APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

(1)

APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA

MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN

CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

SKRIPSI

Disusun oleh : Awalludin Fajri

20110210037

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA


(2)

APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA

MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN

CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

Disusun oleh :

AWALLUDIN FAJRI

20110210037

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

iv MOTTO

َ نِإ

َ

ََعَم

َِ ۡسُع

ۡلٱ

َ

َاٗ ۡسُي

ََ

ََفَ َتۡغَرَفَاَذِإَف

َۡب َصنٱ

َ

ََ

ََفَ َكِ بَرَٰ

َِ

َ

بَغۡرٱ

َ

َ

َ

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S Al Insyirah : 6-8)

Jika seseorang percaya sesuatu itu tidak mungkin, pikirannya akan bekerja baginya untuk membuktikan mengapa hal itu tidak mungkin. Tetapi, Jika seseorang percaya, benar-benar percaya, sesuatu dapat dilakukan maka pikirannya akan bekerja baginya dan membantunya mencari jalan untuk melaksanakannya. (David J. Schwartz)

Kesuksesan adalah standar yang diberikan orang lain untuk menilai kita. Kepuasan adalah standar yang kita berikan untuk diri sendiri.

Thank you god, already done. (Penulis)


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah…..Alhamdulillah…..Alhamdulillahirobbil’alamin.

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirMu telah Kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam sholatku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukMu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Ayah,.. Ibu... terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya. Maafkan anakmu

Ayah,… Ibu… masih saja ananda menyusahkanmu.

Dalam sholat di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam seraya

tangaku menadah” ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas

menjagaku,...mendidikku,…membimbingku dengan baik, ya Allah…

berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu.

Untukmu Ayah (USUP)...Ibu (ISAH)...Terimakasih....

we always loving you... ( ttd.Anakmu)

Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan

harapan-harapan yang kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’

insyallah atas dukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku kepada:


(6)

vi

Kepada kakakku (Supanggah, Asep Dani) dan Mbakku (Siti

Nurhasanah, Nurma)...”Ang,..Teh,… Adekmu yang paling nakal ini bisa wisuda juga kan.. Makasih yaa buat segala dukungan doa dan khususnya makasih buat sering-sering transferan ghaibnya. hehehe kebayangkan gimana bahagianya big-bos kita dirumah lihat foto ada anaknya yang pakai toga juga.. hehee.. doakan selalu adikmu ini ya brother and sister.

... i love you all” :* ...

"Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan

Tuhan dan orang lain.

"Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat

terbaik”..

Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan AGROTEKNOLOGI 2011 yang tak bisa ku sebutkan satu persatu.

“Tanpamu teman aku tak pernah berarti,,tanpamu teman aku bukan siapa -siapa yang takkan jadi apa-apa”, buat saudara sekaligus sahabatku anak -anak BLACKGODZILA dan -anak kos Lembah Siluman, Imam (bagong), Fuad (pudel), Pras (ocos), Emin (paimin), Jefi (jepun), Gilang (geri), Yuda (Bambang), J-ho, Seto (gendon), Fail (fvck ‘il’), Acil (icong), mas Dedi

(amoeng), Rizki (alzoen), Dingga (biloba), Ferdy (batek). “Jadi juga aku

pakai toga setelah melewati masa-masa sulit harus mengulang penelitian berkali-kali’, makasih sudah jadi sobat “gila” dalam segala hal yang selalu memotivasiku saat ku benar-benar patah arang mengerjakan skriphit ini. Buat yang masaih mengejar mimpi menggapai toga, tetap semangat kejar terus target wisudamu, pantang menyerah dan tetap fokus, kini hanya doa yang dapat aku bantu, semoga sukses !!!

Kalian semua bukan hanya menjadi teman dan adik yang baik,

kalian adalah saudara bagiku!!


(7)

vii Spesial buat seseorang !!

Buat seseorang yang masih menjadi rahasia illahi, yang pernah singgah ataupun yang belum sempat berjumpa, terimakasih untuk semua-semuanya yang pernah tercurah untukku. Untuk seseorang di relung hati percayalah bahwa hanya ada satu namamu yang selalu kusebut-sebut dalam benih-benih doaku, semoga keyakinan dan takdir ini terwujud, insyallah jodohnya kita bertemu atas ridho dan izin Allah S.W.T

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup

tanpa mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.

Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi. Never give up!

Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu

terimakasih kuucapkan..

Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,

kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf tercurah.


(8)

viii


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul “Aplikasi Briket Azolla-Arang Sekam Guna Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Tanaman Caisim Di Tanah Pasir Pantai Samas Bantul“ yang merupakan syarat yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal, pelaksanaan hingga tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, oleh sebab itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr.Ir. Guunawan Budiyanto, M.P., selaku dosen pembimbing utama yang dengan kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya dorongan dan motivasi hingga tersusunnya skripsi ini.

2. Ir. Mulyono, M.P., selaku dosen pembimbing pendamping yang memberikan dorongan dan motivasi hingga tersusunnya skripsi ini.

3. Taufiq Hidayat, S.P., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritiknya demi menuju hal yang lebih baik dalam skripsi ini.

4. Ir. Sarjiyah, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Ir. Hariyono, M.P., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing saya selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 6. Segenap karyawan dan laboran Fakultas Pertanian UMY, terimakasih banyak

atas bantuannya dalam menyediakan sarana dan prasarana penelitian.

7. Keluargaku yang berada di Banjar maupun yang di Jogja terimakasih atas doanya dan telah memberikan cinta, kasih sayang, motivasi serta nasehatnya.


(10)

x

8. Teman-teman seangkatan program studi Agroteknologi 2011 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan dorongan, masukan, bantuan, dan nasehatnya.

9. Tak lupa pula penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu dari penyelsaian proposal sampai dengan skripsi.

Atas semua bantuan, doa dan dukungan yang telah diberikan semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat yang besar, baik bagi penulis maupun pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Juni 2016


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. II. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Lahan Pasir Pantai... Error! Bookmark not defined. B. Arang Sekam ... Error! Bookmark not defined. C. Azolla ... Error! Bookmark not defined. D. Arang... Error! Bookmark not defined. E. Tanaman Caisim (Brassica juncea L.) ... Error! Bookmark not defined. F. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. III. TATA CARA PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Bahan dan Alat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(12)

xii

D. Cara Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Pembuatan Kompos Azolla ... Error! Bookmark not defined. 2. Pembuatan Briket ... Error! Bookmark not defined. 3. Pengaplikasian Briket Pada Budidaya Caisim ... Error! Bookmark not defined.

E. Parameter yang Diamati ... Error! Bookmark not defined. F. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. G. Jadual Penelitian ... Error! Bookmark not defined. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Caisim Error! Bookmark not defined.

B. Hasil Analisis Pertumbuhan Caisim ... Error! Bookmark not defined. C. Hasil Pengamatan Variabel Hasil Caisim ... Error! Bookmark not defined. V. KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 1. Lay out Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 2. Kebutuhan Pupuk per Tanaman, Sekam Padi, Tepung Kanji, dan

Kompos Azolla ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 3. Deskripsi Caisim Varietas Tosakan Error! Bookmark not defined. Lampiran 4. Sidik Ragam Parameter Pertumbuhan dan Hasil.. Error! Bookmark

not defined.


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi arang sekam ... Error! Bookmark not defined. 2. Rerata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), dan luas daun (cm2) ... Error!

Bookmark not defined.

3. Rerata panjang akar (cm), berat segar akar (gram), berat kering akar (gram) . Error! Bookmark not defined.

4. Rerata berat segar tanaman (gram), berat kering daun (gram), dan berat kering tanaman (gram). ... Error! Bookmark not defined. 5. Rerata Laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih... Error! Bookmark not

defined.

6. Rerata berat segar daun (gram), indeks panen ekonomi, dan hasil (ton/hektar) ... Error! Bookmark not defined.


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tinggi tanaman caisim ... Error! Bookmark not defined. 2. Jumlah daun caisim ... Error! Bookmark not defined. 3. Luas daun caisim ... Error! Bookmark not defined. 4. Panjang akar caisim... Error! Bookmark not defined. 5. Berat segar akar caisim ... Error! Bookmark not defined. 6. Berat kering akar caisim... Error! Bookmark not defined. 7. Berat segar tanaman caisim ... Error! Bookmark not defined. 8. Berat kering daun tanaman caisim ... Error! Bookmark not defined. 9. Berat kering tanaman caisim ... Error! Bookmark not defined. 10. Laju pertumbuhan relatif tanaman caisim ... Error! Bookmark not defined. 11. Laju asimilasi bersih tanaman caisim ... Error! Bookmark not defined. 12. Berat segar daun tanaman caisim ... Error! Bookmark not defined. 13. Indeks panen ekonomi tanaman caisim... Error! Bookmark not defined. 14. Hasil tanaman caisim ... Error! Bookmark not defined.


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lay out Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 2. Kebutuhan Pupuk per Tanaman, Sekam Padi, Tepung Kanji, dan Kompos Azolla

... Error! Bookmark not defined. 3. Deskripsi Caisim Varietas Tosakan ... Error! Bookmark not defined. 4. Sidik Ragam Parameter Pertumbuhan dan Hasil .... Error! Bookmark not defined. 5. Dokumentasi ... Error! Bookmark not defined.


(16)

(17)

APPLICATIONS BRIQUETTE AZOLLA-HUSK CHARCOAL TO INCREASE EFFICIENCY FERTILIZATION OF CAISIM IN THE SAMAS SAND LAND BANTUL REGENCY

Awalludin Fajri1, Gunawan Budiyanto2, Mulyono2

1Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanin Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta Email: fajri.awalludin@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of research “Applications Briquette Azolla-Husk Charcoal to Increase

Efficiency Fertilization of Caisim in the Samas Sand Land Bantul Regency” aim of this study is to

get comparison Azolla and husk charcoal and dose Briquette Azolla-Husk Charcoal appropriate to increase ffficiency fertilization of Caisim. This research has been conducted in the Experiment land, Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah Yogyakarta and Experiment laboratories in Desember 2015 until April 2016.

The research was conducted using experimental method that arranged in Completely Randomized Design used single factor. Factors that were tested, composition of Azolla-husk charcoal briquettes that consists of 6 levels and dose Azolla-husk charcoal briquettes that consists of three levels, so we get 18 treatments: (A) 0% Azolla: 100% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (B) 0% Azolla: 100% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (C) 0% Azolla: 100% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare; (D) 10% Azolla: 90% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (E) 10% Azolla: 90% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (F) 10% Azolla: 90% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare; (G) 20% Azolla: 80% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (H) 20% Azolla: 80% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (I) 20% Azolla: 80% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare; (J) 30% Azolla: 70% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (K) 30% Azolla: 70% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (L) 30% Azolla: 70% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare; (M) 40% Azolla: 60% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (N) 40% Azolla: 60% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (O) 40% Azolla: 60% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare; (P) 50% Azolla: 50% husk charcoal with a dose of 10 tons / hectare; (Q) 50% Azolla: 50% husk charcoal with a dose of 20 tons / hectare; (R) 50% Azolla: 50% husk charcoal with a dose of 30 tons / hectare. Each treatment was repeated five times with four plants and one plant samples as victim plant, so there are 90 experimental units.

The result of this research showed that treatment of Azolla- husk charcoal briquettes do not provide a significantly different effect on the parameters plant height, leaf number, leaf area, root length, plant fresh weight, dry weight of plant leaves, heavy wet leaves of the plant, harvest index, and yield. While the parameters of root wet weight, dry weight of roots, plant dry weight, relative growth rate and net assimilation rate all treatment Azolla- husk charcoal briquettes tested gives a significantly different effect. Applications briquettes Azolla (50%) - the husk charcoal (50%) with a dose of 30 tonnes / hectare caisim tend to give better results.


(18)

INTISARI

Penelitian tentang “Aplikasi Briket Azolla-Arang Sekam Guna Meningkatkan

Efisiensi Pemupukan Tanaman Caisim Di Tanah Pasir Pantai Samas Bantul” bertujuan untuk mendapatkan perbandingan azolla dan arang sekam dan dosis briket azolla-arang sekam yang tepat untuk meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman caisim. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2015 hingga April 2016 bertempat di Lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium penelitian.

Penelitian ini ini dilaksanakan dengan menggunakan metode percobaan dengan rancangan percobaan faktor tunggal yang disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL). Faktor yang diujikan yaitu komposisi briket azolla-arang sekam yang terdiri dari 6 aras dan dosis briket azolla-arang sekam yang terdiri dari 3 aras, sehingga didapatkan 18 perlakuan yaitu: (A) 0 % azolla : 100 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (B) 0 % azolla : 100 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (C) 0 % azolla : 100 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar; (D) 10 % azolla : 90 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (E) 10 % azolla : 90 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (F) 10 % azolla : 90 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar; (G) 20 % azolla : 80 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (H) 20 % azolla : 80 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (I) 20 % azolla : 80 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar; (J) 30 % azolla : 70 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (K) 30 % azolla : 70 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (L) 30 % azolla : 70 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar; (M) 40 % azolla : 60 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (N) 40 % azolla : 60 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (O) 40 % azolla : 60 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar; (P) 50 % azolla : 50 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar; (Q) 50 % azolla : 50 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar; (R) 50 % azolla : 50 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dengan 4 tanaman sampel dan 1 tanaman korban sehingga terdapat 90 unit percobaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan briket azolla-arang sekam tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, berat segar tanaman, berat kering daun tanaman, berat segar daun tanaman, indeks panen ekonomi, dan hasil tanaman. Sedangkan pada parameter berat segar akar, berat kering akar, berat kering tanaman, laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih semua perlakuan briket azolla-arang sekam yang diujikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Aplikasi briket azolla (50%) - arang sekam (50%) dengan dosis 30 ton/hektar cenderung memberikan hasil caisim lebih baik.


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian. Disisi yang lain sering berjalannya waktu, jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk Indonesia hingga tahun 2013 mencapai sekitar 240 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,49 persen per tahun (Fasli Jalal, 2013). Peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi kebutuhan papan, hal tersebut akan memicu terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi areal pemukiman. Penyusutan lahan pertanian dapat menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan sayuran dalam skala regional dan jika masalah ini tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat akan lebih banyak anggaran yang harus disediakan untuk memenuhinya. Salah satu usaha yang dapat di lakukan adalah perluasan areal lahan pertanian. dengan memanfaatkan lahan-lahan yang masih marginal. Salah satu lahan-lahan marginal yaitu lahan-lahan pasir pantai selatan yogyakarta.

Lahan pasir pantai selatan yogyakarta termasuk dalam tanah-tanah muda yang belum menampakan profil dan perkembangan horizon, sehingga kecirian tanahnya lebih banyak ditentukan oleh iklim setempat. Tanah muda ini biasanya didominasi oleh fraksi pasir sehingga tanahnya tidak membentuk agregat berbutir tunggal dengan tingkat aerasi dan permeabilitas tinggi serta memiliki sedikit kandungan bahan organik, menyimpan air rendah, nitrogen dan unsur lain (Gunawan B, 2009). Lebih lanjut Hassett dan Banwart (1992) menekankan bahwa bahan induk didominasi oleh fraksi


(20)

pasir, tanah akan sedikit mengandung humus, karena kondisinya yang selalu kering dan beraerasi baik.

Di lahan pasir pantai ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Kebutuhan sayuran dari tahun ke tahun terus meningkat dengan kenaikan yang relatif tinggi mencapai 24,62% per tahun (Kingkin Pratiwi Rakhmawati, dkk. 2011). Setyawan (2009), menyatakan bahwa tanaman sayuran merupakan produk pertanian yang dikonsumsi setiap saat, sehingga mempunyai arti nilai komersial yang cukup tinggi.

Adapun tanaman sayuran yang cukup potensial diusahakan dan memberikan keuntungan yang cukup tinggi misalnya sawi hijau (Caisim), sawi pendek (Pakcoy), mentimun, kacang panjang, bayam, kangkung, dan sayuran semusim lainnya. Diantara tanaman sayuran tersebut, terdapat tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim, karena karena ditinjau dari aspek teknis budidaya caisim relatif lebih mudah dibandingkan dengan jenis tanaman hortikultura lainnya. Selain itu komoditas tersebut mempunyai masa tanam yang relative pendek antara 1-1,5 bulan dan apabila ditanam pada kondisi tanah yang subur maka dalam satu tahun akan berproduksi lebih dari 4 kali panen (Kingkin Pratiwi Rakhmawati, dkk. 2011).

Caisim (Brassica juncea L.) memiliki arti penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam rangka perbaikan gizi masyarakat, karena caisim merupakan salah satu sumber serat dan vitamin. Menurut Fahrudin (2009) kandungan yang terdapat pada caisim adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan


(21)

Vitamin C. Selain mempunyai nilai ekonomi tinggi caisim memiliki banyak manfaat. Manfaat caisim sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.

Setyawan (2009), menyatakan bahwa tanaman sayuran merupakan produk pertanian yang dikonsumsi setiap saat, sehingga mempunyai arti nilai komersial yang cukup tinggi. Tingkat konsumsi caisim per kapita hingga tahun 2006 masih dikatakan cukup rendah yaitu sekitar 47 kg per kapita per tahun dari konsumsi seharusnya, sedangkan anjuran dari FAO yaitu sebesar 65 kg per kapita per tahun (Departemen Pertanian, 2006). Tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun berikutnya kenaikan konsumsi sayuran per kapita akan lebih signifikan daripada tahun sebelumnya, mengingat kesadaran masyarakat akan kesehatan yang semakin meningkat pula. Berdasarkan data tersebut maka Indonesia perlu meningkatkan produksi caisim untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi caisim Indonesia adalah perluasan areal penanaman caisim. Perluasan penanaman caisim mengalami kendala, karena tanah-tanah produktif banyak digunakan untuk areal industri dan perumahan, sehingga luas lahan untuk budidaya tanaman caisim semakin menyempit. Di sisi lain masih banyak lahan marjinal di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan budidaya caisim, salah satunya adalah lahan pasir pantai Samas, Bantul, Yogyakarta.


(22)

Lahan pasir pantai memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian guna meningkatkan produktivitas caisim. Lahan pasir pantai memiliki karakterisitik tanah yang didominasi oleh fraksi pasir, porositas tinggi, kandungan liat dan bahan organiknya rendah, sehingga kemampuan tanah dalam menyimpan air menjadi rendah. Selain itu, sifat tanah berpasir yang mudah meloloskan air ke bawah akan mempengaruhi efisiensi penggunaan pupuk nitrogen. Pemupukan nitrogen pada tanah berpasir tanpa melakukan perbaikan sifat tanah akan berdampak pada jumlah ion nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman. Menurut Gunawan Budiyanto (2009), ketidakcukupan kandungan mineral liat dan bahan organik menyebabkan tanah pasir tidak mampu mengikat air dan kapasitasnya dalam menyimpan kation menjadi rendah. Kation hara nitrogen (NH4+) yang ada menjadi lebih rentan untuk ternitrifikasikan sebelum diserap tanaman, untuk kemudian berubah menjadi ion NO3- yang di dalam larutan tanah bersifat mudah hilang, sehingga pada saat terjadi kelebihan air, ion nitrat akan bergerak ke luar zona perakaran. Kelebihan ion nitrat yang tidak diserap tanaman dapat menyebabkan polusi lingkungan.

Berdasarkan pernyataan tersebut membuktikan bahwa lahan pasir pantai Samas, Bantul, Yogyakarta membutuhkan teknologi pengelolaan air dan hara untuk mengatasi permasalahan tanah pasir dalam menyimpan air dan menurunkan laju pelindian nitrogen, sehingga kegiatan pemupukan menjadi efisien. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penambahan bahan organik dalam bentuk briket azolla-arang sekam ke dalam tanah.


(23)

B. Perumusan Masalah

Tanah pasir pantai selatan Yogyakarta pada umumnya didominasi fraksi pasir dan kandungan bahan organiknya rendah. Hal ini mengakibatkan tanah pasir pantai tidak mampu menyimpan air dan tidak membentuk koloid organik yang dapat mengikat air dan hara. Kondisi ini mengakibatkan pemupukan nitrogen di lahan pasir pantai menjadi tidak efisien karena sebagian hara pupuk akan terlindi ke bawah.

Berdasarkan masalah di atas, diperlukan input yang dapat memperbaiki kualitas koloid tanah pasir pantai, dan salah satu input yang perlu diteliti adalah pemberian kompleks koloid buatan yang berbentuk briket azolla-arang sekam. Dengan demikian permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Berapakah perbandingan azolla dan arang sekam dalam bentuk briket yang dapat diterapkan pada lahan pasir pantai Samas Bantul pada budidaya tanaman caisim ?

2. Berapakah dosis briket azolla-arang sekam yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman caisim di lahan pasir pantai Samas Bantul ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan perbandingan azolla dan arang sekam dan dosis briket azolla-arang sekam yang tepat untuk meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman caisim.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan Pasir Pantai

Secara umum lahan pasir pantai dapat dikategorikan tanah regosol. Menurut Darmawijaya (1992), berdasarkan bahan induknya tanah Regosol dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tanah tanah Regosol Abu Vulkanik, tanah regosol Bukit Pasir, dan tanah Regosol Sedimen. Tanah ini mempunyai ciri – ciri diantaranya bertekstur kasar, mudah diolah, gaya menahan air rendah, permeabilitas baik, makin tua teksturnya semakin halus dan, permeabilitas semakin kurang baik. Sifat tanah pasir memiliki kohesi dan konsistensi (ketahanan partikel dalam tanah terhadap pemisahan) sangat kecil. Lahan pasir pantai didominasi oleh pasir dengan kandungan lebih dari 70%, porositas rendah atau kurang dari 40%, sebagian besar ruang pori berukuran besar sehingga aerasinya baik, daya hantar cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Dari segi kimia, tanah pasir cukup mengandung unsur fospor dan kalium yang belum siap diserap tanaman, tetapi lahan pasir kekurangan unsur nitrogen (Sunardi dan Sarjono, 2007).

Lahan pasir pantai yang terdapat di daerah Samas merupakan gumuk-gumuk pasir. Karakteristik lahan di gumuk pasir wilayah ini adalah tanah bertekstur pasir, struktur berbutir tunggal, daya simpan lengasnya rendah, status kesuburannya rendah, evaporasi tinggi dan tiupan angin laut kencang. Menurut Syamsul dan Siti, (2007), pasir pantai selatan ini bahan pembentuknya berasal dari deposit pasir hasil kegiatan erupsi gunung Merapi yang berada di bagian utara. Deposit pasir ini diangkut dan diendapkan dengan berbagai kecepatan serta bercampur dengan berbagai bahan baik


(25)

yang berasal dari daerah aliran sungai maupun yang berasal dari laut. Bahan pasir ini dicirikan terutama oleh ukuran butir yang kasar, butir tungal yang lepas-lepas.

Kandungan bahan organik yang dimiliki oleh tanah pasiran rendah karena temperatur dan aerasi memungkinkan tingkat dekomposisi bahan organik tinggi. Selain itu, stabilitas agregat dan kandungan liat tanah pasiran rendah sehingga pada saat hujan, air dan hara akan mudah hilang melalui proses pergerakan air ke bawah (Gunawan Budiyanto, 2009). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Partoyo (2005) menunjukan bahwa potensi kesuburan fisik lahan pasir pantai Samas cukup rendah, kadar air (0,32%), fraksi pasir (93%), fraksi debu (6,10%), fraksi liat (0,54%), berat isi (2,97 g/cm3), berat volume (1,93g/cm3), porositas tanah total (35,07%). Potensi kimianya juga rendah, hal tersebut ditunjukan dari hasil pengukuran kadar C-organik (0,29%) dan total (0,043%), P-tersedia (4,84 ppm), K-tersedia (2,23 ppm), N-tersedia (0,020%) dan pH H2O (7,01).

B. Arang Sekam

Sekam adalah bagian terluar dari butir padi yang merupakan hasil samping saat proses penggilingan padi. Sekitar 20% dari berat padi adalah sekam dan kurang dari 15% dari komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar. Arang sekam digunakan sebagai bahan pengisi biofilter karena dapat meningkatkan porositas. Penambahan arang sekam dalam suatu bahan dapat menurunkan berat isi bahan, peningkatan ruang pori total, ruang pori drainasecepat, serta penurunan ruang pori drainaselambat (Djatmiko dkk., 1985; dalam Mia, 2011).


(26)

Di Indonesia, jumlah sekam dapat mencapai 13,2 juta ton per tahun (Deptan, 2011; dalam Rahmat, 2011).

Arang sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) 125 kg/m3, dengan nilai kalori 3.300-3600 kal/g sekam (Hasril, 2011). Menurut Gusmini (2009), media sekam mengandung unsur silika (Si) dan unsur P yang tinggi. Di dalam artikel Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian (2008) juga menguraikan komposisi kimia arang sekam yang terdapat pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi arang sekam

No Komponen Presentase Kandungan (%)

Menurut Suharno (1979)

1 Kadar air 9,02

2 Protein Kasar 3,03

3 Lemak 1,18

4 Serat Kasar 35,68

5 Abu 17,71

6 Karbohidrat Kasar 33,71

Menurut DTC-IPB

1 Karbon 1,33

2 Hidrogen 1,54

3 Oksigen 33,64

4 Silika 16,98

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian (2008) C. Azolla

Azolla adalah jenis tumbuhan paku air yang mengapung dan banyak terdapat di perairan yang tergenang terutama di sawah-sawah dan di kolam, mempunyai permukaan daun yang lunak mudah berkembang dengan cepat dan hidup bersimbosis dengan Anabaena azollae yang dapat memfiksasi Nitrogen (N2) dari udara. Azolla pinnata merupakan tumbuhan kecil yang mengapung di air, terlihat berbentuk segitiga


(27)

atau segiempat. Azolla berukuran 2-4 cm x 1 cm, dengan cabang, akar rhizoma dan daun terapung. Akar soliter, menggantung di air, berbulu, panjang 1-5 cm, dengan membentuk kelompok 3-6 rambut akar. Daun kecil, membentuk 2 barisan, menyirap bervariasi, duduk melekat, cuping dengan cuping dorsal berpegang di atas permukaan air dan cuping ventral mengapung. Azolla pinnata ditemukan di daerah tropis asia (termasuk Asia Tenggara), Cina selatan dan timur, Jepang selatan, Australia utara dan di daerah tropis Afrika selatan (termasuk Madagaskar). Azolla pinnata dapat beradaptasi pada daerah dengan kondisi iklim yang panjang. Kebutuhan utama Azolla untuk bertahan hidup adalah habitat air, sangat sensitif terhadap kekeringan. Azolla akan mati dalam beberapa jam jika berada pada kondisi kering. Azolla menyebar secara luas pada wilayah sedang (temperate), umumnya sangat terpengaruh pada tingginya temperatur pada daerah tropis. Untuk hidup dengan baik Azolla membutuhkan temperatur antara 20-25°C. Untuk dapat tumbuh dan berfiksasi nitrogen Azolla pinnata membutuhkan temperatur 20-30°C, akan menyebabkan kematian jika berada di bawah 5°C and di atas 45°C. Perbanyakan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara vegetatif yaitu dengan membelah diri dan secara generatif yaitu melalui spora (Prohati, 2014).

Kandungan hara dalam tanaman Azolla yaitu P (0,30% ), K (0,65%), C-organik (15,1%), N-total (3,91%), nilai C/N (10), dan kandungan bahan organiknya (39,9 %) (Fiolita dkk., 2013). Kemampuan Azolla dalam memfiksasi nitrogen di udara karena azolla bersimbiosis dengan Endofitik cyanobakteria yang dikenal dengan nama Anabaena Azollae yang mempunyai dua macam sel vegetatif dan heterosis. Dalam sel heterosis mengandung enzyme nitrogenase yang akan memfiksai N2 udara melalui


(28)

ATP yang berasal dari peredaran foto fosforilasi tanaman paku air,. Enzim nitrogenasi dapat mengubah N2 menjadi ammonia (NH4+) yang selanjutnya di angkut ke tanaman inang dan hasil fiksasi nitrogen diubah menjadi asam amino. Disamping itu, tanaman paku air mempunyai kemampuan memfiksasi CO2 dan melakukan fotosintesis, selain dipergunakan untuk kebutuhan sendiri, foto sintat yang dihasilkan bersama dengan asam amino akan di angkut ke simbion Anabaena azollae (Zainal Arifin, 1996).

Menurut BATAN (2014), Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi N2-udara dari 70-90%. N2-fiksasi yang terakumulasi ini yang dapat digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa laju pertumbuhan Azolla adalah 0,355-0,390 gram per hari (di laboratorium) dan 0,144-0,890 gram per hari (di lapangan). Pada umumnya biomassa Azolla maksimum tercapai setelah 14-28 hari setelah inokulasi.

D. Arang

Arang merupakan bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pengarangan bahan yang mengandung karbon. Sebagian besar pori-pori arang masih tertutup oleh hidrokarbon, tar, dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari karbon tertambat (Fixed Carbon), abu, air, nitrogen dan sulfur. Sedangkan, briket arang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, rumput, jerami, ataupun limbah pertanian lainnya (Gustan dan Hartoyo, 1983).


(29)

Briket adalah gumpalan atau padatan yang terbuat dari bahan yang berukuran kecil dimampatkan dengan tekanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket arang adalah berat jenis bahan atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, tekanan pengempaan, dan pencampuran formula bahan baku briket. Proses pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami perlakuan penumbukan, pencampuran bahan baku, pencetakan dengan sistem hidrolik dan pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk, ukuran fisik, dan sifat kimia tertentu (Hasril, 2011).

Pembuatan briket arang dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, yang bahan bakunya diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun manual dan selanjutnya dikeringkan. Pada penelitian ini tidak membuat briket sebagai bahan bakar melainkan menggunakan briket sebagai pemadatan pupuk untuk diaplikasikan dalam budidaya tanaman.

Pembuatan briket arang terdiri dari beberapa proses berikut : 1. Karbonasi

Proses pengarangan (pirolisa) adalah penguraian biomassa (lysis) menjadi panas (pyro) pada suhu lebih dari 1500C. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer (Abdullah, dkk., 1991).


(30)

2. Bahan Perekat

Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Faktor harga dan ketersediaannya di pasaran harus dipertimbangkan secara seksama karena setiap bahan perekat memiliki daya lekat yang berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat, 1983).

Kanji adalah perekat tapioka yang dibuat dari tepung tapioka dicampur air dalam jumlah tidak melebihi 70 % dari berat serbuk arang dan kemudian dipanaskan sampai berbentuk jeli. Pencampuran kanji dengan sebuk arang diupayakan dengan merata. Dengan cara manual pencampuran dilakukan dengan meremas-remas menggunakan tangan, secara maksimal dilakukan oleh alat mixer (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994). Untuk jumlah perekat tepung kanji yang digunakan dalam pembuatan briket yaitu 10% dari berat arang (Ishak, dkk., 2012).

3. Pemadatan dan Pencetakan

Tekanan diberikan untuk menciptakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan bahan perekat. Setelah bahan perekat dicampurkan dan tekanan mulai diberikan maka perekat yang masih dalam keadaan cair akan mulai mengalir membagi diri ke permukaan bahan. Pada saat yang bersamaan dengan terjadinya aliran maka perekat juga mengalami perpindahan dari permukaan yang diberi perekat kepermukaan yang belum terkena perekat (M.Kirana, 1985; dalam Agus Salim, 1995). Adonan yang


(31)

sudah jadi siap untuk dicetak menjadi briket dengan cara memasukan adonan ke dalam cetakan kemudian dipadatkan.

4. Pengeringan

Pengeringan ini bertujuan untuk menguapkan kembali air yang telah ditambahkan pada proses pencampuran. Pengeringan dilakukan terhadap briket, agar air yang tersimpan dalam briket dapat diuapkan, sehingga tidak mengganggu pada saat briket di bakar (Widayanti, 1995).

Penguapan ini terhenti bila tingkat kebasahan permukaan “sama” dengan tingkat kebasahan udara di sekelilingnya. Tidak ada lagi sejumlah energi yang berpisah atau berpindah dari luar ke dalam atau sebaliknya. Namun meskipun bahan telah dikeringkan hingga mencapai kadar air yang minimum, kadar airpun akhirnya bisa meningkat lagi bila kontak dengan media/udara yang kebasahannya tinggi untuk menjadi seimbang. Keadaan ini di sebut kadar air kesetimbangan (Widayanti, 1995).

E. Tanaman Caisim (Brassica juncea L.)

Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yang dapat berkembang pesat di dataran tinggi maupun dataran rendah. Daerah asal tanaman caisim ini diduga dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke Filipina dan Taiwan. Kemudian menyebar di Indonesia diduga pada abad XIX dan daerah penyebarannya antara lain di Cipanas (Bogor), Lembang dan Malang (Rukmana, 2007). Klasifikasi tanaman caisim


(32)

termasuk dalam kerajaan Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, bangsa Hoeadales, keluarga Cruciferae, marga Brassica, dan spesies Brassica juncea L. (Haryanto, dkk., 2001).

Caisim merupakan tanaman semusim, berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun caisim berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih. Daun caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang yang berwarna putih. Susunan dan warna bunga seperti kubis. Tanaman caisim memiliki akar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan media tanam, perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm. Tanaman caisim hijau tidak memiliki akar tunggang. Perakaran tanaman caisim hijau dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada media tanam yang gembur, subur, dan mudah menyerap air (Sarjono, 2007).

Pada dasarnya tanaman caisim dapat tumbuh dan beradaptasi pada hampir semua jenis tanah, baik pada tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanahtanah bertekstur liat berat dan juga pada tanah organik seperti gambut. Kemasaman (pH) tanah yang optimum 5-6,5. Sedangkan suhu opimum yang dianjurkan adalah 15-20oC (Uum Sumpena. 2014).

Adapun cara budidaya tanaman caisim meliputi beberapa tahapan antara lain persemaian, pengolahan tanah/persiapan media tanam, penanaman, pemupukan. Cara


(33)

persemaian bibit, benih harus di rendam dengan propamokarb konsentrasi 0,1% selama +2 jam. Media semai terbuat dari campuran pupuk kandang dan tanah yang telah dihaluskan dengan perbandingan 1:1. Kemudian benih yang sudah disebar ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari. Bibit caisim berumur 7-8 hari setelah semai maka siap dipindahkan ke lahan utama (Uum Sumpena. 2014).

Benih varietas tosakan diproduksi oleh PT. East West Seed, Indonesia. Varietas ini dikenal sebagai caisim baksodan varietas ini memiliki ciri-ciri yaitu tanaman besar, bentuk semi buka dan tegak, batang tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas, tangkai daun panjang, lansing, berwarna hijau tua dan halus, daun lebar, panjang, tipis, permukaan daun da n pinggir daun rata, berwarna hijau, rasanya renyah dan tidak berserat. Pertumbuhan tanaman cepat, kuat dan seragam. Varietas ini dapat ditanam sepanjang tahun, produksinya tinggi denganpotensi produksi 400 gram pertanaman, dan umur panen tanaman 25 hari setelah pindah tanam (Oriska Rekhina, 2012).

Pengolahan tanah/media tanam dilakukan satu minggu sebelum tanam. Persiapan media tanam tanaman caisim dapat dilakukan dengan cara memasukan tanah kedalam polybag. pH yang dianjurkan adalah rendah 6,5. Setelah itu tanah yang sudah dimasukan kedalam polybag harus dibuat lubang tanam sedalam 30 cm. Tanaman caisim ditanam dengan menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Disela - sela pengolahan lahan diberikan pupuk kandang dengan dosis 10 ton/hektar, pupuk Urea 187 kg/hektar, KCl 112 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar (Anas D.Susila 2006). Kemudian setelah media tanam siap, bibit yang sudah berumur 7-8 hari dapat dipindahkan. Pemupukan susulan


(34)

diberikan dengan dosis pupuk Urea 187 kg/hektar dan KCl 112 kg/hektar (Anas D.Susila, 2006). Pupuk susukan diberikan setelah berumur 3 minggu setelah tanam. Setelah dilakukan pemupukan susulan tahap selanjutnya adalah pemeliharaan.

Pemeliharaan dapat berupa penyulaman tanaman yang mati, penyiraman secara rutin. Pengendalian organism tumbuhan dilakukan untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Pengendalian dengan menyemprotkan pestisida kehama utama yaitu ulat daun (Plutella xylostella). Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan tepat baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval maupun waktu aplikasinya (Uum Sumpena, 2014).

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah perlakuan 50 % azolla : 50 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman caisim


(35)

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – April 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu tanah pasir pantai, sekam , tanaman Azolla, benih caisim varietas Tosakan , Urea, SP-36, KCl, tepung kanji, kayu bakar. Peralatan yang digunakam dalam penelitian ini yaitu, neraca analitik, oven, polybag, gelas ukur, sekop, meteran, ember, drum, pipa paralon diameter ¾ inchi (26 mm), martil, kayu penyodok, mortar dan pistil, saringan ukuran 0,5 mm, nampan, karung, golok, alat tulis.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode percobaan dengan rancangan percobaan faktor tunggal yang disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL). Pada penelitian ini terdapat 18 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dengan 4 tanaman sampel dan 1 tanaman korban sehingga terdapat 90 unit percobaan (lampiran 1). Perlakuan yang diujikan pada penelitian ini yaitu :


(36)

A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar J = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar K = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar L = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar M = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar N = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar O = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar P = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam dengan dosis 10 ton/hektar Q = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam dengan dosis 20 ton/hektar R = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam dengan dosis 30 ton/hektar


(37)

D. Cara Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut: 1. Pembuatan Kompos Azolla

Proses pembuatan kompos azolla dilakukan dengan cara mempersiapkan tanaman azolla dan dibiarkan layu di udara terbuka. Kemudian biomassa dikomposkan dengan cara dimasukan dalam karung dan diikat, lalu dilubangi. Dalam pembuatan kompos azolla ini tidak menggunakan aktivator, dikarenakan pada dasarnya proses pengomposan azolla berlangsung cepat. Setelah satu minggu diaduk secara merata untuk memberikan suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Selama proses pengomposan terjadi peningkatan suhu, yang menandakan sedang terjadi proses perombakan bahan organik oleh mikroba. Ciri-ciri kompos yang matang yaitu berwarna coklat kehitaman, menjadi remah, tidak berbau, suhu tidak panas, dan kering.

2. Pembuatan Briket

a. Pembuatan arang sekam (Karbonasi)

Proses pengarangan/karbonisasi arang sekam yaitu:

1) Bahan dan alat yang diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu (sekam padi, korek api, air, ember, dan drum bekas).

2) Sekam dimasukkan ke dalam drum kemudian dibakar. Ketika api terlihat membesar maka sekam ditambahkan kedalam drum hingga yang terlihat hanya asap yang keluar, bila sekam kering kelihatan sudah terbakar semua, drum langsung ditutup.


(38)

3) Arang sekam yang sudah jadi didinginkan sampai sekitar 45 menit kemudian dikeluarkan dan dipisahkan antara yang terbakar dengan yang tidak dan yang menjadi abu. Sekam yang di ambil hanya yang menjadi arang.

4) Kemudian arang ditumbuk menggunakan mortar dan pistil hingga halus. Setelah itu, arang sekam diayak menggunakan ayakan 0,5 mm,

b. Pembuatan briket

Proses pembuatan briket azolla-arang sekam , yaitu:

1) Bubuk arang sekam dan kompos azolla yang telah dibuat sebelumnya dicampur menjadi satu dengan jumlah campuran masing-masing bahan sesuai dengan perlakuan.

2) Perekat dalam pembuatan briket ini menggunakan tepung kanji yang dibuat dengan cara mencapur tepung kanji dengan air mendidih. Kemudian perekat dicampurkan dengan bahan yg telah disiapkan sebelumnya dan dilakukan pengadukan menggunakan tangan dengan cara diremas-remas untuk menghasilkan adonan yang merata.

3) Adonan yang sudah jadi dikeluarkan dan dilakukan pencetakan briket dengan cara memasukan adonan ke dalam pipa paralon berdiameter ¾ inchi (26 mm) kemudian adonan ditekan menggunakan martil sampai dengan adonan menjadi padat.


(39)

4) Setelah itu keluarkan briket dari cetakan menggunakan kayu penyodok dan dilakukan pemotongan sehingga briket yang terbentuk seperti uang logam.

5) Langkah terakhir adalah pengeringan dengan cara briket yang sudah jadi dijemur di bawah sinar matahari sampai briket tersebut kering dan briket siap diaplikasikan pada tanaman.

3. Pengaplikasian Briket Pada Budidaya Caisim

a. Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pasir pantai yang diambil dari pantai Samas, Bantul, Yogyakarta. Cara mempersiapkan media tanam yaitu tanah pasir pantai dikeringkan anginkan terlebih dahulu selama beberapa hari. Setalah tanah dimasukan dalam polybag, kemudian diinkubasi selama 2 minggu. Selama inkubasi kelembapan tanah harus tetap terjaga dengan cara diberi air sesuai dengan kebutuhan tanaman jagung. Banyaknya air yang harus ditambahkan yaitu dengan mengetahui kadar lengas kapasitas lapang (KL-KL) dan kadar lengas tanah (KL-Ka). Selama proses inkubasi berlangsung, kegiatan yang dilakukan adalah menimbang pupuk Urea, SP-36, KCl sesuai dengan dosis anjuran dan briket azolla-arang sekam sesuai perlakuan untuk kebutuhan per polybag (lampiran 2). Setelah tanah diinkubasi selama 2 minggu tanah digemburkan dengan cara mengaduknya dengan menggunakan bambu. Pada hari selanjutnya tanah dipupuk dengan pupuk Urea, SP-36, KCl dan aplikasi azolla-arang sekam yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan cara


(40)

membenamkannya di sekitar zona perakaran atau disamping tanaman dengan kedalaman 1-3 cm.

b. Pembibitan

Pembibitan tanaman caisim dilakukan dengan menyemai benih caisim pada tempat penyemaian yaitu menggunakan nampan. Sebelum disemai benih direndam dalam air dingin selama 1 hari (±12 jam).Lalu benih diperam disampai kelihatan biji pecah. Hal ini untuk mempercepat perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam setelah biji disemaikan. Setelah itu membasahi media semai sehari sebelum biji ditabur (media tanam berupa pasir halus). Sebelumnya media telah diberi pasir yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Kemudian tanaman yang disemai dijaga kelembabanya dengan cara menyiram air setiap hari pada pagi atau sore hari. Setelah muncul daun 3-5 helai bibit siap tanam.

c. Penanaman

Penanaman tanaman caisim dilakukan dengan menanam bibit tanaman caisim yang telah muncul daun 3-5 helai. Tiap unit percobaan ditanam 1 tanaman sehingga terdapat 90 tanaman.

d. Pemupukan

Pemupukan tanaman caisim menggunakan dosis anjuran yaitu pupuk Urea 187 kg/hektar (0,75 gram/ polybag), SP-36 300 kg/hektar (1,2 gram/ polybag), dan KCl 112 kg/hektar (0,45 gram/ polybag). Pemberian pupuk dilakukan 2 kali yaitu saat persiapan media tanam atau pupuk dasar (1/2 dosis pupuk urea, pupuk SP-36, KCl, briket azolla-arang sekam seluruhnya), dan pupuk susulan diberikan pada saat tanaman


(41)

berumur 3 MST (1/2 pupuk urea). Pemupukan dilakukan dengan membenamkan pupuk di zona perakaran.

e. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma disekitar tanaman jagung dan penyiangan dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma

f. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan memberi air secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya untuk menjaga agar tanaman tidak layu.

g. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida saat terjadi serangan yang dapat membahayakan produksi tanaman caisim. Pestisida yang digunakan yaitu Matador dengan dosis 2 cc/liter.

h. Panen

Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur 25 HST. Kriteria panen caisim ketika daun paling bawah menunjukkan warna kuning dan belum berbunga. Pemanenan dengan cara mencabut tanaman caisim dari media tanam, kemudian bagian daun dan akar dipisahkan dengan cara dipotong menggunakan pisau. Setelah itu dimasukan kedalam kantong kertas yang sudah diberi label dan untuk selanjutnya dilakukan analisis data.


(42)

E. Parameter yang Diamati

1. Variabel Pertumbuhan Caisim

a. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam sampai tanaman dipanen. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur mulai dari pangkal batang bawah hingga titik tumbuh (daun tertinggi).

b. Jumlah daun (helai)

Penghitungan jumlah daun dilakukan setiap 1 minggu sekali sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam sampai tanaman dipanen. Perhitungan dilakukan dengan cara mengitung daun yang telah tumbuh dan sudah terbentuk sempurna.

c. Luas daun (cm2)

Luas daun diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM). Daun yang diukur diletakkan pada bidang ukur LAM setelah itu dilakukan proses scaning dan dicatat data yang muncul. Data yang muncul arus dikonversi menjadi luasan daun dengan satuan (cm2). Pengamatan dilakukan pada tanaman korban untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.

d. Panjang akar (cm)

Panjang akar diperoleh dengan cara mengukur akar tanaman caisim terpanjang mulai dari pangkal akar sampai ujung akar pokok dengan menggunakan penggaris dan dinyatakan dalam satuan sentimeter (cm). Pengamatan dilakukan pada tanaman korban


(43)

untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.

e. Berat segar akar (gram)

Berat segar akar diperoleh dengan cara menimbang akar pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan pada tanaman korban untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, dan pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.

f. Berat kering akar (gram)

Berat kering akar diperoleh dari akar tanaman caisim yang diangin-anginkan, dijemur dan dioven pada suhu 800C selama 48 jam sampai konstan dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman. Pengamatan dilakukan pada tanaman korban untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen

g. Berat segar tanaman (gram)

Berat segar tanaman diperoleh dengan cara menimbang semua bagian tanaman setelah dicabut dari polybag dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman. Pengamatan dilakukan pada tanaman korban untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.

h. Berat kering daun tanaman (gram)

Berat kering daun diperoleh dengan cara menimbang daun kering tanaman tanpa akar dan batang sampai diperoleh nilai yang konstan dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman. Sebelumnya tanaman tanpa akar dijemur dan dioven pada suhu 800C selama 48 jam sampai konstan. Pengamatan dilakukan pada tanaman korban


(44)

untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.

i. Berat kering tanaman (gram)

Berat kering tanaman diperoleh dari semua bagian tanaman caisim diangin-anginkan , dijemur dan dioven pada suhu 800C selama 48 jam sampai konstan dan dinyatakan dalam satuan gram (g)/tanaman. Pengamatan dilakukan pada tanaman korban untuk pengamatan pertama pada saat berumur 14 HST, pengamatan kedua 42 HST atau saat panen.

2. Analisis Pertumbuhan Caisim

a. RGR (Relative Growth Rate) atau Laju Pertumbuhan Relatif (g/g/hari)

RGR merupakan peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu, yang ada hubungannya dengan berat awal (g.g-1.hari-1) dan dapat dihitung dengan

menggunakan rumus : RGR = 1 x dW W dt = In W2 – In W1 (T2 – T1)

Keterangan : dW = pertambahan berat kering dt = tenggang waktu pertumbuhan (selisih waktu) W = berat kering tanaman

W1 = berat kering tanaman pada t1 W2 = berat kering tanaman pada t2

T1 = pengamatan awal periode pengamatan mingguan

T2 = pengamatan berikutnya dari periode pengamatan mingguan

Laju pertumbuhan relative merupakan pertambahan biomassa tanaman per satuan waktu tidak konstan tetapi tergantung pada berat awal tanaman. Bahwa


(45)

keseluruhan tanaman yang tidak dinyatakan dalam biomassa total tanaman dipertimbangkan sebagai suatu kesatuan untuk menghasilkan bahan baru tanaman.

b. NAR (Net Assimilation Rate) atau Laju Asimilasi Bersih (g/dm2/hari)

Laju assimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman dari

asimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

NAR = 1 x dW A dt

= log W2 – log W1 x W2 – W1 (T2 – T1) (T2 – T1)

Keterangan : dW = pertambahan berat kering dt = tenggang waktu pertumbuhan (selisih waktu) A = luas daun tanaman

W1 = berat kering tanaman pada t1 W2 = berat kering tanaman pada t2

T1 = pengamatan awal periode pengamatan mingguan

T2 = pengamatan berikutnya dari periode pengamatan mingguan 3. Variabel Hasil Caisim

a. Berat segar daun tanaman (konsumsi)

Berat segar tajuk tanaman (konsumsi) diperoleh dengan cara menimbang bagian tanpa akar pada 42 HST setelah dicabut dari polybag. Pengamatan dilakukan pada 4 tanaman sampel yang diambil pada 42 HST atau saat panen dan dinyatakan dalam satuan gram/tanaman.


(46)

b. Indeks panen ekonomi

Indeks panen ekonomi dihitung dengan menggunakan rumus : IP = berat kering daun per tanaman

berat kering total tanaman c. Hasil (ton/hektar)

Jumlah tanaman/hektar = luas lahan (m2) jarak tanam (m2)

Hasil tanaman/hektar = berat tanaman sampel x jumlah tanaman/hektar

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan disidik ragam 5%. Jika terdapat perbedaan pengaruh antar perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan 5%.

G. Jadual Penelitian

No Kegiatan

Desember 2015

Januari 2016

Februari 2016

Maret 2016

April 2016 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Tahap Persiapan

2 Pembuatan kompos Azolla 3 Pembuatan briket 4

Pengaplikasian briket pada budidaya Caisim 6 Pengamatan 7 Analisis data dan

Pembahasan 8 Seminar hasil


(47)

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Caisim

Parameter pengamatan pertumbuhan tanaman caisim terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, berat segar akar, berat kering akar, berat segar tanaman, berat kering daun tanaman, dan berat kering tanaman. Hasil analisis dari pertumbuhan tanaman caisim dapat dilihat pada tabel 2, tabel 3, tabel 4, dan tabel 5 berikut ini:

Tabel 1. Rerata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), dan luas daun (cm2) pada umur 4 MST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Luas Daun (cm2)

Panjang Akar

(cm) 0% azolla : 100% arang sekam 10 ton/h

10% azolla : 90% arang sekam 10 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 10 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 10 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 10 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 10 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 20 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 20 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 20 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 20 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 20 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 20 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 30 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 30 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 30 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 30 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 30 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 30 ton/h

35,675 36,650 37,525 39,525 38,550 40,050 35,525 40,150 38,525 37,250 38,075 40,775 35,925 34,700 35,675 37,300 38,475 40,500 13,000 14,000 13,500 11,500 14,250 14,750 12,000 11,750 13,500 14,000 13,750 12,250 12,500 14,000 13,750 12,000 13,750 14,750 142,70 146,20 150,88 152,03 169,33 164,58 129,93 183,00 167,00 184,33 191,13 173,55 174,33 151,88 170,68 128,40 163,50 214,95 29,000 36,425 37,500 34,625 36,200 30,575 34,500 31,425 35,550 32,000 38,775 36,300 29,125 35,925 38,650 34,050 39,400 37,475


(48)

1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif pada suatu tanaman. Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan bahwa tanaman telah mengalami pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi dan genetik tanaman. Pada caisim, tinggi tanaman adalah pencerminan panjang batang yang beruas dan berbuku sehingga juga mencerminkan kuantitas daun.

Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4a). Hasil rerata tinggi tanaman pada tanaman caisim dapat dilihat pada tabel 2. pengaruh dosis briket dan macam komposisi briket azolla-arang sekam pada semua perlakuan yang diberikan menunjukan tidak beda nyata terjadi karena briket azolla-arang sekam sebagai pupuk organik yang bersifat lambat diserap oleh tanaman (slow release), sehingga tanaman caisim yang berumur pendek kebutuhan haranya sudah terpenuhi oleh unsur hara yang terdapat dalam media tanam sebelum menggunakan secara makasimal unsur hara yang terdapat dalam briket azolla-arang sekam. Adapun pemberian briket juga berfungsi sebagai barrier atau penahan laju air sehingga hara akan tetap berada di zona perakaran dan laju air akan diperlambat. Hal tersebut akan membuat hara dan air tersedia bagi tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih baik khususnya tinggi tanaman.


(49)

Selain itu, pemberian dosis briket 10 ton/hektar, 20 ton/hektar dan 30 ton/hektar dengan komposisi bahan azolla dan arang sekam yang berbeda-beda juga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman caisim. Hal tersebut dikarenakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman caisim untuk pertumbuhan tinggi tanaman telah tercukupi secara optimal oleh media tanam, sehingga jika diberikan briket azolla-arang sekam dengan jumlah dosis yang lebih tinggi maka, akan tetap memberi pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan tinggi tanaman caisim.

Berikut ini disajikan grafik tinggi tanaman pada umur 1 MST hingga 4 MST dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Rerata tinggi tanaman caisim A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 10 ton/h

B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 20 ton/h C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam,30 ton/h D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam,10 ton/h E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 20 ton/h F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 30 ton/h G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 10 ton/h H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 20 ton/h I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 30 ton/h

J = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 10 ton/h K = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 20 ton/h L = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 30 ton/h M = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 10 ton/h N = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 20 ton/h O = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 30 ton/h P = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 10 ton/h Q = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 20 ton/h R = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 30 ton/h


(50)

4

Berdasarkan hasil gambar 1 grafik rerata tinggi tanaman caisim menunjukan bahwa semua perlakuan briket azolla-arang sekam menunjukan perubahan tinggi tanaman yang hampir sama mulai dari 1 MST hingga 4 MST. Pemberian briket dengan komposisi azolla-arang sekam memberikan peningkatan tinggi tanaman dari minggu ke-1 hingga minggu ke-4 setelah tanam. Adapun grafik yang terbentuk yaitu garis lurus dan tidak membentuk kurva sigmoid sesuai dengan teori. Hal tersebut dikarenakan tanaman caisim yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan bibit yang berumur 1 minggu sehingga pada awal pertumbuhan grafik tidak menunjukan pertumbuhan yang signifikan dan panen dilakukan pada umur 4 MST atau dipanen sebelum memasuki fase genertif (panen ekonomis) sehingga grafik stagnan tidak terbentuk atau akhir masa pertumbuhan. Untuk komposisi briket yang memberikan pengaruh relatif lebih tinggi yaitu perlakuan komposisi briket 50 % azolla dan 50 % (P, Q, dan R). Hal ini terjadi karena tanaman caisim untuk tumbuh tinggi membuthan supply unsur hara N yang tinggi dan tanaman caisim mampu menyerap unsur hara N dengan maksimal pada perlakuan tersebut. Untuk pemberian dosis briket juga memberikan peningkatan tinggi tanaman dari minggu ke-1 hingga minggu ke-4. Namun pemberian dosis briket tidak memberikan pengaruh yang hampir sama pada semua perlakuan. Hal tersebut menunjukan bahwa media tanam yang digunakan sudah mencukupi kebutuhan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan caisim, sehingga dapat dikatakan tanaman caisim jika dipupuk dengan dosis 10 ton/hektar, 20 ton/hektar, dan 30 ton/hektar akan memberikan pengaruh yang sama. Suatu tanaman akan menyerap unsur hara untuk


(51)

pertumbuhan sesuai dengan kebutuhan tanaman tesebut sehingga apabila unsur hara yang tersedia lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan tanaman, maka unsur hara tersebut akan tetap berada pada media tanam. Menurut salikin (2003) bahwa peningkatan dosis pemupukan tidak akan berpengaruh jika semua unsur hara yang diperlukan oleh tanaman sudah cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Engelstad (1997) bahwa tidak selamanya pemupukan dengan pemberian dosis yang tinggi akan memberikan hasil yang terbaik juga, hal ini justru akan membuat pertumbuhan terhambat dan dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman.

2. Jumlah daun (helai)

Daun merupakan organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses fotosisntesis lebih banyak dan dan hasilnya lebih banyak juga.

Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap jumlah daun menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4b). Hasil tersebut diduga karena semua perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket dapat memberikan asupan unsur hara N yang cukup dalam membentuk organ vegetatif daun tanaman. Pemberian briket berperan dalam mempertahankan sedian hara dan air bagi tanaman. Hal tersebut karena pada saat media tanam dalam kondisi air dalam


(52)

jumlah yang berlebih, hara akan tetap berada di zona perakaran dan laju air akan diperlambat. Hal tersebut akan membuat hara dan air tersedia bagi tanaman, sehingga akan mempengaruhi jumlah daun tanaman.

Pada tabel 2. menunjukan bahwa perlakuan J (briket azolla 30% dan arang sekam 70% dengan dosis 10 ton/hektar) menghasilkan jumlah daun yang relatif sedikit dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya, dan berbeda nyata dengan perlakuan M (briket azolla 40% dan arang sekam 60% dengan dosis 10 ton/hektar), P (briket azolla 50% dan arang sekam 50% dengan dosis 10 ton/hektar), dan R (briket azolla 50% dan arang sekam 50% dengan dosis 30 ton/hektar).

Jumlah daun yang hampir sama pada semua perlakuan yang diujikan diduga karena pemberian birket azolla-arang sekam lambat dalam memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman karena birket azolla-arang sekam memiliki tektur yang padat sehingga akan lambat terdekomposisi. Menurut Wijaya (2008) bahwa pemberian pupuk organik yang banyak mengadung unsur nitrogen pada tanaman akan mendorong pertumbuhan organ-oragan yang berhubungan dengan fotosintesis yaitu daun. Nitrogen merupakan penyusun protein dan asam-asam nukleat yang berguna dalam pembentukan jaringan daun tanaman.

Berikut ini disajikan grafik jumlah tanaman pada umur 1 MST hingga 4 MST dapat dilihat pada gambar 2.


(53)

Gambar 2. Rerata jumlah daun caisim A = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 10 ton/h

B = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam, 20 ton/h C = 0 % azolla : 100 % Arang Sekam,30 ton/h D = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam,10 ton/h E = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 20 ton/h F = 10 % azolla : 90 % Arang Sekam, 30 ton/h G = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 10 ton/h H = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 20 ton/h I = 20 % azolla : 80 % Arang Sekam, 30 ton/h

J = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 10 ton/h K = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 20 ton/h L = 30 % azolla : 70 % Arang Sekam, 30 ton/h M = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 10 ton/h N = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 20 ton/h O = 40 % azolla : 60 % Arang Sekam, 30 ton/h P = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 10 ton/h Q = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 20 ton/h R = 50 % azolla : 50 % Arang Sekam, 30 ton/h Pada grafik gambar 2 terlihat bahwa jumlah daun pada pengamatan minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4 yang terbanyak pada perlakuan dosis briket 30 ton/hektar dengan macam komposisi briket 50 % azolla : 50% arang sekam (R) Walaupun demikian hasil tersebut memiliki kecenderungan memberikan pengaruh yang sama pada semua perlakuan terhadap jumlah daun, hal tersebut diduga karena kombinasi kompos azolla dan arang sekam mampu memberikan asupan unsur hara organik secara kontinyu pada tanaman caisim. Pada gambar 2 menunjukan pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 mengalami penambahan jumlah daun yang lebih pesat dibanding minggu-minggu


(54)

lainnya. Adanya penambahan jumlah daun yang lebih pesat pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 ini diduga pada minggu-minggu tersebut tanaman caisim mulai membentuk daun sehingga cadangan makanan pada tanaman caisim lebih digunakan dalam pembentukan daun.

3. Luas daun (cm2)

Daun merupakan organ penting tanaman yang berperan dalam proses fotosintesis karena terdapat klorofil. Luas daun dan jumlah klorofil yang tinggi akan menyebabkan proses fotosintesis berjalan dengan baik. Semakin besar luas daun tanaman maka penerimaan cahaya matahari akan juga lebih besar. Cahaya merupakan sumber energi yang digunakan untuk melakukan pembentukan fotosintat. Dengan luas daun yang tinggi, maka cahaya akan dapat lebih mudah diterima oleh daun dengan baik. Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap luas daun menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4c). Pada tabel 2. menunjukan bahwa perlakuan R (briket azolla 50% dan arang sekam 50% dengan dosis 30 ton/hektar) menghasilkan luas daun yang relatif lebih lebar dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya, dan berbeda nyata dengan perlakuan A (briket azolla 0% dan arang sekam 100% dengan dosis 10 ton/hektar), D (briket azolla 10% dan arang sekam 90% dengan dosis 10 ton/hektar), B (briket azolla 0% dan arang sekam 100% dengan dosis 20 ton/hektar), dan L (briket azolla 30% dan arang sekam 70% dengan dosis 30 ton/hektar).


(1)

11

Tabel 4. Hasil uji jarak berganda Duncan taraf kesalahan 5% terhadap berat kering tanaman (gram)

Perlakuan Berat Kering Tanaman

(gram) 0% azolla : 100% arang sekam 10 ton/h

10% azolla : 90% arang sekam 10 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 10 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 10 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 10 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 10 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 20 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 20 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 20 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 20 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 20 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 20 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 30 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 30 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 30 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 30 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 30 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 30 ton/h

12,608 e 19,718 de 28,473 bcd 36,853 ab 18,568 de 19,203 de 19,333 de 27,865 bcd 25,800 bcde 35,058 abc 31,315 bcd 18,758 de 21,040 cde 17,983 de 24,185 bcde 17,355 de 25,060 bcde 47,613 a

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak ada beda nyata pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F taraf α = 5% dan uji DMRT Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap berat kering tanaman menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4i). Pada tabel 5. menunjukan bahwa perlakuan F3 (briket azolla 50% dan arang sekam 50% dengan dosis 30 ton/hektar) berbeda nyata dengan semua perlakuan, kecuali dengan perlakuan D1 (briket azolla 30% dan arang sekam 70% dengan dosis 10 ton/hektar), dan D2 (briket azolla 30% dan arang sekam 70% dengan dosis 20 ton/hektar).

Pada gambar 9 menunjukan bahwa perlakuan F3 (dosis briket 30 ton/hektar dengan macam komposisi briket 50 % azolla : 50 % arang sekam) memberikan berat kering tanaman yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lainya. Hal ini diduga karena penambahan briket azolla-arang sekam akan meningkatkan profliferasi akar berupa pertumbuhan sel akar yang signifikan sehingga lebih banyak dan panjang. Akar yang panjang dan banyak akan menghasilkan berat kering tanaman yang tinggi pula.


(2)

12

B. Hasil Analisis Pertumbuhan Caisim

Tabel 5. Hasil uji jarak berganda Duncan taraf kesalahan 5% terhadap laju ertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih

Perlakuan Laju Pertumbuhan

Relatif

Laju Asimilasi Bersih 0% azolla : 100% arang sekam 10 ton/h

10% azolla : 90% arang sekam 10 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 10 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 10 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 10 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 10 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 20 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 20 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 20 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 20 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 20 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 20 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 30 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 30 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 30 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 30 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 30 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 30 ton/h

0,07025 de 0,10025 ab 0,10725 a 0,09625 abcd 0,08025 bcde 0,07300 cde 0,08000 bcde 0,10725 a 0,07600 bcde 0,07900 bcde 0,09250 abcd 0,06525 e 0,06125 e 0,07200 cde 0,08075 bcde 0,05525 e 0,08050 bcde 0,09775 abc

0,01275 f 0,02950 cdef 0,04550 abcd 0,05875 ab 0,02075 def 0,02400 cdef 0,02150 cdef 0,04425 abcd 0,02750 cdef 0,04675 abc 0,04275 bcde 0,01675 f 0,01750 ef 0,01825 ef 0,02850 cdef 0,01300 f 0,02850 cdef 0,06775 a

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak ada beda nyata pengaruh antar perlakuan berdasarkan uji F taraf α = 5% dan uji DMRT

1. RGR (Relative Growth Rate) atau Laju Pertumbuhan Relatif

Laju pertumbuhan relatif merupakan kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan berat kering awal tiap berat tiap satuan waktu. Rerata laju pertumbuhan relatif dapat dilihat pada tabel 5.

Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap laju pertumbuhan relatif menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4j). Pada tabel 6. menunjukan bahwa perlakuan B1 (briket azolla 10% dan arang sekam 80% dengan dosis 10 ton/hektar) dan C1 (briket azolla 20% dan arang sekam 80% dengan dosis 10 ton/hektar) berbeda nyata dengan semua perlakuan, kecuali dengan perlakuan B1 (briket azolla 10% dan arang sekam 90% dengan dosis 10 ton/hektar), D1 (briket azolla 30% dan arang sekam 70% dengan dosis 10 ton/hektar), E2 (briket azolla 40% dan arang sekam 60% dengan dosis 20 ton/hektar), dan F2 (briket azolla 50% dan arang sekam 50% dengan dosis 20 ton/hektar).


(3)

13

Pada gambar 10 menunjukan bahwa perlakuan C1 (dosis briket 10 ton/hektar dengan macam komposisi briket 20 % azolla : 80 % arang sekam) dan B2 (dosis briket 20 ton/hektar dengan macam komposisi briket 10 % azolla : 90 % arang sekam) memberikan berat kering tanaman caisim lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan macam komposisi briket yang lainnya. Nilai laju pertumbuhan relatif yang tinggi pada perlakuan C1 (dosis briket 10 ton/hektar dan macam komposisi briket 20 % azolla : 80 % arang sekam) dan B2 (dosis briket 20 ton/hektar dengan macam komposisi briket 10 % azolla : 90 % arang sekam)menunjukan kemampuan tanaman secara individual eksponensial yang menandakan berat kering (biomassa) yang cukup tinggi dengan tanaman yang lainnya.

2. NAR (Net Assimilation Rate) atau Laju Asimilasi Bersih

Laju asimilasi bersih (LAB) merupakan kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan luas daun tiap satuan waktu. Nilai LAB paling tinggi nilainya pada saat tumbuhan masih kecil dan sebagian besar daunnya terkena sinar matahari langsung. Rerata LAB dapat dilihat pada tabel 5.

Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap laju asimilasi bersih menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4k). Pada tabel 6. menunjukan bahwa perlakuan F3 (briket azolla 50% dan arang sekam 50% dengan dosis 10 ton/hektar) berbeda nyata dengan semua perlakuan, kecuali dengan perlakuan C1 (briket azolla 20% dan arang sekam 80% dengan dosis 10 ton/hektar), D1 (briket azolla 30% dan arang sekam 70% dengan dosis 10 ton/hektar), B2 (briket azolla 10% dan arang sekam 90% dengan dosis 20 ton/hektar), dan D2 (briket azolla 30% dan arang sekam 70% dengan dosis 20 ton/hektar).

Pada gambar 11 menunjukan bahwa perlakuan F3 (dosis briket 30 ton/hektar dengan macam komposisi briket 50 % azolla : 50 % arang sekam) memberikan berat kering tanaman caisim lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan macam komposisi briket yang lainnya. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan dosis briket 30 ton/hektar dengan macam komposisi briket 50 % azolla : 50 % arang sekam dapat merubah energi cahaya oleh daun menjadi energi kimia dan mengakumulasikan dalam bentuk bahan kering (biomassa) secara maksimal dalam proses fotosintesis.


(4)

14

C. Hasil Pengamatan Variabel Hasil Caisim

Berat basah daun tanaman (konsumsi) diukur dengan cara melakukan penimbangan tanpa akar dan batang dalam kondisi segar pada umur 4 MST setelah dicabut dari polybag. Rerata basah daun dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 6. Rerata berat basah daun (gram), indeks panen, dan hasil (ton/hektar) Perlakuan Berat Basah Daun (gram) Indeks Panen Hasil (ton/hektar) 0% azolla : 100% arang sekam 10 ton/h

10% azolla : 90% arang sekam 10 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 10 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 10 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 10 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 10 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 20 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 20 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 20 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 20 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 20 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 20 ton/h 0% azolla : 100% arang sekam 30 ton/h 10% azolla : 90% arang sekam 30 ton/h 20% azolla : 80% arang sekam 30 ton/h 30% azolla : 70% arang sekam 30 ton/h 40% azolla : 60% arang sekam 30 ton/h 50% azolla : 50% arang sekam 30 ton/h

71,09 75,05 88,16 68,95 80,80 75,87 61,07 101,12 93,25 88,57 84,63 88,52 79,50 72,34 89,17 59,88 75,10 102,50 0,4123 0,3578 0,3243 0,2360 0,3978 0,4273 0,3040 0,3020 0,3313 0,4908 0,3055 0,3805 0,4360 0,3285 0,2703 0,4695 0,3050 0,2023 17,774 18,762 22,039 17,237 20,200 18,968 15,267 25,281 23,312 22,143 21,156 22,131 19,876 18,085 22,292 14,970 18,777 25,624 a. Berat basah daun (gram)

Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap berat basah daun menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4l). Pada tabel 6. menunjukan bahwa perlakuan B2 (briket azolla 10% dan arang sekam 90% dengan dosis 20 ton/hektar) berbeda nyata dengan semua perlakuan, kecuali dengan perlakuan A2 (briket azolla 0% dan arang sekam 100% dengan dosis 20 ton/hektar).

Berikut ini disajikan histogram berat basah daun tanaman caisim pada umur 4 MST dapat dilihat pada gambar 12.

Pada gambar 12 menunjukan bahwa perlakuan B2 (dosis briket 20 ton/hektar dengan macam komposisi briket 10 % azolla : 90 % arang sekam) memberikan berat kering tanaman caisim lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan macam komposisi briket yang lainnya.


(5)

15 b. Indeks panen

Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap indeks panen menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4m). Hasil rerata panjang akar tanaman caisim dapat dilihat pada tabel 6. pengaruh dosis briket dan macam komposisi briket azolla-arang sekam pada semua perlakuan yang diberikan menunjukan tidak beda nyata terjadi diduga karena

Berikut ini disajikan histogram indeks panen tanaman caisim pada umur 4 MST dapat dilihat pada gambar 13.

Pada gambar 13 menunjukan bahwa perlakuan D2 (dosis briket 20 ton/hektar dengan macam komposisi briket 30 % azolla : 70 % arang sekam) memberikan berat kering tanaman caisim lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan macam komposisi briket yang lainnya.

c. Hasil (ton/hektar)

Berdasarkan hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5% terhadap hasil tanaman menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan dosis briket dan macam komposisi briket yang diberikan tidak menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (lampiran 4n). Pada tabel 6. menunjukan bahwa perlakuan B2 (briket azolla 10% dan arang sekam 90% dengan dosis 20 ton/hektar) berbeda nyata dengan semua perlakuan, kecuali dengan perlakuan A2 (briket azolla 0% dan arang sekam 100% dengan dosis 20 ton/hektar).

Pada gambar 14(a) menunjukan bahwa perlakuan C2 (dosis briket 20 ton/hektar dengan macam komposisi briket 20 % azolla : 80 % arang sekam) memberikan berat kering tanaman caisim lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan macam komposisi briket yang lainnya.


(6)

16

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan.Perlakuan briket azolla-arang sekam tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, berat basah tanaman, berat kering daun tanaman, berat basah daun tanaman, indeks panen, dan hasil tanaman. Sedangkan pada parameter berat basah akar, berat kering akar, berat kering tanaman, laju pertumbuhan relatif dan laju asimilasi bersih semua perlakuan briket azolla-arang sekam yang diujikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Aplikasi briket azolla (50%) - arang sekam (50%) dengan dosis 30 ton/hektar cenderung memberikan hasil caisim lebih baik

Saran. Penelitian perlu diteliti lebih lanjut dengan menguji secara langsung di lapangan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu, perlu juga perlu diteliti lebuh lanjut mengenai ukuran briket yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian, 2006 dalam Dewi Mayang Pertiwi, 2008. Analisis Usahatani Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada “RR ORGNAIK FARM”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas Pertanian Bogor.

Engelstad, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. Terjemahan D. H. Goenadi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Kingkin Pratiwi Rakhmawati, dkk. 2011. Analisi Efisiensi Usaha Tani Sawi Caisim (Brassica juncea L.) Studi Kasus di kelompok tani agribisnis “ASPAKUSA MAKMUR” Teras Kabupaten. Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Farming Semarang.

Lakitan, B. 1995. Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo Persada. Jakarta.

Salikin, K. A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas HAsil dan Resistensi Alami Tanaman. Prestasi Pustaka. Jakarta.