B. Penokohan
1. Pengertian Penokohan
Berdasarkan analisis novel
728 Hari
karya Djono W. Oesman. Penokohan dideskripsikan  sebagai  individu  yang  mengalami  peristiwa  atau  perlakuan
dalam  berbagai  peristiwa  dalam  cerita  menurut  Sudjiman  dalam  Ismawati, 2013:  70.  Agar  lebih  mudah  menganalisis  penokohannya.  Peneliti
menggunakan  teknik  penggambaran  tokoh  menurut  Altenbernd  dan  Lewis dalam Waluyo, 2011: 3 yang terdiri dari teknik analitik dan teknik dramatik.
2. Penokohan Tokoh Utama
a. Teknik Analitik
Teknik  analitik  yang  terdapat  dalam  penokohan  tokoh  utama  adalah  Eva. Eva  merupakan  gadis  yang  cantik.  Hal  ini  dibuktikan  pengarang  dengan
menggunakan teknik analitik dalam kutipan:
183 Wajah  cantik.  Mata  indah.  Ada  polesan  lipstick  tipis  di
bibir,  membuat  segar  senyumnya.  Kecantikan  itu  sudah dilihat Nanan saat MOS dulu Oesman, 2015: 243.
184 “Ooo... ini gadis cantik yang suka menculik anakku makan
siang?” Oesman, 2015: 156. Eva  merupakan  anak  yang  teliti.  Hal  ini  dibuktikan  pengarang  melalui
teknik analitik dalam kutipan: 185
Eva  mengamati,  meja  blok  sebelah  bertuliskan  “Karedok” Oesman, 2015: 127.
186 Ketika ganti pakaian, Eva baru ingat surat dari cowok tadi.
Dibuka,  “Hi...  Eva,  namaku  Ryantori  Ahmadi,  panggilan Ryan,  kelas  1.2.  aku  suka  kamu  pede  menghadi  banyak
orang Oesman, 2015: 133. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187 Catatan  Eva  rasanya  ada  yang  janggal.  Kolom  paling  atas
11.  Mestinya  „kan  1.1.  Bukankah  itu  menunjukkan  kelas? Kalau  kelas,  ya...  pakai  titik  di  tengah:  1.1  bukan  11
Oesman, 2015: 134.
188 O, ya, sejak tadi Eva mengamati kelompok kelas 1.2 yang
kini  membentuk  barisan.  Coba-coba,  apakah  dia  bisa mengenali wajah Ryan pemberi surat? Atau, mungkin Ryan
yang  harusnya  memberikan  tanda-tanda.  Misal,  melirik, atau tersenyum, atau apa-lah Oesman, 2015: 137.
189 Eva berusaha keras mengingat-ingat. Saat diabsen kemarin
memang  disebutkan,  nomor...  Untung  dia  cepat  ingat, “Lima belas.” Oesman, 2015: 137.
Eva  merupakan  anak  yang  disiplin.  Hal  ini  dibuktikan  pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan:
190 Saat  sarapan,  Eva  mengatakan  kegelisahannya,  “Pa,  kita
harus  agak  cepat,  nih.  Aku  belum  l aminating tugas MOS.”
Oesman, 2015: 134. 191
Di  rumah,  Eva  sampai  malam  mengerjakan  tugas-tugas MOS.  Paling  rumit,  kepang  tali  rafia.  Ukuran  harus  pas.
Terakhir, membuat nama dada Oesman, 2015: 133. Eva  merupakan  anak  yang  ramah.  Hal  ini  dibuktikan  pengarang
melalui teknik analitik dalam kutipan: 192
“Selamat pagi, Pak,” sapa Eva kepada seorang guru di situ Oesman, 2015: 123.
193 Saya  Eva  Meliana  Santi  kelas  satu  satu.  Ibu  saya  kemarin
menghadap  bapak  kepala  sekolah,  minta  dispensasi.  Saya baru  sembuh  dari  rumah  sakit.  Kata  dokter,  saya  dilarang
kena matahari.” Oesman, 2015: 123. 194
Eva  merasakan  dalam  dada  gleduk-gleduk  lagi.  Tapi  dia bisa  menguasai  diri,  “Makasih  Ryan,  atas  perhatianmu.”
Oesman, 2015: 138.
Eva  merupakan  anak  yang  berani  mengakui  kesalahannya.  Hal  ini dibuktikan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan:
195 Eva  terdiam.  Rasanya  mau  menangis.  Mau  pipis.  Tapi,
segera dia menguasai diri, “Maaf Kakak... saya yang salah. Saya kira kolom ini nama kelas...” Oesman, 2015: 137.
196 “Maafkan saya yang salah, Kakak,” balas Eva. Eva kembali
berteduh  di  pojokan.  Dia  sedih.  Merasa  jadi  bulan-bulanan keadaan. Dia kilas  balik. Dia temukan, bahwa dia memang
kurang  konsentrasi  saat  menyimak  penjelasan  Hesti kemarin Oesman, 2015: 138.
Eva  merupakan  anak  yang  patuh  terhadap  perintah.  Hal  ini  dibuktikan pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan:
197 Eva membuka payung. Menuruni tangga, masuk lapangan.
Berjalan  tegap  bagai  ratu.  Dia  pilih  berdiri  terdepan  di barisan  ujung,  kelas  1.1.  jadi  seperti  pemimpin  barisan
Oesman, 2015: 126.
198 Eva  masuk  diiringi  tepuk  tangan.  Juga  dengung
panjang,”Huuu...” Tapi, Eva cuek. Mengabaikan heboh para calon siswa siswi yang mencibir Oesman, 2015: 127.
199 Eva  jalan  menuju  pojokan  yang  ditunjuk.  Duduk  di  lantai
bersandar  tembok.  Sebenarnya  Eva  sebel  melihat  wajah senior  ini.  Tampangnya  tengil,  sok  kuasa.  Andai  dia  tidak
minta maaf, Eva ogah menyapanya Oesman, 2015: 135.
Eva  merupakan  anak  yang  mandiri.  Hal  ini  dibuktikan  pengarang melalui teknik analitik dalam kutipan:
200 MOS selesai hampir pukul tiga sore. Eva pulang jalan kaki,
ke rumah kerabat, sekitar tiga ratus meter dari sekolah. Jika naik  angkot  Cuma  lima  menit.  Dia  pilih  jalan  Oesman,
2015: 131.