14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Status Identitas
Identity Achievement
1. Pengertian Identitas Diri
Erikson dalam Cloninger, 2004 mengatakan identitas sebagai kesadaran akan kenyataan bahwa terdapat kesamaan diri dan
kontinuitas cara ego melakukan fungsi sintetis, atau disebut gaya individualitas seseorang. Gaya individualitas ini sesuai dengan
kesamaan dan kontinuitas pemahaman seseorang terhadap
significant others
yang ada di komunitas sekitarnya. Erikson dalam Hergenhahn dan Olson, 2007 mengatakan
identitas sebagai perasaan nyaman yang dialami seseorang, rasa mengetahui hal yang akan dilakukan, dan suatu kepastian dari dalam
diri seseorang akan pengakuan yang telah diperkirakan sebelumnya dari orang lain di sekitar.
Marcia 1993 menyatakan bahwa identitas diri merupakan komponen penting yang menunjukkan identitas personal individu.
Semakin baik struktur pemahaman diri seseorang berkembang, semakin sadar individu akan keunikan dan kemiripan dengan orang
lain, serta semakin sadar akan kekuatan dan kelemahan individu dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, jika kurang berkembang
15
maka individu semakin tergantung pada sumber-sumber eksternal untuk evaluasi diri.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa identitas diri merupakan kemampuan individu yang terus
berkembang untuk memahami mengidentifikasi serta mengevaluasi diri sendiri dan orang lain termasuk keunikan dan kemiripan, kekuatan
dan kelemahan, gaya individualitas, fungsi sintesis ego, dan juga hal yang akan dilakukan.
2. Aspek Identitas
James Marcia dalam Santrock, 2003 meyakini bahwa teori perkembangan identitas Erikson mengandung empat status identitas,
atau cara-cara untuk mengatasi krisis identitas. Hal-hal yang ada pada krisis dan komitmen remaja digunakan untuk mengklasifikasikan
seseorang individu berdasarkan salah satu dari empat status identitas. Aspek lain dari identitas menurut Marcia dalam Purwadi, 2004
adalah krisis eksplorasi dan komitmen. Dalam rangka membentuk identitas, terdapat tiga masalah yang harus dipecahkan sebelum
individu berhasil membentuk identitas. Ketiga masalah tersebut adalah menemukan identitas seksual, ideologis, dan pekerjaan Marcia, dalam
Santrock, 2003. Eksplorasi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk
menggali dan mencari informasi atau alternatif sebanyak-banyaknya
16
dan mempunyai hubungan dengan kepentingan di masa depan. Berbagai informasi dan alternatif tersebut selanjutnya dibandingkan
antara satu dengan yang lain, selanjutnya akan dipilih alternatif yang dipandang paling memberikan keuntungan dan jaminan masa depan
yang lebih baik. Pencarian informasi tersebut dapat dilakukan dengan membaca berbagai sumber buku, koran, majalah, media massa lain,
melakukan pengamatan
terhadap aktivitas
kehidupan yang
berhubungan dengannya; seperti orang tua, guru, orang yang dianggap penting, dan sebagainya. Aktivitas eksplorasi dapat pula dilakukan
dengan menanyakan kepada orang yang telah aktif secara langsung dalam suatu jenis domain kehidupan tertentu.
Keseluruhan kriteria eksplorasi yang sinkron antara satu dengan yang lain dan bernilai tinggi akan menunjukan bahwa individu yang
bersangkutan memiliki kemampuan eksplorasi yang tinggi. Semakin tinggi skor masing-masing elemen tersebut, berarti semakin tinggi
tingkat eksplorasi yang dilaksanakan oleh individu yang bersangkutan. Komitmen didefinisikan sebagai sesuatu sikap yang cenderung
menetap dan memberikan kesetiaan terhadap alternatif yang telah dipilih dan diyakini sebagai paling baik dan berguna bagi masa depan.
Komitmen adalah kondisi psikologis yang mengindikasikan adanya pemberian perhatian secara serius terhadap alternatif pilihan kriteria
yang digunakan untuk mengukur tingkat komitmen remaja dalam rangka proses pembentukan identitas diri.
17
Santrock 2011 menambahkan, identitas adalah potret diri yang tersusun dari berbagai aspek, yang mencakup:
i. Identitas pekerjaankarier: jejak karier dan pekerjaan yang
ingin dirintis seseorang, ii.
Identitas politik: konservatif, liberal, atau berada di antara keduanya,
iii. Identitas religius: keyakinan spiritual seseorang,
iv. Identitas relasi: lajang, menikah, bercerai,
v. Identitas prestasi, intelektual: sejauh mana seseorang
termotivasi untuk berprestasi dan intelektualitasnya, vi.
Identitas seksual: heteroseksual, homoseksual, atau biseksual,
vii. Identitas budayaetnis: latar belakang negara seseorang dan
kekuatan identifikasi seseorang dengan budayanya, viii.
Minat: hal-hal yang senang seseorang lakukan, ix.
Kepribadian: karakteristik kepribadian individual, x.
Identitas fisik: citra tubuh individu. Berdasarkan uraian di atas, aspek identitas terdiri dari: identitas
seksual, ideologis, dan pekerjaan. Untuk mengklasifikasikan seorang individu maka akan dilihat sejauh mana krisis dan komitmen yang
telah dialami. Krisis dan komitmen seseorang akan aspek-aspek identitas inilah yang akan dipergunakan dalam penelitian ini untuk
mengklasifikasikan subjek penelitian. Subjek yang termasuk dalam
18
kategori “pencapaian identitas
identity achievement
” saja yang akan digunakan dalam penelitian.
3. Proses Pembentukan Identitas
Freud dalam Friedman dkk, 2008 menyebutkan pada umur enam tahun sebagian besar anak mempunyai identitas gender yang
cukup mantap. Teori Freud mengenai krisis oedipal
oedipus-complex
mengatakan bahwa dalam rangka “memperoleh ibunya” anak laki-laki akan mengidentifikasikan dirinya dengan ayahnya, mengambil
karakteristik maskulin, dan mencoba menjadi seperti ayah. Setelah tahap krisis oedipal Freud yakin bahwa identitas diri yang dimiliki
seseorang tidak berubah secara signifikan tetapi tetap mungkin untuk berbuah Schwartz, 2001.
Berbeda dengan Freud, Erikson dalam Friedman dkk, 2008 yakin pembentukan identitas merupakan proses yang berlangsung
seumur hidup. Individu dapat dan memang mengalami perubahan signifikan. Erikson dalam Santrock, 2003 menyebut bahwa tahap
perkembangan individu yang kelima terjadi saat individu berada pada masa remaja. Pada tahap ini remaja berusaha menemukan siapakah
mereka sebenarnya, apa saja yang ada di dalam diri mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup. Ketika remaja mengeksplorasi dan
mencari identitas budayanya, remaja seringkali bereksperimen dengan peran-peran yang berbeda. Remaja yang berhasil menghadapi dengan
19
identitas-identitas yang saling bertentangan akan mendapatkan pemikiran yang baru dan dapat diterima mengenai dirinya. Walaupun
ego identitas tidak dimulai maupun diakhiri selama remaja, krisis antara identitas dan kebingungan identitas mencapai puncaknya
selama tahapan ini Feist dan Feist, 2010. Menurut Erikson dalam Feist dan Feist, 2010 identitas muncul
dari dua sumber, yaitu: penegasan atau penyangkalan remaja akan identifikasi masa kanak-kanak, dan konteks sosial serta sejarah
mereka, yang mendukung konformitas pada standar tertentu. Anak muda sering kali menyangkal standar tetua mereka, memilih nilai-nilai
teman kelompok, atau sekawan. Bagaimanapun masyarakat di tempat mereka hidup memainkan peran penting dalam membentuk identitas
mereka. Cote dalam Santrock, 2011 mengatakan bahwa mensintesiskan
komponen-komponen identitas dapat menjadi sebuah proses yang panjang dan berlarut-larut, yang disertai dengan banyak negasi dan
afirmasi sehubungan dengan berbagai peran dan wajah yang hendak disandang. Keputusan tidak cukup hanya dibuat sekali yang kemudian
berlangsung selamanya, namun harus dibuat dan dibuat kembali. Perkembangan identitas tidak terjadi secara rapi dan tidak sekaligus
menyangkut perubahan yang besar. Nurmi, Poole, dan Kalakoski dalam Kail dan Cavanaugh, 2010
mengungkapkan cara remaja mencapai dan membentuk identitas.
20
Remaja menggunakan kemampuan menalar logis dengan hipotesis yang ada pada tahap operasi formal tentang diri yang berbeda-beda
untuk mempelajari kemungkinan identitas lain yang lebih banyak lagi. James Marcia dalam Santrock, 2003 meyakini bahwa teori
perkembangan identitas Erikson mengandung empat status identitas, atau cara-cara untuk mengatasi krisis identitas dan secara tidak
langsung membentuk identitas individu. Eksplorasi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk menggali dan mencari informasi atau
alternatif sebanyak-banyaknya dan mempunyai hubungan dengan kepentingan di masa depan. Berbagai informasi dan alternatif tersebut
selanjutnya dibandingkan antara satu dengan yang lain, selanjutnya akan dipilih alternatif yang dipandang paling memberikan keuntungan
dan jaminan masa depan yang lebih baik. Pencarian informasi tersebut dapat dilakukan dengan membaca berbagai sumber buku, koran,
majalah, media masa lain, melakukan pengamatan terhadap aktivitas kehidupan yang berhubungan dengannya; seperti orang tua, guru,
orang yang dianggap penting, dan sebagainya. Aktivitas eksplorasi dapat pula dilakukan dengan menanyakan kepada orang yang telah
aktif secara langsung dalam suatu jenis domain kehidupan tertentu. Sedangkan komitmen didefinisikan sebagai sesuatu sikap yang
cenderung menetap dan memberikan kesetiaan terhadap alternatif yang telah dipilih dan diyakini sebagai paling baik dan berguna bagi
masa depan.
Komitmen adalah
kondisi psikologis
yang
21
mengindikasikan adanya pemberian perhatian secara serius terhadap alternatif pilihan kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat
komitmen remaja dalam rangka proses pembentukan identitas diri. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
proses pembentukan identitas, individu akan mengalami krisis eksplorasi sehingga menemukan dan menghadapi identitas yang
bertentangan dan juga komitmen sehingga mendapatkan pemikiran baru dan dapat diterima. Proses ini melibatkan proses kognisi,
dipengaruhi oleh lingkungan sosial, dan berlangsung sebagai sebuah proses yang panjang dan berlarut-larut.
4. Status Identitas
James Marcia dalam Santrock, 2002 menganalisa teori perkembangan identitas Erikson dan menyimpulkan bahwa teori
perkembangan identitas Erikson terdiri dari empat status identitas, atau cara yang ditempuh dalam menyelesaikan krisis identitas.
Tingkat komitmen dan krisis seseorang remaja digunakan untuk mengklasifikasikan individu menurut salah satu dari empat status
identitas. Krisis atau kebanyakan peneliti sekarang menyebutnya sebagai penjajakaneksplorasi, didefinisikan sebagai suatu periode
perkembangan identitas selama masa remaja memilih di antara pilihan-pilihan yang bermakna. Sedangkan komitmen didefinisikan
sebagai bagian dari perkembangan identitas ketika remaja
22
memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan mereka lakukan. Keempat status identitas yang disebutkan James
Marcia dalam Santrock, 2011 adalah: penyebaran identitas
identity diffusion
, pencabutan identitas
identity foreclosure
, penundaan identitas
identity moratorium
, dan pencapaian identitas
identity achievement
. i.
Penyebaran identitas
identity diffusion
: status individu yang belum pernah mengalami krisis sehingga mereka
belum pernah mengeksplorasi adanya alternatif-alternatif yang berarti ataupun membuat komitmen apapun.
Mereka tidak hanya tidak membuat keputusan yang menyangkut pilihan pekerjaan atau ideologi, mereka juga
cenderung kurang berminat terhadap hal-hal semacam itu. Individu di status ini dibanjiri oleh tugas untuk
mencapai identitas dan sangat sedikit tugas yang bisa diselesaikan.
ii. Pencabutan identitas
identity foreclosure
: status individu yang telah membuat komitmen namun tidak
pernah mengalami krisis. Status identitas ini sering kali terjadi jika orang tua mewariskan komitmen pada anak
remajanya, biasanya secara otoriter, sebelum remaja tersebut memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi
berbagai pendekatan, ideologis, dan pekerjaannya
23
dengan cara mereka sendiri. Individu memiliki status yang lebih ditentukan oleh orang dewasa daripada oleh
ekplorasi pribadinya. iii.
Penundaan identitas
identity moratorium
: status individu yang berada di pertengahan krisis namun yang
komitmennya tidak ada atau hanya didefinisikan secara kabur. Individu mengetahui alternatif berbeda namun
belum menemukan kepuasan alternatif tersebut. iv.
Pencapaian identitas
identity achievement
: status individu yang telah mengalami krisis dan membuat
komitmen. Individu mengeksplorasi dan telah dengan sadar memilih identitas tertentu.
Keempat fasestatus ini tidak harus terjadi secara berurutan Kail dan Cavanaugh, 2010. Remaja tidak mencapai status pencapaian
identitas untuk semua aspek identitas di waktu yang bersamaan Dellas dalam Kroger dan Green, 1996. Beberapa orang dewasa
mungkin mencapai status pencapaian tentang pekerjaan sebelum mencapai status agama dan politik.
Ketika pencapaian identitas telah tercapai, masa percobaan dan eksplorasi telah selesai dan individu telah memiliki
sense of self
yang diartikan dengan baik. Bagaimanapun, selama masa dewasa identitas
individu terkadang kembali merespon tantangan dan pengalaman hidup yang baru. Oleh karena itu individu mungkin saja kembali pada
24
tahap moratorium untuk jangka waktu tertentu, dan akan kembali memunculkan identitas yang baru. Faktanya, orang dewasa melalui
perubahan ini beberapa kali dan membuat siklus “M-A-M-A” yang terjadi ketika terjadi status penundaan
moratorium
dan pencapaian
achievement
secara bergantian Marcia, dalam Kail 2010. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan status identitas
merupakan cara yang ditempuh dalam menyelesaikan krisis identitas. Terdapat 4 status identitas, yaitu: penyebaran identitas
identity diffusion
, pencabutan identitas
identity foreclosure
, penundaan identitas
identity moratorium
, dan pencapaian identitas
identity achievement
.
Tabel 1 Tabel Status Identitas
Penundaan identitas
Pencabutan identitas
Penyebaran identitas
Pencapaian identitas
Krisis Ada
Tidak ada Tidak ada
Ada
Komitmen Tidak ada Ada
Tidak ada Ada
Dalam penelitian ini status identitas pencapaian identitas
identity achievement
akan dipakai dan dilihat lebih jauh sebagai variabel bebas. Marcia dalam Semiun, 2013 mengembangkan
pengukuran tentang status identitas yang banyak digunakan dengan
25
menggunakan metode wawancara terstruktur, yaitu
Identity Status Interivew
. Selain itu terdapat juga OMEIS
Objective Measure of Ego Identity Status
yang merupakan kuesioner untuk mengukur status identitas. Dalam penelitian ini status identitas pencapaian identitas
identity achievement
akan diukur dengan sebuah skala yang disusun dan diturunkan dari aspek status identitas pencapaian identitas
identity achievement
.
5. Hubungan Status Identitas dengan
Trait
Steinberg 2002, mengatakan terdapat pola hubungan antara berbagai trait dengan status identitas. Pola ini sesuai dengan prediksi
model Erikson. Individu dengan status identitas pencapaian identitas
identity achievement
lebih sehat secara psikologis dibanding individu lain dilihat berdasarkan berbagai alat ukur. Individu dengan
status identitas pencapaian identitas
identity achievement
memiliki skor tertinggi dalam hal motivasi untuk berprestasi, penalaran moral
moral reasoning
, intimasi dengan pasangan, kemampuan berefleksi, dan kematangan karir. Individu yang telah mencapai identitas atau
sedang mengeksplorasi memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi, merasa lebih bisa mengendalikan hidup mereka sendiri, lebih
cenderung melihat sekolah dan pekerjaan sebagai jalan tepat untuk mewujudkan keinginan mereka, dan lebih maju dalam penalaran
26
moral Adams dan Marshall; Kroger; Serafini dan Adams, dalam Berk 2012.
Individu dengan status identitas penundaan identitas
identity moratorium
memiliki skor tertinggi dalam hal kecemasan dan konflik karena masalah dengan atasan. Mereka juga paling tidak tegar dan
tidak otoriter Steinberg, 2002. Remaja dalam status moratorium mirip dengan individu yang telah mencapai identitas dalam hal
penggunaan gaya kognitif pengumpulan informasi
information- gathering cognitive style
aktif ketika mengambil keputusan pribadi dan memecahkan masalah. Mereka mencari informasi yang relevan,
mengevaluasinya dengan hati-hati, merenungkan dengan kritis, dan mengubah pandangan mereka Berzonsky dan Kuk, dalam Berk
2012. Individu dengan status identitas pencabutan identitas
identity foreclosure
menunjukkan sifat paling otoriter, berprasangka, serta memiliki kebutuhan tertinggi untuk mendapatkan persetujuan sosial.
Mereka memiliki skor terendah dalam hal kemandirian dan memiliki tingkat kedekatan dengan orang tua yang paling tinggi dibanding
dibanding individu dengan status identitas lainnya Steinberg, 2002. Individu dengan status identitas pencabutan identitas memperlihatkan
gaya kognitif dogmatis dan tidak fleksibel, melakukan internalisasi nilai dan keyakinan orangtua dan orang lain tanpa secara sengaja
mengevaluasi dan menolak informasi yang mengancam posisi mereka
27
Berzonsky dan Kuk, dalam Berk 2012. Kebanyakan mereka takut ditolak oleh orang-orang yang menjadi sandaran mereka dalam
memperoleh kasih sayang dan penghargaan diri Berk, 2012. Individu dengan status identitas penyebaran identitas
identity diffusion
adalah individu yang paling tidak matang dalam perkembangan identitas Berk, 2012. Mereka menunjukkan skor
tertinggi dalam hal masalah psikologis dan interpersonal. Mereka menarik diri dari kehidupan sosial dan menunjukkan tingkat intimasi
dengan pasangan yang paling rendah dibanding individu dengan status identitas lainnya Steinberg, 2002. Berzonsky dan Kuk menyatakan
Individu dengan status identitas ini menggunakan gaya kognitif menghindar-terdifusi
diffuse-avoidant cognitive style
yang membuat mereka lari dari keputusan dan masalah pribadi dan malah
membiarkan tekanan situasional saat ini mendikte reaksi mereka dalam Berk, 2012. Oleh karena mengambil sikap tidak peduli,
mereka hanya mengandalkan keberuntungan atau nasib dan cenderung tidak memiliki pendirian.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa setiap status identitas memiliki hubungan yang berbeda dengan
beberapa trait terutama kesehatan psikologis, hubungan interpersonal, dan juga karir.
28
B. Komitmen Organisasi