Landasan Teori 1. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Bank Bank adalah lembaga keuangan financial institution yang berfungsi sebagai perantara keuangan financial intermediary antara pihak yang kelebihan dana surplus unit dan pihak yang kekurangan dana deficit unit. Melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat Dana Pihak Ketiga dan kemudian menyalurkan kembali dalam bentuk kredit.

2.2.1.1. Fungsi Bank

1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. 2. Menciptakan uang melalui alat pembayaran kredit dan investasi. 3. Menghimpun dan menyalurkannya kepada masyarakat. 4. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional. 5. Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga. 6. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya kartu kredit, transfer dana, dan sebagainya. Subagyo, dkk., 1997 : 44 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.1.2. Jenis Bank

Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang-Undang. Tetapi juga ditinjau dari segi fungsinya maka bank dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu: 1. Bank Sentral Bank Sentral adalah bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan disuatu negara. Di setiap negara hanya ada satu Bank Sentral yang dibantu oleh cabang-cabangnya. Di Indonesia fungsi Bank Sentral dipegang oleh Bank Indonesia BI. Selain itu Bank Indonesia memiliki hak untuk menciptakan serta mengedarkan uang logam dan uang kertas yang berfungsi sebagai lembaga pembina dan pengawas bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat serta memiliki peranan yang penting dalam menjaga kestabilan ekonomi dan moneter di Indonesia. 2. Bank Umum Bank umum adalah bank yang bertugas melayani seluruh jasa- jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik itu masyarakat perseorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan nama bank komersial dan dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Bank Umum Devisa Bank yang dapat melakukan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Contoh : Transfer ke luar negeri , Pembukaan dan pembayaran Letter of Credit b. Bank Umum Non Devisa Bank ini mempunyai fungsi yang berkebalikan dengan bank devisa. Bank ini melakukan transfer masih dalam batas-batas Negara dalam negeri 3. Bank Perkreditan Rakyat BPR Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. Bank Perkreditan Rakyat berasal dari bank desa, bank pasar, lumbung desa, bank pegawai serta bank-bank lainnya kemudian melebur menjadi satu yaitu Bank Perkreditan Rakyat BPR. Kasmir, 2003 : 7

2.2.1.3. Manajemen Dana Bank

Kunci dari keberhasilan manajemen bank adalah bagaimana bank tersebut bisa merebut hati masyarakat sehingga peranannya sebagai financial intermedia dapat berjalan dengan baik. Karena kegiatan manajemen dana bank meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap penghimpunan pengalokasian dana dari Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. masyarakat. Proses pengelolaan dan penghimpunan dana-dana masyarakat kedalam bank serta pengalokasian dana-dana tersebut bagi kepentingan bank dan masyarakat pada umumnya, secara optimal melalui penggerakkan semua sumber daya yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang berlaku. Pada era perbankan modern saat ini sangat terkait erat dengan manajemen bank dimana manajemen aktiva - pasiva bank merupakan fokus utama dalam manajemen dana bank. Meskipun suatu bank tidak dapat menentukan atau mengatur secara mutlak jumlah dana yang dapat dihimpun pada suatu tingkat yang dikehendaki, namun bank bagaimanapun dapat mempengaruhi jumlah dana yang dihimpun sampai pada tingkat tertentu. Menurut Siamat, 1993 : 99 , dana bank dilihat dari sumbernya dapat dibedakan antara dana ekstern yaitu dana yang dihimpun dari luar bank, dan dana intern yaitu dana yang dihimpun dari dalam bank itu sendiri. Sedangkan menurut Sinungan, 1993 : 84 , dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber atau berasal dari dana-dana sebagai berikut: 1. Dana pihak kesatu. Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham. 2. Dana pihak kedua. Dana pihak kedua adalah dana yang berupa pinjaman dari pihak luar. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga adalah dana yang berupa simpanan dari pihak masyarakat. Sesuai dengan batasan masalah pada bab sebelumnya, maka hanya dana pihak ketiga saja yang akan dibahas lebih lanjut.

2.2.1.4. Dana Pihak Ketiga Dana dari Masyarakat

Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat. Sumber dana dari masyarakat merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya, selain itu dapat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya seperti hadiah, ATM dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya yang tidak terbatas, baik berasal dari perseorangan rumah tangga, perusahaan maupun lembaga masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri, misalnya untuk biaya bunga atau biaya promosi. Ada 3 tiga jenis simpanan pada bank sebagai sarana untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Giro Demand Deposit Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang dapat digunakan oleh pemiliknya sebagai alat pembayaran, dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pembayaran lainnya SPPL atau dengan cara pemindahbukuan. Rekening giro sering disebut juga dengan rekening koran yang dapat digunakan untuk menatausahakan kredit yang diberikan dalam bentuk rekening giro. Jenis rekening giro dapat berupa: a. Rekening atas nama perorangan. b. Rekening atas nama suatu badan usaha atau lembaga. c. Rekening bersama atau gabungan. Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana yang sangat labil dan tidak memiliki jatuh tempo. Kelebihan sumber dana ini adalah biayanya relatif lebih murah. Bunga yang dibayarkan bank kepada pemegang rekening ini disebut sebagai “jasa giro”. Presentase jasa giro yang diberikan cukup bervariasi antara bank satu dengan bank lainnya, akan tetapi pada umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga deposito berjangka maupun tabungan. 2. Deposito Time Deposit Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan pihak ketiga dengan bank yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bersangkutan. Dilihat dari sudut biaya dana, maka dana yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito ini merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau tabungan. Sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi tetap. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap di bank karena para pemegangnya deposan tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo bila dia deposan tidak ingin memperpanjang jangka waktu simpanannya, maka dananya dapat ditarik kembali. Dalam prakteknya terdapat 3 tiga jenis deposito yaitu: a. Deposito berjangka. Deposito berjangka adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat dipindahtangankan. b. Sertifikat deposito. Sertifikat deposito adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan sebagai jaminan bagi permohonan kredit. c. Deposit on call. Deposit on call adalah deposito yang saat penarikannya harus diberitahukan terlebih dahulu kepada bank pada waktu yang ditetapkan sesuai dengan kebijakan dan peraturan bank yang bersangkutan. Biasanya hanya digunakan untuk deposan yang memiliki uang dalam jumlah besar dan sementara waktu belum digunakan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Tabungan Saving Deposit Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berbeda dengan simpanan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk maksud berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu bila dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam komposisi sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari giro.

2.2.1.5. Alokasi Dana Bank

Dana yang telah berhasil dihimpun dari berbagai sumber tersebut diatas, perlu dikelola secara efektif dan efisien dengan mempersiapkan strategi penempatan dana berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, karena penempatan dana mempunyai beberapa tujuan yaitu: 1. Untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup. 2. Untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman. Untuk mencapai tujuan tersebut, alokasi dana bank perlu diarahkan sedemikian rupa sehingga pada saat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. diperlukan, semua kepentingan nasabah dapat dipenuhi. Penggunaan dana bank pada prinsipnya dapat diklasifikasikan atas dasar: 1. Prioritas penggunaan dana Menurut Siamat 1993 : 125, alokasi dana bank berdasarkan prioritas penggunaan terdiri atas: a. Cadangan primer primary reserve. Merupakan prioritas pertama dan yang paling utama dalam alokasi dana bank. b. Cadangan sekunder secondary reserve. Merupakan prioritas kedua dan sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi cadangan primer. c. Penyaluran kredit. Merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank setelah mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangan sekunder. d. Investasi portofolio. Merupakan prioritas terakhir dalam alokasi dana bank dimana dana yang dialokasikan dalam kategori ini adalah dana sisa setelah penanaman dana dalam bentuk kredit telah memenuhi kriteria atau target tertentu. 2. Sifat aktiva Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank kedalam bentuk-bentuk aktiva, yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Penanaman dana dalam aktiva produktif. Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif terdiri atas kredit yang diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga dan penyertaan modal. b. Penanaman dana dalam aktiva tidak produktif. Aktiva tidak produktif adalah penanaman dana bank kedalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid atau cash asset serta aktiva tetap dan inventaris. Sedangkan cara penempatan alokasi dana bank dengan mempertimbangkan sumber dana yang diperolehnya terdiri atas 2 dua pendekatan, yang mana kedua pendekatan tersebut masih banyak dipergunakan atau dipilih oleh eksekutif bank, yaitu: 1. Pool of fund approach Pool of fund approach adalah penempatan dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber- sumber dana seperti sifat dana, jangka waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 1 Diagram Pool of Fund Approach Sumber Dana Alokasi Dana Giro Deposito Tabungan Pool of Fund Approach Cadangan Primer Cadangan Sekunder Kredit Surat-surat Berharga Aktiva Tetap Modal 2. Asset allocation approach Asset allocation approach adalah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat dana, jangka waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 2 Diagram Assets Allocation Approach Sumber Dana Alokasi Dana Cadangan Primer Namun kedua pendekatan yang telah digambarkan diatas, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan yang dapat dilihat pada tabel perbandingan berikut ini. Giro Deposito Tabungan Modal Cadangan Sekunder Kredit Surat-surat Berharga Surat-surat Berharga Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 1 Perbandingan Antara Kelebihan Dan Kekurangan Pool of Fund Approach Dengan Assets Allocation Approach Pool of Fund Approach Assets Allocation Approach Kelebihan: - Perhitungan biaya dana relatif sederhana. - Pengelolaannya tidak kompleks. Kelebihan: - Mengalihkan penekanan likuiditas kepada profitabilitas. - Jumlah rata-rata cadangan likuiditas mengalami penurunan sehingga alokasi dana dapat dialihkan lebih banyak pada penyaluran kredit dan penanaman modal dalam surat-surat berharga yang dimiliki keuntungan lebih tinggi. Kekurangan: - Tidak diberikan dasar untuk memperkirakan standart likuiditas. - Tidak terdapat pertimbangan terhadap perubahan giro, deposito, tabungan dan sumber dana lainnya. - Mengabaikan likuiditas yang berasal dari portofolio kredit melalui pembayaran cicilan kredit dan bunga secara terus-menerus. - Memperkecil peranan cadangan sekunder sebagai likuiditas. - Mengabaikan peran interaksi aktiva dan pasiva dalam penyediaan likuiditas secara musiman. Kekurangan: - Keputusan mengenai jumlah likuiditas dilakukan berdasarkan perkiraan atau perputaran simpanan. - Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang menyebabkan keuntungan menjdi berkurang. - Portofolio kredit dianggap sama sekali tidak likuid sehingga kredit tidak dianggap sebagai sumber likuiditas yang potensial. - Keputusam mengenai manajemen aktiva – pasiva dibuat secara independent. Berdasarkan klasifikasi dana dan asal sumber dana dalam pengalokasian dana yang sudah dijelaskan tersebut, keduanya menjelaskan adanya pengalokasian dana dalam bentuk surat- surat berharga dan kredit. Untuk alokasi dalam surat-surat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berharga dalam hal ini lebih didominasi oleh Sertifikat Bank Indonesia SBI. Baik Sertifikat Bank Indonesia SBI dan kredit akan dijelaskan lebih lanjut dalam sub bab berikut ini.

2.2.1.6. Alokasi Dana Bank dalam Sertifikat Bank Indonesia SBI

Sertifikat Bank Indonesia SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutangnya. Sertifikat Bank Indonesia SBI mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Untuk pengendalian moneter. b. Sebagai alternatif penanaman dana bagi lembaga keuangan dalam hal ini adalah bank. c. Untuk mengembangkan pasar uang dan pasar sekunder. Untuk saat ini, industri perbankan cenderung lebih menyukai untuk mengalokasikan dananya kedalam Sertifikat Bank Indonesia SBI, hal ini dikarenakan tingkat suku bunga yang ditawarkan lebih menarik sehingga tidak ada satu bank pun yang tidak mengalokasikan dananya kedalam Sertifikat Bank Indonesia SBI. Di samping itu Sertifikat Bank Indonesia SBI merupakan instrumen surat berharga yang paling besar pasarnya karena luasnya tidak dibatasi oleh permintaannya ataupun kelebihan likuiditas sementara perbankan, tetapi dikaitkan dengan target moneter pemerintah. Begitu pula dengan tingkat diskontonya yang tidak dapat dipengaruhi oleh satu bank manapun yang ikut lelang. Sertifikat Bank Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Indonesia SBI merupakan surat berharga yang paling likuid yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank yang memilikinya. Menurut Sihombing, 1990 : 49, kurva penawaran Sertifikat Bank Indonesia SBI adalah elastis sempurna seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 3 Hipotesis Kurva Penawaran untuk Sertifikat Bank Indonesia Tingkat diskonto SBI SBI 0 Jumlah SBI yang ditawarkan Sumber : Bank Indonesia, 2004, Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih, Maret. Ada beberapa alasan mengapa portofolio Sertifikat Bank Indonesia SBI lebih disenangi oleh industri perbankan sebagai alternatif investasi dana yang bersifat sementara, yaitu: a. Bebas dari default risk. b. Marketable. c. Dapat dijaminkan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. d. Merupakan sekuritas utama untuk jaminan memperoleh discount window. e. Dapat diperjualbelikan sebagai instrumen repo. Khusus untuk jual beli Sertifikat Bank Indonesia SBI cara perhitungan bunganya menggunakan sistem diskonto dengan menganut rumus true discount yaitu: P = N x 360 360 + t x i Dimana: p = nilai tunai N = nilai nominal t = tenor, yaitu sisa jangka waktu i = tingkat diskonto yang disepakati antara pembeli dengan penjual

2.2.2. Kredit

2.2.2.1. Pengertian Kredit

Menurut Tjoekam, 1999 : 1, kata “kredit” berasal dari bahasa Latin yaitu credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust. Sedangkan menurut Suyatno, 1993 : 12, istilah “kredit” berasal dari bahasa Yunani yaitu credere juga yang berarti kepercayaan truth atau Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. faith. Ada beberapa pengertian kredit secara universal menurut undang- undang Perbankan Indonesia, yaitu: “ Penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan”. Undang-undang Perbankan No. 14 1967. “ Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Undang-undang Perbankan No. 7 1992. “ Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Undang-undang Perbankan No. 10 1998. Selain itu bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan. Seseorang atau suatu badan atau lembaga keuangan yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan baik berupa barang, uang ataupun jasa.

2.2.2.2. Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan, yang merupakan suatu keyakinan pemberi kredit bank bahwa kredit yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. 2. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya. 3. Risiko, yang menyatakan adanya risiko yang mungkin muncul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya. 4. Kesepakatan, yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.2.3. Sasaran Kegiatan Perkreditan

Sebagai salah satu unit usaha, proses kegiatan penyaluran kredit bank umum merupakan usaha untuk mencapai sasaran kredit itu sendiri yang pada prinsipnya untuk: 1. Memenuhi kebutuhan kredit oleh masyarakat yang merupakan tugas bank-bank umum. 2. Menciptakan atau memperkuat hubungan nasabah dengan membiayai usaha-usaha yang memenuhi syarat atau kredit. 3. Memelihara keamanannya dimana bank harus menerima kembali nilai ekonominya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. 4. Penggunaannya terarah dimana kredit tersebut sungguh-sungguh dipakai oleh debitur sesuai perencanaan perusahaan untuk meningkatkan kinerja kegiatan usahanya. 5. Mendatangkan hasil usaha yaitu dengan memberikan hasil lebih kepada bank, debitur dan otorita moneter. Hal ini didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut: 1. Perkreditan merupakan kegiatan atau aktivitas yang terbesar dari perbankan. 2. Besarnya angka pos kredit yang diberikan dalam neraca posisi aktiva merupakan angka terbesar dalam neraca bank. 3. Penghasilan terbesar bank diperoleh dari bunga, provisi, komisi dan lain-lain yang diterima sebagai akibat dari pemberian kredit bank. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Risiko terbesar yang dipikul oleh bank berasal dari kegiatan pemberian kredit, seperti: a. Risiko spread yang muncul sebagai akibat hasil negatif antara selisih biaya bunga dan tingkat bunga kredit. b. Risiko kredit bermasalah yang muncul sebagai akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban nasabah kredit untuk membayar angsuran maupun bunga kredit pada waktu yang sudah disepakati. c. Risiko nilai jaminan yang muncul sebagai akibat turunnya nilai jaminan yang dipegang bank dibandingkan dengan jumlah pinjaman atau sisa pinjaman. d. Risiko kurs valuta asing sebagai akibat kenaikan kurs valuta asing terhadap mata uang lokal. 5. Kegiatan perkreditan pada suatu bank umum merupakan kegiatan yang paling banyak memiliki struktur organisasi dan beragam sifatnya.

2.2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Besarnya

Kredit Mengapa seseorang memerlukan kredit? Manusia adalah homo economicus dan setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang beranekaragam sesuai dengan hakekatnya selalu meningkat sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya itu terbatas. Hal ini menyebabkan manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-citanya yaitu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bantuan dari bank dalam bentuk tambahan modal. Sebagai lembaga keuangan, peranan bank dalam perekonomian sangatlah dominan. Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan bank dengan fasilitas kreditnya. Begitu dominannya pemberian kredit bank, sampai banyak ahli berpendapat bahwa tidak satupun usaha bisnis di dunia ini yang bebas dari kredit. Bahkan negara-negara kayapun banyak memerlukan kredit dari lembaga-lembaga keuangan internasional, apalagi negara-negara menengah dan miskin. Bila kita menyempatkan diri melihat kepada cara manusia berusaha atau bekerja, akan ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan kredit, seperti: 1. Perkembangan ekonomi negara dan daerah serta pengaruhnya terhadap dunia usaha pada umumnya. Bila ekonomi negara itu berkembang, maka ekonomi daerahnyapun akan memberikan dampak yang positif bagi kehidupan serta pengembangan dunia usaha. Situasi ini sangat memungkinkan permintaan kredit menjadi naik dan mendorong jalannya perkreditan yang sehat, baik dalam pelayanannya, penyalurannya maupun dalam pengembaliannya. Begitu pula bila keadaan ekonomi negara tersebut sebaliknya. 2. Keadaan atau situasi perdagangan pada umumnya dan pengaruh terhadap kehidupan rakyat banyak. Situasi perdagangan pada umumnya akan memberikan refleksi daripada kemajuan atau kemunduran ekonomi. Meningkatnya perdagangan mengakibatkan meningkatnya permintaan akan berbagai jenis barang atau produk yang mau tidak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. mau, produsen menjadi meningkat pula akan permintaan dimana pembayarannyapun akan meningkat pula, sehingga permintaan akan kredit meningkat, lalu diiringi dengan pengembalian kredit yang lancar. Akan tetapi bila keadaan perdagangan lesu maka keadaan sebaliknyalah yang terjadi. 3. Tingkat kemakmuran manusia yang berpenghasilan tetap, turut berperan dalam menunjukkan kenaikan dan penurunan permintaan akan kredit serta kesehatan perkreditan manakala pihak-pihak yang berpenghasilan mempunyai kunci kemakmuran yang cukup tinggi karena kebutuhan konsumtifnya rata-rata terpenuhi, namun bila tingkat kemakmuran mereka menurun, maka yang terjadi adalah yang sebaliknya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya kredit akan tergantung kepada titik temu kedua pendapat antara pemohon kredit dengan pemberi kredit. Hal ini dikarenakan dilihat dari 2 dua sisi kepentingan yaitu: 1. Pemohon kredit, yang menurut mereka besar atau kecilnya permintaan kredit karena: a. Kecukupan tersedianya modal atau kredit. Pemohon kredit berpendapat bahwa modal yang akan diusahakannya ada pada tingkat kecukupan. Apakah dalam ukuran kecil ataupun besar, dalam arti tidak berlebih-lebihan dan juga tidak kekurangan. Pandangan seperti itu adalah wajar, mengingat pemohon kredit Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ingin berusaha secara berencana dan tidak ada hambatan karena faktor kurangnya modal usaha. b. Keperluan biaya hidup. Artinya selama industri atau usahanya belum atau tidak menghasilkan, perlu ditutup dengan kredit atau pinjaman yang kemudian akan dibayar atau dicicil mulai sejak industri atau usahanya menghasilkan. c. Besarnya jaminan materi yang dapat diserahkan. Artinya kredit dapat diminta dalam jumlah tertentu yang besarnya ditentukan oleh jaminan materi yang dapat diserahkan. 2. Pemberi kredit bank, yang menurut bank, besar atau kecilnya permintaan kredit karena: a. Kecukupan modal untuk usaha nasabah. Kredit dari bank dipandang sebagai bantuan dalam mendorong pengembangan usaha nasabahnya sehingga bank memandang nasabahnya tidak perlu untuk memenuhi atau mencukupi seluruh kebutuhan usahanya dengan kredit dari bank. Tetapi bank perlu membina kemampuan nasabahnya untuk memupuk modal sendiri, agar dalam memenuhi kecukupan modal usahanya tak perlu lagi dipenuhi oleh kredit bank seluruhnya sehingga tidak terlalu dibebani biaya bunga. b. Biaya-biaya selama belum beroperasi atau berproduksi. Artinya terhadap kemungkinan adanya biaya-biaya selama usahanya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. belum berproduksi, maka bank harus dapat memahaminya. Tetapi hendaknya para nasabah dapat menyadarinya bahwa bila biaya- biaya dibebankan selama belum berproduksi itu berlebihan atau terlalu besar jumlahnya maka akan memberatkan nasabahnya sendiri. c. Kaitannya dengan jaminan. Jaminan itu memang perlu ada, tetapi tidak merupakan tujuan mutlak dalam menentukan besar atau kecilnya kredit yang akan diberikan bank. Jaminan merupakan penguat kepercayaan bank dan tidak semata-mata untuk kemudian melelangnya pada akhir perjanjian kredit, dimana bank sebenarnya menuntut debitur untuk berlaku jujur beritikad baik.

2.2.2.5. Tujuan Perkreditan

Dalam membahas tujuan kredit kita tidak dapat melepaskan diri dari falsafah yang dianut oleh suatu negara, dan karena Pancasila adalah sebagai dasar dan falsafah negara kita maka tujuan kredit tidak semata- mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara. Selain itu kegiatan perkreditan melibatkan beberapa pihak seperti kreditur bank, debitur penerima kredit, otorita moneter pemerintah dan bahkan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu tujuan perkreditan berbeda- beda dan tergantung pada pihak-pihak tersebut, yaitu bagi: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Kreditur bank memiliki tujuan sebagai berikut: a. Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya. b. Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk lainnya dalam persaingan. c. Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas bank. 2. Debitur penerima kredit memiliki tujuan sebagai berikut: a. Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha makin lancar dan performance kinerja usaha semakin baik dari pada sebelumnya. b. Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan. c. Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan. 3. Otorita moneter pemerintah memiliki tujuan sebagai berikut: a. Kredit berfungsi sebagai instrumen moneter. b. Kredit berfungsi untuk menciptakan kesempatan berusaha dan bekerja yang memperluas sumber pendapatan dan kemungkinan membuka sumber-sumber pendapatan negara. c. Kredit berfungsi sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha sehingga terjadi efisiensi dan mengurangi pemborosan di semua kini. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Masyarakat memiliki tujuan sebagai berikut: a. Kredit dapat menimbulkan hubungan timbal balik dalam kehidupan perekonomian. b. Kredit mengurangi pengangguran karena membuka peluang usaha, bekerja dan pemerataan pendapatan. c. Kredit meningkatkan fungsi pasar karena adanya peningkatan daya beli.

2.2.2.6. Fungsi Kredit

Dalam kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang peranan yang sangat penting. Hal ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit dan kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan, khususnya dibidang ekonomi. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut: 1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang, dalam arti: a. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan produksi atau usahanya. b. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan, yang kemudian oleh lembaga-lembaga keuangan tersebut diusahakan dalam bentuk pemberian kredit. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang dalam arti kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan alat pembayaran baru seperti cek, bilyet giro dan wesel sehingga apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, bilyet giro dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Selain itu kredit perbankan yang ditarik tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula. 3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang dalam arti dengan mendapat kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. 4. Kredit dapat menjadi salah satu alat stabilisasi ekonomi dalam arti bila keadaan ekonomi kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha- usaha antara lain pengendalian inflasi, peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dimana untuk menekan laju inflasi pemerintah melindungi usaha-usaha yang bersifat nonspekulatif. 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat dalam arti bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha dibidang permodalan tersebut sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dalam arti dengan bantuan kredit dari bank para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Apabila perluasan usaha serta pendirian proyek-proyek baru telah selesai maka untuk mengelolanya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. diperlukan pula tenaga kerja, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula. 7. Kredit dapat sebagai alat hubungan ekonomi internasional dalam arti bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antarnegara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional. Pada prinsipnya kredit itu hanya satu macam saja, yaitu uang nasabah yang oleh bank dipinjamkan kepada nasabah kredit dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu dimasa mendatang disertai dengan suatu kontraprestasi berupa bunga. Tetapi berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit menjadi beragam, begitu pula dengan prosedur pemberian kredit, jaminan dalam permintaan kredit, tingkat suku bunga kredit, tingkat risiko dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan pemberian kredit begitu luas dan kompleksnya sehingga menurut penulis tidak memungkinkan untuk menjelaskan secara rinci segala hal mengenai kredit dalam penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu penjelasan mengenai kredit yang penulis dapat uraikan hanya sampai pada fungsinya saja, selain agar tidak terlalu jauh keluar dari tema penelitian, juga agar tidak terlalu bertele- Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tele. Selanjutnya akan disinggung sedikit mengenai bagaimana manajemen bank berusaha untuk mengelola aktiva - pasivanya dalam rangka mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki bank. Tabel 2 Perkembangan Kredit Perbankan Menurut Penggunaan 2001 2002 2003 2004 Agt Kredit Modal Kerja - Posisi Rp triliun - Pertumbuhan tahunan - Pangsa total kredit Kredit Investasi - Posisi Rp triliun - Pertumbuhan tahunan - Pangsa total kredit Kredit Konsumsi - Posisi Rp triliun - Pertumbuhan tahunan - Pangsa total kredit Total Outstanding Kredit - Posisi Rp triliun - Pertumbuhan tahunan 175,7 7,4 57,1 73,5 12,5 23,9 58,4 45,7 19,0 307,6 14,3 202,7 15,4 55,4 82,9 12,8 22,7 79,8 36,5 21,8 365,4 18,8 231,5 14,2 52,9 94,3 13,7 21,5 112,1 40,4 25,5 437,9 19,8 261,2 19,0 51,7 112,7 26,4 22,3 131,3 38,3 26,0 505,2 25,2 Sumber : Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, berbagai edisi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Demikian pula, proses intermediasi perbankan juga telah banyak mengalami perbaikan. Peningkatan dana masyarakat, perbaikan kondisi internal perbankan, dan mulai bergairahnya kegiatan ekonomi telah mampu meningkatkan penyaluran kredit oleh perbankan. Dalam lima tahun terakhir outstanding kredit perbankan meningkat rata-rata sekitar 17,5 per tahun sehingga mencapai Rp. 505,2 triliun pada Agustus Grafik 1: Kinerja Bank-Bank Umum 2004 Tabel 2. Dari sisi pengggunaannya, kredit perbankan tersebut disalurkan untuk kredit modal kerja sebesar 51,7, kredit konsumsi 26,0, dan kredit investasi sebesar 22,3 dari outstanding kredit Agustus 2004. Komposisi kredit seperti ini tidak mengherankan karena karakteristik kegiatan ekonomi Indonesia yang masih bertumpu pada konsumsi seperti dikemukakan di atas. Akan tetapi dalam studi yang terkini dengan data hingga Juni 2004, perkembangannya telah banyak berubah dan menunjukkan bahwa fenomena credit runch sudah tidak terjadi lagi di Indonesia. Kondisi pasar kredit telah normal kembali dengan penawaran kredit bank yang mampu memenuhi permintaan kredit dari debitur. Lebih dari itu, konvergensi kesenjangan penawaran dan permintaan kredit, rendahnya LDR, dan tingginya undisbursed loans menunjukkan bahwa permintaan kredit yang seharusnya perlu didorong untuk meningkatkan kredit perbankan, bukan dari sisi penawaran kredit. Uraian di atas menunjukkan bagaimana eratnya peningkatan peran dan pembiayaan sektor usaha yang sangat menggembirakan selama ini dengan perubahan struktural dalam sektor Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ekonomi riil dan sektor keuangan di Indonesia. Keterkaitan itu dapat dikarakteristikkan sebagai berikut. Pertama, permasalahan di sektor riil, khususnya sektor perusahaan besar korporat dan BUMN, sementara permintaan barang dan jasa dari masyarakat yang terus mengalami peningkatan, telah memberikan peluang bagi peningkatan sektor usaha mampu meningkatkan peran dan sekaligus penopang pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia selama ini. Kedua, berbagai langkah kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia selama ini telah mampu memperbaiki kondisi internal perbankan, baik dari sisi permodalan, dana masyarakat, kredit, maupun profitabilitas. Dengan perbaikan ini, bank-bank telah semakin bergairah dalam penyaluran kredit kepada dunia usaha dan masyarakat. Lebih dari itu, dengan peningkatan kegiatan ekonomi di sektor.

2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto PDRB

2.2.3.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto PDRB

PDRB menurut Badan Pusat Statistik Jawa Timur adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah regional dalam waktu tertentu satu tahun. Biasanya disebutkan bahwa besaran PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkular circular flow, dan pengukuran dapat dibedakan menjadi tiga cara : metode keluaran the total-output method ; metode pengeluaran atas keluaran the spending-on-output method ; dan metode Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pendapatan dari produksi the income-from-production method. Secara popular, pendekatan perhitungan PDRB dengan metode yang pertama dikenal dengan sebutan pendekatan pengeluaran, dan terakhir dikenal dengan pendekatan pendapatan. Dalam kondisi ketersediaan data mentah raw data di Indonesia, pendekatan yang terakhir belum diterapkan. Perhitungan PDRB Jawa Timur. Dalam perhitungannya, penulis menggunakan penyajian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan pada tahun dasar 1993, angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan 1993 sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ke tahun dari setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut dapat merupkan PBRB secara keseluruhan, nilai tambah sektoral PDRB sektoral ataupun komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto. Anonim, 2001 : 7

2.2.3.2. Istilah-istilah Yang Berhubungan Dengan Perhitungan Produk

Domestik Regional Bruto PDRB 1. Output Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya nilai output diperoleh dari perkalian kuantum produksi dan harganya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Biaya Antara Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan didalam proses produksi oleh unit-unit produksi dalam domestik tertentu pada rentang waktu tertentu biasanya satu tahun. 3. Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto merupakan pengurangan dari nilai output dengan biaya antaranya, atau apabila dirumuskan menjadi : nilai tambah bruto = output-biaya antara. Pengertian nilai tambah bruto sangat penting untuk memahami apa yang dimaksudkan dengan PDRB, yang tidak lain adalah penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada regional tertentu, dalam rentang waktu tertentu biasanya satu tahun.

2.2.3.3. Pendekatan Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu: 1. Menurut pendekatan produksi PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha yaitu: a. Pertanian. b. Pertambangan dan penggalian. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c. Industri pengolahan. d. Listrik, gas, dan air bersih. e. Bangunan. f. Perdagangan, hotel, dan restoran. g. Pengangkutan dan komunikasi. h. Jasa keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. i. Jasa-jasa. 2. Menurut pendekatan pengeluaran PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu: a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung. b. Konsumsi pemerintah. c. Pembentukan modal tetap domestik bruto. d. Perubahan stock. e. Ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor. 3. Menurut pendekatan pendapatan PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud yaitu upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungannya. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk domestik bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor lapangan usaha. Anonim, 2001 : 5

2.2.3.4. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Permintaan

Kredit Bahwa PDRB berhubungan erat dengan permintaan disebabkan dengan adanya kenaikan PDRB maka tingkat konsumsi masyarakat akan semakin meningkat, oleh sebab itu jika PDRB meningkat maka permintaan akan kredit juga akan mengalami peningkatan guna mencukupi tingkat konsumsi yang dihadapi oleh masyarakat. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang–barang dan jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Jadi bisa dikatakan apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4. Suku Bunga

2.2.4.1. Pengertian Suku Bunga

Kasmir, 2003 : 37 mengemukakan bahwa: “Bunga kredit dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya”. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan dan harga yang harus diterima oleh bank dari nasabah yang memperoleh pinjaman. Sunariyah, 2003 : 62 mengemukakan bahwa: “tingkat suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur”. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan Suku Bunga adalah harga dari penggunaan uang atau juga bisa dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang atas jangka waktu tertentu. Atau harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen .

2.2.4.2. Kurva IS – LM

Kurva IS adalah kurva yang menggambarkan keseimbangan pendapatan nasional tingkat pendapatan nasional yang dicapai pada berbagai tingkat bunga. Sedangkan kurva LM adalah kurva yang menggambarkan hubungan di antara tingkat bunga yang diwujudkan oleh Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. keseimbangan di antara permintaan dan penawaran uang dengan pendapatan nasional di mana keseimbangan tersebut telah dicapai. Pembentukan kurva IS dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang berlaku keatas keseimbangan pendapatan nasional sebagai akibat perubahan tingkat bunga. Sedangkan pembentukan kurva LM dapat dilihat dengan menganalisis akibat perubahan pendapatan nasional keatas keseimbangan permintaan dan penawaran uang dan tingkat bunga yang ditentukan oleh berbagai keadaan keseimbangan yang berlaku. Jadi kurva IS – LM adalah kurva yang menerangkan perhubungan di antara tingkat bunga dan pendapatan nasional. Kurva di bawah ini akan menggambarkan bagaimana tingkat bunga dan pendapatan nasional dapat mempengaruhi ekspor dan impor. Gambar 4 : Kurva IS dan LM Y Y 1 r 1 r E E 1 Y Pendapatan Nasional Tingkat Bunga r IS Y 1 Y r 1 r E E 1 Y Pendapatan Nasional Tingkat Bunga r LM a Akibat Pertambahan Ekspor a Akibat Pertambahan Impor Sumber : Sadono Sukirno, 1994, “Pengantar Teori Makroekonomi”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dari kurva a di atas dapatlah dilihat bahwa tingkat bunga r dan pendapatan nasional Y juga mempengaruhi ekspor X dimana bila tingkat bunga naik maka ekspor dan investasi akan turun karena merupakan injeksi kealiran pendapatan nasional sehingga pendapatan nasional akan turun, tapi bila tingkat bunga turun maka ekspor dan investasi I akan naik dan pendapatan nasional juga naik. Tapi perlu juga diketahui bahwa apabila pendapatan nasional berubah belum tentu ekspor akan mengalami perubahan, tetapi ekspor dapat mengalami perubahan walaupun tidak terdapat sesuatu perubahan dalam pendapatan nasional. Sedangkan pada kurva b dapatlah dilihat bahwa jika pendapatan nasional naik maka dengan sendirinya Impor M akan mengalami perubahan atau makin tinggi pendapatan nasional maka makin tinggi impor yang dilakukan sehingga tingkat bunga naik. Impor naik disebabkan karena adanya pembelian devisa atau mata uang asing untuk melakukan pembayaran akan barang-barang yang dibeli dari luar negara tersebut. Impor merupakan bocoran dari pendapatan dan kenaikannya akan mengurangi pengeluaran agregat. Oleh karena itu impor adalah komponen dari pembelanjaan agregat, maka pengurangan impor akan mengurangi tingkat kegiatan perekonomian dan pendapatan nasional. Sedangkan ekspor merupakan aliran pendapatan yang diterima karena adanya permintaan barang-barang dari luar sehingga dapatlah disimpulkan bahwa sampai dimana perubahan ekspor – impor X-M akan mempengaruhi pendapatan nasional dan tingkat bunga pada tingkat ekonomi negara yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. bergantung pada luasnya proses multiplier yang ditimbulkan oleh pendapatan ekspor – impor X-M tersebut.

2.2.4.3. Hubungan Suku Bunga Terhadap Permintaan Kredit

Suku bunga kredit adalah harga biaya dari penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan. Suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit. Artinya semakin tinggi suku bunga kredit yang menceminkan semakin mahalnya biaya maka akan menurunkan permintaan kredit, dan sebaliknya semakin rendah suku bunga kredit yang mencerminkan semakin murahnya biaya akan meningkatkan permintaan kredit.

2.2.5. Inflasi

2.2.5.1. Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. Insukindro, 1991 : 136. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus, kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang saja tidak disebut inflasi, kecuali jika kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari barang lain. Boediono, 1998 : 162. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.5.2. Penyebab Terjadinya Inflasi

Berdasarkan sumbernya penyebab inflasi di golongkan sebagai berikut: 1. Inflasi permintaan Demand pull inflation. Adalah inflasi yang timbul adanya banyaknya permintaan atas barang–barang konsumsi oleh masyarakat, karena permintaan masyarakat Agregat Demand bertambah maka kurva agregat demand bergeser dari D1 ke D2 akibatnya tingkat harga berubah dari P1 ke P2 kenaikan harga barang akhir mendahului kenaikan harga impor dan kenaikan harga faktor produksi. Gambar 5 : Demand Pull Inflation P D2 P2 D1 P1 Q1 Q2 Q Sumber: Boediono, 1998, Ekonomi Makro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2, BPFE UGM Yogjakarta, halaman 152. 2. Inflasi penawaran cost push inflation. Adalah inflasi yang timbul karena berkurangnya penawaran agregat akibat kenaikan ongkos produksi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Gambar 6 : Cost Push Inflation P S2 S1 D Q1 Q2 Q Sumber : Boediono, 1998, Ekonomi Makro Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No, 2 BPFE UGM Yogjakarta, halaman 157. Pada gambar tersebut terlihat bila ongkos produksi naik dari kurva penawaran akan bergerser akhir output naik. Mengikuti kenaikan harga barang input atau faktor produksi. a. Berdasarkan adanya inflasi dapat menjadi: 1. Inflasi dari dalam negeri domestic inflation Inflasi jenis ini umumnya disebabkan oleh panen yang gagal, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara yang dibiayai dengan cara pencetakan uang baru. 2. Inflasi dari luar negeri imported inflation Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Inflasi dari luar negeri ini berawal dari naiknya harga barang impor dan mengakibatkan: a. Kenaikan harga barang-barang luar negeri yang dijual di dalam negeri. b. Kenaikan biaya produksi, yang diakibatkan oleh kenaikan harga barang baku barang yang berasal dari luar negeri atau barang impor.

2.2.5.3. Hubungan Inflasi Terhadap Permintaan Kredit

Inflasi sangat berpengaruh dengan permintaan kredit perbankan, dikarenakan inflasi berarti juga kenaikan harga. Semakin naiknya harga, maka seseorang akan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan, dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut bisa dengan cara mengajukan permintaan kredit. Oleh karena itu maka dengan adanya kenaikan inflasi maka permintaan akan kredit juga akan semakin meningkat.

2.2.6. Pengangguran

2.2.6.1. Pengertian Pengangguran

Pengangguran adalah jumlah orang yang tidak bekerja atau yang bekerja kurang dari 20 jam per hari dibandingkan dengan jumlah seluruh masyarakat dalam usia kerja. Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari persentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja. Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur : Jml Angkatan Kerja x 100

2.2.6.2. Macam-macam Pengangguran

1. Pengangguran Friksional Adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kendala geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan. 2. Pengangguran Struktural Adalah keadaan dimana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. 3. Pengangguran Musiman Adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus menganggur. Contoh: Petani yang menanti musim tanam, tukang jualan durian yang menanti musim durian. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Pengangguran Siklikal Adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah dari pada penawaran kerja.

2.2.6.3. Hubungan Pengangguran Terhadap Permintaan Kredit

Pengangguran memiliki hubungan negatif terhadap permintaan kredit. Semakin tinggi tingkat pengangguran, maka semakin rendahnya permintaan kredit. Dikarenakan seseorang tidak mempunyai penghasilan tetap, bahkan tidak mempunyai penghasilan sama sekali untuk mengajukan kredit, begitu juga sebaliknya semakin rendahnya tingkat pengangguran, maka permintaan kredit akan naik. 2.2.7. Non Performing Loan NPL 2.2.7.1. Pengertian Non Performing Loan NPL NPL adalah jumlah kredit yang bisa dikategorikan sebagai kredit yang tidak mampu dibayar oleh nasabah bank tepat pada waktunya, atau dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit yang bermasalah, dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank. Dalam persamaan ekonometrika, keterkaitan NPL dengan karakteristik perbankan dapat ditulis: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. NPL = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 Dimana: NPL : Non Performing Loan βo : konstanta βi : koefisien i = 1, 2, 3, 4 dan X1 : status bank X2 : alokasi kredit X3 : perubahan kredit X4 : lokasi bank X5 : sektor kredit

2.2.7.2. Hubungan Non Performing Loan NPL Terhadap Permintaan

Kredit NPL memiliki hubungan negatif dan signifikan. Semakin tinggi NPL yang dimiliki bank, maka semakin menurun kredit yang dapat disalurkan. NPL yang tinggi menyebabkan bank harus membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar sehingga dana yang dapat disalurkan lewat pemberian kredit semakin berkurang. Sebaliknya semakin rendah NPL yang dimiliki bank, maka semakin meningkat kredit yang dapat disalurkan. NPL yang rendah menyebabkan bank membentuk Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. cadangan penghapusan yang lebih sedikit sehingga dana yang dapat disalurkan lewat pemberian kredit semakin meningkat.

2.2.8. Kantor Cabang

2.2.8.1. Hubungan Kantor Cabang Terhadap Permintan Kredit

Kantor cabang memiliki hubungan positif terhadap permintaan kredit. Apabila kantor cabang mengalami peningkatan, maka permintaan kredit pada bank akan semakin meningkat. Dimana masyarakat akan dengan mudahnya untuk melakukan pemintaan kredit pada bank.

2.3. Kerangka Pikir Hubungan Antar Variabel