5
BAB II PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Nyeri
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis makan, minum, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi
diri Potter dan Patricia, 1997. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu
kebutuhan individu. Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan klien adalah nyeri. Menurut International Association for Study of Pain 1979 dalam Potter
dan Perry 2005, mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan bersifat actual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian- kejadian dimana terjadi kerusakan. Nyeri dapat merupakan faktor utama yang
menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit.
1. Pengkajian
Menurut NIH 1986, McGuire 1992, dalam Potter dan Perry 2005, Pengkajian nyeri yang tepat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menegakkan
diagnose keperawatan yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respon klien terhadap terapi. Walaupun pengkajian nyeri
6
merupakan aktivitas yang paling umum dilakukan perawat, pengkajian nyeri merupakan salah satu pengkajian yang sulit dilakukan. Perawat harus menggali
pengalaman nyeri dari sudut pandang klien. Penting untuk menginterpretasi secara cermat tanda-tanda nyeri mengingat komponen fisik dan psikologis dari suatu
nyeri mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri. Saat mengkaji nyeri, perawat harus sensitif terhadap tingkat kenyamanan klien.
Apabila nyeri bersifat akut atau parah, ada kemungkinan klien dapat memberi penjelasan yang terinci tentang pengalaman nyerinya secara keseluruhan. Selama
episode nyeri akut, tindakan perawat yang utama adalah mengkaji perasaan klien, menetapkan respon fisiologi klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri, tingkat
keparahan, dan kualitas nyeri. Untuk klien yang mengalami nyeri kronik, cara pengkajian yang paling baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada
dimensi perilaku, afektif, kognitif, perilaku dari pengalaman nyeri dan pada riwayat nyeri tersebut atau konteks nyeri tersebut.Pengkajian nyeri yang
dilakukan meliputi pengkajian data subjektif dan data objektif.
1. Data Subjektif
a. Intensitas skala nyeri
Karakteristik nyeri yang paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang, atau parah. Namun, makna istilah tersebut berbeda bagi klien dan perawat. Skala deskriptif merupakan
pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal Verbal Descriptor Scale merupakan sebuah garis yang terdiri dari lima kata
pendeskripsi yaitu “tidak nyeri, sampai nyeri tidak tertahankan”. Skala Penilaian
7
Numerik Numerical Rating Scale lebih digunakan sebagai alat pengganti deskripsi kata yang menggunakan skala 0-10 dimana 0 mengindikasikan adanya
nyeri, dan 10 mengindikasikan nyeri yang sangat hebat.
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 Tidak ada nyeri
nyeri sedang nyeri berat Gambar Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10
b. Karakteristik nyeri
Adapun karakteristik nyeri menggunakan metode P, Q, R, S, T diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Faktor pencetus P: provocate : perawat mengkaji tentang penyebab atau
stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai
adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa saja yang mencetuskan nyeri.
2. Kualitas Q: quality : kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang
diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih,
perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan. Perawat sebaiknya tidak
memberikan kata-kata deskriptif pada klien. Pengkajian akan lebih akurat apabila klien mampu mendeskripsikan sensasi yang dirasakannya setelah
8
perawat mengajukan pertanyaan terbuka. Misalnya, perawat dapat mengatakan, “Coba jelaskan pada saya, seperti apa nyeri yang Anda rasakan.” Perawat dapat
memberikan klien daftar istilah untuk mendeskripsikan nyeri hanya apabila klien tidak mampu menggambarkan nyeri yang dirasakannya. McCaffery dan
Beebe 1989 melaporkan bahwa kualitas menusuk pricking, terbakar, dan sakit adalah bermanfaat mendeskripsi nyeri tahap awal. Pada kesempatan
selanjutnya klien dapat memilih istilah yang lebih deskriptif. 3.
Lokasi R: region : untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien menunjukkan semua bagiandaerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini
akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus menyebar. Dalam mencatat lokasi nyeri, perawat menggunakan titik-titik penandaan anatomic
dan peristilahan yang deskriptif. Pernyataan “Nyeri terdapat di kuadran abdomen kanan atas,” adalah pernyataan yang lebih spesifik dibanding “Klien
mengatakan bahwa nyeri terasa di abd omen.” Dengan mengetahui penyakit
yang klien alami, membantu perawat dalam melokalisasi nyeri dengan lebih mudah. Nyeri, di klasifikasi menurut lokasi, mungkin superficial atau kutaneus,
dalam atau viseral, atau teralih atau meradiasi. 4.
Keparahan S: Severe : tingkat keperahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, sedang, berat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
objektif. Skala pendeskripsi verbal Verbal Descriptor Scale, VDS merupakan
9
sebuah garis yang terdiri dari tiga samppai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking
dar i “tidak terasa nyeri” sampai”nyeri yang tidak tertahankan.”perawat
menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri
terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori
untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian numeric Numerical Rating Scales, NRS lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,
klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terepeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasi patokan 10 cm AHCPR, 1992.
5. Durasi T: Time : perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan,
durasi, dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri dirasakan?, apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap
hari?, seberapa sering nyeri kambuh?, atau yang lainnya dengan kata yang semakna.
Pengkajian dengan pendekatan PQRST dapat membantu perawat dalam menentukan rencana intervensi yang sesuai Muttaqin, 2011.
10
Tabel Pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST Muttaqin, 2011
Variabel Deskripsi dan Pertanyaan
Faktor Pencetus P: Provoking Incident
Pengkajian untuk mengindentifikasi faktor yang menjadi predisposisi nyeri.
- Bagaimana peristiwa sehingga terjadi
nyeri? -
Faktor apa saja yang bisa menurunkan nyeri?
Kualitas Q: Quality of Pain
Pengkajian untuk menilai bagaimana rasa nyeri dirasakan secara subyektif. Karena
sebagian besar deskripsi sifat dari nyeri sulit ditafsirkan.
- Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
pasien? -
Bagaimana sifat nyeri yang digambarkan pasien?
Lokasi R: Region
Pengkajian untuk mengindentifikasi letak nyeri secara tepat, adanya radiasi dan
penyebabnya. -
Dimana dan tunjukan dengan satu jari rasa nyeri paling hebat mulai dirasakan?
- Apakah rasa nyeri menyebar pada area
sekitar nyeri? Keparahan
Pengkajian untuk menentukan seberapa jauh
11
S: Scale of Pain rasa nyeri yang dirasakan pasien. Pengkajian
ini dapat dilakukan berdasarkan skal nyeri dan pasien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit memengaruhi kemampuan fungsinya. Berat ringannya suatu keluhan nyeri bersifat
subyektif. -
Seberapa berat keluhan yang dirasakan. -
Dengan menggunakan rentang 0-9. Keterangan:
0 = Tidak ada nyeri 1-2-3 = Nyeri ringan
4-5 = Nyeri sedang 6-7 = Nyeri hebat
8-9 = Nyeri sangat 10 = Nyeri paling hebat
Waktu T: Time
Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari. -
Kapan nyeri muncul? -
Tanyakan apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga?
- Tanyakan apakah gejala-gejala timbul
secara terus-menerus atau hilang timbul. -
Tanyakan kapan terakhir kali pasien merasa nyaman atau merasa sangat sehat.
12
c. Faktor yang meredakan atau memperberat nyeri
Perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang memperberat nyeri pasien misalnya peningkatan aktivitas, perubahan suhu, stres dan yang lainnya, sehingga dengan
demikian perawat dapat memberikan tindakan yang tepat untuk menghindari peningkatan respon nyeri pada klien. Faktor yang meredakan nyeri, misalnya
gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obatan bebas, dan apa yang dipercaya pasien dapat membantu mengatasi nyerinya. Akan sangat
bermanfaat apabila perawat mengetahui apakah klien mempunyai cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri seperti merubah posisi, melakukan tindakan
ritual melangkah, berayun-ayun, menggosik makan, meditasi, atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres dingi atau hangat. Metode klien seringkali
juga berhasil digunaakan oleh perawat. Klien merasa nyaman apabila ia mengetahui bahwa perawat bersedia membantu menghilangkan nyeri. Copp
1990 menemukan bahwa klien mengembangkan metode untuk mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan terus menerus. Mereka menggunakan berbagai
aktivitas yang menggunakan otot, metode verbal berdoa atau mengutuk, dan melatih konsentrasi. Di rumah, perawat harus yakin bahwa tindakan mengatasi
nyeri seperti meletakkan kantong es yang padat di lokasi nyeri dilakukan dengan cara yang aman.
d. Efek nyeri terhadap klien
Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-harinya. Apabila klien mengalami nyeri maka perawat perlu
mengkaji kata-kata yang diucapkan, respon verbal meringis, menangis, gerakan wajah dan tubuh meringis sambil mengguling ke kanan, melindungi area nyeri,
13
interaksi sosial klien, dan aktivitas klien. Pada aktivitas sehari-hari nyeri menyebabkan klien kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin. Seperti
pada kehidupan sehari-hari, misalnya tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas-aktivitas santai.
e. Kekhawatiran klien tenteng nyeri
Kekhawatiran klien tentang nyeri dapat meliputi berbagai masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan citra
diri. f.
Persepsi klien tentang nyeri Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien tentang nyeri, bagaimana
klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan disekitarnya.
g. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri
Terkadang individu memiliki cara masing- masing dalam beradaptasi terhadap nyeri. Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang
biasa klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia rasakan.
2. Data Objektif