FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP NASABAH DALAM MEMILIH JASA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS BANK MANDIRI SYARIAH SURABAYA).

(1)

NASABAH DALAM MEMILIH JASA PERBANKAN SYARIAH

(STUDI KASUS BANK MANDIRI SYARIAH SURABAYA)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

PEPEN ISMOYO NPM. 0811010036

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA


(2)

Assalamu’alaikum

wr.wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP NASABAH DALAM MEMILIH JASA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS BANK MANDIRI SYARIAH SURABAYA)

banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Berkat bantuan dan bimbingan yang diberikan dari ibu Ir.Hamidah Hendrarini,MSi. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan


(3)

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 3. Ibu Dra,Ec.Niniek Imaningsih,MP, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS) dan Bank Indonesia, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ayah, ibu, kakak, adik- adik ku, beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral, materil serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

7. Teman – teman seperjuangan dari Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur serta teman-teman kos ku,teman-teman-teman-teman maenku, dan semua pihak yang tidak bisa


(4)

rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Maret 2012


(5)

Halaman

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 5

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Penelitian Terdahulu... 6

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1. Pengertian Bank... 9

2.2.2. Fungsi Dan Tugas Bank ... 11

2.2.3. Sumber Dana Bank... 13


(6)

2.2.6. Ekonomi Islam... 17

2.2.6.1. Ekonomi Syariah ... 17

2.2.6.2. Perbankan Islam ... 18

2.2.6.3. Bunga Dan Riba ... 19

2.2.7. Perbankan Syariah ... 21

2.2.7.1. Pengertian Bank Syariah ... 21

2.2.7.2. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah... 22

2.2.7.3. Landasan Hukum Bank Syariah ... 23

2.2.7.4. Konsep Bank Syariah ... 25

2.2.8. Produk Operasianal Bank Syariah... 27

2.2.8.1. Produk Penghimpunan Dana ... 27

2.2.8.2. Produk Penyaluran Dana ... 29

2.2.8.3. Produk jasa... .. 33

2.2.9. Tabungan ... 36

2.2.9.1. Pengertian Tabungan ... 36

2.2.9.2. Motifasi Menabung di Bank ... 36

2.2.9.3. Menabung di Bank Syariah ... 37

2.2.9.4. Jenis Tabungan di Bank Syariah ... 38

2.2.10. Bagi Hasil... .. 39

2.2.10.1. Sistem Bagi Hasil Bank Syariah... 39


(7)

2.2.10.4. Fungsi Likuiditas Bank... 43

2.2.11. Jumlah Kantor Bank... .. 44

2.2.11.1. Kantor Bank Umum... . 44

2.2.12. Inflasi... .. 46

2.2.12.1. Pengertian Inflasi... 46

2.2.13. Tingkat Suku Bunga... .. 47

2.2.13.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga... ... 47

2.2.13.2. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga... 48

2.2.13.3. Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga... 48

2.2.13.4 Teori Paritas Tingkat Bunga... 49

2.2.13.5 Perbandingan Antara Bank Syariah dan Konvensional ... 49

2.2.13.6 Pelayanan Nasabah Perbankan... 51

2.3. Kerangka Pikir... 55

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 56

3.1. Definisi oprasional dan Pengukuran variable... 56

3.1.1.Definisi Oprasional Variabel ... 56

3.1.2. Pengukuran Variabel... ... 59

3.2. Teknik Penentuan Sampel... ... 60


(8)

3.3.2. Sumber Data... ... 61

3.3.3. Pengumpulan Data... 61

3.4. Instrumen Penelitian... ... 62

3.5. Teknik Analisis Data... ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 71

4.1.1. Keadaan Responden ... 71

4.1.2. Jenis Kelamin Responden... 71

4.1.3. Distribusi Usia Responden ... 72

4.2. Uji Kualitas Data ... 73

4.2.1. Uji Validitas... 73

4.2.2. Uji Reliabilitas... 74

4.2.3 Uji Normalitas ... 75

4.3

Hasil Analisis Faktor... 76

4.3.1. Nilai KMO dan Bartlett’s Test... 76

4.3.2. MSA (Measure Of Sampling Adequacy) ... 76

4.3.3. Nilai Communality... 78

4.3.4. Total Variance Explained... 81


(9)

4.3.7. Penyusunan Nama FaktorYang Terbentuk... ... 91

4.3.8. Pembahasan Hasil Penelitian ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Halaman

Tabel 1.Perbandingan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional... 50

Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 71

Tabel 3. Distribusi Usia Responden... 72

Tabel 4. Uji Validitas ... 73

Tabel 5. Reliabilitas ... 74

Tabel 6.Uji Normalitas Univariate... 75

Tabel 7.Nilai KMO ... 76

Tabel 8.Nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy) ... 77

Tabel 9.Nilai Communality ... 78

Tabel 10. Nilai Eigen Value ... 82

Tabel 11. Matriks Component... 85

Tabel 12. Rotasi Matriks Komponen ... 87


(11)

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir ...55 Gambar 2. Scree Plot Analisis Faktor……… 83


(12)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP NASABAH DALAM MEMILIH JASA PERBANKAN SYARIAH

(STUDI KASUS BANK MANDIRI SYARIAH SURABAYA)

ABSTRAKSI

OLEH : PEPEN ISMOYO

Dalam era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mengalami kemajuan yang pesat. BANK MANDIRI SYARIAH “DI SURABAYA” berusaha untuk menambah fitur-fitur baru pada setiap layanan pada Bank Syariah, hal tersebut dilakukan agar BANK MANDIRI SYARIAH “DI SURABAYA” dapat mempertahankan jumlah nasabah dan bisa menarik nasabah lebih banyak lagi. Permasalahan yang dihadapi oleh mereka adalah belum mencapai target yang telah di tetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah dalam memilih produk BANK MANDIRI SYARIAH di Surabaya.

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuisioner pada nasabah BANK MANDIRI SYARIAH DI “SURABAYA”. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidentian sampling yaitu sampel yang memiliki cirri/sifat khusus dari populasi dan teknik analisis yang digunakan adalah analisis factor.

Setelah dilakukan proses pengumpulan data, peneliti menggunakan SPSS (Statistical Package For Social Science) 10.0 untuk mendapatkan hasil penelitian. Adapun hasil yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi 4 faktor yaitu : a. Faktor Karyawan dapat menumbuhkan rasa percaya kepada nasabah, b. Faktor Waktu operasional jam kerja sudah sesuai atau dengan nasabah , c. Faktor Inflasi, d. Faktor karyawan yang selalu konsisten dan bersikap sopan kepada para nasabah


(13)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari system perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 dimana Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang semakin berimbang. Dukungan terhadap pengembangan perbankan syariah juga diperlihatkan dengan adanya “dual banking system”, dimana bank konvensional diperkenankan untuk membuka unit usaha syariah (Anonim, 2010: 1).

Bank syariah di tanah air mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya diregulasi sektor perbankan pada tahun 1983. Hal ini karena sejak saat itu diberikan keleluasaan penentuan tingkat suku bunga, termasuk nol persen. (atau pemindahan bunga sekaligus). Dngan demikian kesempatan ini belum termanfaatkan karena tidak diperkenankanya pembukaan kantor bank baru. Hal ini berlangsung sampai tahun 1988 dimana pemerintah mengeluarkan pakto 1988 yang memperkenankan berdirinya bank-bank baru. Kemudian posisi bank syariah semakin pasti setelah disahkan UU perbankan No. 7 tahun 1999 dimana bank


(14)

nasabahnya baik bunga ataupun keuntungan-keuntungan bagi hasil. Dengan terbitnya PP No 72 tahun 1992 tentang bank bagi hasil secara tegas memberikan batasan bahwa “bank bagi hasil tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang tidak berasaskan prinsip bagi hasil (pasal 6). Maka jalan operasional perbankan syariah semakin luas. Kini titik kulminasi telah dicapai dengan disahkannya UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank syariah maupun yang ingin mengkonversi dari sistem konvensional menjadi sistem syari’ah. (Muhammad, 2004 : 4).

Pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk dan system perbankan syariah di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini di dukung oleh data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, bahwa hingga Oktober 2006, perbankan syariah hanya memiliki 1,5% dari total pangsa pasar perbankan secara nasional (The Point, 2006). Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum muslim, tetapi pengembangan produk syariah berjalan lambat dan belum berkembang sebagaimana halnya bank konvensional. Upaya pengembangan bank syariah tidak cukup hanya berlandaskan kepada aspek-aspek legal dan peraturan perundang-undangan tetapi juga harus berorientasi kepada pasar atau masyarakat sebagai pengguna jasa (konsumen) lembaga perbankan. Keberadaan bank (konvesional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi strategis sebagai lembaga intermediasi pembayaran, namun karakteristik dari kedua tipe bank (konvensional dan syariah) dapat mempengaruhi perilaku calon nasabah dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe bank


(15)

tersebut. Lebih lanjut, perilaku nasabah terhadap produk perbankan (bank konvensional dan bank syariah) dapat dipengaruhi oleh sikap dan persepsi masyarakat terhadap karakteristik perbankan itu sendiri (Anonim, 2010: 3).

Kegiatan operasional bank syariah sendiri ditandai dengan berdirinya bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 sebagai bank umum pertama syariah, hadirnya bank muamalat ini secara langsung meningkatkan partisipasi umat islam untuk bermuamalat secara syariah dan turut mengembangkan ekonomi masyarakat kecil. Dengan sistem sesuai syariah islam, Bank Muamalat ternyata mampu melewati krisis ekonomi dan dapat predikat sebagai salah satu bank tersehat di Indonesia, ini membuktikan bahwa ekonomi islam dengan sistem bagi hasil mampu menjawab permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi di Indonesia.

Sejalan dengan itu volume dan kegiatan bank syariah meningkat drastis, indikator yang menjadi tolak ukur adalah perkembangan total aset. Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan aset Bank Syariah telah mencapai 80 persen yakni Rp78 triliun dari target yang ditetapkan sebesar Rp 97 triliun tahun 2010. "Target pertumbuhan tahun ini kalau bisa aset tumbuh Rp 97 triliun. Sekarang masih Rp78 triliun. Tidak tahu bisa tercapai atau tidak," kata Direktur Perbankan Syariah Mulya Siregar di Jakarta, Jumat. Menurut dia, pertumbuhan aset tersebut didorong oleh semakin bertambahnya produk yang dikeluarkan perbankan syariah dan bertambahnya jumlah Bank Umum Syariah yang akan beroperasi di Indonesia. Pada Juni 2010, jumlah bank syariah sudah


(16)

mencapai 10 bank dengan 1.058 kantor di seluruh Indonesia. Mulya mengatakan rencananya akan bertambah satu lagi Bank Umum Syariah yaitu konversi Maybank Indocorp menjadi Maybank Syariah. Selain itu, ada pula dua investor asing lagi yang menyatakan ketertarikannya ke BI untuk membuat bank syariah di Indonesia. Dua investor asing tersebut adalah Al-Barakah dan Asia Finance Bank. Pada Juni 2009, baru ada lima bank dengan 643 kantor, kemudian pada Desember 2009, jumlah bank bertambah sedikit menjadi 6 bank dan 711 kantor. Berdasarkan data BI, hingga akhir Juni 2010, total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah mencapai Rp 46,26 triliun. Angka ini naik 34,2 persen dibandingkan dengan pembiayaan per akhir Desember 2009 yang sebesar Rp 34,45 triliun. Jika dibandingkan dengan pembiyaan per Juni 2009 yang sebesar Rp 29,71 triliun, maka kinerja penyaluran pembiayaan hingga Juni 2010 ini sudah melonjak hingga 55,7 persen. Adapun aset bank syariah pada Juni 2009 mencapai total Rp 39,53 triliun dan tumbuh menjadi Rp 61,12 triliun pada Juni 2010. Selain bank syariah, ada pula unit usaha syariah yang masih menyatu dengan bank umum. Total jumlah bank yang bergerak di industri syariah termasuk unit usaha syariah mencapai 33 bank dengan 1.302 kantor dan total aset Rp 75,2 triliun. (Anonim, 2010: 4).

Didasari pemikiran diatas maka perlu diadakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap nasabah dalam memilih jasa perbankan Syariah”.


(17)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan data-data yang di sajikan diatas, dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut:

“Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi sikap nasabah dalam memilih jasa perbankan Syariah ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan data-data yang di sajikan diatas, dapat di ketahui tujuan penelitian sebagai berikut:

“Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap nasabah dalam memilih jasa perbankan Syariah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di ambil dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi para nasabah dalam memilih jasa perbankan Syariah.

2. Sebagai informasi ilmiah bagi pihak yang berkepentingan terutama bagi Fakultas Ekonomi UPN ‘Veteran’ Jatim di Surabaya untuk melengkapi perbendaharaan perpustakaan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan beberapa sumber terdahulu sebagai referensi serta bahan kajian yang berkaitan dengan penelitian sekarang.Para peneliti tersebut adalah :

1. Jurnal oleh : Irbid dan Zarka, 2001 dengan judul peneletian :

“ Faktor-faktor yang mendorong nasabah memilih bank konvensional atau bank syariah”. Hasil penelitian tersebut mendukung bahwa motivasi nasabah dalam memilih bank syariah cenderung didasarkan kepada motif keuntungan, bukan kepada motif keagamaan. Dengan kata lain, nasabah lebih mengutamakan

economic rationale dalam keputusan memilih bank syariah dibandingkan dengan

lembaga perbankan non-syariah atau bank konvensional. 2. Jurnal oleh : Susana, 2003 dengan judul penelitian

“ Analisis perbedaan perhitungan pendapatan tabungan nasabah antara prinsip konvensional dengan prinsip syari’ah pada Bank di Indonesia. “ Dengan dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana perbedaan perhitungan pendapatan tabungan nasabah antara prinsip konvensional dengan prinsip syari’ah pada Bank Indonesia. Dari hasil analisa dan menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh nasabah bank konvensional lebih kecil dibandingkan dengan bank syari’ah sedangkan pendapatan pada nasabah bank syari’ah pada tahun 2000 juga lebih kecil dibandingkan pendapatan nasabah bank syari’ah pada tahun 2001.


(19)

3. Jurnal media Mahardika : Noerchoidah, SE, MM.

Judul : “ Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Menabung Pada Bank “X” Cabang Surabaya “.

Menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara faktor – faktor layanan, promosi, pendapatan nasabah, fasilitas kemudahan yang ditawarkan tabungan, keamanan dana nasabah Bank dan bunga yang menguntungkan terhadap tindakan seorang nasabah untuk menabung di tabungan bank “X” Cabang Surabaya. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan Nasabah untuk menabung (terbatas pada factor yang teliti) ternyata factor keamanan dana nasabah merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling besar.

4. Ayuthia, 2004 dengan judul penelitian “factor-faktor yang mempengaruhi jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah pada Bank Syariah Mandiri di Indonesia. Dengan atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara (X1), Nilai pembiayaan (X2) jumlah kantor Bank, (X3) terhadap jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah (Y). sedangkan secara parsial menunjukkan nisbah (X1) nilai pembiayaan (X2) dan jumlah kantor Bank (X3) berpengaruh nyata terhadap jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah

5. Rugust Praharta Buana dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Nasabah Bank Dalam Memanfaatkan Layanan Perbankan di PERMATA BANK TUNJUNGAN Surabaya”.


(20)

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti sebelumnya atas permasalahan yang dihadapi, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada perhitungan analisis faktor dengan memasukan 17 variabel didapat bahwa hasil KMO Measure Of Sampling Adequacy (MSA) sebesar 0,821 dan bartlett’s test sebesar 1275,087 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000.

2. Berdasarkan analisis faktor dengan menggunakan rotasi faktor (varimax) diperoleh 4 faktor baru, dimana ke empat faktor tersebut memenuhi syarat sebagai faktor karena memiliki nilai eigen value lebih dari 1.

1. Faktor-faktor yang diperoleh tersebut adalah :

a. Faktor jaminan

Nilai varian sebesar 30,323 komponen petama mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan PERMATA BANK Tunjungan surabaya sebesar 30,323%.

b. Faktor pelayanan yang memuaskan

Nilai varian sebesar 28,732 komponen kedua mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan PERMATA BANK Tunjungan surabaya sebesar 28,732%.

c. Faktor banyaknya cabang

Nilai varian sebesar 1,796 komponen ketiga mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan PERMATA BANK Tunjungan surabaya sebesar 1,796%.


(21)

d. Faktor lokasi

Nilai varian sebesar 6,439 komponen ke empat mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan PERMATA BANK Tunjungan Surabaya sebesar 6,439%.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, jenis bank, tempat penelitian, ruang lingkup yang digunakan, jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Sikap Nasabah Dalam Memilih Jasa Perbankan Syariahl”,

dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sikap nasabah

dalam memilih jasa perbankan Syariah (Y), sedangkan variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Tangibel(X1),External value(X2)

Reability(X3), Assurance(X4),Empathy (X5), Responssivenes (X6). .

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Bank

Pengertian bank yang terdapat pada pasal 1 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU NO 7 Tahun 1992 tentang perbankan yakni bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat


(22)

banyak. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi bank dari berbagai sumber lain:

1. “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Martono, 2002:20).

2. “Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas dan peredaran uang ” (Simorangkir, 2002: 10).

3. “Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperoleh dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral (Martono, 2002: 20).

4. “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediares), yang menyalurkan dana dari pihak yang berlebihan dana (idlle fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu tertentu.” (Dendawijaya, 2001: 25)

Dari berbagai penjelasan mengenai definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan definisi bank sebagai berikut: Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berperan dalam menyediakan jasa-jasa penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat serta sekaligus berperan penting dalam pembangunan negara melalui moblisasi dan alokasi dana pembangunan.


(23)

2.2.2. Fungsi Dan Tugas Bank

Bank yang bertindak sebagai lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai penghubung antara pihak kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Tetapi pada dasarnya bank memiliki tiga fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai tempat menyimpan uang, dalam hal ini bank memberikan surat-surat atau selembar kertas dalam bentuk:

a)Giro (demand deposit)

b)Deposito berjangka (time deposit)

c)Tabungan (saving deposit)

2. Sebagai lembaga penyalur kredit. Dalam hal ini bank dapat memanfaatkan uang yang disimpan oleh nasabah, dan kemudian menyalurkannya pada pihak-pihak membutuhkan dana.

3. Sebagai perantara lalu lintas pembayaran. Dalam hal ini bank dapat bertindak sebagai penghubung antara nasabah satu dengan nasabah lainya saat keduanya melakukan transaksi. Kedua nasabah tersebut tidak secara langsung melakukan pembayaran tetapi cukup memerintahkan pada bank untuk menyelesaikannya.


(24)

Tugas Pokok Bank adalah :

Pada dasarnya Bank mempunyai tugas – tugas Sebagai berikut : 1. Menarik uang dari masyarakat

2. Memberikan kredit (pinjaman) kepada orang atau badan usaha yang membutuhkan.

3. Memberikan jasa – jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. ( Harijanto,1997 : 14).

4. Kegiatan lain misalnya memberikan jaminan simpanan bank, menyewakan tempat untuk menyimpan barang – barang berharga.

Tugas – tugas tersebut merupakan aktifitas perbankan yang erat hubungannya dengan dunia perdagangan dan keuangan. Antara tugas dan fungsi pokok perbankan tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain.

Fungsi pokok perbankan adalah sebagai alat penarik dana yang erat hubungannya dengan dunia perdagangan dan keuangan. Antara tugas dan fungsi pokok perbankan tidak dapat dipisajkan satu sama lain.

Fungsi pokok perbankan adalah sebagai alat penarik dana yang ada di masyarakat baik uang kartal atau tunai maupun uang giral, sebagai penyalur dana masyarakat yang disediakan jasa perdagangan internasional. (Harijanto,1999 : 14).

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa bank mempunyai fungsi yang sangat luas dalam suatu perekonomian suatu negara, karena bank merupakan alat untuk menjaga kesetabilan moneter dan keuangan. Bank mempunyai fungsi utama dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat, dalam


(25)

hal ini bank berperan juga dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat banyak.

2.2.3. Sumber Dana Bank

“Bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa. Dana Bank adalah merupakan uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktifa lancar yang dikuasai Bank dan setiap waktu dapat diuangkan.” (Dendawijaya, 2001: 52)

Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak-pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan kepada bank sewaktu-waktu. Dana bank yang digunakan sebagai alat operasional suatu bank bersumber dari, menurut Dendiwijaya, dana-dana bank bersumber dari beberapa pihak sebagai berikut:

1. Dana pihak kesatu (dana dari modal bank sendiri)

Dana pihak kesatu adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham, pemegang saham pendiri maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu pendiriannya.

2. Dana pihak kedua (Dana pinjaman dari bank luar)

Dana pihak kedua adalah dana-dana yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana sebagai berikut:


(26)

Call money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian

antar bank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang diperlukan oleh bank.

b) Pinjaman biasa antar bank

Pinjaman biasa antar bank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu yang relatif lebih lama.

c) Pinjaman lembaga keuangan bukan bank (LKBB)

Pinjaman dari LKBB ini lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat diperjual belikan dalam pasar uang sebelum jatuh tempo dari pada berbentuk kredit.

d) Pinjaman dari bank sentral (BI)

Pinjaman dari bank sentral adalah pinjaman (kredit) yang diberikan bank Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas tinggi. Pinjaman dari bank Indonesia untuk jenis tersebut dikenal dengan istilah kredit Likuiditas Bank Indonesia (LKBI).

3. Dana pihak ketiga (dana dari masyarakat)

Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat dan merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Dana dari masyarakat terdiri dari beberapa jenis yaitu:


(27)

Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikanya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, dan surat perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindah bukuan.

b) Deposito (time deposit)

Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.

c) Tabungan (saving deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yank penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. (Dendawijaya, 2001: 53)

2.2.4. Jenis Bank

Dalam prakteknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang – Undang. Tetapi juga ditinjau dari segi fungsinya maka bank dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Bank Sentral

Bank Sentral merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan disuatu Negara. Di setiap Negara hanya ada satu Bank Sentral yang dibantu oleh cabang – cabangnya. Di Indonesi fungsi Bank Sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI).


(28)

2. Bank Umum

Bank Umum merupakan Bank yang bertugas melayani seluruh jasa – jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik itu masyarakat perorangan maupun lembaga – lembaga lainnya. Bank Umum juga dikenal dengan Bank Komersial dan dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu : Bank Umum Devisa dan Bank Umum Non Devisa.

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan.Bank Perkreditan Rakyat berasal dari bank desa, bank pasar, lumbung desa, bank pegawai serta bank – bank lainnya kemudian melebur menjadi satu yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR).(Kasmir,2003 :7 )

Dilihat dari segi penciptaan uang giral,ada dua jenis bank yaitu :

A. Bank Primer yaitu bank yang dapat menciptakan uang giral. Yang tergolong dalam penelitian ini adalah :

 Bank Sirkulasi ( Bank Sentral ) yang dapat menciptakan kredit dalam bentuk uang kertas dan uang giral.

 Bank Umum yang dapat menciptakan uang giral.

B. Bank Sekunder yaitu bank yang bertugas sebagai perantara dalam penyaluran kredit. Yang tergolong dalam pengertian ini adalah :


(29)

 Bank – bank lainnya ( bank pembangunan dan bank hipotik ) yang tidak dapat menciptakan uang giral.( Kasmir,2003 : 17)

2.2.5. Jenis-jenis Bank Menurut Pembagian Bunga

a) Bank Konvensional

Bank konvensional merupakan bank yang menjalankan usahanya seperti pemberian kredit, jasa-jasa lalu lintas, dan perbedaan uang secara konvensional, dan di dalam ketentuan pemberian imbalan dalam bentuk bunga.

b) Bank Syariah

Bank Syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara syariah dan didalam ketentuan pemberian imbalan bank syariah memberikanya dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulanya, menurut (Lewis, 2001: 64).

2.2.6. Ekonomi Islam

2.2.6.1. Ekonomi Syariah

System yang lengkap dari syariah islam adalah mencangkup masalah pembangunan ekonomi serta industry perbankan sebagai salah satu penggerak roda perekonomian. Dalam syariah islam, ekonomi adalah ilmu untuk menggunakan sumber daya yang dimanfaatkan kepada manusia sebagai khalifa Allah SWT di muka bumi dalam menjalankan tugas manusia sebagai abdi Allah SWT.


(30)

Islam menyediakan suatu sistem ekonomi dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang nyata. Menurut DR Umer Chopra(2002:2) beberapa sasaran dan fungsi ekonomi islam adalah:

a.) Kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimal.

b.) Keadilan social ekonomi dan distribusi kekeyaan dan pendapatan yang merata.

c.) Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai satuan unit yang dapat diandalkan, standart yang adil bagi pembayaran yang ditangguhka, dan alat penyimpanan yang stabil.

d.) Mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dalam suatu cara yang adil.

e.) Memberikan semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal diharapkan dari system perbankan.

2.2.6.2 Perbankan Islam

Perbankan islam memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Islam melarang kaum muslim menarik atau membayar bunga (riba). Pelarangan inilah yang membedakan system perbankan islam dengan system perbankan konvensional. Beberapa pandangan kaum modernis islam menyatakan bahwa riba berkaitan dengan praktik oleh rentenir ( lintah darat) kecil-kecilan dan tidak ada kaitanya dengan bunga yang dibebankan atas pinjaman-pinjaman


(31)

produktif. Tetapi argument itu tidak diterima secara umum dikalangan penulis muslim.

Beberapa ulama telah mengajukan berbagai alasan ekonomi untuk menjelaskan mengapa bunga dilarang dalam islam. Sumber utama islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Kedua sumber ini menyatakan bahwa penarikan bunga adalah tindakan pemerasan dan tidak adil sehingga tidak sesuai dengan gagasan islam tentang keadilan dan hak milik. Penolakan atas bunga ini memunculkan pertanyaan tentang apa yang dapat menggantikan mekanisme penerapan suku bunga dalam kerangka kerja islam. Jika pembayaran dan penrikan bunga dilarang bagaimana bank-bank islam beroperasi? Disinilah PLS masuk , menggantikan system bunga dengan system profit-and-loss-sharing( bagi- untung- dan- rugi ) sebagai metode alokasi sumber daya. ( Algoud dan lewis : 2001 : 11 )

Selain itu pula dari perspektif ekonomi islam , tujuan utama system perbankan dan keungan islam, menurut Algoud dan lewis (2001:135) dapat disimpulkan sebagai berikut :

a) Penghapusan bunga dari semua transaksi keungan dan pembaharuan semua aktivitas bank agar sesuai dengan prinsip-prinsip islam.

b) Pencapaian distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar.

c) Promosi pembangunan ekonomi. 2.2.6.3.Bunga Bank dan Riba

Operasi system perbankan konvensional ditentukan oleh kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat melalui pelayanan dan bunga bank yang


(32)

bunga atau bunga simpanan, sebaliknya masyarakat yang meminjam uang di bank diharuskan mengembalikan uang yang dipinjam beserta bunganya. Dari kegiatan tersebut diatas menurut Muhammad (2002:56) ada beberapa hal mengenai bunga, yaitu sebagai berikut:

1. Bunga adalah tambahan terhadap uang yamg disimpan atau dipinjam.

2. Besarnya bunga yang harus dibayar telah ditetapkan dimuka tanpa memperdulikan apakah pihak bank atau peminjam berhasil dalam usahanya atau tidak.

3. Besarnya bunga yang harus dibayar dicantumpan dalam rangka persentase yang artinya apabila hutang tidak dibayar atau simpanan tidak diambil dalam beberapa tahun hutang atau simpanan itu bisa menjadi berlipat ganda jumlahnya.

Menurut DR Umer Chapra (2000:22) dalam syariah riba secara teknis mengacu pada pembayaran premi yang harus dibayarkan oleh peminjam kepeda pemberi pinjaman disamping pengembalian pokok dengan syarat pinjaman atau perpanjangan batas jatuh tempo. Dalam pengertian ini menurut ahli fiqih, riba memiliki pengertian dan persamaan makna dengan bunga ( interest ). Secara syariah ada dua jenis riba salah satunya yakni riba nasi’ah yang berarti menunda, menangguhkan, atau menunggu dan mengacu pada waktu yang diberikan bagi pengutang untuk membayar kembali utang dengan memberikan tambahan atau premi (Chapra 2002:22)”. Oleh karena itu riba nasi’ah mengacu kepada bunga pada utang atau pinjaman, dan mengandung implikasi bahwa adanya penetapan suatu keuntungan positif didepan pada suatu pinjaman sebagai imbalan karena menunggu, yang secara syariah hal ini tidak diperbolehkan.


(33)

2.2.7. Perbankan Syariah

2.2.7.1. Pengertian Bank Syariah

Bank islam, tanpa bunga dan bank bagi hasil adalah nama lain dari bank syariah. Menurut accounting and auditing for Islamic financial institusien (AASIFI) yang diterbitkan oleh accounting and auditing organization for Islamic

financial instutions yang berpusat di Bahrain, bank syariah adalah suatu lembaga

yang didirikan dengan konsep islam bahwa profit diperuntukan bagi mereka yang siap menanggung resiko.

Sedangkan menurut Khan bank syariah adalah institusi keaungan dan sosial yang memiliki ciri-ciri dan aturan dari hukum islam, yang menganggap bahwa kekayaan itu diamanatkan kepada manusia. Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas peredaran uang yang kegiatan usahanya disesuaikan dengan prinsip islam yang mengacu kepda Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Melakukan kegiatan usaha sesuai prinsip islam yang dimaksudkan disini adalah mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam yang menyangkut tata cara bermuamalah (bersosial) secara islam antara lain misalnya dengan menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil. Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan usaha dengan mengacu pada Al-Qur’an dan Al-Hadist adalah dalam pengoperasiannya mengikuti larangan dan perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Muhammad SAW, penekanan dalam pelarangan tersebut terutama berkaitan dengan praktek-praktek bank yang mengandung dan dapat menimbulkan riba.


(34)

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, disebabkan mereka berkata (berpendapat) sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..”

2.2.7.2. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah

Bank Syari’ah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dan riba. Dengan demikian, kerinduan umat islam indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah mendapatkan jawaban dengan lahirnya bank Islam. Bank Islam lahir di Indonesia pada awal tahun 90-an atau tepatnya setelah ada UU No. 7 Tahun 1992, yang direfisi dengan UU perbankan dengan No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasi dengan sistem bagi hasil atau bank syari’ah. Kemudian dalam perkembangannya bank Indonesia mengeluarkan regulasi baru tentang bank syariah melalui UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dana pihak B.I sendiri telah membentuk biro perbankan syariah yang menjadi wadah bagi perbankan syariah yang ada di Indonesia, dan saat ini biro tersebut telah di tingkatkan menjadi sebuah direktorat.

Yang menjadi latar belakang pendirianya bank syari’ah adalah:

1. Keinginan umat islam untuk menghindaridari riba dalam kegiatan muamalahnya.

2. Keinginan umat islam untuk memperoleh kesejahteraan lahir dan batin melalui kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agama.


(35)

3. Keinginan umat islam untuk mempunyai alternatif pilihan dalam mempergunakan jasa-jasa perbankan yang dirasakan lebih sesuai. (Antonio, 2001: 6).

Bank Islam diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank Islam. Melalui pembiayaan ini bank Islam dapat menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan bank Islam dengan nasabah tidak lagi sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan.

2.2.7.3. Landasan Hukum Bank Syariah

Bank syariah di Indonesia mendapatkan kebijakan yang kokoh setelah adanya deregulasi sector perbankan pada tahun 1983. Hal ini dikarenakan sejak saat itu diberikan penentu tingkat suku bunga, termasuk nol persen atau peniadaan bunga sekaligus kepada institusi perbankan. Namun hal ini belum termanfaatkan karena tidak diperkenankan pembukaan kantor baru , keadaan ini berlangsung sampai pemerintah mengeluarkan pakto pada tahun 1988 yang memperkenankan berdirinya bank-bank baru. Kemudian posisi perbankan syariah semakin pasti setelah disahkan undang-undang perbankan nomor 7 tahun 1992 yang memberikan kebebasan bagi bank untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil oleh nasabahnya baik bunga maupun keuntungan bagi hasil.

Sesuai dengan perkembangan perbankan maka UU No.7 tahun 1992 tersebut disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank syariah maupun yang ingin mengkonversi dari system konvensional menjadi system syariah UU No. 10


(36)

yang melarang adanya dual system dalam kegiatan usaha secara konvensional dapat juga melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syariah.

Disamping itu bank syariah di Indonesia juga dibatasi oleh pengawasan yang dilakukan oleh dewan pengawas syariah. Hal ini menandakan bahwa setiap produk bank syariah harus mendapatkan persetujuan dari dewan pengawas syariah terlebih dahulu sebelum diperkenalkan kepada masyarakat.

Untuk menjalankan UU No. 10 tahun 1998 tersebut selanjutnya dikeluarkan surat keputusan direksi bank Indonesia tentang bank umun dan perkreditan rakyat tahun 1999 dilengkapi juga dengan bank umum berdasarkan prinsip syariah dan bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah. Aturan yang berkaitan dengan bank umum berdasarkan prinsip syariah diatur dalam surat keputusan direksi bank Indonesia No.32/34/KEP/DIR, tanggal 12 Mei 1999. Sebagai tindak lanjut bagi UU No.10 tahun 1998, bank Indonesia sebagai otoritas perbankan perbankan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tertanggal 14 Oktober tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dari surat edaran bank Indonesia Nomor 32/2/UPPB tertanggal 12 Mei 1999 dasar surat keputusan direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR tertanggal 12 Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah.

Dalam ketentuan tersebut diatur tata cara mengenai pendirian, perijinan prinsip maupun perijinan kegiatan usaha, kepemilikan, kegiatan usaha bank, pembukaan kantor cabang, pemindahan alamat kantor dan sebagainya. Operasional produk bank syariah di Indonesia dijalankan berdasarkan UU


(37)

Peraturan Bank Indonesia, dan surat keputusan Direksi Bank Indonesia sebagai berikut :

1. Udang-undang mengenai bank syariah

a. Undang-undang No.10 Tahun 1998, tentang perubahan atas b. Udang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan

c. Undang-undang republic Indonesia No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia

2.2.7.4. Konsep Bank Syariah

Pada dasarnya konsep bank syari’ah dalam menjalankan usahanya sama dengan bank konvensional lainnya seperti memberikan kredit, jasa-jasa lalu lintas pembayaran, dan peredaran uang. Tetapi bank syari’ah dalam menjalankan usahanya tidak dapat dipisahkan dari konsep-konsep syari’ah yang mengatur produk dan oprasionalnya. Salah satu ketentuan syari’ah itu adalah bank syari’ah tidak menerapkan sistem bunga pada berbagai produknya, dan ini merupakan perbedaan yang paling mendasar dari kedua konsep bank tersebut.

Dasar utama sistem perbankan Islam, menurut (Lewis, 2001: 55), terdiri atas beberapa elemen penting yakni:

a. Riba dilarang dalam semua transaksi.

b. Bisnis dan investasi dijalankan berdasarkan aktifitas-aktifitas yang halal. c. Transaksi harus bebas dari unsur gharar (sepekulasi atau tidakpastian).


(38)

e. Semua aktifitas harus sejalan dengan prinsip-prinsip islam, dengan dewan syariah khusus sebagai pengawas.

Bank syari’ah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk mewujudkan terbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana. Secara garis besar konsep bank syari’ah terdiri atas lima konsep aqad. Berdasarkan atas lima konsep ini dapat ditemukan produk-produk lembaga keuangan bank syari’ah, lima konsep tersebut adalah:

1. Prinsip simpanan murni (al-wadi’ah)

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank syari’ah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas al-wadi’ah biasanya diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito. al-wadi’ah identik dengan giro dalam bank konvensional. (Muhammad, 2002: 17)

2. Bagi hasil (al-mudharabah)

Al-mudharabah yaitu perjanjian antara pemilik modal dengan pengusaha.

Pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek/usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian bagi hasil sesuai dengan perjanjian. Apabila usaha yang dibiayai mengalami kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal, kecuali kerugian tersebut terjadi karena kelalaian pengusaha. (Sumitro, 2002: 32)


(39)

Prinsip jual beli ini (al-murabahah) salah satu sistem yang menerapkan tata cara jual beli. Bank akan memberi terlebih dahulu barang yang di butuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). (Muhammad, 2002: 85).

4. Prinsip sewa (al-ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas bunga dan jasa melalui

pembayaran uapah atau sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri (Ascarya, 2007: 101).

5. Prinsip jasa/fee

Prinsip jasa ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah garansi bank, kliring, inkaso, jasa transfer, dan lain-lain. (Muhammad, 2002: 85).

2.2.8. Produk Oprasional Bank Syariah

Secara garis besar pengembangan produk bank syari’ah dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Produk penghimpunan dana 2. Produk penyaluran dana

3. Produk jasa


(40)

Produk penghimpun dana pada bank syari’ah, menurut antonio, terbagi atas dua akad yakni wadi’ah dan mudharabah.

1. Wadi’ah

Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepihak lain

baik indivdu maupun badan hukum yang harus di jaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Prinsip wadiah dalam produk bank syari’ah dapat dikembangkan menjadi dua jenis yaitu:

a) Yad Al-Amanah, yaitu pihak penyimpan tidak bertanggung jawab atas

kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan.

b) Yad al-dhamanah, yaitu pihak penyimpang yang bertanggung jawab atas

segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang tersebut. Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan al-wadi’ah untuk tujuan.

2. Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak yakni pihak

pertama (shahibul mall ) menyediakan seluruh modal, sedangka pihak lainnya menjadi pengelolah. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian sipengelola. Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis:


(41)

a. Mudharabah Muthalaqah, adalah bentuk kerjasama antara dua pihak

yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

b. Mudharabah Muqayyadah, adalah pihak kedua dibatasi dengan batasan

jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si pihak pertama dalam memasuki jenis dunia usaha.

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan

pendanaan, pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada: a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan

khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban dan tabungan deposito biasa.

b. Deposito sepesial, yaitu dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya jual beli atau sewa menyewa. (Antonio, 2002: 85)

2.2.8.2. Produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana di bank syari’ah, menurut antonio, dapat di kembangkan menjadi tiga model, yaitu:

1. Prinsip jual beli

Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan dengan pola transfer of


(42)

jual barang. Prinsip ini dikembangkan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Al-murabahah

Al-murabahah adalah jual beli dengan harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati. Dalam muarabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah umumnya dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of

credit (L/C). kalangan perbankan syari’ah di Indonesia banyak

menggunakan murabahah secara berkelanjutan seperti untuk modal kerja.

b. As-salam

As-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,

sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. Bank sebagai pembeli nasabah sebagai penjual. As-salam biasanya digunakan pada pembiayaan petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan, dan juga dapat di aplikasikan pada pembiayaan industri.

c. Al-istishna

Al-istishna merupakan akad salam namun pembayarannya dilakukan oleh

bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.


(43)

Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

Prinsip ini terdiri atas :

a. Al-ijarah

Al-ijarah adalah akad pemindah hak guna dasar barang atau jasa melalui

pembayaran upah sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

b. Al-ijarah al-muntahiha Bit Tamlik

Al-ijarah al-muntahiha bit tamlik adalah sejenis perpaduan antara

kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya adalah akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa.

c. Bank-bank islam yang mengoprasikan produk al-ijarah dapat melakukan

leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun financial lease. Akan

tetapi pada umumnya bank-bank islam lebih banyak menggunakan

Al-ijarah al-muntahiha bit tamlik karena lebih sederhana dari sisi

pembukuan.

3. Prinsip bagi hasil

Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syari’ah dioprasionalkan dengan pola-pola sebagai berikut:


(44)

Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk

suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis:

a.1. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan dan wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih, dalam musyarakah kepemilikan dua orang atau lebih terbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagai pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.

a.2. Musyarakah akad (kontrak), tercipta dengan cara kesepakatan dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek,

nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dan tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

b. Al-mudharabah

Mudharabah adalah kerjasama antara dua belah pihak, pihak pertama

menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak secara umum mudharabah terbagi atas dua jenis yaitu:


(45)

b.1. Mudharabah muthaloqah

Mudharabah muthaloqah adalah bentuk kerjasama yang cakupanya

sangat luas dan tidak di batasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

b.2. Mudharabah muIqayyadah

Mudharabah muIqayyadah yaitu pihak kedua dibatasi dengan batasan

jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan pihak pertama dalam memasuki jenis dunia usaha.

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaa. Adapun pada sisi pembiayaan Mudharabah diterapkan untuk:

a. Pembiayaan modal kerja, sepeti modal kerja perdagangan dan jasa.

b. Investasi khusus, merupakan sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak pertama. (Antonio, 2001: 101)

2.2.8.3. Produk Jasa

Dalam pelayanan jasa ini dioperasionalkan dengan pola sebagai berikut:


(46)

Al-hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada

orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankn biasanya diterapkan pada hal-hal:

a. Facturing atau anjak piutang, yaitu para nasabh yang memiliki piutang

kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut dan bank menagihnya dari pihak ketiga itu. b. Post dated check, yaitu bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa

membayarkan dulu piutang tersebut.

c. Bill discounting, secara prinsip, bill discounting serupa dengan hawalah, hanya saja dalam bill discounting nasabah harus membayar fee, sedangkan pembahasan fee tidak didapati dalam kontrak hawalah.

2. Ar-rahn

Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan

atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai. Kontrak ar-rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal berikut:

a. Sebagai produk pelengkap atau akad tambahan (jaminan) terhadap produk lain. Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekwensi akad tersebut.

b. Akad ar-rahn dipakai sebagai alternatif dari penggadaian konvensional,


(47)

bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga penggadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan di muka.

3. Al-wakalah

Wakalah berarati penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat dalam

hal ini nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya untuk melakukan pekerjaan jasa tertentu. Secara umum, aplikasi wakalah dalam perbankan dapat diterapkan, misalnya: transver dan sebagainya.

4. Al-kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak

ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan. (Sudarsono, 2003: 77).

5. Al-Sharf

Al-Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta asing dengan valuta lainnya,

transaksi ini dapat dilakukan baik dengan semata-mata uang yang sejenis dan mata uang asing lainnya.


(48)

Al-Qardh adalah akad pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang wajib

dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. (Budisantoso, 2006: 161).

2.2.9. Tabungan

2.2.9.1. Pengertian Tabungan

Secara umum pengertian tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan dan tidak dikeluarkan untuk konsumsi.(dumairy, 1997:125)

Sedangkan menurut Udang –undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 merupakan simpanan yang penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Simpanan tabungan adalah simpanan pada bank yang penarikanya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuintansi atau kartu anjungan tunai mandiri (ATM)

2.2.9.2. Motivasi Menabung di Bank

Masyarakat yang memiliki pendapatan yang lebih cenderung untuk menabungkan uangnya dibank. Adapun motivasi masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank adalah:


(49)

a. Tingkat suku bunga yang tinggi .

Dengan menyimpan uangnya dibank, masyarakat akan mendapatkan tingkat bunga, dari pada membiarkan uangnya menganggur dirumah. Terutama memilih bank yang menetapkan tingkat bunga yang tinggi.

b. Bonafiditas

Pada umumnya masyarakat tidak akan menyimpan uang nya di bank yang bonafiditasnya diragukan. Masyarakat lebih mempercayai bank pemerintah dan sebagaian bank swasta

c. Uang yang disimpan dibank akan terjamin keamanannya karena bank merupakan lembaga keuangan yang memproduksi jasa dan kepercayaan oleh karena itu masyarakat yang mempunyai uang di bank berarti bank tersebut telah memperoleh kepercayaan dari masyarakat.

d. Dengan menyimpan uang di bank akan meringankan pembayaran pada beberapa bank penabung akan memperoleh manfaat dan fasilitas yang diberikan oleh bank.

e. Mendidik untuk hidup hemat dan berencana untuk tidak berpola konsumerisme yang berlebihan.(Rosyidi,1994:144)

2.2.9.3. Menabung di Bank Syariah

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh islam, karena dengan menabung berarti orang muslim mempersiapkan diri untuk perencanaan masa yang akan dating sekaligus untuk menghadapi masalah yang tidak diinginkan,


(50)

dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang secara tidak langsung memerintahkan kaum muslimin untuk memper siapkan hari esok secara lebih baik misalkan :

1. Al-Qur’an surat An-Nisa : 9 yaitu:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka kwatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mengucapkan perkataan yang benar

2.2.9.4. Jenis Tabungan di Bank Syariah

Bank syariah menetapkan dua akaddalam tabungan,yaitu wadiah dan

mudharabah.

a. Tabungan yang menerapkan akad wadiah mengikuti prinsip-prinsip

wadiah yad adh-dhamanah artinya tabungan ini tidak mendapatkan

keuntungan karena ia titipkan dan dapat di ambil sewaktu-waktu dengan menggunakan buku tabungan atau media lain seperti kartu ATM. Tetapi bank tidak dilarang jika ingin memberikan bonus atau hadiah.

b. Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip akad

mudharabah di antaranya adalah pertama keuntungan dari dana yang

digunakan harus dibagi antara sohibul maal (nasabah) dan mudharib (Bank). Kedua adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dengan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutar dana itu diperlukan waktu yang cukup. (Antonio, 1999:208).


(51)

2.2.10. Bagi Hasil

2.2.10.1. Sistem Bagi Hasil Bank Syariah

Tingkat bagi hasil adalah prosentase tingkat keuntungan yang didapat oleh nasabah sebagai bentuk kompensasi atas dana masyarakat yang dikelola oleh bank. Salah satu perbedaan prinsip antara bank syari’ah dengan bank konvensional adalah pada tata cara atau ketentuan pemberian imbalan. Bank konvensional memberikan imbalan dalam bentuk bunga sedangkan bank syariah memberikan imbalan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulanya, tergantung dari pendapatan investasi yang dilakukan bank pada bulan bersangkutan. Menurut Algaoud dan lewis (2001: 64), yang menjadikan sistem bagi hasil boleh dalam islam, sementara sistem bunga tidak boleh, karena dalam sistem bagi hasil, yang ditetapkan sebelumnya hanyalah rasio (nisbah), bukan tingkat keuntunganya.

Secara syari’ah ada dua instrumen bagi hasil dalam sistem bank syari’ah yaitu mudharabah dan musyarakah. Diantara kedua model ini maka mudharabah adalah metode yang paling umum digunakan. Berdasarkan metode ini, bank islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan peminjam dana. Dengan penabung bank bertindak sebagai pengelola dana dan disisi lain, dengan peminjam dana, bank akan bertindak sebagai pemilik dana.

Dalam menjalankan prinsip bagi hasil, ada beberapa faktor penting yang menentukan besar kecilnya prosentase keuntungan yang akan dibagikan antara pihak bank dan penabung maupun dengan peminjam dana, faktor-faktor tersebut, menurut Antonio (2001: 139), ialah:


(52)

a. Investement rate, merupakan prosentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana bank.

b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Investemen rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.

c. Nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).

Pada dasarnya, menurut Muhammad (2002: 110), bank bagi hasil memberikan keuntungan pada deposan dengan pendekatan loan to deposit

ratio (LDR), sedangkan bank konvensional dengan pendekatan biaya. Artinya,

dengan mengakui pendapatan, bank syariah menimbang rasio antara dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan, serta pendapatan yang dihasilkan dari perpaduan dua hal tersebut. Sedangkan bank konvensional langsung menganggap semua bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa memperhitungkan berapa pendapatan yang dapat dihasilkan dari dana yang di himpun tersebut. Maka dalam hal ini, bank syariah terdapat unsur ketidak pastian dalam memperoleh keuntungan, karena berapa rupiah pendapatan riil yang akan diperoleh nasabah sangat bergantung kepada pendapatan yang akan diperoleh bank.

Maka agar tetap dapat bersaing dengan bank konvensional, bank syariah memberikan special nisbah yang kira-kira indikasinya sama dengan

special rate pada bank konvensional. Caranya dengan mengurangi porsi bank


(53)

nisbah yang diberikan hendaklah memperhatikan hal-hal sebagai berikut

(Muhammad, 2002: 111): 1. Nisbah bagi hasil

2. Bobot 3. Pendapatan

4. Rata-rata saldo harian produk simpanan

Dengan demikian, jelas bahwa bank syariah tetap menguntungkan dan memberi bagian keuntungan yang adil kepada semua pihak yang terlibat, yaitu nasabah (debitur/deposan) dan bank. Keuntungan yang diperoleh bukan berdasarkan bunga yang dihitung terhadap saldo simpanan atau beasarnya kredit, namun persen dari pendapatan riil nasabah debitur dan bank. Perbedaan bank diakui pada saat bagi hasil diterima (cash based) bukan bunga yang masih akan diterima (accural based).

Cara menghitung penentuan tingkat bagi hasil menggunakan rumus sebagai berikut: berjalan tahun rugi laba x Ketiga Pihak Dana Jumlah Nasabah Harian rata Rata Saldo /

= A

A x % Bagi Hasil = Tingkat Bagi Hasil

2.2.10.2. Sumber dan Alokasi Pendapatan

Bank memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit-unit yang berkelibahan dana dengan unit-unit yang mengalami kekurangan dana. Maka sesuai dengan fungsi tersebut, dana pihak ketiga yang telah di kumpulkan Bank


(54)

tersebut mendapat keuntungan besar baik untuk nasabah atau pihak bank. Sumber dana yang telah diperoleh pihak bank bank syariah akan dialokasikan pada berbagai portofolio pembiayaan yang ada di bank syariah, maka sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh dari:

1. Bagi hasil denganakad kerja sama mudharabah atau musyarakah 2. Margin atau keuntungan dari akad jual beli atau mudharabah 3. Hasil sewa atau akad ijarah

4. Fee atau biaya administrasi atas jasa-jasa yang diberikan oleh pihak bank terhadap masyarakat

2.2.10.3 Likuiditas Bank

Secara umum likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kuwajiban membayar uang kas apabila diperlukan. Definisi ini bersifat umum dan mungkin dapat diperlakukan pada perorangan atau lembaga perusahaan apasaja termasuk perusahaan perbankan dalam pengertian seperti itu, likuiditas mempunyai peranan yang penting bagi suatu perusahaan.

Asas likuiditas yaitu suatu asas yang mengharapkan bank untuk tetap dapat menjaga likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya karena sebagian dana yang dimiliki dan disalurkan dalam bentuk kredit maupun pembiayaan yang berasal dari masyarakat.

Suatu bank dikatakan likuid apabila memenuhi beberapa criteria antara lain :


(55)

Bank memiliki cash asset sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

 Bank tersebut memiliki asset lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.

Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui berbagai bentuk hutang.

Hingga demikian pengelolaan likuiditas akan meliputi kegiatan dalam perencanaan dan penyediaan kebutuhan likuiditas untuk memenuhi ketentuan penguasa moneter yang berlaku serta dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerjanya sendiri. (Muljono, 1989:19).

2.2.10.4. Fungsi Likuiditas Bank

Menurut sinkey, adalima fungsi utama likuiditas bank yaitu:

1. Menunjukan dirinya sebagai tempat yang aman untuk menyimpan uang.

2. Memungkinkan bank memenuhi komitmen pinjamannya. 3. Untuk menghindari penjualan aktiva yang tidak menguntunkan.

4. Untuk menghindarkan diri dari penyalahgunaan kemudahan atau kesan “negative”, dari penguasa moneter karena meminjam likuiditas dari bank sentral.

5. Memperkecil penilaian resiko ketidakmampuan membayar kewajiban penarikan dana. (Latumerissa, 1999:20).


(56)

2.2.11. Jumlah Kantor Bank

2.2.11.1. Kantor Bank Umum

Yang dimaksud dengan jenis-jenis kantor bank dapat dilihat dari luasnya kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank, luasnya kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan kantor pusat bank tersebut. Disamping itu besar kecilnya kegiatan cabang bank tersebut tergantung dari wilayah operasionalnya.

Banyak sedikitnya kantor bank sangat mempengaruhi besar kecilnya tingkat oprasional suatu bank.

Adapun beberapa jenis kantor bank yang dimaksud :

1. Kantor pusat

Merupakan kantor semua kegiatan perencanaan sampai pada pengawasan terdapat di kantor ini, setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan tetapi mengendalikan jalanya kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor pusat tidak melayani jasa bank kepada masyarakat umum.

2. Kantor cabang penuh

Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank yang paling lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu.


(57)

3. Kantor cabang pembantu

Merupakan kantor cabang yang berada dibawah kantor cabang penuh, dimana kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian saja. Perubahan setatus dari cabang pembantu kecabang penuh dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang penuh dari kantor pusat.

4. Kantor kas

Merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya hanya meliputi teller atau kasir saja, dengan kata lain kantor kas hanya melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada dibawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini kantor kas yang dilayani dengan mobil dan sering disebut kas keliling.

Untuk menunjang operasinal perbankan dan pemasaran produk-produk perbankan sangat diperlukan adanya kantor-kantor cabang pembantu. Beberapa alasan untuk membuka kantor cabang:

1. Dalam upaya meningkatkan jangkauan bisnis secara keseluruhan, jangkauan bisa dilihat dari sisi aktiva maupun pasiva. Apabila suatu bank mempunyai kemampuan menarik atau mengumpulkan dana secara baik, sedangkan kondisi perekonomian di suatu daerah kurang mendukung untuk melakukan penempatan dana secar maching, biasanya bank tersebut berupaya membuka cabang-cabang di daerah yang menjadi pusat peredaran uang.

2. Dikaitkan dengan rencana pengenalan suatu produk yang tepat di daerah tersebut.


(58)

Sebagai salah satu bagian dari strategi pemasaran global. Biasanya cabang didirikan dengan tujuan sebagai bagian dari rencana pemasaran. Hal itu terlihat misalnya, suatu bank membuka cabang di tempat terpencil dengan tujuan hanya melayani satu-satunya nasabah yang mendirikan pabrik ditempat tersebut. Disini tujuan pembangunan cabang semata-mata dilihat dari sisi pemasaran karena nasabah telah menikmati fasilitas pinjaman yang diberikan bank induknya.

Pengertian bank menurut Pitono adalah jumlah kantor bank berkaitan dengan fasilitas yang ditawarkan kepada masyarakat luas untuk meraih minat masyarakat, bank harus memperluas jaringan kantor cabang agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Jumlah kantor bank meliputi kantor pusat, kantor cabang pembantu, kantor cabang unit dan kantor kas Bank harus memperluas jaringan kantor agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

2.2.12. Inflasi

2.2.12.1. Pengertian Inflasi

Menurut Nopirin (1992: 25) inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus.

Menurut Boediono (1998: 162) inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk naik dan terus menerus, kenaikan harga satu atau dua jenis barang saja yang tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada


(59)

2.2.13. Tingkat Suku Bunga

2.2.13.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga

Suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. Bagi orang yang meminjam uang, bunga merupakan denda yang harus dibayar untuk mengkonsumsi mengkonsumsi penghasilan yang sebelum diterima. Bagi orang yang memberikan pinjaman, bunga merupakan imbalan karena menunda konsumsi sekarang hingga jatuh waktu dari piutang. (Puspopranoto, 2004: 70).

Menurut Kidwell, DS, Peterson, RL dan Blackwell, DW menyatakan bahwa pada jaman dahulu orang telah meminjamkan barang kepada orang lain dan kadang-kadang mereka telah meminta semacam kompensasi atas jasa yang diberikan. Kompensasi tersebut disebut sewa, yakni harga dari meminjam harta milik orang lain. (Puspopranoto, 2004: 69).

Menurut Miller, RL dan Vanhoose, DD menyatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang diterima dari sipemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.

Edmister, RO mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga, yaitu stated rate, annual percentage rate, dan yield, yang didefinisikan sebagai berikut : (Puspopranoto, 2004: 70).

a. Stated rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok


(60)

b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga selama satu tahun dengan

menyesuaikan stated rate, untuk jumlah periode pertahun dan jumlah pokok yang dipinjam.

c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen dengan satu kontrak keuangan yang

memenuhi tiga syarat : (1) jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, (2) pada awal tahun, (3) kemudian dibayar kembali pada akhir tahun beserta bunga.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga adalah tingkat balas jasa yang diperoleh atas sejumlah dana atau pinjaman yang telah diberikan.

2.2.13.2. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga

Menurut teori klasik, makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Teori klasik juga menyatakan bahwa makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. (Nopirin, 1992: 70).

2.2.13.3. Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga

Teori menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (Nopirin, 1992: 91). Teori Keynes juga menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang uang untuk tujuan spekulasi


(61)

yaitu permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi. (Boediono, 1995: 83).

Pada waktu bunga tinggi jumlah uang yang diminta masyarakat dengan motif spekulasi sedikit, sedangkan pada waktu tingkat bunga rendah jumlah uang yang dibutuhkan masyarakat untuk motif spekulasi tinggi.

2.2.13.4. Teori Paritas Tingkat Bunga

Teori paritas tingkat bunga adalah teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas (yaitu, apabila penduduk masing-masing negara memperjual belikan devisa). Teori paritas tingkat bunga menyatakan bahwa dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama dengan tingkat dinegara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu dengan negara yang lain (Boediono, 1992: 101).

2.2.13.5 Perbandingan Antara Bank Syari’ah dan Konvensional

Telah diuraikan sebelumnya berbagai pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihan terhadap lembaga keuangan bank (khususnya bank non Syariah) baik yang menyangkut faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor keuntungan, hadiah (faktor ekonomi) cukup mempengaruhi responden dalam menentukan keputusan. Sementara itu faktor pelayanan, keterjangkauan atau lokasi, keamanan, lingkungan keluarga, psikologis (faktor non ekonomi) tidak


(62)

kalah besar pengaruhnya. Berikut ini berbagai langkah-langkah atau sikap masyarakat (non nasabah bank Syariah) ketika akan menjatuhkan pilihan pada perbankan syariah sebagai lembaga keuangan tempat menabung atau pembiayaan.

Faktor pertama yang patut diperhatikan adalah informasi tentang bank syariah tersebut. Sekitar 63,6% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih bank syariah cukup dipengaruhi oleh informasi intens, hanya 7% yang menyikapi bahwa faktor informasi kurang relevan dengan keputusan untuk memilih bank syariah, maka faktor informasi kepada masyarakat menjadi kata kunci.

Faktor-faktor kedua yang cukup mempengaruhi keputusan responden adalah faktor rasionalitas. Faktor-faktor tersebut tidak hanya meliputi aspek ekonomi saja, namun juga faktor non ekonomi, pertimbangan agama, dan faktor rasional lainnya. Sejumlah 60,8% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih bank syariah cukup dipengaruhi oleh pertimbangan yang rasional.

Tabel 1 : Perbandingan antara bank syariah dan bank Konvensional

No Perbedaan Bank syariah Bank konvensional

1 Falsafah Tidak berdasarkan bunga, spekulasi,dan ketidak jelasan Berdasarkan bunga 2 Oprasionalisasi

- Dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika ‘diusahakan’ terlebuh dahulu. - Penyaluran pada usaha

yang halal dan menguntungkan

- Dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo.

- Penyaluran pada sektor yang menguntungkan aspek halal tidak menjadi

pertimbangan uta.

3 Aspek sosial

Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam misi dan visi

Tidak diketahui secara tegas

4 Organisasi Harus memiliki dewan

pengawas syariah

Tidak memiliki dewan pengawas syariah


(63)

Sumber : Sudarsono, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Kedua, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta, halaman 42.

2.2.13.6. Pelayanan Nasabah Perbankan

Dalam mengembangkan suatu produk perbankan hendaknya dipertimbangkan kebutuhan masyarakat, segmen yang menjadi target, kemasan dan cara penyajian yang memadai dalam prosedur yang mudah, cepat dan kualitas pelayanan prima dan penanganan keluhan nasabah hendaknya ditangani secara cepat, tepat dan benar secara memuaskan nasabah.

Umumnya terdapat beberapa bahan pertimbangan yang perlu dicermati dalam hal perilaku nasabah : pertama, menabung karena rasa aman, kedua, menabung karena melihat suku bunga yang tinggi, ketiga, nasabah yang percaya kepada salah satu pejabat bank, keempat lokasi bank yang dekat dengan aktivitas yang dilakukan oleh nasabah. Dan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Surindo Utama dan Business Information Services, terdapat delapan variabel utama yang menjadi sumber masyarakat mengenal perbankan seperti teman (31%), koran (21%), Televisi (12%), Billboard (11%), Pamflet (10%), papan nama Bank (8%), dari kantor (2%), majalah (2%). Dari hasil riset itu terlihat, bahwa fariabel yang paling dominan dari masyarakat dalam proses masyarakat mengenal perbankan adalah dari teman, sedangkan dari alasan nasabah dalam memilih bank atau membuka tabungan disuatu bank adalah (Hariyanto, 2003: 23) :


(64)

a. Aman dan terpercaya (25%) b. Pelayanan yang memuaskan (17%) c. Milik Pemerintah (1%)

d. Dekat kantor (12%) e. Bunga tinggi (8%)

f. Bonus dan hadiah besar (8%) g. Produk atau jasanya banyak (7%) h. Banyak cabang (5%)

i. Manajemen yang baik (5%) j. Milik konglomerat (5%)

k. Promosi gencar (1%) l. Citra baik (1%) m. Ada asuransi (1%)

n. Minggu buka (1%)

Dari teori-teori yang ada telah dijelaskan, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa untuk memberikan layanan para nasabah, Bank Syariah memperhatikan dan mempertimbangkan variabel-variabel antara lain :


(65)

a. Tangible

Kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya) perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya.

b. External Value

Factor diluar pelayanan Bank itu sendiri tetapi mempengaruhi produk Bank tersebut

c. Reability

Hendaknya perbankan memberikan kualitas pelayanan sesuai dengan komitmen perusahaan dengan demikian image perusahaan pun dapat ditingkatkan.

d. Assurance

Tingkat kepercayaan atau jaminan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen adalah maksimal atau optimal.

e. Empathy

Dalam hal ini pihak perbankan pun hendaknya tanggap terhadap apa yang sebenarnya diinginkan konsumen.


(66)

f. Responsiveness

Bersikap tanggap dalam memberikan pelayanan pada konsumen (baik dalam transakakukan awal transaksi, sesudah melakukan transaksi maupun dalam menghadapi keluhan dari konsumen).


(67)

2.3. Kerangka Pikir (Gambar 1)

ATM (X1.1) 

Penampilan (X1.3) 

Tangible (X1)

Fasilitas(X1.2)

Bagi Hasil (X2.1) 

Responsive (X6)  Empathy (X5)  Assurance (X4) Reability (X3)  penyimpanan(X3.3) 

Penangana (X3.2) 

Penyampaian (X3.1) 

Rasa Aman (X4.3) 

Bersikap Sopan  

(X4.2)

Rasa Percaya 

(X4.1)

Pelayanan Cepat 

Penyampaian Jasa 

(X6.1)

Memberikan 

Perhatian (X5.1)

Memahami 

Nasabah (X5.2)

Waktu 

Operasional (X5.3)

Inflasi (X2.2)

Bunga (X2.3)

Pendapatan (X2.4)

External value

(X2) 

Sikap Nasabah 

Dalam Memilih 

Jasa Perbankan 


(68)

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variable

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, serta lebih dapat memahami isi dan agar definisi yang digunakan di dalam penelitian ini dapat diukur serta menghilangkan dan menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran maka variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian yang akan dianalisis adalah sebagai berikut :

3.1.1. Definisi Operasional Variabel

a. Tangible (XI)

Adalah kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya) perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya.

(X.1.1) Bank Mandiri Syariah Surabaya memiliki akses ATM yang bisa dinikmati nasabah semua nasabah baik dikota-kota maupun di daerah-daerah.

(X.1.2) Fasilitas gedungdan tempat parkir yang ada pada Bank Mandiri Syariah Surabaya sudah sesuai dengan jenis jasa yang disediakan.


(69)

(X.1.3) Penampilan karyawan-karyawati Bank Mandiri Syariah Surabaya sudah rapi dan menarik.

b. External Value (X2)

Adalah factor diluar pelayanan bank itu sendiri tetapi mempengaruhi produk Bank tersebut.

(X.2.1) Bank Mandiri Syariah Surabaya dalam memberikan bagi hasil sangat menguntungkan nasabah.

(X.2.2) Inflasi mempengaruhi nasabah untuk menabung di Bank mandiri Syariah Surabaya.

(X.2.3) Tingkat bunga Bank Konvensional mempengaruhi nasabah untuk menabung di Bank Mandiri Syariah Surabaya.

(X.2.4) Pendapatan nasabah mempengaruhi nasabah dalam menabung di Bank Mandiri Syariah Surabaya.

c. Reability (X3)

Adalah hendaknya perbankan memberikan kualitas pelayanan sesuai dengan komitmen perusahaan dengan demikian image perusahaan pun dapat ditingkatkan.

(X.3.1) Bank Mandiri Syariah Surabaya menyampaikan jasa sesuai dengan waktu yang diberikan.

(X.3.2) Bank Mandiri Syariah Surabaya dapat diandalkan dalam menangani masalah jasa pelanggan atau nasabah.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat dibuat kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Pada perhitungan analisis faktor dengan memasukan 14 variabel didapat hasil KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA), sudah diatas 0,5 dan tingkat signifikansi yang muncul jauh dibawah 0,05 maka variable atau atribut yang ada dapat dianalisis lebih lanjut.

2. Berdasarkan hasil analisis faktor dengan mengunakan rotasi faktor (varimax) diperoleh 4 faktor baru.

3. Faktor-faktor yang diperoleh tersebut adalah :

a. Faktor Karyawan dapat menumbuhkan rasa percaya kepada nasabah Komponen pertama terbentuk 4 variabel indicator yaitu Waktu operasional jam kerja sudah sesuai atau cocok dengan nasabah, Karyawan menginformasikan kepada nasabah tentang kepastian waktu penyampaian jasa , karyawan yang memahami kebutuhan atau kepentingan para nasabah, dan karyawan yang dapat membuat para nasabah merasa aman ketika melakukan transaksi.

b. Faktor Waktu operasional jam kerja sudah sesuai atau cocok dengan nasabah


(2)

96

Komponen kedua terbentuk 4 variabel indicator yaitu Waktu operasional jam kerja sudah sesuai atau cocok dengan nasabah, Karyawan menginformasikan kepada nasabah tentang kepastian waktu penyampaian jasa , karyawan yang memahami kebutuhan atau kepentingan para nasabah, dan karyawan yang dapat membuat para nasabah merasa aman ketika melakukan transaksi.

c. Faktor Inflasi

Komponen kedua terbentuk 4 variabel indicator yaitu Inflasi, memberikan bagi hasil sangat menguntungkan nasabah, Tingkat bunga Bank Konvensional, Pendapatan nasabah.

d. Faktor Karyawan yang selalu konsisten dan bersikap sopan kepada para nasabah

Komponen kedua terbentuk 2 variabel indicator yaitu Karyawan yang selalu konsisten dan bersikap sopan kepada para nasabah, karyawan yang memberikan perhatian secara individu terhadap para nasabah.

5.2. Saran

Sebagai bagian akhir dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti dapat memberikan saran yang diharapkan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya oleh pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya sebagai berikut :

Perbankan merupakan salah satu penyedia jasa yang selalu menjadi pilihan nasabah untuk menanamkan uangnya. Karena semakin banyaknya persaingan dalam melayani nasabah, Bank Syariah harus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(3)

mempertimbangkan faktor-faktor yang terdapat dalam penelitian ini. Penelitian ini memperlihatkan faktor-faktor yang menjadikan seorang menjadi nasabah Bank Syariah. Sehingga nasabah harus mendapatkan jaminan dan pelayanan yang memuaskan serta dari pihak Bank syariah harus menambah cabang-cabang diberbagai daerah dengan lokasi yang sesuai atau strategis bagi konsumen.


(4)

98

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(5)

Anonim, Syafii. Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/10/DPNP.spesial adition 2008. Perihal perbankan syariah 2008: evaluasi, trend, dan proyeksi .(http://www.bi.go.id)

_______.Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/10/DPNP.spesial adition 2008. Perihal perbankan syariah 2008: evaluasi, trend, dan proyeksi .(http://www.bi.go.id)

_______.Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/10/DPNP.spesial adition 2010. Perihal pertumbuhan aset perbankan syariah meningkat 80%, 27/agustus/ 2010: (http://www.bi.go.id)

Antonio, 2001, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktik, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta

Ascarya, 2007. Akad dan Produk Bank Syariah, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada : jakarta

Budisantoso dan Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.

Dendawijaya, Lukman , 2003. Manajemen Perbankan , Penerbit Ghalia Indonesia:Jakarta

Drs.O.P. Simongkir. 2004. Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank, Penerbit Ghalia Indonesia: Jakarta

FR. Hariyanto, PO1600014, Wajah Perbankan Indonesia, Kartajaya, Hermawan, Marketing 2000

Heri Sudarsono, 2003. Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan

Ilustrasi, edisi pertama, Penerbit Ekonisia : yoyakarta

Indriantoro, Dr. Nur dan Drs. Bambang, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis

Untuk Akuntansi Dan Manajemen. BPFE, Yogyakarta

Mervvyn Lewis dan latifa Algaoud, 2001. Perbankan syariah, Penerbit PT. Serambi ilmu semesta : Jakarta


(6)

2   

Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, edisi empat penerbit yogyakarta

Sadono Sukirno, 2006, Mikro Ekonomi. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sawaldjo Puspopranoto, 2004, Keuangan Perbankan Dan Pasar Keuangan, edisi pertama, Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia

Totok Budisantoso ,2006. Bank dan lembaga keuangan lainnya, Penerbit salemba empat. jl. Wijaya 2, Jakarta

.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARIAH Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali).

0 3 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH BERTRANSAKSI DI BANK SYARIAH Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Bertransaksi di Bank Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri Cabang Boyolali).

0 3 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK SYARIAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK SYARIAH (Studi Empiris di Surakarta).

1 1 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK SYARIAH DI SURABAYA.

0 0 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK MANDIRI SYARIAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Bank Mandiri Syariah Cabang Pembantu Universitas Airlangga).

0 0 104

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK MANDIRI SYARIAH KOTA SURABAYA.

0 0 104

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK SYARIAH DI SURABAYA.

0 12 100

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK MANDIRI SYARIAH KOTA SURABAYA

0 0 23

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK MANDIRI SYARIAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Bank Mandiri Syariah Cabang Pembantu Universitas Airlangga)

0 0 23

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP NASABAH DALAM MEMILIH JASA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS BANK MANDIRI SYARIAH SURABAYA) SKRIPSI

0 0 17