rangka pemberian


(30)

fasilitas pembiayaan oleh bank itu bagi nasabahnya, adalah teknik-teknik finansial yang tidak berdasarkan bunga ( interest free ), tetapi di dasarkan pada profit and loss sharing principle ( PLS ).

Didalam UU No. 10 tahun 1998, disebutkan beberapa teknik finansial tersebut, yaitu Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Ijarah, dan Ijarah Wa Iqtina. Dalam surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32 / 34 / KEP / DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip Syariah selain transaksi-transaksi yang disebutkan dalam UU No.10 tahun 1998 itu disebutkan pula beberapa jenis transaksi yang lain yaitu Hiwalah, Istishna, Kafalah, Qardh, Qardhul Hasan, Rahn, Sharf, Wadiah, Wadiah Yad Amanah, Wadiah Yad Dhamanah, Wakalah dan Kartu Debit berdasarkan prinsip Ujr.

2.1.6.1. Pembiayaan Mudharabah

2.1.6.1.1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah yaitu suatu perjanjian pembiayaan antara Bank dengan nasabah, dimana Bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha kegiatan tertentu dari nasabah. Sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan Bank. Bank mempunyai hak untuk mengajukan usul dan melakukan pengawasan. Atas penyediaan dana untuk pembiayaan tersebut, Bank mendapat imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas dasar


(31)

persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian atas usaha yang di biayai tersebut, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh Bank kecuali kerugian akibat dari kelalaian nasabah.

Kredit Mudharabah ini dapat dikembangkan untuk investasi baru bagi nasabah, baik di bidang pertanian, perikanan, perindustrian kecil, maupun industri rumah tangga.

Tujuan pemberian kredit Mudharabah ini adalah untuk menggabungkan masing-masing potensi, yakni potensi pemilik modal yang tidak memiliki keahlian usaha ( skill ) dengan pemilik proyek yang tidak memiliki modal untuk bersama-sama mendapatkan keuntungan.


(32)

Gambar 1

Skema pembiayaan Mudharabah

Perjanjian Bagi Hasil

Mudharib Shahibul Maal

Tenaga kerja modal 100%

Proyek Usaha rugi 100%

X% Keuntungan Y%


(33)

2.1.6.1.2. Dasar Hukum Pembiayaan Mudharabah

Dasar hukum pembiayaan Mudharabah adalah sebagai berikut :

1. Syariah Islam

a. Al-Qur’an

Dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh ( balasan )nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya...( Al-Muzammil : 20 )

b. Al-Hadits

Dari Suhaib ra. Bahwa Rosulullah SAW. Bersabda: tiga perkara didalamnya terdapat keberkatan (1) menjual dengan pembayaran secara kredit (2) Muqaradhah (nama lain dari Mudharabah) (3) mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual ( HR. Ibnu Majah ) ( Warkum Sumitro,1997:34 ).

Menurut ketentuan pelaksanaan di bidang Perbankan ( UU No. 10 tahun 1998 ) berdasarkan SK Direksi BI No. 32/34/Kep/ Dir tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah pada pasal 28 huruf b disebut bahwa Bank wajib menerapkan Prinsip Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi


(34)

penyaluran dana melalui Pembiayaan Bagi hasil berdasarkan prinsip Mudharabah, musyawarah dan Bagi Hasil lainnya.

2.1.6.1.3. Syarat-syarat Pembiayaan Mudharabah

Syarat-syarat Mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, seandainya modal berbentuk barang maka barang tersebut harus dimiliki sebesar nilai yang disepakati oleh

Shahibul maal dan mudharib

2. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang

3. Modal harus diserahkan kepada mudharib agar memungkinkan melakukan usaha

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam pembagian persentase dari keuntungan yang mungkin dihasilkan. Kesepakatan rasio persentase harus dicapai melalui negoisasi dan dituangkan dalam kontrak. Pembagian keutungan baru dapat dilakukan setelah mudharib mengembalikan seluruh atau sebagian modal kepada shahibul maal


(35)

2.1.6.2. Pembiayaan Murabahah

2.1.6.2.1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Muraabahah yaitu pembiayaan dari bank yang di berikan kepada umat untuk tujuan pembelian barang-barang kebutuhan modal kerja, investasi, ataupun konsumsi. Dalam pembiayaan ini Bank menyediakan talangan dana untuk pengadaan suatu barang dengan perjanjian bahwa penerima pembiayaan akan membayar pada saat jatuh tempo atau pada waktu yang telah disepakati berupa harga pokok barang ditambah dengan keuntungan yang disepakati.

Pembiayaan Murabahah ini mirip dengan Kredit modal kerja pada Bank konvensional, karena itu jangka waktu Pembiayaan tidak lebih dari satu tahun.

Tujuan Pembiayaan Murabahah ini adalah untuk Pembiayaan seperti rumah, tanah, mobil, motor dan sebagainya. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan pembiayaan murabahah ini dipergunakan untuk keperluan seperti misalnya pemberian dana yang bertujuan untuk pengembangan usaha, seperti renovasi pabrik, perusahaan, toko dll. Dimana dana tersebut nantinya akan dibayarkan kepada pihak Bank secara berkala beserta hasil keuntungan yang didapat dari pabrik, perusahaan dan toko tersebut tentunya dilihat dari pendapatan perbulan dari penerima pembiayaan dan hasil keuntungan tersebut telah di sepakati di awal dari pemberian pembiayaan. Dan satu hal lagi apabila ada kerugian di masa yang akan datang oleh pabrik, perusahaan dan toko tersebut tetapi jumlah pembayaran kepada


(36)

Bank belum terlunasi maka kerugian akan ditanggung bersama dengan pengawasan dari pihak Bank yang dilakukan sesuai prosedur.

GAMBAR 2

Skema Pembiayaan Murabahah

1. Negosiasi dan Persyaratan

2. Akad Jual Beli

Bank Pengusaha

6. Bayar

5. Terima barang dan uang

3. Beli barang 4. Kirim


(37)

2.1.6.2.2. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah

1. Syariah Islam

a. Al-Qur’an

” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang dan kepadamu.” (An Nissa’ : 29).

b. Al-Hadits

Dari Suhaib ra. Bahwa Rosulullah SAW. Bersabda: tiga perkara didalamnya terdapat keberkatan (1) menjual dengan pembayaran secara kredit (2) Muqaradhah (nama lain dari Mudharabah) (3) mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual ( HR. Ibnu Majah ) (Warkum Sumitro,1997:34).

2. Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Menurut ketentuan pelaksanaan dibidang Perbankan ( UU No. 10 tahun 1998 ) berdasarkan SK Direksi BI No. 32/ 34/ Kep/ Dir tentang Bank umum Berdasarkan Prinsip Syariah pada pasal 28 huruf b disebutkan bahwa Bank wajib menerapkan Prinsip Syariah dalam


(38)

melakukan kegiatan usahannya yang meliputi penyaluran dana melalui transaksi jual beli berdasarkan prinsip Murabahah, Istishna, Ijarah, Salam dan Jual beli lainnya.

2.1.6.2.3. Syarat-syarat Pembiayaan Murabahah

Syarat-syarat Pembiayaan Murabahah adalah sebagai berikut:

1. Bank memberitahu biaya modal kepada nasabah

2. Kontrak pertama harus sah

3. Kontrak harus bebas dari riba

4. Bank harus menjelaskan setiap cacat yang terjadi sesudah pembelia dan harus membuka semuahal yang berhubungan dengan cacat

5. Bank harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi harga pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang

6. Jika syarat dalam 1,4 atau 5 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:

a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya

b) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan


(39)

2.1.6.3. Pembiayaan Musyarakah

2.1.6.3.1. Pengertian Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah yaitu suatu perjanjian dimana Bank menyediakan sebagian dari Pembiayaan bagi usaha atau kegiatan tertentu, sebagian lain disediakan oleh mitra usaha. Dalam hal ini, Bank dapat ikut serta dalam manajemen usaha tersebut. Bank bersama mitra usaha mengadakan kesepakatan tentang pembagian keuntungan tersebut tidak harus sebanding dengan pangsa pembiayaan masing-masing, melainkan atas dasar perjanjian kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian, kerugian tersebut akan di tanggung bersama sesuai dengan pangsa Pembiayaan masing-masing. Hal ini dilakukan agar tercipta suatu iklim perekonomian yang kondusif baik bagi Bank maupun mitra usaha, disamping itu suasana silahturahmi tetap terjalin dan terjaga seiring dengan hubungan kerja yang dijalin antara Bank dan mitra usaha.

Di segi lain dengan sisi yang positif pula tentunya, pembiayaan Musyarakah ini sangat baik dan tepat bagi wirausahawan yang baru saja memulai usaha dan ingin menjalin hubungan kerja dengan tingkat resiko yang dapat berkurang, karena kerugian dapat ditanggung bersama dengan pihak Bank. Tentunya ini sangat menguntungkan berbagai pihak


(40)

GAMBAR 3

Skema Pembiayaan Musyarakah

Nasabah parsial Bank Syariah parsial pembiayaan

Proyek Usaha

Keuntungan

Bagi Hasil Keuntungan sesuai Nisbah

2.1.6.3.2. Dasar Hukum Pembiayaan Musyarakah

a. Al-Qur’an

...Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; dan sedikitlah mereka ini....(Shaad;24)


(41)

b. Al-Hadits

Dalam hadits kursi yang di riwayatkan dari Abu Hurairah bahwa rasulullah SAW. Telah berkata Aku menyertai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak menghianati yang lain, seandainya berkhianat maka aku keluar dari penyertaan tersebut ” (HR. Abu Daud, Subulussalam 3/12) (Warkum Sumitro, 1997 : 35)”.

2.1.6.3.3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah

Rukun Pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut:

1. Sighat (ucapan) : Ijab dan Qabul

2. Pihak yang berkontrak

3. Obyek kesepakatan: Modal dan Kerja

Sedangkan syarat Musyarakah adalah sebagai berikut:

1. Ucapan tidak ada bentuk khusus dari montrak Musyarakah. Ia dapat berbentuk pengucapan yang menunjukkan tujuan. Berakad dianggap sah jika di ucapkan secara verbal atau ditulis. Kontrak Musyarakah harus dicatat dalam tulisan dan disaksikan

2. Pihak yang berkontrak. Disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.


(42)

2.1.6.4. Pembiayaan Qardhul Hasan

2.1.6.4.1. Pengertian Pembiayaan Qardhul Hasan

Pembiayaan Qardhul Hasan adalah suatu perjanjian antara Bank sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik berupa uang maupun barang tanpa adanya persyaratan adanya tambahan atau biaya apapun. Pinjaman (nasabah) berkewajiban mengembalikan uang ata barang yang dipinjam pada waktu yang telah di disepakati bersama, dengan jumlah sama dengan pokok pinjaman.

Bank sebagai pemberi pinjaman tidak diperbolehkan meminta pinjaman untuk membayar lebih dari jumlah pokok pinjaman, akan tetapi Bank dibenarkan untuk menerima kelebihan pembayaran secara sukarela dari peminjam sebagai tanda terima kasih yang besarnya tidak di tentukan sebelum akad, ini hukumnya sunnah.

Tujuan dari Pembiayaan Qardhul Hasan adalah untuk menolong peminjam yang berada dalam keadaan terdesak, baik untuk hal-hal yang bersifat konsumtif maupun produktif. Peminjam dipilh secara selektif dan hati-hati terutama kepada peminjam yang di nilai jujur dan mempunyai reputasi baik.


(43)

GAMBAR 4

Skema Pembiayaan Qardhul Hasan

Perjanjian Qardhul

Nasabah Dana Khusus Bank ( ZIS )

100% Proyek Usaha kembali modal

Keuntungan

2.1.6.4.2. Dasar Hukum Pembiayaan Qardhul Hasan

a. Al-Qur’an

” Siapakah yang mau memerikan pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan


(44)

pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepadanyalah kamu dikembalikan. (Al-Baqarah : 245)

b. Al-Hadist

Dari Ibnu Mas’ud ra. Bahwa Rasulullahlah SAW telah bersabda : ” Barang siapa yang telah melepaskan saudaranya yang miskin dari satu kesusahan-kesusahan dunia maka Allah akan melepaskan satu kesusahan padanya di hari akhir. Barangsiapa telah membantu saudaranya yang kesulitan di dunia, maka Allah akan membantunya di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya Allah selalu membantu seorang hamba selama hamba tersebut membantu saudaranya ” ( Hadist Riwayat Muslim ) ( Warkum Sumitro, 1997 : 40 ).

2.1.6.4.3. Syarat-syarat pembiayaan Qardhul Hasan

Syarat pembiayaan Qardhul Hasan adalah :

1. pembiayaan ini digunakan sebagai produk untuk menyumbang usaha yangsangat kecil atau membantu sektor sosial.

2. sumber dana yang di gunakan untuk pembiayaan berasal dari dana ZIS n ( Zakat, Infaq, dan Shodaqoh ) bukan berasal dari modal Bank.


(45)

2.1.7. Konsep Syariah dalam perekonomian

2.1.7.1 Nilai-nilai Syariah dalam perspektif mikro

Nilai-nilai Syariah dalam Persepektif Mikro adalah sebagai berikut:

1. Shiddiq. Memastikan bahwa pengelolaan Bank Syariah dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran.

2. Tabligh. Secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa didalam Bank Syariah.

3. Amanah. Menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam mengelolah dana yang diperoleh dari pemilik dana ( Shahibul maal ) sehingga timbul rasa saling percaya antara pihak pemilik dana dan pihak pengelolah dana investasi ( Mudharib).

4. Fathanah. Memastikan bahwa pengelolaan Bank dilakukan secara profesional dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimal dalam tingkat resiko yang ditetapkan oleh Bank Syariah.


(46)

2.1.7.2. Nilai-nilai Syariah dalam Persepktif Makro

Nilai-nilai dalam Persepektif Makro adalah:

1. Kaidah Zakat mengkondisikan prilaku masyarakat yang lebih menyukai berinvestasi dibandingkan hanya menyimpan hartanya.

2. Kaidah Pelarangan Riba menganjurkan pembiayaan bersifat bagi hasil ( Equity Based financing ) dan melarang riba.

3. Kaidah pelarangan judi atau maisir tercermin dari kegiatan Bank Syariah yang melarang investasi yang tidak memiliki kaitan dengan sektor riil.

4. Kaidah pelarangan Gharar mengutamakan transparansi dalam bertransaksi dan kegiatan operasional lainnya dan menghindari ketidakjelasan.

2.2. Pengertian Pemasaran

Banyak definisi yang dikemukakan oleh Pakar Marketing, namun dari keseluruhan definisi yang dikemukakan belum ada suatu keseragaman diantara pakar satu dengan pakar yang lain. Definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang pemasaran antara lain :

1. Menurut Philip Kotler, pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses pertukaran.


(47)

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui beberapa istilah seperti :

a. Kebutuhan (needs) b. Keinginan (wants)

c. Permintaan (demands)

d. Produk (product) e. Pertukaran (exchange)

f. Transaksi (transaction) g. Pasar (market)

Kebutuhan

Kebutuhan manusia adalah suatu keadaan yang dirasakan ingin diperoleh oleh seseorang.

Keinginan

Keinginan manusia adalah pola kebutuhan manusia yang dibentuk oleh kebudayaan dan individualitas seseorang.

Permintaan

Adalah keinginan terhadap produk-produk tertentu yang didukung oleh suatu kemampuan dan kemauan untuk membeli produk.


(48)

Produk

Adalah sesuatu yang dapat ditawarkan pada suatu pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, penggunaan atau konsumsiyang bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan. Konsep produk tidak terbatas pada benda fisik saja, segala sesuatu apa saja yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan dapat dinamakan produk.

Pertukaran

Adalah tindakan seseorang untuk memperoleh suatu benda yang diinginkan dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya.

2. William J. Stanton mendefinisikan pemasaran dalam 2 (dua) pengertian dasar yaitu :

a. Dalam arti kemasyarakatan

Pemasaran adalah setiap kegiatan tukar-menukar yang bertujuan untuk memuaskan keinnginan manusia.

b. Dalam arti bisnis

Pemasaran adalah sebuah sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, memberi harga, mempromosikan


(49)

dan mendistribusikan jasa serta barang-barang pemuas keinginan pasar.

2.2.1. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran adalah merupakan orientasi manajemen yang menekankan bahwa kunci pencapaian tujuan oaganisasi terdiri dari kemampuan perusahaan menentukan kebutuhan dan keinginan pasar yang dituju dan kemampuan perusahaan tersebut memenuhinya dengan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien ( Sofjan Assauri 1987 : 77).

Konsep pemasaran menunjukan ciri dan seni dari kegiatan pemasaran yang akan dilakukan dengan mencari apa yang diinginkan konsumen dan berusaha memenuhinya serta membuat apa yang dapat dijual dan bukan menjual apa yang dapat dibuat.

2.2.1.2 Motif dan Perilaku Pembeli

Dalam menentukan sasaran pasar yang tepat terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, perlu diteliti dan dikaji motif, perilaku, dan kebiasaan pembeli dalam hal ini adalah nasabah. Karena masing-masing pembeli mempunyai motif, perilaku, dan kebiasaan yang berbeda, maka perlu dilakukan pendekatan dalam pengkajiannya, sehingga analisis yang dilakukan dapat lebih berguna dan tepat untuk pengambilan keputusan.


(50)

a. Motif pembelian

Keberhasilan kegiatan pemasaran sangat ditentukan oleh kemampuan produk yang dipasarkan untuk memenuhi apa yang diharapkan atau diinginkan oleh konsumen dalam penelitian ini adalah nasabah. Oleh karena itu, dalam memasarkan produk yang dihasilkan perlu diketahui dan dianalisis, mengapa seseorang membeli suatu produk dan apa yang diharapkan atau diinginkan oleh pembeli terhadap produk yang dibelinya itu.

b. Perilaku Pembeli

Keberhasilan kegiatan pemasaran suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan itu menyelami persepsi para pembeli atau konsumen, sehingga dapat diketahui mengapa seseorang lebih senang dan membeli produk tertentu. Persepsi yang menimbulkan preferensiseorang pembeli terhadap satu produk tertentu, disebut perilaku pembeli. Teori perilaku konsumen dalam pembelian atas dasar pertimbangan ekonomi, menyatakan bahwa keputusan seseorang untuk melaksanakan pembelian merupakan hasil perhitungan ekonomis rasional yang sadar, sehingga mereka akan memilih produk yang akan memberikan kegunaan yang paling besar, sesuai dengan selera dan biaya secara relatif.

Teori perilaku konsumen dalam pembelian yang didasarkan pada pertimbangan faktor psikologi, menyatakan bahwa seseorang akan selalu didorong


(51)

oleh kebutuhan dasarnya, yang terbentuk dari pengaruh lingkungan dimana dia berada/tinggal.

2.3. Penelitian sebelumnya

Skripsi ini memfokuskan pada penelitian tentang pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Qardhul Hasan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Surabaya. Dari studi pustaka yang dilakukan, belum pernah ada penelitian dengan topik yang serupa. Ada penelitian tentang Bank Syariah, tetapi dengan topik yang berbeda yaitu tentang Analisis potensi dan Preferensi Masyarakat tentang Bank Syariah diwilayah Jawa Timur oleh BI bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.

Selain itu juga ada penelitian tentang ketepatan penerapan mekanisme pembiayaan dengan sistem bagi hasil Al-Mudharabah dalam Islam oleh Aris Handoko mahasiswa jurusan Akuntansi UNAIR dan Moh. Taufiqurrahman tentang Analisis Penerapan Mekanisme PBH Musyarakah dalam Islam : antara Syirkah Inan dan Qard. Dan juga penelitian tentang Pengaruh Tingkat Bagi hasil dan Suku Bunga Terhadap Simpanan Mudharabah oleh Erik Rio mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.


(52)

1. Ada juga penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Perbankan Syariah oleh M. Fadil Rizqi mahasiswa UPN Veteran Jatim jurusan Ekonomi Pembangunan.

2. Nurul Hidayah mahasiswi UPN Veteran Jatim dengan penelitian tentang Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia.

3. Rico Edi mahasiswa UPN Veteran Jatim dengan penelitian tentang Analisa Faktor Pembiayaan akad Mudharabah ( studi kasus pada Bank Muamalat Surabaya ).

2.4. Kerangka Pikir

Faktor yang mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memilih produk pembiayaan yang disalurkan oleh Bank-Bank Syariah di Surabaya adalah mencakup beberapa faktor di antaranya adalah sistem pembiayaan, tingkat bagi hasil dan juga jumlah kantor Bank. Untuk lebih jelasnya pengaruh tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pertimbangan nasabah dalam memilih suatu produk pembiayaan yang disalurkan oleh Bank-Bank Syariah adalah suatu hasrat atau keinginan dari tiap individu nasabah Bank Syariah untuk menggunakan suatu produk Pembiayaan dalam memperlancar suatu mobilisasi perekonomiannya yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.


(53)

2. Tingkat bagi hasil adalah prosentase keuntungan yang didapat oleh nasabah sebagai bentuk kompensasi atas dana masyarakat yang dikelola oleh Bank. Prosentase keuntungan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Apabila tingkat bagi hasil didalam Bank Syariah meningkat maka diharapkan minat nasabah pada produk pembiayaan akan meningkat dan hal ini disebabkan karena keinginan nasabah untuk memperoleh keuntungan dari tingkat bagi hasil, sehingga mengakibatkan minat nasabah untuk

menggunakan Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan Qardhul Hasan tersebut.

3. Sistem Pembiayaan adalah suatu cara yang dilakukan oleh pihak Bank yang sesuai dengan Syariah Islam untuk mencapai kesepakatan suatu perjanjian antara pihak Bank dengan nasabah agar terciptanya suatu kelancaran dalam bertransaksi ekonomi demi mendapatkan keuntungan bersama yang

barokah. Apabila nasabah puas dengan sistem pembiayaan yang ditawarkan Bank Syariah, maka nasabah akan dengan sendirinya datang dan

menginvestasikan uangnya dengan menggunakan produk pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank Syariah seperti Mudharabah, Musyarakah,

Murabahah dan Qardhul Hasan.

4. Jumlah kantor Bank Syariah merupakan penjumlahan dari kantor Bank Syariah yang dimiliki oleh Bank umum Syariah. Semakin banyak jumlah kantor Bank Syariah yang ada maka akan meningkatkan pelayanan kepada


(54)

nasabah, sehingga nasabah semakin merasa diperhatikan dan itu akan berdampak semakin tingginya minat nasabah untuk menggunakan produk pembiayaan Syariah tersebut.

5. Promosi produk pembiayaan Bank Syariah merupakan suatu usaha atau cara suatu bank dalam mengenalkan produk pembiayaan kepada nasabah agar nasabah mengenal, mengerti membeli dan menggunakan produk pembiayaan tersebut. Keberhasilan suatu produk yang ditawarkan tidak lepas dari peran penting dari promosi itu sendiri.

6. Pengetahuan nasabah terhadap suatu produk Pembiayaan yang ditawarkan oleh bank Syariah adalah informasi yang sampai dan didapat oleh nasabah tentang seluk-beluk produk pembiayaan tersebut, sehingga apabila seorang nasabah mengerti dan paham betul akan produk pembiayaan yang

ditawarkan dan manfaatnya bagi dirinya, maka nasabah tersebut akan menggunakan produk pembiayaaan tersebut.


(55)

Gambar kerangka Pikir  

Variasi Produk (X1)

Tingkat Bagi Hasil (X2)

Sikap Karyawan Dalam Melayani Nasabah (X3)

Kecepatan Pelayanan (X4)

ATM (X5)

Jarak dan Tempat (X6)

Biaya Administrasi (X7)

Fasilitas Parkir (X8)

Teknologi Informasi (X9)

Ruang Tunggu (X10)

Sistem Pembiayaan (X11)

Jumlah Kantor Bank (X12)

Promosi Produk Syariah (X13)

Produk Knowledge Nasabah

Keputusan Nasabah Memilih Produk Bank

Syariah di Surabaya 

(X ) 14


(56)

2.5. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian yang merupakan faktor penunjang dalam penelitian ini, maka dapat diambil suatu dugaan atau pendapat sementara yang perlu diuji kembali kebenarannya, yaitu :

1. Diduga tingkat bagi hasil, sistem pembiayaan, dan jumlah kantor Bank Syariah berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap minat nasabah pada produk pembiayaan yang disalurkan oleh Bank-Bank Syariah di Surabaya.

2. Diduga adnya Promosi terhadap produk Pembiayaan Syariah

mempengaruhi minat nasabah pada produk Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank-Bank Syariah di Surabaya.

3. Diduga tingkat bagi hasil berpengaruh paling dominan terhadap minat nasabah pada produk pembiayaan yang disalurkan oleh Bank-Bank Syariah di Surabaya


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah mendefinisikan konsep-konsep yang berasal dari teori untuk dapat dioperasikan ke dalam suatu penelitian. Adapun untuk mengetahui pengukuran dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

Keputusan nasabah memilih produk bank Syariah (Y)

Merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap persepsi dan harapan-harapan konsumen.


(58)

2. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalm penelitian ini adalah :

a. Variasi Produk (X1)

Merupakan jenis dan tipe produk tabungan yang dikeluarkan oleh pihak Bank Umum di Surabaya sebagai upaya memberikan alternatif pilihan produk tabungan bagi nasabah.

b. Tingkat Bagi Hasil (X2)

Adalah prosentase keuntungan yang didapat oleh nasabah sebagai bentuk kompensasi atas dana masyarakat yang dikelola oleh Bank. Satuan dinyatakan dalam rupiah (Rp).

c. Sikap Karyawan Dalam Melayani Nasabah (X3)

Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan tata cara pelayanan yang baik, ramah, bersahabat, serta tanggap dalam membantu melayani nasabah jika memerlukan bantuan, sehingga dapat menarik minat nasabah untuk memilih produk tabungan pada Bank Umum di Surabaya.

d. Kecepatan Pelayanan (X4)

Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kecepatan, ketanggapan, serta ketelitian karyawan dalam melayani nasabah.


(59)

e. ATM (X5)

Merupakan salah satu bagian dari fasilitas produk tabungan yang diberikan oleh Bank kepada nasabah untuk menyimpan tabungan tersebut dalam bentuk kartu ATM, dan nasabah dapat mengambil kembali tabungannya melalui fasilitas kartu ATM yang sudah dioperasikan oleh Bank.

f. Jarak dan Tempat (X6)

Lokasi, jarak, dan tempatnya mudah dijumpai karena lokasinya

berada pada tempat yang strategis dari tempat tinggal nasabah.

g. Biaya Administrasi (X7)

Biaya-biaya yang di tentukan oleh pihak bank, kemudian dikenakan kepada nasabah dalam pengambilan beberapa produk tabungan, misalnya penarikan tunai di ATM, biaya transfer pada beda bank dikenakan charge, serta pergantian buku tabungan.

h. Fasilitas Parkir (X8)

Apakah area parkirnya mudah dijangkau dari bank, ada tidaknya atau besar kecilnya biaya parkir (dikenakan biaya parkir atau bebas parkir), serta bagaimana keamanan area parkirnya.

i. Teknologi Informasi (X9)

Teknologi informasi khususnya dalam dunia perbankan, Bank Umum memiliki teknologi informasi yang sudah canggih dan maju sehingga

nasabah dengan mudah dapat melakukan transaksi dengan produk tabungan serta dapat juga melakukan pentransferan dana.


(60)

j. Ruang Tunggu (X10)

Ruang tunggu yang berfungsi sebagai tempat duduk untuk menunggu giliran sesuai dengan nomor antri agar tidak terjadi desak-desakan sehingga bisa teratur dengan suasana nyaman.

k. Sistem Pembiayaan (X11)

Adalah suatu metode yang dijalankan oleh Bank Syariah dalam menyalurkan suatu produk Pembiayaan kepada nasabah. Satuan dinyatakan (Rp).

l. Jumlah Kantor Bank (X12)

Jumlah kantor bank adalah jumlah kantor bank yang dimiliki bank Syariah yang terdapat di kota Surabaya. Satuan dinyatakan dalam unit.

m. Promosi Produk Syariah (X13)

Promosi merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan pesan mengenai produk yang ditujukan kepada para calon nasabah dan juga berperan untuk mempengaruhi masyarakat untuk melakukuan penelitian terhadap produk yang ditawarkan.

n. Produk Knowledge Nasabah (X14)

. Pengetahuan nasabah terhadap suatu produk Pembiayaan yang ditawarkan oleh bank Syariah dan informasi yang sampai dan didapat oleh nasabah tentang seluk-beluk produk pembiayaan tersebut.


(61)

o. Kemasan Produk (X15)

3.1.1. PENDEKATAN PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan suatu pola yang akan digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Penggunaan metodologi penelitian ini sangat penting karena dengan jalan ini validitas dari sebuah penelitian diuji. Metodologi penelitian ini menjadi hal yang sangat fundamental dalam sebuah penelitian, sebab menyangkut bagaimana penelit mengarahkan penelitiannya, berkaitan dengan sumber data yang digunakan. Analisa diperlukan agar benar-benar mengarah pada apa yang ingin diteliti.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama yang untuk mengetahui bagaimana pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Qardhul Hasan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Surabaya.

Selama ini terlihat adanya ketidak sesuaian dalam penerapan Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah dengan atutan-aturan baku dalam Syariah. Ketidaksesuaian ini akibat dari adanya adobsi aturan-aturan yang berlaku pada Bank Konvensional.

Oleh karena itu penulis memilih pendekatan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif ( Qualitative Research Approach ) dengan


(62)

pertimbangan bahwa dengan menggunakan pendekatan kualitatif maka peneliti menghadapi obyek penelitian, dimana peneliti dihadapkan pada kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam obyek tersebt. Pendekatan ini umumnya juga menggunakan hipotesis, sehingga penelitian dapat menjadi lebih terarah. Pendekatan ini berusaha mengungkapkan kenyataan ( Maskanul Hukmi ) yang terjadi didalam obyek penelitian yang bersumber pada Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank syariah yaitu mengenai analisis tentang Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabaha, dan Qardhul Hasan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Surabaya.

3.2 JENIS DAN SUMBER DATA

3.2.1. Jenis Data

Karena penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif serta menggunakan pendekatan studi kasus, maka data yang diperlukan berasal dari berbagai sumber, diantaranya berupa wawancara dengan pejabat yang berwenang, wawancara dengan nasabah pembiayaan pada Bank Syariah, serta dari arsip-arsip atau dokumen-dokumen lain yang menjelaskan dan berhubungan dengan pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah dan Qardhul Hasan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Surabaya.


(63)

3.2.2. Sumber data

Penelitian ini di lakukan pada Bank Syariah yang ada di wilayah Surabaya. Dimana Bank Syariah tersebut berdomisili di Surabaya.

Penelitian ini menggunakan data-data yang bersumber dari data primer dan dari data skunder. Data primer ini berupa informasi dari nasabah tentang bagaimana Pembiayaan yang mereka terima dan dari Pejabat Bank Syariah tentang bagaimana penyaluran Pembiayaan-pembiayaan tersebut. Disamping itu, data primer juga diperoleh dari pengumpulan dokumen atau arsip-arsip yang diperoleh dari Bank-bank Syariah. Baik informasi dari nasabah maupun dari Pejabat Bank Syariah, keduanya diperoleh melalui wawancara ( interview

). Sedangkan data sekunder diperoleh lewat sumber-sumber lain diluar Bank Syariah, yakni pemerhati masalah Perbankan Islam, berkaitan dengan Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah. Informasi tersebut juga diperoleh dari buku-buku dan literatur maupun tulisan –tulisan ilmiah yang berkaitan dengan aktifitas Perbankan.

3.3. Teknik pengumpulan data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :


(64)

1. Survei Pendahuluan

Dalam tahap ini penulis melakukan pendekatan kepada management Bank Syariah untuk memperoleh gambaran mengenai Bank Syariah itu sendiri, serta seberapa jauh akses yang mungkin dilakukan untuk penelitian ini. Sebelum ini dilakukan oleh penulis, penulis telah memperoleh gambaran awal dari buku-buku serta artikel-artikel tentang Ekonomi Islam

2. Survei Lapangan ( proses pengumpulan data )

Survei lapangan ini diawali dengan melakukan penelitian pada nasabah pembiayaan pada Bank Syariah di wilayah Surabaya dengan wawancara langsung kerumah nasabah. Disamping itu juga melakukan penelitian langsung berupa wawancara pada Pimpinan dan Staf bagian pembiayaan, observasi terhadap pelaksanaan pemberian pembiayaan Mudharabah, Musyarakah Murabahah dan Qardhul Hasan, dan mempelajari dokumen-dokumen yang diberikan.

3. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mendapatkan literatur-literatur, referensi-referensi yang berkaitan dengan topik penelitian agar mendapatkan pengetahuan secara teoritis, karena teori tersebut berguna untuk mendapatkan dukungan atau melengkapi data yang diperoleh dari survei lapangan.


(65)

4. Pengolahan dan analisis data

Dalam tahap ini, penulis mengumpulkan semua hasil yang diperoleh dari survei lapangan atau proses pengumpulan data dan studi kepustakaan. Kemudian di telusuri hal-hal mana saja yang relevan dengan topik penelitian. Kemudian dari hasil semua itu dikelompokkan menurut jenis informasi yang inginkan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Kualitas Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data adalah Analisis Faktor. Yaitu suatu teknik analisis statistik multivariate yang digunakan untuk mengurangi atau mereduksi data, meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor (Tjiptono dan Santoso : 2001). Dalam upaya mengolah data guna menarik kesimpulan penelitian, maka penelitian menggunakan bantuan aplikasi komputer melalui program SPSS Windows.

Model analisis faktor secara umum sebagai berikut :

Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 +...+ AimFm + ViUi

Dimana :

Xi = Standarisai variabel ke i

Aij = standarisai koefisien regresi berganda variabel I pada common variabel faktor j


(66)

F = Common factor

Vi = Standarisasi koefisien regresi dari variabel I pada faktor unik j

Ui = Faktor unik variabel i

m = Number of common factor

Faktor-faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan berkorelasi dengan faktor-faktor umum. Faktor umum itu sendiri sebenarnya dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dengan variabel yang diobservasi.

Persamaannya adalah sebagai berikut :

Fi = Wi1X1 + Xi2X2 + Wi3X3 + ...+ WikXk

Dimana :

Fi = Estimasi faktor ke i

Wi = Bobot atau skor koefisien faktor

K = Jumlah variabel

Secara umum, tahap-tahap analisis faktor meliputi :

1. Penentuan Tujuan Analisis Faktor

Tujuannya adalah mengkonfirmasi komponen-komponen yang akan dianggap dapat mewakili seperangkat variabel yang diteleti.


(67)

2. Desain Analisis Faktor

Korelasi yang akan dicari menggunakan analisis faktor ini adalah komponen-komponen yang mendasari korelasi antara variabel-variabel yang ada, sehingga nantinya didapat beberapa komponen (variabel) yang bisa dianggap mewakili semua variabel yang ada.

3. Pembuatan Asumsi-Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis adalah Normalitas dan Ukuran Kecukupan Sampling (MSA), dengan asumsi bahwa Multikolinieritas diterima (<0,7). Normalitas diukur melalui ukuran kemiringan distribusi data (skewness), sedangkan kecukupan sampel diukur melalui pengukuran Bartlett test of spheiricity dan Measure of Sampling Adequase (MSA).

Normalitas adalah salah satu syarat suatu data dapat diolah dengan menggunakan statistik multivariate. Tetapi untuk menentukan normal tidaknya suatu data yang terbentuk multivariat tidaklah mudah, karena normalitas suatu data yang bersifat multivariat harus diukur secara khusus. Kita dapat melihat normalitas masing-masing variabel dengan asumsi bahwa jika semua variabel normal, maka variabel multivariatnyapun akan normal. Salah satu cara mengukur data adalah


(68)

melalui nilai statistik Z, pada tingkat signifikansi 1% jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka distribusi tersebut tidak normal.

Multikolinieritas adalah suatu yang menunjukan ”saling berhubungan yang kuat” antara satu variabel dengan variabel lainnya, sehingga akan mempengaruhi ”independensi” masing-masing variabel. Multikolinieritas yang tinggi akan mengakibatkan variabel-variabel independen akan saling mempengaruhidalam menjelaskan variabel dependen dan penganalisaan faktor ini akan mempengaruhi dalam hal penglompokannya nanti, oleh karena itu sedapat mungkin dihilangkan atau diperkecil. Salah satu cara untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas yang tinggi adalah dengan melihat tabel matriks korelasi tersebut, dapat kita lihat dari nilai Bartlett of Spheiricity.  Ukuran Kecukupan Sampling (MSA), Kim dan Mueller (1994),

mengungkapkan bahwa indeks inti image berkisar antara 0 sampai dengan 1. Indeks akan menjadi 1 jika semua unsur matriks korelasi inversi bernilai nol, yang menunjukkan bahwa semua variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan. Artinya, bahwa indeks inti image nilainya mendekati satu, maka akan semakin menunjukkan bahwa semua variabel dapat diprediksikan dengan kesalahan kecil.


(69)

4. Menurunkan faktor-faktor dan menduga kesesuaian

Metode yang digunakan adalah Common Factor Analysis, metode dimana faktor laten yang kita inginkan tidak ditentukan terlebih dahulu, jadi kita biarkan data dengan sendirinya mengelompok menjadi beberapa faktor (variabel).

5. Interpretasi Faktor-Faktor

Dengan menggunakan SPSS, kita langsung dapat menginterpretasikan hasil-hasil perhitungannya, dengan cara sebagi berikut :

 Menentukan normalitas atau Linieritas data yang akan diolah

 Menentukan nilai MSA melalui tabel-tabel KMO dan Bartlett’s Test.

 Menentukan jumlah komponen yang dipertahankan dengan menggunakan nilai Eigenvalue melalui tabel total variance atau dengan analisis Scatter Plot dari komponen yang didapat.

 Mementukan besarnya penjelasan (variance) serta unique variance masing-masing variabel terhadap komponen yang dipertahankan melalui tabel Komunalitas.

Menentukan kriteria signifikan faktor loading, yaitu menentukan faktor loading yang layak untuk dipertimbangkan.


(70)

3.4.1. Uji Kualitas Data

Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Artinya suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang valid.

1. Uji validitas

Validitas data penelitian ditentukan olaeh prose pengukuran yang akurat. Oleh karena itu, jika sinonim dari reliabilitas adalah konsistensi, maka esensi dari validitas adalah akurasi. Suatu instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menghitung korelasi, digunakan teknik korelasi momen, dengan rumus :

Dimana :

 

2 2

2

 

2

y y n x x n y x xy N r            

r = Koefisien korelasi antara item x dengan score social

x = score jawaban setiap item

y = score social


(71)

Pengujian validasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS dengan menggunakan construct validity.

2. Uji Reliabilitas

Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui dasar ide konsep tersebut, yaitu konsistensi. Peneliti dapat mengevaluasi instrumen penelitian berdasarkan perspektif dan teknik yang berbeda. Pengukuran reliabilitas menggunakan indeks numeric yang dinamakan dengan koefisien. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS menggunakan reliabilitas konsistensi internal. Dengan metode Alpha Cronbach (Arikunto, 1998 : 128) dengan rumus :

Dimana :    

    

 

 6 2

2 6 rn t b 1 1 k k  

rn = Koefisien Instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

∑6

b = Jumlah varian butir

6


(72)

JUMLAH BANK, KANTOR BANK DAN KANTOR CABANG DAN KEGIATAN USAHA DI PROVINSI JAWA TIMUR.

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah Jawa Timur, berbagai edisi

Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008

Bank Syariah

Bank Umum

- Jumlah Bank

- Jumlah Kantor

Unit Usaha Syariah

- Jumlah Kantor

Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) Syariah

- Jumlah Bank

- Jumlah Kantor 3 25 7 7 10 10 3 26 13 13 8 10 3 26 19 19 8 10 3 31 23 23 8 11 3 32 25 25 14 29


(73)

2009

Januari februari Maret April

4 4 5 5

56 56 64 64

25 25 18 18

25 25 18 18

14 14 14 14

29 29 29 29


(74)

(75)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. DISKRIPSI HASIL PENELITIAN 4.1.1. Keadaan Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan didalam pertanyaan umum kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah ini :

4.1.2. Jenis Kelamin Responden

Berikut ini adalah distribusi jenis kelamin responden, Bank Umum di Surabaya :

Table 4. Distribusi Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-Laki 48 48 %

2 Perempuan 52 52 %

Total 100 100

Sumber : Data Diolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan mempunyai proporsi yang lebih dominant yaitu 52 % dibandingkan laki-laki dengan presentase 48 %.


(76)

4.1.3. Distribusi Usia Responden

Berikut adalah distribusi usia responden Bank Umum di Surabaya : Table 5 : Distribusi Usia Responden

No Usia Responden Frekuensi Presentase

1 < 20 Tahun 6 6 %

2 20 – 29 Tahun 69 69 %

3 30 – 39 Tahun 10 10 %

4 40 – 49 Tahun 10 10 %

5 > 50 Tahun 5 5 %

Total 100 100

Sumber : Data diolah

Berdasarkan distribusi usia yaga ada menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden, yaitu responden Bank Umum di Surabaya urutan terbanyak pertama usia 20 – 29 tahun dengan presentase 69 %, usia 30 – 39 tahun dan 40 – 49 tahun sama besarnya yaitu masing-masing 10 %, usia kurang dari 20 tahun presentasenya 6 % dan lebih dari 50 tahun 5 %.


(77)

4.2. UJI KUALITAS DATA 4.2.1. Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi kebenaran yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah tiapa butir pertanyaan benar-benar telah sahih, paling tidak kita dapat menetapakan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran.

Tabel 6 : Uji Validitas

Items Coefesien Sig Keterangan

1 0,313 0,000 Valid 2 0,086 0,000 Valid 3 0,087 0,000 Valid 4 0,586 0,000 Valid 5 0,231 0,000 Valid 6 0,350 0,000 Valid 7 0,512 0,000 Valid 8 0,101 0,000 Valid Sumber : Lampiran 10

Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dalam hal ini koefesien korelasi yang di nilai signifikansinya lebih kecil dari 5 % menunjukkan bahwa item-item yang sudaj dipilih sebagai pembentuk indicator dari tabel diatas semuavariabel mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05 yang berarti semua data tersebut valid.


(78)

4.2.2. Uji Reliabilitas

Tabel 7 : Reliabilitas

Reliability Statistics

1.281 1.327 8

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

Sumber : Hasil Analisis Faktor, Lampiran 8

Uji reliabilitas adalah cara untuk menguji sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Alat ukur memiliki reliabilitas yang tinggi jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS didapat nilai Alpha sebesar 1,327 lebih besar dari batas bawah yang ditentukan sebesar 1,281. Bila hasilnya kurang dari 1,281 berarti buruk; 1,327 dapat diterima dan lebih dari 1,281, maka hasilnya baik. Jadi dengan nilai Alpha sebesar 1,327 maka data tersebut adalah reliable.

4.2.3. Uji Normalitas

Normalitas adalah salah satu syarat suatu data dapat diolah menggunakan multivariate. Namun untuk menentukan normal tidaknya suatu


(79)

data yang terbentuk multivariate tidaklah mudah, karena normalitas suatu data yang bersifat multivariate harus diukur secara khusus, namun kita dapat melihat normalitas masing-masing variable dengan asumsi jika semua variable normal, maka multivariatenya juga akan normal.

Hasil pengujian normalitas diperoleh sebagai berikut : Tabel 8 : Uji Normalitas Univariate

Kolmoggorov – sminov Items

Statistic Df Sig

X1 0,161 100 0,000

X3 0,130 100 0,000

X4 0,134 100 0,000

X5 0,093 100 0,031

X10 0,179 100 0,000

X11 0,151 100 0,000 X12 0,155 100 0,000 X15 0,184 100 0,000 Sumber : Hasil Analisis Faktor, Lampiran 12

Dari hasil pengujian data tersebut terlihat bahwa semua variable mempunyai nilai statistic K-S lebih kecil dari 0,05. maka dapat disimpulkan bahwa data semua variable yang diteliti memenuhi syarat normalitas.


(80)

4.3. Hasil Analisis Faktor

4.3.1. Nilai KMO dan Bartlett’s Test

Untuk menentukan variable output pada perhitungan analisis faktor dengan memasukkan variable didapat bahwa hasil KMO Measure of Sampling Adequancy (MSA) sebesar 0,622, dimana nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05, seperti terlihat dalam table berikut ini :

Tabel 9. Nilai KMO

KMO and Bartlett's Test

.622 380.546 28 .000 Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy.

Approx. Chi-Square df

Sig. Bartlett's Test of

Sphericity

Sumber : Hasil Analisis Faktor, Lampiran 1

Karena angka KMO dan Bartlett’s test tersebut sudah diatas 0,5 dan tingkat signifikansi yang muncul jauh dibawah 0,05 maka variable atau atribut yang ada dapat dianalisis lebih lanjut.

4.3.2. MSA (Measure of Sampling Adequacy)

Nilai MSA yang dihasilkan berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu) dengan interprestasi jika MSA sama dengan 1 (satu) berarti variable yang diteliti dapat diprediksi tanpa mengalami kesalahan lebih variable lain. Jika nilai


(81)

MSA berada dinatara 0,5 sampai dengan 1 (satu) berarti variable tersebut dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. Jika nilia MSA lebih kecil dari 0,5 berarti variable tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut, sehingga untuk melanjutkan pengujian variable tersebut harus dikeluarkan dan kemudian pengujian diulang mulai dari awal. Sehingga dari 15 faktor yang diajukan hanya ada 8 faktor yang dapat dilakukan pengujian lebih lanjut.

Nilai MSA yang diperoleh untuk 8 (delapan) variable yang diteliti semuanya lebih besar dari 0,5 seperti terlihat dalam table berikut ini.

Tabel 10 : Nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy)

Variabel Variabel / Atribut MSA

X1 Persepsi terhadap Variasi Produk Tabungan 0,530 X3 Persepsi terhadap Sikap Karyawan dalam Melayani

Nasabah 0,513

X4 Persepsi terhadap Kecepatan Pelayanan 0,631 X5 Persepsi terhadap Anjungan Tunai Mandiri 0,757 X10 Persepsi terhadap Ruang Tunggu 0,643 X11 Persepsi terhadap Sistem Pembiayaan 0,626 X12 Persepsi terhadap Jumlah Kantor Bank 0,538 X15 Persepsi terhadap Kemasan Produk 0,644 Sumber : Hasil Aanalisis Faktor, Lampiran 2

Berdasarkan table tersebut terlihat dari 8 (delapan) variable, semua variable mempunyai nilai MSA lebih dari 0,5. Maka analisis faktor dapat


(82)

dilanjutkan untuk menentukan pengelompokan variable-variabel tersebut ke dalam suatu faktor tertentu.

4.3.3. Nilai Communality

Communality pada dasarnya merupakan jumlah varians (perubahan atau variasi yang mungkin terjadi) dari suatu variable yang dipengaruhi faktor yang akan terbentuk.

Table. 11 : Nilai Communality

Sumber : Hasil Analisis Faktor, Lampiran 3

Communalities 1.000 .654 1.000 .621 1.000 .748 1.000 .815 1.000 .666 1.000 .557 1.000 .467 1.000 .564 X1 X3 X4 X5 X10 X11 X12 X15 Initial Extraction

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan 8 variabel didapat nilai communalities, sebagaimana Nampak pada tabel diatas pengertian dari besaran yang ada adalah :


(83)

1. Variabel X1 didapat nilai extraction sebesar 0,654. Dapat diartikan bahwa 65,4 % varians dari variabel bentuk dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

2. Variabel X3 didapat nilai extraction sebesar 0,621. Dapat diartikan bahwa 62,1 % varians dari variabel bentuk dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

3. Variabel X4 didapat nilai extraction sebesar 0,748. Dapat diartikan bahwa 74,8 % varians dari variabel bentuk dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

4. Variabel X5 didapat nilai extraction sebesar 0,815. Dapat diartikan bahwa 81,5 % varians dari variabel bentuk dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

5. Variabel X10 didapat nilai extraction sebesar 0,666. Dapat diartikan bahwa 66,6 % varians dari variabel bentuk dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

6. Variabel X11 didapat nilai extraction sebesar 0,557. Dapat diartikan bahwa 55,7 % varians dari variabel bentuk dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

7. Variabel X12 didapat nilai extraction sebesar 0,467. Dapat diartikan bahwa 46,7 % varians dari variabel bentuk dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.


(84)

8. Variabel X15 didapat nilai extraction sebesar 0,564. Dapat diartikan bahwa 56,4 % varians dari variabel bentuk dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

4.3.4. Total Variance Explained

Nilai eigenvalue untuk kedelapan variable yang diteliti ditunjukkan dalam table berikut :


(85)

Tabel. 12 : Nilai Eigen Value

Total Variance Explained

Sumber : Hasil Analisis Faktor, Lampiran 3

Pada component 1 sampai dengan component 2, angka eigenvalue diatas 1. yaitu masing-masing sebesar 3,378 untuk component 1 dan 1,713 untuk component 2. Namu pada saat akan membentuk component 3 maka angka eigenavalue sudah turun di bawah 1 atau sebesar 0,934, maka proses analisis faktor dapat dihentikan.

3.378 42.228 42.228 3.378 42.228 42.228 3.091 38.637 38.637

1.713 21.408 63.636 1.713 21.408 63.636 2.000 24.999 63.636

.934 11.675 75.311

.720 8.998 84.310

.540 6.754 91.064

.412 5.154 96.218

.189 2.364 98.582

.113 1.418 100.000

Component 1 2 3 4 5 6 7 8 Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared Loadings

Rotation Sums of Squared Loadings


(86)

component 1 sampai dengan component 2, maka hal ini menunjukkan hasil analisis faktor menghasilkan pengelompokkan variable menjadi 2 (dua) faktor, karena 2 faktor merupakan hasil yang paling bagus untuk meringkas atau mereduksi kedelapan faktor yang telah dianalisis. Hal ini juga ditunjukkan oleh hasil scree plot yang digambarkan pada gambar berikut ini :

Gambar 6 : Scree Plot Analisis Faktor 8 7 6 5 4 3 2 1 Component Number 4 3 2 1 0 Eigenvalue Scree Plot

Sumber : Hasil Analisis Faktor, Lampiran 5

Dari gambar tersebut terlihat bahwa dari component nomer 1 ke dua (garis sumbu X atau component number 1 ke 2) arah garis menurun dengan tajam dari eigenvalue sebesar 3,378 menjadi 1,713 (garis sumbu Y eigenvalue). Sedangkan dari component number dua ke tiga arah garis menurun dari eigenvalue diatas 1 menjadi dibawah 1 yang memberikan arti bahwa keseluruhan variable yang membentuk faktor secara simultan


(87)

dibawah 1.

Kemudian component number ke-3 dan seterusnya sudah dibawah angka 1 dari sumbu Y (eigenvalue). Hal ini membuktikan bahwa hanya dua faktor saja yang paling baik untuk meringkas atau mereduksi kedelapan variable yang dianalisis karena hanya pada component number ke satu sampai dua yang mempunyai nilai eigenvalue lebih besar dari 1, sedangkan untuk component number ke tiga dan seterusnya eigenvalue yang diperoleh lebih kecil.

4.3.5. Component Matrix

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa diperoleh hasil yang optimal hanya terdapat pada empat component atau faktor yang terbentuk, maka langkah atau proses terakhir dalam analisis faktor ini adalah mengidentifikasikan table matriks komponen (component matrix) seperti yang ditujukkan dalam table berikut :


(1)

syariah di Surabaya. Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan bank terutama bank syariah dapat lebih memperhatikan pelayanan terhadap nasabah. Misalnya dengan sikap karyawan yang selalu ramah dan tersenyum akan membuat nasabah lebih tertarik untuk mengambil produk tabungan pada bank syariah tersebut.


(2)

86

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat dibuat kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Pada perhitungan analisis faktor dengan memasukan 15 variabel didapat hasil KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA), masing banyak variabel yang nilainya kurang dari 0,5. Setelah dilakukan pengujian ulang maka didapat bahwa hanya 8 variabel yang dapat digunakan untuk dilanjutkan dalam penelitian analisis faktor.

2. Berdasarkan hasil analisis faktor dengan mengunakan rotasi faktor (varimax) diperoleh 2 faktor baru.

3. Faktor-faktor yang diperoleh tersebut adalah : a. Faktor Anjungan Tunai Mandiri

Komponen pertama terbentuk 5 variabel indicator yaitu variasi produk, kecepatan pelayanan, anjungan tunai mandiri, ruang tunggu dan system pembiayaan.

b. Faktor Sikap Karyawan Dalam Melayani Nasabah

Komponen kedua terbentuk 3 variabel indicator yaitu sikap karyawan dalam melayani nasabah, jumlah kantor bank dan kemasan produk.


(3)

5.2. Saran

Sebagai bagian akhir dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti dapat memberikan saran yang diharapkan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya oleh pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya sebagai berikut :

Perbankan merupakan salah satu penyedia jasa yang selalu menjadi pilihan nasabah untuk menanamkan uangnya. Karena semakin banyaknya persaingan dalam melayani nasabah, Bank Syariah di Surabaya harus mempertimbangkan faktor-faktor yang terdapat dalam penelitian ini. Penelitian ini memperlihatkan faktor-faktor yang menjadikan seorang menjadi nasabah Bank Syariah di Surabaya. Sehingga nasabah harus mendapatkan jaminan dan pelayanan yang memuaskan serta dari pihak Bank Syariah harus menambah cabang-cabang diberbagai daerah dengan lokasi yang sesuai atau strategis bagi konsumen.


(4)

(5)

Antonio, M. Syafi’I, 2001, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta, Gema Insani Press bekerjasama dengan Takzia Cendekia.

Arief, Sritua, 1993, Metodologi Penelitian Ekonomi, Cetakan Pertama, Jakarta, Universitas Indonesia.

Arifin, Zainul, 2000, Memahami Bank Syariah –Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek, Cetakan ke-3, Jakarta, Alvabet.

Al Jaziri, Abdurrahman, 1994, Fiqih Empat Madzhab, Terjemahan, Cetakan Pertama, Semarang, CV Asy-syifa’.

Aziz, M. Amin, 1992, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia : Acuan Untuk Praktisi Perbankan, Jakarta, Bangkit

Bank Indonesia, 1999, Pelatihan Dasar Perbankan Syariah Angkatan Ke-3, Bidakara, 1-12 Maret 1999, Tazkia Institute.

Chapra, DR. M. Umer , 2000, Sistem Moneter Islam, Penerjemah Ikhwan Abidin Basri, M.A., M.sc., Jakarta, Penerbit Gema Insani Press.

Departemen Agama RI, 1989, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, CV Toha Putra. Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, 1994, Ensiklopedi Islam, Cetakan ke-3, Jakarta, PT.

Ichtiar Baru Van Hoeven.


(6)

Mannan, M. Abdul, 1997, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Penerjemah Drs. M. Nastangin, Editor Drs. H.M. Sonhaji, Drs. Karnaen Perwataatmaja, MPA, H.M. Syafi’i Antonio, MEC, Drs. H. Murwanto Sigit, Yogyakarta, penerbit PT Dana Bhakti Wakaf.

Muslehuddin, Muhammad, 1990, Sistem Perbankan Dalam Islam, Jakarta, Rineka Cipta. Perwataatmaja, Kernaen dan M. Syafi’I Antonoio, 1992, Apa dan Bagaimana Bank

Islam, Yogyakarta, Penerbit PT. Dana Bhakti Wakaf.

Rahman, Afzalur, 1996, Doktrin Ekonomi Islam, Jilid III, Editor Drs. H.M. Sonhaji, Drs. Hudiyanto, dkk, Yogyakarta, Penerbit PT. Dana Bhakti Wakaf.

Romi, Prof. Dr Sutan S.H, 1999, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta, Penerbit PT. Pustaka Utama Grafiti.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Siddiqi, M.Nejatullah, 1984, Bank Islam, Terjemahan, Bandung, Penerbit Pustaka.

---, 1996, Kemitraan Usaha dan Bagi Hasil Dalam Hukum Islam, Yogyakarta, PT Dana Bhakti Prima Yasa.

Sumitro, Warkum, 1996, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait (BMUI dan Takaful) di Indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.