Latar Belakang Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesatnya kemajuan yang dicapai umat manusia dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad modern ini, serta cepatnya laju pertumbuhan jumlah penduduk dunia telah mengakibatkan dieksploitasinya sumber daya alam secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan hidup umat manusia yang begitu besar dan kompleks. Peningkatan kebutuhan hidup ini secara langsung menyebabkan meningkatnya konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi ini dalam jangka panjang akan menimbulkan berbagai permasalahan. Salah satu permasalahannya adalah semakin meningkatnya volume sampah yang dihasilkan manusia. Kondisi inilah yang akhir-akhir ini dihadapi kota-kota besar di Indonesia. Kota sebagai pusat aktivitas penduduk, akan selalu tumbuh dan berkembang secara dinamis dalam frekuensi yang cepat. Hal ini sebagaimana dikemukakan Gallion dan Eisner 1996:3, bahwa : Suatu daerah perkotaan dapat juga didefinisikan sebagai gabungan sel lingkungan perumahan atau tempat dimana orang bekerja bersama untuk kepentingan umum. Jenis daerah perkotaan bisa beragam sebesar beragamnya berbagai kegiatan yang dilakukan di sana, alat-alat produksi dan bermacam-macam barang perdagangan, transportasi, pengadaan barang dan jasa atau gabungan dari semua aktivitas-aktivitas tersebut. Namun demikian, pesatnya perkembangan industri, perdagangan dan 1 Universitas Sumatera Utara jumlah penduduk kota, akhir-akhir ini dirasakan sudah tidak seimbang lagi dengan daya dukung alamnya. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung secara pelan tapi pasti mulai berkembang menjadi kota Metropolitan. Tipe kota seperti ini selalu mempunyai masalah dengan keterbatasan fungsi lahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gallion dan Eisner 1996:116,bahwa : Ciri buruk dari kota besar adalah tiadanya skala yang manusawi. Kesan lingkungan dirusak oleh kelabunya kota-kota industri. Dengan berkembangnya kota-kota ke arah atas dan samping, maka penduduk meninggalkan pusat-pusat kota untuk pergi ke pinggiran. Lingkungan- lingkungan tempat tinggal satelit di negara-negara barat menempel pada jalur-jalur ekonomi kota yang ada, dan wilayah-wilayah permukiman perkotaan terbesar sebenarnya memanjang yang menerus. Tetapi perluasan kawasan pinggiran menghabiskan ruang-ruang yang semula akan dilestarikan, dan memperpanjang fasilitas umum dan jalur komunikasi kota secara berkelebihan. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya keseimbangan fungsi lingkungan kota. Hal ini tercermin dari timbulnya pencemaran udara dan pencemaran sungai, yang berasal dari kehidupan kota-kota tersebut. Disisi lain dengan semakin meningkatnya peradaban manusia, tuntutan akan pentingnya kebersihan kota juga semakin besar. Hal ini tentu berkaitan dengan upaya manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan sesuai dengan hakekat dan tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Salah satu unsur yang secara langsung terkait dengan kebersihan dan keindahan lingkungan adalah masalah sampah. Persoalan sampah inilah yang akhir-akhir ini menjadi fenomena aktual kota-kota besar di Indonesia. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia danatau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1 sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2 sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3 sampah yang berupa debuabu; dan 4 sampah yang berbahaya B3 bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya. Berdasarakan kajian “Peningkatan Pelayanan Kebersihan di Kawasan Perkotaan” yang dilakukan oleh Pusat Kajian dan Diklat Aparatur Lembaga Administrasi Negara Bandung pada tahun 2007, salah satu kota di Indonesia yang mempunyai masalah dengan sampah adalah Kota Medan. Sebagai kota Metropolitan, Kota Medan tentu menghadapi masalah kompleks berkaitan dengan jumlah penduduk dan keterbatasan fungsi lahan. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap strategi pembangunan kota. Berkaitan dengan permasalahan aktual yang dihadapi kota-kota Metropolitan di Indonesia, maka pengelolaan sampah menjadi bagian penting dari upaya menciptakan iklim kota yang kondusif. Seperti hal-nya kota-kota besar di Universitas Sumatera Utara Indonesia, Medan pun tidak lepas dari masalah klasik yang berkaitan dengan sampah. Besarnya jumlah penduduk, keterbatasan fungsi lahan dan tingginya tingkat konsumsi mengakibatkan bertumpuknya sampah diberbagai sudut kota. Menurut Sudrajat 2002 : 6, Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial, bahkan sampah dapat dikatakan sebagai masalah kultural, karena dampaknya terkena pada berbagai sisi kehidupan, terutama di kota-kota besar seperti: Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Palembang dan Medan. Menurut Prakiraan volume sampah yang dihasilkan per-orang rata-rata 0,5 kgkapitahari. Pada tahun 2007, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.083.156 jiwa. Dibanding hasil sensus Penduduk tahun 2000 terjadi pertumbuhan penduduk tahun 2000-2007 sebesar 1,28 pertahun, dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 7858 jiwakm² . Sementara menurut data Dinas Kebersihan Kota Medan pada tahun 2009 dengan pertambahan penduduk Kota Medan sebesar 2.578.315 jiwa menghasilkan sampah sebesar 5.616 m³hari 1.404 tonhari dengan volume sampah sebesar itu jika tidak dilakukan dengan manajemen pengelolaan yang baik akan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Growth Centre Wilayah I Sumut-NAD tahun 2010 juga menjelaskan di Tempat Pembuangan Akhir TPA Namo Bintang dan Desa Terjun menunjukkan sumber sampah berasal dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan Universitas Sumatera Utara di Kota Medan, Komposisi sampah terdiri dari 70,69 persen bahan organik dan 29,31 persen bahan anorganik. Ditempat-tempat tertentu, khususnya di setiap permukiman padat penduduk, hampir selalu ditemukan tumpukan sampah. Kondisi ini dapat ditemui antara lain wilayah Kecamatan Medan Area sekitar Sukaramai. Tumpukan sampah yang berserakan disekitar TPS Tempat Pembuangan Sementara Aksara, menjadi pemandangan yang kurang menyenangkan. Bahkan pada waktu-waktu tertentu tumpukan sampah tersebut dibiarkan berserakan di badan jalan. Akibatnya banyak pemakai jalan yang merasa terganggu dengan kondisi jalan yang kotor, becek dan bau. Tumpukan sampah lainnya yang ditemukan adalah sekitar 10 meter dari simpang Jalan Adam MalikGelugur By Pass yang sangat meresahkan masyarakat. Menurut warga kondisi itu sudah berlangsung sedemikian lama. Bahkan sejak tahun 2006, keluhan menumpuknya sampah sudah disampaikan ke kelurahan, sampai ke Walikota dan DPRD Medan, namun tidak mendapat respon. Meskipun tersedia tempat pembuangan sementara, tetap saja sampah yang dihasilkan masyarakat melebihi kapasitas yang tersedia. Hal ini disebabkan karena proses pembuangan sampah dari TPS ke TPA Tempat Pembuangan Akhir yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan sering terlambat. Akibatnya sampah yang tidak tertampung di TPS menumpuk dan berserakan ke tempat-tempat sekitarnya. Selain menimbulkan bau tidak enak, sampah yang berserakan tersebut juga Universitas Sumatera Utara menyebabkan lingkungan sekitarnya terkesan menjadi kumuh, sehingga mengganggu pemandangan. Fenomena lebih serius dapat dilihat di pasar-pasar besar di Kota Medan. Berdasarkan pengamatan sementara di sekitar Pasar Kampung Lalang, Pasar Melati, Pasar Mandala, sampah yang dihasilkan para pedagang hanya dibuang sembarangan disekitar tempat mereka berdagang. Mereka sama sekali tidak menyediakan tempat khusus sebagai penampungan sampah sementara di kios mereka. Akibatnya lorongjalan yang digunakan untuk berbelanja menjadi kotor oleh daun-daunan, buah-buahan, plastik, kertas pembungkus dan sebagainya. Yang lebih parah lagi, sampah-sampah tersebut kadang-kadang bercampur dengan air bekas mencuci ikan atau daging yang dibuang sembarangan. Akibatnya lorong pasar menjadi becek dan bau. Hal ini tentu mengakibatkan kenyamanan masyarakat yang berbelanja menjadi kurang nyaman. Selain itu depan pasar juga sering ditemukan tumpukan sampah yang berserakan sampai ke trotoar dan badan jalan. Berdasarkan pengamatan sementara hal ini disebabkan karena keterlambatan pengangkutan sampah dari TPS yang hal ini disebabkan karena keterlambatan pengangkutan sampah dari TPS yang tersedia di pasar yang bersangkutan ke TPA terdekat. Fenomena lainnya adalah masih sering dijumpai sampah yang berserakan disekitar trotoar dan badan jalan-jalan umum kota Medan. Jalan protokol seperti jalan Bakti, Simpanglimun serta hampir disepanjang jalan Veteran merupakan Universitas Sumatera Utara jalan yang sangat rawan dengan sampah yang dihasilkan para pedagang kaki lima. Sampah tersebut selain berasal dari pengguna jalanpejalan kaki, juga berasal dari pedagang kaki lima yang memanfaatkan trotoar dan sebagian badan jalan sebagai tempat usaha mereka. Sampah yang berserakan di pinggir-pinggir jalan protokol tersebut tidak saja mengganggu pemandangan para pejalan kaki dan pengendara, namun lebih dari itu juga dapat mencoreng citra kota Medan sebagai pusat pemerintahan. Kondisi ini memaksa pemerintah daerah memacu kemampuan untuk mengelola sampah dengan baik dan benar berdasarkan pengetahuan yang relative minim. Namun hasil ini belum seperti yang diharapkan, dimana niat baik pemerintah itu masih jauh dari memadai bila diukur dari sistem dan metode pengelolaan sampah yang efektif, aman, sehat, ramah lingkungan dan ekonomis. Bahkan pada umumnya penanganan sampah ini masih terkesan sesuatu yang business as usual dan rutinitas semata yang memandang sampah sebagai barang buangan yang menjijikkan sehingga penanganannya dipahami hanya sebatas urusan memindahkan, membuang, dan memusnahkan dengan cara yang sangat tidak aman dan cenderung mencemari lingkungan. Dari kacamata pemerintahan, kerapkali pengelolaan sampah dipahami sangat sektoral yakni hanya dikelola oleh Dinas Kebersihan semata dan berorientasi keproyekan, yakni masalah sampah menjadi dasar dan alasan Dinas berwenang untuk memunculkan usulan-usulan proyek seputar pengelolaan Universitas Sumatera Utara sampah. Hal ini kerap diperparah oleh suatu pemahaman bahwa pengelolaan sampah hanya sebatas pada bagaimana menarik dana sebanyak mungkin dari retribusi sampah. Di lain pihak pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pembayar retribusi amat minim. Misalnya keluhan lamban dalam pengumpulan sampah, TPS dibiarkan berserakan, diangkut dengan truk yang bercecerana dan sebagainya. Padahal dalam pengelolaan sampah tidak hanya murni ekonomi dan bersifat komersial profit motive tetapi juga menghadirkan aspek pelayanan umum public service yang merupakan tanggung jawab pemerintahinstansi publik. Dengan demikian ada kejelasan tanggung jawab sosial social responsibility, tanggung jawab hukum liability, dan terpenuhinya kewajiban adanya akuntabilitas publik public accountability. Berbagai fenomena di atas menunjukkan bahwa penanganan sampah, baik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota maupun masyarakat belum berjalan dengan efektif. Sebagai institusi yang memegang mandat menangani masalah kebersihan kota, Dinas Kebersihan Kota Medan dituntut untuk bekerja lebih serius. Fenomena di atas bisa menjadi gambaran bahwa masalah sampah merupakan masalah serius yang harus segera ditangani oleh Dinas Kebersihan Kota Medan. Sebagai institusi pelayanan masyarakat Dinas Kebersihan Kota Medan dituntut untuk lebih profesional dalam memberikan pelayanan kebersihan kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara Persoalan penanganan persampahan tidaklah mudah, melibatkan banyak pelaku, memerlukan teknologi, membutuhkan dana fasilitas yang cukup dan memerlukan keinginan yang kuat untuk melaksanakanannya, termasuk kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk berperan dalam menjaga kebersihan dilingkungannya terutama sekali yang berkaitan dengan sampah yang dirasakan masih rendah. Tantangan dan permasalahan inilah yang menjadi beban bagi Pemerintah Kota Medan yang perlu dicari pemecahannya, sehingga peranan masyarakat dan pemerintah dapat terlaksana berhasil guna dan berdaya guna dalam pengelolaan sampah, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, salah satunya pelayanan di bidang kebersihan, sekaligus juga mewujudkan ketentuan Pasal 3 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang berbunyi “Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi”. Pada sisi yang lain hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak masyarakat. Hak ini menurut Heinghard dalam Hardjasoemantri 2002:93 bahwa apa yang dinamakan hak-hak subyektif adalah bentuk yang paling luas dari perlindungan seseorang. Hak tersebut memberikan kepada yang mempunyainya suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya akan suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat itu dihormati, suatu tuntutan yang dapat Universitas Sumatera Utara didukung oleh prosedur hukum, dengan perlindungan hukum oleh pengadilan dan perangkat-perangkat lainnya. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh masalah penanganan sampah di Kota Medan dalam Tesis yang berjudul: “Efektivitas Pengelolaan Sampah Dalam Menciptakan Kebersihan Lingkungan Di Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Peran Dinas Kebersihan Kota Medan Dalam Penanganan dan Pengelolaan Sampah di Kota Medan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Baru)

1 26 84

Pengelolaan Bank Sampah Mutiara Dalam Menciptakan Kebersihan di Lingkungan Xviii Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2016

3 30 109

Pengelolaan Bank Sampah Mutiara Dalam Menciptakan Kebersihan di Lingkungan Xviii Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2016

0 0 15

Pengelolaan Bank Sampah Mutiara Dalam Menciptakan Kebersihan di Lingkungan Xviii Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Pengelolaan Bank Sampah Mutiara Dalam Menciptakan Kebersihan di Lingkungan Xviii Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2016

0 0 8

Pengelolaan Bank Sampah Mutiara Dalam Menciptakan Kebersihan di Lingkungan Xviii Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2016

0 0 22

Pengelolaan Bank Sampah Mutiara Dalam Menciptakan Kebersihan di Lingkungan Xviii Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Pengelolaan Bank Sampah Mutiara Dalam Menciptakan Kebersihan di Lingkungan Xviii Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2016 Appendix

0 0 6

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM UPAYA MENCIPTAKAN KOTA YANG BERKELANJUTAN (Studi tentang Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Semarang) - Unissula Repository

1 1 141

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM UPAYA MENCIPTAKAN KOTA YANG BERKELANJUTAN (Studi tentang Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Semarang) - Unissula Repository

1 2 139