Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan DasarNutrisi Di Lingkungan IX Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas
Asuhan Keperawatan pada An.A dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi
di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Jamal Usman
122500128
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUNI 2015
(2)
i
(3)
(4)
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala Puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam, yang Maha Menciptakan, Menghidupkan dan Mematikan, yang Rahmat-Nya meliputi langit dan bumi, dunia dan akhirat dan kepada-Nyalah semua akan kembali. Shalawat serta salam mudah-mudahan terlimpah kepada Nabiullah Muhammad SAW, yang membawa umat manusia dari alam gelap gulita ke alam yang terang benderang.
Tak lupa pula penulis mensyukuri segala Rahmat dan Karunia yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul ”Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan DasarNutrisi Di Lingkungan IX Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menghadapi hambatan, tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat. 1. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, yang
telah menyediakan sarana dan prasarana selama pendidikan di Fakultas Keperawatan USU .
2. Ibu Nur Afi Darti, SKp, M.Kep selaku ketua prodi yang telah banyak membantu kami selama pendidikan diploma baik yang tampak maupun yang tidak kami ketahui, terimakasih banyak bu.
3. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp,. MARS selaku dosen pembimbing yang begitu banyak memberikan sumbangsih pemikiran, saran, nasehat dan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan selama proses bimbingan di dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Mahnum Lailan Nst, S.Kep.,Ns.M.kep selaku penguji yang begitu banyak memberikan masukan dan saran demi kelengkapan Karya Tulis Ilmiah ini.
(5)
iv
5. Bapak & Ibu Dosen beserta Staf Pengajar fakultas keperawatan USU yang telah memberikan kuliah dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakutas Keperawatan USU.
6. Spesial buat ayahanda Nasruddin dan ibunda tercinta Zuniar dan saudara- saudaraku tersayang,serta semua keluarga yang tidak sempat dituliskan namanya dalamlembaran ini terimakasih banyak telah memberikan do’a, support, kasih sayang serta dukungan moril yang tak terhitung nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya.
7. Terima kasih juga kepada teman seperjuangan saya Nova Syafriana, Sartika, Herman Lubis yang telah membantu saya dan memberi semangat kepada saya dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah saya.
Semoga tuhan yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan yang diberikan. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat umumnya dan tenaga keperawatan khususnya dalam memberikan Asuhan Keperawatan. Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT semoga apa yang telah diperbuat bernilai ibadah disisi-Nya.
Medan, Juli 2015
(6)
v DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……... i
LEMBAR PENGESAHAN………..... ii
KATA PENGANTAR………...... iii
DAFTAR ISI………...... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1
B. Tujuan………... 3
C. Manfaat………... 4
BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Nutrisi 1. Pengertian Nutrisi………... 6
2. Komponen zat gizi,manfaat dan fungsinya……… 7
3. Kebutuhan Energi………... 21
4. Penggunaan energi oleh tubuh………... 22
5. Kelompok rentan gizi………... 24
B. Asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan nutrisi 1. Pengkajian………... 26
2. Analisa data………... 33
3. Rumusan masalah………... 34
(7)
vi C. Asuhan keperawatan kasus
1. Pengkajian………... 36
2. Analisa data………... 49
3. Rumusan masalah………... 50
4. Diagnosa keperawatan………... 50
5. Perencanaan………... 51
6. Implementasi………... 53
7. Evaluasi………... 53
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 55
B. Saran ………... 56
DAFTAR PUSTAKA ………... 58
(8)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan peranan yang sangat penting dalam siklus kehidupan manusia. Pada anak kekurangan gizi akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi dari usia dini akan berlanjut ke usia dewasa. Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia (Hidayat, 2006).
Masalah nurtrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolism basal,faktor patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang
mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi,faktor
sosioekonomi seperti adanya kemampuan individu. Status gizi seseorang muncul dari gabungan beberapa faktor yakni faktor lingkungan,genetik dan juga perilaku individu. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi status kesehatan seseorang. Untuk mengatasi gizi kurang diperlukan perubahan sosial
(9)
2
baik gaya hidup,aktivitas fisik,perilaku makan dan disertai penyiapan lingkungan yang kondusif (Notoatmodjo, 2003).
Pada tahun 2012, Indonesia Negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Peringkat kelima karena jumlah penduduk Indonesia juga di urutan empat terbesar dunia, Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia. Hingga hari ini Indonesia masih dihantui kasus gizi buruk.
Angka kasus Gizi buruk ditahun 2013 masih tinggi di sejumlah daerah. Di Aceh sepanjang tahun 2013 sebanyak 1.034 bayi meninggal dunia akibat kekurangan gizi. Angka ini mengalami kenaikan sebesar lima persen jika dibandingkan tahun 2012 yang hanya 985 balita. Kepala Seksi Kesehatan Ibu Anak dan Gizi Dinas Kesehatan Aceh Dr Sulasmi, mengatakan, angka kematian ini disebabkan karena kekurangan gizi baik saat janin masih berada di dalam kandungan maupun usia bayi masih di bawah satu tahun.
Propinsi Banten pada tahun 2013 sebanyak 7.213 balita mengalami gizi buruk dan 53.680 balita kekurangan gizi. Sementara tahun 2012 sebanyak 5.043 balita, tahun 2010 sebanyak 8.737, tahun 2009 sebanyak 7.589 balita penderita gizi buruk. Padahal APBD banten mengalokasi dana cukup besar untuk penanggulangan kasus gizi pada balita. Pada 2010 sekitar Rp 2,5 miliar, naik pada 2011 menjadi Rp 5,4 miliar dan pada 2012 menjadi sekitar Rp 9,7 miliar. Besarnya dana yang dianggarkan tidak berdampak, kasus gizi buruk tetap saja
(10)
3
tinggi setiap tahunnya. Sementara di propinsi Kalimantan Barat, pada tahun 2013 tercatat 212 kasus gizi buruk 7 balita diantaranya meninggal dunia.
Data ini hanya menggambarkan sebagian kecil kasus yang terjadi. Fenomena kasus gizi buruk ini sudah seperti gunung es. Bahkan menteri kesehatan Nafsiah Mboi pesimis jumlah balita penderita gizi burukmenurun mencapai target yang ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Menurut Nafsiah, prevalensi gizi kurang pada balita masih 17,9 persen dan dikhawatirkan target MDGs tidak tercapai.
Pada kasus yang ditemukan di kelurahan Harjosari 2 kecamatan Medan Amplas terdapat anak yang memiliki masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan usia 5 tahun dan berat badan 12 kg,konjungtiva pucat,An.A terlihat lemas,Ny.T mengatakan An.A malas makan dan tidak suka makan sayuran.
Dari latar belakang tersebut,penulis tertarik untuk mengangkat kasus kebutuhan dasar nutrisi. Penulis menggunakan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,diagnosa keperawatan,intervensi,implementasi dan evaluasi dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas”.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada An.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas.
(11)
4 b. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada An.A dengan masalah kebutuhan
nutrisi.
b. Mampu menegakkan diagnosa pada An.A dengan masalah kebutuhan
nutrisi.
c. Mampu memberikan intervensi pada An.A dengan masalah kebutuhan
nutrisi.
d. Mampu memberikan implementasi pada An.A dengan masalah
kebutuhan nutrisi.
e. Mampu melakukan evaluasi pada An.A dengan masalah kebutuhan nutrisi.
3. Manfaat 1. Pendidikan
Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta perawat yang ada dirumah sakit untuk mengambil langkah-langkah asuhan keperawatan dalam upaya peningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar nutrisi.
2. Perawat
Dapat menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan dasar nutrisi.
(12)
5 3. Pasien dan Keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi serta meningkatkan kemandirian bagi keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami masalah kebutuhan nutrisi.
4. Penulis
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar nutrisi pada anak.
(13)
6 BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Nutrisi 1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam kategori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan. Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005).
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan,zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung,aksi,reaksi,dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. ( Tarwoto dan Wartonah,2006).
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti
(14)
7
kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defesiensi seng (Zn), defesiensi vitamin A, defesiensi Thimin, defesiensi Kalium dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi adan anak diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas (Hidayat,2005).
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam kategori zat makanan adalah air,karbohidrat, protein,lemak,vitamin dan mineral. Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolism karbohidrat,protein dan lemak. Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan. Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi,tetapi penting untuk proses metabolism dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry,2005).
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi terdapat sistem tubuh yang berperan adalah sistem pencernaan yang terdiri dari saluran pencernaan dan organ assesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,dan organ assesoris terdiri dari hati,kandung empedu dan pankreas (Alimul Aziz,2012).
2. Komponen Zat Gizi, Manfaat dan Fungsinya.
Zat gizi merupakan unsur yang penting dari nutrisi mengingat zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal apabila tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada
(15)
8
kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal. Ada beberpa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan ank yang jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur.Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro :untuk zat gizi golongan makro terdiri dari kalori dan H2O (air), untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein dan lemak, H2O(air) sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan mineral (Berhman, dkk. 1996).
Dibawah ini akan diuraikan komponen zat gizi sebagai berikut: a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari glukosa, pemecahan energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk asam lemak. Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi kelaparan dana berat badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat yang cukup maka dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, sirup, sukrosa, tepung, dan sayu-sayuran (Aziz Alimul Hidayat 2005).
(16)
9
Karbohidrat mempunyai fungsi antara lain adalah sebagai berikut :
1) Sumber energi, fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh,satu gram karbohidrat menghasilkan empatKkal.
2) Pemberi rasa manis pada makanan, khususnya monosakarida dan disakarida. Fruktosa adalah gula paling manis. Bila tingkat kemanisan sukrosa diberi nilai 1, maka tingkat kemanisan fruktosa adalah 1,7; glukosa 0,7;maltosa 0,4; laktosa 0,2.
3) Penghemat protein, bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun.
4) Pengatur metabolisme lemak. Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna (Ari Yuniastuti. 2008).
Akibat kekurangan karbohidrat antara lain adalah sebagai berikut :
a) Kurangnya tenaga dan tubuh menjadi lemah jika sumber energi yang lain (protein dan lemak) juga kurang mencukupi kebutuhan energi.
b) Lemahnya daya pikir karena otak dan sistem saraf pusat membutuhkan glukosa sebagai sumber energinya.
c) Terhambatnya metabolisme lemak.
d) Protein akan digunakan terlebih dahulu untuk menghasilkan energi sehingga tidak berfungsi lagi sebagai pembangun.
(17)
10
Kelebihan karbohidrat dapat menyebabkan terjadinya kegemukan dan obesitas. Hal ini terjadi kerena kelebihan karbohidrat akan disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagiannya akan diubah menjadi
lemak sebagai cadangan energi (Rahayu Widodo.2009). b. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing dan lainnya.
Dengan demikian, lemak dapat digolongkan menjadi :
1. Lemak dalam tubuh, yaitu lipoprotein (trigliserida, fosfolipid dan
kolesterol) yang bergabung dengan protein dihasilkan dihati dan mukosa usus untuk mengangkut lemak yang tidak larut. Jenis yang terdapat di dalam tubuh adalah HDL (High Dencity Lipoprotein), LDL (Low Dencity Lipoprotein), VLDL (Very Low Dencity Lipoprotein), dan glikolipid (merupakan senyawa lipid yaitu gliserol dan asam lemak bergabung dengan karbohidrat, fosfat, dan atau nitrogen.
2. Lemak yang terdapat dalam bahan pangan dan dapat digunakan oleh tubuh manusia yaitu:
a. Trigliserida banyak ditemukan pada hewani maupun nabati.
b. Asam lemak jenuh (Saturated Fathy Acid-SAFA) yaitu lemak yang tidak dapat mengikat hidrogen lagi, seperti asam palmiat, asam stearat
(18)
11
yang banyak ditemukan pada lemak hewani, keju, mentega, minyak kelapa dan coklat.
c. Asam lemak tidak jenuh ditemukan pada minyak kacang tanah.
d. Fosfolipid ditemukan pada pangan nabati maupun hewani.
e. Kolesterol ditemukan dalam jaringan hewan seperti telur, daging, lemak susu.
Lemak mempunyai fungsi yang cukup banyak, lemak yang terdapat dalam bahan pangan berfungsi sebagai : Sumber energi, di mana tiap gram lemak menghasilkan 9-9,3 Kkal/g,menghemat protein dan thiamin,membuat rasa kenyang lebih lama,pemberi cita rasa dan keharuman yang lebih baik,memberi zat gizi yang lain yang diberikan tubuh. Sedangkan fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai pembangun/pembentuk susunan tubuh,pelindung kehilangan panas tubuh,sebagai penghasil asam lemak esensial,sebagai pelarut vitamin A, D, E, K,sebagai pelumas diantara persendian, sebagai agen pengemulsi yang akan mempermudah transpor substansi lemak keluar masuk melalui membran sel,sebagai prekursor dariprostatglandin yang berperan mengatur tekanan darah, denyut jantung dan lipolisis (Ari yuniastuti. 2008).
Akibat kelebihan dan kekurangan lemak menimbulkan gangguan saraf, penglihatan, pertumbuhan menjadi terhambat, kegagalan reproduksi, gangguan kulit, gangguan ginjal dan hati, sedangkan kelebihan lemak akan menimbulkan obesitas (Rahayu, Widodo. 2009)
Komponen lemak dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit khususnya asam minoleat yang rendah, berat badan kurang, akan tetapi apabila jumlah lemak
(19)
12
yang banyak akan menyebabkan hiperlipidemia, hiperkolesterol atau dapat menyebabkan penyumbatan darah dan lain-lain (Solihin Pudjiadi. 2001).
Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali alvukat) sedikit mengandung lemak (Ari Yuniastuti. 2008)
c. Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasmasel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari 24 asam amino diantaranya 9 asam
amino esensial diantaranya thrionin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triftofan,
penilalanin, metionin dan histidin, selebihnya asam amino non esensial. Jumlah
protein dalam tubuh tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, dapat kwhashiokor apabila kekurangan protein saja tetapi jika kekurangan protein dan kalori menyebabkan marasmus (Solihin Pudjiadi. 2001).
Sumber protein bersal dari yaitu :
1) Protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati, udang, ikan, kerang, ayam dan sebagainya.
(20)
13
2) Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau, terigu, dan sebagainya.
Berdasarkan susunan kimianya, protein dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : 1) Protein sederhana. Jenis ini tidak berikatan dengan zat lain, misalnya
bumin,dan globulin.
2) Protein bersenyawa. Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat seperti dengan glikogen membentuk glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.
3) Turunan atau devirat dari protein. Termasuk dalam turunan protein adalah albuminosa, pepton, dan gelatin.
Protein mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
2) Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang rusak atau mati.
3) Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk pencernaan dan metabolisme serta antibodi yang diperlukan.
4) Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam kompartemenyaitu intraseluler, ekstra seluler/interseluler dan intravaskuler.
(21)
14 d. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk
mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain:
1. Vitamin A (Retinol) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup yang mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata serta pertumbuhan tulang dan gigi dan dalam pembentukan maturasi epitel, vitamin ini dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
2. Vitami B kompleks (Thiamin) yang merupakan vitamin yang larut dalam air akan tetapi tidak larut dalam lemak, yang dapat menyebabkan penyakit beri-beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, asam piruvat dalam darah akan meningkat apabila tersedia dalam jumlah yang kurang, kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari dalam hati, daging, susu.
3. Vitamin B2 (Riboflavin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air, vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup, apabila kurang dapat menyebabkan fotophobia, penglihatan kabur, gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh di dalam susu, keju, hati, daging, telur, ikan, sayur-sayuran hijau dan padi.
4. Vitamin B12 (Sianokobalamin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air. Pada vitamin ini sangat baik untuk maturasi sel darah merah dalam
(22)
15
sumsum tulang, pengaruh kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia dan vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan, telur, susu, dan keju. 5. Vitamin C (Asam ascorbat) merupakan vitamin yang larut dalam air yang
mudah dioksidasi dan dipercepat oleh panas atau cahaya, kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka, vitamin ini dapat tersedia dalam tomat, buah semangka, kubis, sayur-sayuran hijau.
6. Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan akan stabil dalam suasana panas, vitamin ini berguna dalam pengatur penyerapan dan pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, mengatur kadar alkali fosfatase serum, kekurangan vitamin ini akan menyebabkan pertumbuhan jelak dan osteomalasia. Jika anak-anak kekurangan vitamin D, erupsi/keluarnya gigi dapat menjadi terhambat. Selain itu, kekurangan vitamin D juga bisa menghambat pembentukan lapisan dentin. Hubungan antara vitamin D dengan karies gigi dijelaskan dalam penelitian di USA dan Kanada memberikan kesimpulan yang sama. Prevalensi dari karies lebih banyak terdapat di negara-negara bagian utara dibandingkan dengan negara-negara tropis. Ini disebabkan sedikitnya sinar matahari dan mengakibatkan sintesa vitamin D di kulit berkurang, pengikisan menyebabkan kerusakan pada gigi anak-anak. Dalam hal ini vitamin D akan berfungsi pada waktu absorbsi dan metabolisme kalsium dalam pembentukan tulang gigi (Mustafa, 1993).
7. Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak stabil terhadap sinar ultraviolet yang dapat berfungsi dalam meminimalkan oksidasi
(23)
16
terjadi kekurangan dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur dan akan menyebabkan kehilangan keutuhan saraf. Vitamin E dapat diperoleh dari minyak, biji-bijian dan kacang-kacangan.
8. Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang dapat berfungsi sebagai pembentukan protombin, faktor koagulasi II, VII, IX, X yang harus tersedia dalam tubuh yang cukup apabila terjadi kekurangan dapat menyebabkan perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil, vitamin ini tersedia dalam sayuran berdaun hijau, daging dan hati. (Solihin Pudjiadi 2001).
Kekurangan vitamin dalam tubuh lambat laun akan menampakkan gejala-gejala berupa terhentinya pertumbuhan dan gangguan kesehatan. Gejala ini tergantung pada jenis vitamin yang mengalami kekurangan beberapa macam vitamin secara bersamaan.
Kelebihan vitamin terutama golongan vitamin larut lemak, dapat membahayakan tubuh.Hal ini disebabkan oleh vitamin ditimbun dalam jaringan.Sebagai contoh kelebihan vitamin A dan D yang disebabkan oleh pemberian dosis tinggi secara terus menerus atau dalam jangka waktu lama. Untuk vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) tidak terlalu membahayakan karena kelebihannya dibuang melalui ginjal (Rahayu Widodo 2009).
e. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin,
(24)
17
iodium, besi, magnesium,mangan,fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan
seng.Semuanya harus tersedia dalam jumlah yang cukup.
Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur
tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas syaraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium ini akan diekskresi 70% dalam tinja, 10% dalam urine, 15-25% tertahan dan tergantung dalam kecepatan pertumbuhan. Kadar
kalsium ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena apabila terjadi
kekurangan menyebabkan mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalasia, osteoporosis, rakhitis, dan gangguan pertumbuhan. Tersedianya kalsium ini dapat diperoleh dari susu, keju, sayuran hijau, kerang , dan lain-lain.
Klorida sangat berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, keseimbangan asam dan basa, yang tersedia dalam garam, daging, susu, dan telur. Golongan mineral lainnya seperti chromium ini berguna untuk glikemia dan metabolisme dalam insulin yang tersedia dalam ragi, tembaga yang berguna untuk produksi sel
darah merah, pembentukan hemoglobin, penyerapan besi dan
lain-lain.Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan osteoporosis. Apabila zat besi berlebih dapat menyebabkan sirosis dan gastritis, hemolisis, tersedianya tembaga terdapat dalam hati, daging, ikan, padi, dan kacang-kacangan.
Flour merupakan mineral yang berfungsi untuk pengaturan struktur gigi
dan tulang yang apabila tersedia dalam jumlah yang kurang menyebabkan caries gigi. Sumber dari flour ini terdapat pada air, makanan laut, tumbuh-tumbuhan. Mineral lain adalah yodium yang merupakan unsurtiroksin dan triiodotironin yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila kurang dapat menyebabkan gondok, mineral tersebut terdapat dalam garam. Besi merupakan mineral yang
(25)
18
merupakan struktur dari hemoglobin untuk pengangkutan karbondioksida (CO2) dan oksigen(O2)dan kekurangan besi menyebabkan anemia, zat besi tersebut tersedia dalam hati, daging, kuning telur, sayuran hijau, padi dan
tumbuh-tumbuhan. Magnesium berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme
karbohidrat dan sangat penting dalam proses metabolisme apabila terjadi kekurangan menyebabkan malabsorbsi yang menyebabkan hipokalsemia atau
hipokalemia, magnesium dapat diperoleh dalam biji-bijian, kacang-kacangan,
daging dan susu. Mangan mineral yang berfungsi dalam aktivitas enzim yang terdapat dalam kacang-kacangan, padi, biji-bijian dan sayuran hijau. Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi, kekurangan dapat menyebabkan kelemahan otot, fosfor tersebut dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang-kacangan, padi-padian, dan lain-lain. Kalium berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf, keseimbangan cairan, pengaturan irama jantung. Kalium ini dapat diperoleh dari semua makanan. Natrium berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, pengaturan keseimbangan asam dan basa, keseimbangan cairan. Kekurangan ini dapat menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, hipotensi, natrium ini dapat diperoleh dari garam, susu, telur, tepung dan lain-lain. Sulfur merupakan unsur pokok dalam protein seluler yang membantu proses metabolisme jaringan syaraf, sulfur ini dapat diperoleh darimakanan protein yang mengandung 1%, dan seng merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karboniok anhidrase yang penting dalam pertukaran karbondioksida (CO2) yang tersedia dalam daging, padi-padian, kacang-kacangan dan keju. (Solihin Pudjiadi, 2001).
(26)
19
1. Ca yaitu keropos tulang, saraf otot mudah terangsang, penyakit hipoparatiroidisme, gagal ginjal.
2. K yaitu kelemahan otot, rasa sangat letih, gangguan konsentrasi dan irama jantung.
3. Na, Cl yaitu mual, muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis, lengan dan perut.
4. Mg yaitu kejang otot, aritmia (jantung)
5. P yaitu penyakit riketsia (Rahayu widodo. 2010). f. Air
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia.Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda antar orang.Pada orang gemuk, perbandingan antara air dan lemak sekitar 50% berbanding 50%.Pada pria normal, perbandingannya antara 60% berbanding 16%.Pada orang kurus perbandingan tersebut adalah 67% dengan 7%.Pada bayi perbandingan tersebut sangat mencolok, yaitu 78% dan 0%. Dengan perkataan lain jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia adalah;
1. Sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight)
2. Sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus)
3. Sekitar 65% dari berat badan (untuk anak) dan
4. Sekitar 55-60% dari berat badan (untuk dewasa)
Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu: 1. Pelarut dan alat angkut.
(27)
20
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa
monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta
bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon.
2. Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologi dalam sel, termasuk di dalam saluran cerna.Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana.
3. Pelumas
Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh. 4. Fasilitator Pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan.Dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun.
5. Pengatur Suhu
Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam mendistribusikan panas dalam tubuh.
6. Peredam benturan
7. Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang dan dalam kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan.
Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 mlk/kkal, sedangkan untuk bayi 1,5ml/kkal (Ari Yuniasatuti. 2008).
(28)
21
Kekurangan cairan dapat berakibat fatal seperti pada diare dan muntaber.Seseorang dapat mengalami kekurangan cairan jika tidak diimbangi dengan pemasukan cairan yang cukup. Gejala kekurangan cairan (dehidrasi) berupa rasa haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput, berkurangnya air seni dan berat badan, gelisah, mengantuk, lemah otot, sesak nafas (Rahayu Widodo. 2009).
3. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi seseorang tergantung pada usia, ukuran tubuh dan kegiatan, jenis kelamin, pertumbuhan, iklim, status kesehatan, istirahat dan tidur, serta makanan dan aktivitas. Berat tubuh seseorang bergantung pada jumlah kalori yang tersedia untuk energi yang dikeluarkan. Untuk mempertahankan berat badan ideal, diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk dan energi yang dikeluarkan. Kebutuhan energi juga dapat dipengaruhi oleh kegiatan diwaktu senggang. Sebagai contoh,bermain sepak bola atau tenis lebih banyak menguras energi dibandingkan kegiatan membaca atau menonton televisi. Menurut Dudek (1987), ada tiga cara untuk menghitung kebutuhan nutrisi seseorang.
a. Untuk individu dewasa, penghitungan didasarkan pada kebutuhan kalori dasar atau basal dan tingkat aktivitas. Kebutuhan kalori basal (KKB) adalah hasil perkalian antara berat badan ideal (BBI) dan angka 10. Jadi rumus KKB adalah (BBI x 10). Sedangkan anak-anak dibawah usia 12 tahun umumnya memerlukan 1000 kalori ditambah 100 kalori dikali usia anak. Bila anak berusia 5 tahun, kebutuhan kalorinya sebesar 1000 + (100 x 5) = 1500 kalori.
b. Berdasarkan tingkat aktivitas dan jumlah kalori untuk setiap berat badan ideal (BBI).
(29)
22
c. Pedoman yang digunakan oleh United state dietarian association (USDA) untuk menghitung jumlah kalori per berat badan menurut jenis kelamin. \
4. Penggunaan energy oleh tubuh.
Energi dibutuhkan untuk keperluan metabolisme basal tubuh, yakni untuk mempertahankan proses-proses dasar dalam tubuh, dan untuk kegiatan fisik.
1. Metabolisme Basal
Basal Metabolisme rate (BMR) atau laju metabolisme basal adalah
rata-rata metabolisme makanan dalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi individu pada saat bangun dan istirahat (Guyton, 1986). Energi yang dibutuhkan seseorang dalam keadaan istirahat dan nilainya disebut dengan Basal Metabolisme rate (BMR). Setiap orang nilai basal metabolismenya berbeda, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya: usia, kehamilan, malnutrisi, komposisi tubuh, jenis kelamin, hormonal dan suhu tubuh (Alimul Aziz, 2012). BMR merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses-proses metabolisme dasar yang membuat tubuh tetap hidup. Laju penggunaan energi untuk mempertahankan metabolisme basal disebut dengan laju metabolisme basal. BMR tiap orang berbeda dan diukur pada saat orang tersebut saat berbaring dilantai, dalam keadaan tenang serta hangat, dan dikakukan sedikitnya 12 jam setelah makan (Sherington & Gaman, 1992). Semua reaksi kimia yang berlangsung dalam sel tubuh memungkinkan sel tersebut untuk melanjutkan hidupnya. Reaksi tersebut meliputi reaksi anabolik (penyusunan) dan reaksi katabolik (penguraian). Energi yang dihasilkan dari proses tersebut dibutuhkan untuk berbagai hal (Guyton,1986), yakni :
(30)
23
1. Aktivitas otot untuk melakukan aktivitas, seperti berjalan atau meloncat.
2. Sekresi kelenjar, seperti kelenjar keringat dan kelenjar saliva.
3. Mempertahankan membran potensial saraf dan serabut otot.
4. Sintesis zat-zat didalam tubuh.
5. Absorbsi makanan didalam usus.
Pengukuran BMR dilakukan dengan menentukan jumlah panas yang dikeluarkan dari tubuh, misalnya dengan mengurung seseorang dalam ruangan berisolasi dan mengukur pengeluaran panasnya. Selain itu, BMR dapat diukur dengan cara sederhana, yakni dengan meniupkan napas kedalam alat khusus yang memantau penghirupan oksigen dan pengeluaran oksigen dan pengeluaran karbondioksida secara cermat. Faktor yang mempengaruhi BMR :
1. Ukuran tubuh. Individu yang ukuran tubuhnya besar lebih banyak menggunakan energi dibanding individu yamg ukuran tubuhnya kecil. 2. Usia. Anak-anak mempunyai BMR lebih kecil dibandingkan individu
dewasa.
3. Aktivitas kelenjar tiroid. 4. Kurang gizi.
5. BMR individu dengan gizi buruk lebih rendah dibandingkan individu yang sehat.
6. Temperatur tubuh. 7. Temperatur lingkungan. 8. Pertunbuhan.
(31)
24 5. Kelompok Rentan Gizi
Kelompok rentan gizi ialah kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar (Alimul Aziz, 2012).
1. Kelompok bayi
Kebutuhan bayi akan zat-zat gizi adalah yang paling tinggi, bila dinyatakan dalam satuan berat badan, karena bayi sedang ada dalam periode pertumbuhan yang sangat pesat. Bayi sehat yang dilahirkan dengan berat badan cukup sekitar 2,5-3,5 kg akan mencapai kelipatan berat badannya dalam waktu enam bulan (Alimul Aziz, 2012).
Kebutuhan bayi akan enersi adalah 110-100 kal/kg berat badan sehari dan kebutuhannya akan protein adalah 3-4 gram/kg berat badan sehari. Usus neonatus masih steril tidak mengandung flora, sampai mengonsumsi makanan (ASI) pertama dari luar. Flora usus ini sanggup mensintesa berbagai vitamin B-kompleks dan vitamin K. Sampai umur enam bulan, bayi cukup diberi makanan (minuman) ASI. Frekwensi pemberian makanan dan bentuk makanan yang diberikan kepada bayi sebaiknya sesuai dengan kondisi anatomis dan fungsional alat pencernaannya (Alimul Aziz, 2012)
(32)
25
Anak balita juga merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (KKP). Di Indonesia anak kelompok balita menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk penyakit KKP dan defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi Fe (Alimul Aziz, 2012).
3. Kelompok anak sekolah
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik dari pada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah ini sudah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah melalaui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (Alimul Aziz, 2012).
4. Kelompok remaja
Kelompok umur remaja menunjukkan fase pertumbuhan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya.
5. Kelompok ibu hamil
Ibu yang sedang hamil bersangkutan pula dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan fetus yang ada di dalam kandungan dan pertumbuhan berbagai organ ibu pendukung proses kehamilan tersebut, seperti alat kandungan, mammae, dan lainnya. Kondisi gizi dan konsumsi ibu yang sedang hamil akan berpengaruh pada kondisi fetus dan neonatus setelah lahir (Alimul Aziz, 2012).
(33)
26
6. Ibu yang menyusukan
Postpartum badan ibu menyesuaikan kembali alat-alat kandungan menjadi bentuk normal seperti sebelum kehamilan, sedangkan mamae menyiapkan diri dan mulai berfungsi menghasilkan ASI. Melalui ASI zat-zat yang diperlukan neonatus diberikan dari tubuh ibunya dari persediaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu (Alimul Aziz, 2012).
7. Manusia lanjut usia
Lansia dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan, bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya (Alimul Aziz, 2012).
B. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi 1. Pengkajian
Status nutrisi seseorang, dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D. A : Pengukuran antropometrik (antropometric measurements)
B : Data biomedis (biomedical data)
C : Tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical signs) D : Diet (dietary)
(34)
27
Tabel 2.1 Pengkajian umum status gizi individu
Area pemeriksaan Tanda-tanda normal Tanda-tanda abnormal (malnutrisi) Penampilan umum dan
vitalitas
Gesit, energik, mampu beristirahat dengan baik
Apatis, lesu, tampak lelah
Berat badan Dalam rentang normal,
sesuai dengan usia dan tinggi badan
Berat badan kurang atau berlebih
Rambut Rambut bercahaya
berminyak tidak kering
Rambut kering kusam, pecah-pecah tipis, rapuh
Kulit Lembab, sedikit lembab,
turgor kulit baik
Kering, kusam,
pecah-pecah, pucat atau
berpigmen ada petekia
atau memar lemak
subkutan sedikit
Kuku Merah muda, keras Rapuh, pucat bentuk
seperti sendok
Mata Berbinar, jernih, lembab,
konjungtiva merah muda
Kering, konjungtiva
pucat atau merah kornea lembut
Lidah Merah muda, lembab Berwarna merah,
bengkak, ukuran lidah
bertambah atau
berkurang
Bibir Lembap, merah muda Bengkak, pecah-pecah
pada sudut bibir
Gusi Merah muda, lembab Bengkak, meradang,
mudah berdarah,
berbentuk seperti spon
Otot Kenyal, berkembang
dengan baik
Tonus otot lembek, dan tidak bekembang
Sistem pencernaan Nafsu makan baik,
eliminasi normal dan
teratur
Anoreksia, indigesti,
diare, konstipasi Sistem kardiovaskuler Nadi dan tekanan darah
normal, irama jantung normal
Frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, irama jantung abnormal (tidak teratur)
Sistem persarafan Refleks normal, waspada
perhatian baik, emosi stabil
Refleks menurun, emosi
tidak stabil, kurang
perhatian, bingung dan emosi labil
(35)
28 Berat badan normal anak usia 5 tahun:
Umur Berat badan ideal Tinggi badan ideal
5 tahun 14,7-18,4 Kg 87,2-109 Cm
Komponen-komponen pengkajian nutrisi meliputi: a. Pengukuran antropometrik
Metode pengaturan ini meliputi pengkajian ukuran dan proporsi ukuran dan proporsi tubuh manusia. Pengukuran antropometrik terdiri atas:
1. Tinggi badan. Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan balita dilakukan dalam posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi dilakukan dalam posisi berbaring. Pada kasus-kasus tertentu, seperti pasien yang mengalami cedera dan fraktur tulang belakang, pengukuran dilakukan dalam posisi berbaring. Satuan tinggi badan adalah cm atau inci.
2. Berat badan. Alat ukur yang lazim digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan manual, meskipun ada pula alat ukur yang menggunakan system digitalik elektrik. Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengukur berat badan adalah :
a. Alat serta skala alat ukur yang digunakan harus sama setiap kali menimbang.
b. Pasien ditimbang tanpa alas kaki.
c. Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali menimbang.
(36)
29
Dalam menilai berat badan pasien, kita perlu mempertimbangkan tinggi badan, bentuk rangka, proporsi lemak, otot, dan tulang, serta bentuk dada pasien. Disamping itu, kita juga perlu mengkaji kondisi patologis yang berpengaruh terhadap berat badan, seperti edema, splenomegali, asites, gagal jantung atau kardiomegali.
3. Tebal lipatan kulit. Pengukuran tebal lipatan kulit bertujuan untuk menentukan persentase lemak pada tubuh. Pengukuran ini mencerminkan massa otot, jumlah lemak di jaringan subkutan, dan status kalori. Selain itu, pengukuran ini juga digunakan untuk mengkaji kemungkinan malnutrisi. Berat badan normal, atau obesitas (Kamath, 1986). Area yang sering digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep, scapula, dan suprailiaka. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengukuran antara lain:
a. Anjurkan klien untuk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil pengukuran.
b. Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien.
c. Dalam pengukuran, utamakan lengan klien yang tidak dominan.
d. Pengukuran dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara akrpmion dan olekranon.
e. Ketika pengukuran dilakukan, anjurkan klien untuk relaks.
f. Alat yang digunakan adalah kaliper.
4. Lingkar tubuh. Umumnya, area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini adalah kepala, dada, dan otot bagian tengah lengan atas. Lingkar dada
(37)
30
dan kepala digunakan dalam pengkajian pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. Sedangkan lingkar lengan atas (LLA) dan lingkar lengan otot atas (LOLA) digunakan untuk menilai status nutrisi. Satuan ukuran untuk LLA adalah sentimeter. LLA diukur dengan menggunakan alat ukur yang umum digunakan tukang jahit (tape around). Pengukuran dilakukan pada titik tengah lengan yang tidak dominan.
Lingkar pergelangan tangan merupakan area pengkajian yang digunakan untuk menilai bentuk atau kerangka tubuh manusia. Untuk mengukurnya, meteran diletakkan sekeliling bagian distal pergelangan tangan dekat prosesus stiloideus. Bila hasil pengukuran lebih dari 10,4 cm, kerangka atau bentuk tubuh dianggap besar. Jika hasilnya 9,6-10,4 cm kerangka atau bentuk tubuh dianggap sedang, dan jika kurang dari 9,6 cm dianggap kecil (Potter & Perry, 1992).
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakuakan pada klien merupakan penilaian kondisi fisik yamg berhubungan dengan masalah malnutrisi. Prinsip pemeriksaan ini adalah
head to toe yaitu dari kepala sampai ke kaki. Selanjutnya dilakukan pengamatan
terhadap tanda-tanda atau gejala klinis defesiensi nutrisi.
c. Pemeriksaan Biokimia
Nilai umum yang digunakan dalam pemeriksaanini adalah kadar total limfosit, albumin serum, zat besi, transferin serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit, keseimbangan nitrogen, dan tes antigen kulit (Barkaukus, 1995). Hasil
(38)
31
pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan risiko status nutrisi buruk meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit, albumin serum kurang dari 3,5 gr/dl, dan peningkatan atau penurunan kadar kolestrol (Taylor, 1989).
d. Riwayat Diet
Kira-kira remaja putri disekolah menegah pernah mencoba diet sedikitnya satu kali, dan 40 % nya berdiet disembarang waktu. Untuk mengetahui riwayat diet seseorang,kita bisa melakukan wawancara mengenai status gizi, kesehatan, sosial-ekonomi, dan budaya orang tersebut, yang berpengaruh terhadap status nutrisinya. Analisis diet klien dapat dilakukan dengan menggunakan kelompok makanan harian (daily food groups) dan tabel komposisi makanan (food
composition table). Pengkajian asupan makanan dan pola makan meliputi
pengkajian dan informasi mengenai makanan yang biasa dikonsumsi, persiapan makanan, dan kebiasaan makan. Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya, latar belakang etnis, status sosial ekonomi, dan aspek psikologi. Berikut adalah faktor resiko yang menyebabkan gangguan nutrisi
1. Riwayat diet
a. Gangguan pada fungsi mengunyah dan menelan
b. Asupan makanan tidak adekuat
c. Diet yang salah atau ketat
d. Kurang persediaan makanan selama 10 hari atau lebih
e. Pemberian nutrisi melalui intravena ( total parenteral nutrisi) selama10 hari atau lebih
(39)
32
f. Tidak adekuatnya penyediaan bahan makanan
g. Tidak adekuatnya fasilitas penyiapan bahan makanan
h. Tidak adekuatnya fasilitas penyimpanan bahan makanan
i. Ketidakmampuan fisik
j. Lansia yang tinggal dan makan sendiri.
2. Riwayat penyakit (medis)
a. Adanya riwayat berat badan berlebih atau kurang
b. Penurunan berat badan dan tinggi badan
c. Mengalami penyakit tertentu
d. Riwayat pembedahan pada system gastrointestinal
e. Anoreksia
f. Mual dan muntah
g. Diare
h. Alkoholisme
i. Gangguan yang mengenai organ tertentu ( kanker, hati, ginjal, tiroid, dan paratiroid, serta penyakit adrenal).
j. Disabilitas mental
k. Kehamilan remaja
l. Terapi radiasi
3. Riwayat pemakaian obat-obatan : aspirin, antibiotika, antasida, depresan, agen hipersentivitas, agens anti inflamasi, agens
(40)
anti-33
neoplastik, digitalis, laksatif, diuretic, natrium klorida, dan vitamin atau preparat nutrient lain.
2. Analisa data
Tabel analisa data tanda dan gejala klinis defisiensi nutrisi
Bagian tubuh Tanda klinis Kemungkinan
kekurangan
Tanda umum Penurunan berat badan, lemah,
lesu rasa haus, adanya dehidrasi, pertumbuhan terhambat
Kalori, cairan,
vitamin A
Rambut Kusut, kekuningan, kekurangan
pigmen
protein
Kulit Adanya radang pada kulit atau
dermatitis.
Pada bayi terjadi dermatosis Adanya petechial hemorarhagik Eksema
Niasin, riboflavin, dan biotinemak,
Asam asetat Pirodoksin
Mata Fotofobia, atau penglihatan
ganda. Rabun senja
Ribovlafin
Vitamin A
Mulut Stomatitis
Glositis
Riboflavin niasin,
asam volat,
sianokobalamin (vit B12), dan zat besi
Gigi Karies gigi Fluoride
Sistem neuromuskular Kejang Lemah otot Vitamin D Kalium
Tulang Riketsia Vitamin D
Sistem
gastrointestinal
Anoreksia atau nafsu makan menurun
Mual dan muntah
Tiamin
(41)
34 Sistem kardiovaskuler Adanya perdarahan Penyakit jantung Anemia Vitamin K Tiamin
Pirodoksin dan zat besi
Sistem saraf Kelainan mental
Kelainan saraf perifer
Sianokobalamin
3. Rumusan Masalah Penetapan Diagnosis
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) ,(Tarwoto dan Wartonah,2006) diagnosis keperawatan terkait masalah nutrisi dibagi menjadi dua:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.
4. Perencanaan dan Implementasi
Penerapan intervensi keperawatan terkait masalah nutrisi bisa merujuk pada intervensi yang diterapkan secara umum pada klien dengan gangguan pemenuhan nutrisi. Akan tetapi, pada kasus-kasus tertentu, penerapan diagnosis diatas tersebut tentulah harus disesuaikan dengan kasus yang dihadapi.
No INTERVENSI RASIONAL
1. Dx:Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
1. Tingkatkan intake makanan 2. Jaga kebersihan mulut pasien 3. Bantu pasien makan jika
tidak mampu
4. Sajikan makanan yang mudah dicerna,dalam keadaan
1. Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan.
2. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
3. Membantu pasien makan.
(42)
35 hangat,tertutup,berikan
sedikit-sedikit tapi sering. 5. Selingi makan dengan
minum.
6. Hindari makanan yang banyak mengandung gas. 7. Lakukan latihan pasif aktif.
intake makan.
5. Memudahkan makanan masuk.
6. Mengurangi rasa nyaman.
7. Menambah nafsu makan.
8. 2. Dx: Perubahan nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh.
1. Lakukan pengkajian kembali pola makan pasien.
2. Diskusikan dengan pasien tentang kelebihan makan. 3. Diskusikan motivasi untuk
menurunkan berat badan. 4. Kolaborasi dengan ahli diet
yang tepat.
5. Buat program latihan untuk olah raga.
6. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak. 7. Berikan pengetahuan
kesehatan.
1. Informasi dasar untuk
perencanaan awal dan validasi data.
2. Membantu mencapai tujuan.
3. Membantu memecahkan
masalah.
4. Menentukan makanan yang
sesuai dengan paien.
5. Meningkatkan kebutuhan energi
6. Makanan berlemak banyak
menghasilkan energi 7. Memberi informasi dan
(43)
36 A. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 1. Pengkajian
PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I.BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An.A
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 5 tahun
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : TK
Pekerjaan : -
Alamat : Jln.Bajak II Kel.Harjosari II Kec.Medan Amplas
Golongan darah : -
Tanggal pengkajian : 18 mei 2015
Tanggal operasi : -
(44)
37 II. KELUHAN UTAMA
An.A terlihat lemas, Ny.T mengatakan anaknya malas makan dan lebih suka jajan diluar.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative
a. Apa penyebabnya
An.A hanya sering makan pakai telur, dan sering tidak sarapan karena Ny. T bekerja dari pagi pulang siang hari.Ny.T mengatakan An.A tidak suka memakan sayuran dan lebih suka jajan diluar seperti es,permen dan kue pabrik. Keluarga Ny.T merupakan keluarga yang tidak berada sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya.
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Tidak ada hal yang memperbaiki keadaan,karena keluarga Ny.T merupakan keluarga kurang mampu,dan An.A malas makan serta tidak suka makan sayuran dan sering jajan sembarangan tanpa pengawasan Ny.D.
B. Quantity/quality 1) Bagaimana dirasakan
Klien terlihat lemas karena asupan nutrisi yang di terima kurang dari kebutuhan tubuh.
(45)
38
Klien tampak lesu,kurus,konjungtiva anemis BB:12 kg, TB: 89 cm.
C. Severity
Ibu klien mengatakan badan anaknya lemah,sehingga terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
D. Time
Sampai saat ini klien tampak lemas dikarenakan klien tidak memakan makanan yang bergizi dan keluarga Ny.T kurang pengetahuan Serta kondisi ekonomi yang kurang.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
Ny.T mengatakan penyakit yang sering dialami An.A adalah batuk, pilek dan demam dan Ny. T mengatakan jika An.A sakit hanya diberikan obat yang dibeli di warung dan Ny.T mengatakan tidak mempunyai biaya untuk berobat kedokter.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ny.T mengatakan jika An.A sakit hanya diberikan obat yang dibeli di warung dan Ny.T mengatakan tidak mempunyai biaya untuk berobat kedokter.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Ny.D mengatakan An.A tidak pernah di rawat ataupun dioperasi di rumah sakit.
D. Lama dirawat
(46)
39 E. Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi, baik alergi makanan ataupun alergi obat.
F. Imunisasi
Imunisasi klien lengkap.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua
Kedua orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama seperti klien.
Saudara kandung
Klien memiliki dua saudara kandung. kedua saudara klien tidak memiliki penyakit yang serius dan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama seperti klien.
B. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan dikeluarga klien. C. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. D. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada anggota keluarga klien yang meninggal Penyebab meninggal
(47)
40 VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A.Persepsi pasien terhadap penyakitnya
Ny.T mengatakan berat badan anaknya adalah hal yang biasa untuk seumuran anaknya,dan Ny.T tidak mengetahui bahwa anaknya kurang gizi,Ny.T juga mengatakan anaknya kurus karena lasak.
B.Konsep diri
Gambaran diri : Ibu klien mengatakan tubuh anaknya
kurus dan menginginkan tubuh anaknya lebih gemuk.
Ideal diri : Ibu klien mengatakan ingin badan anaknya
lebih gemuk dan tidak lemas agar lebih bersemangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Peran diri : Ibu klien mengatakan klien anak kedua
dari tiga bersaudara,dan klien seorang murid di taman kanak-kanak.
Identitas : Ibu klien mengatakan klien anak kedua
dari tiga bersaudara,dan klien seorang murid di taman kanak-kanak.
(48)
41 C.Hubungan sosial
Orang yang berarti : Ibu klien mengatakan ibu,bapak dan
saudara kandungnya orang yang berarti bagi anaknya.
Hubungan dengan keluarga : Ibu klien mengatakan klien dekat dengan keluarganya terutama dengan ibunya. Hubungan dengan orang lain : Ibu klien mengatakan hubungan klien
dengan orang lain baik, tampak klien bermain-main dengan teman sebayanya.
D.Hambatan bersosialisasi : Ibu klien mengatakan klien tidak
mengalami hambatan berhubungan dengan orang lain.
E.Spiritual
Nilai dan keyakinan : Ibu klien mengatakan klien selalu berdoa bersama orang tua untuk kehidupannya yang lebih baik.
Kegiatan ibadah :Ibu klien mengatakan klien
shalatnya belum sempurna dan masih butuh bimbingan orang tua dalam beribadah.
(49)
42 VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Klien tampak lesu, kurus, konjungtiva anemis,BB:12kg,TB:89cm. Ny.T mengatakan An.A malas makan tetapi hanya sering jajan diluar rumah, Kebutuhan gizi klien kurang dari kebutuhan tubuh,dikarenakan klien hanya sering makan 2 kali sehari dan hanya sering mengkonsumsi telur sebagai lauknya,disamping itu keluarga klien juga terhambat oleh status ekonomi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi An.A.
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36,5 0C
Tekanan darah : 100/80mmhg
Nadi : 80x/m
Pernafasan : 22x/m
TB : 89cm
BB : 12 kg
C. Pemeriksaan Head to toe Kepala
Bentuk : bentuk kepala bulat
Ubun-ubun : normal, tidak ada ditemukan adanya
tonjolan
(50)
43
Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut tidak merata dan rambut tampak kusam dan kering.
Warna rambut : kemerahan
Wajah
Warna kulit : warna kulit wajah klien
sawo matang
Struktur wajah : simetris.
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : kedua mata lengkap dan
simetris antara mata sebelah kanan dan kiri
Palbebra : normal, tidak ditemukan
adanya kelainan, dapat
menutup dan membuka mata
Konjungtiva : pucat
Pupil : diameter pupil normal,
reaksi terhadap cahaya baik.
Cornea dan iris : tidak dilakukan
pemeriksaan
Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
(51)
44 Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi : normal, dan letaknya di Medial
Lubang hidung : normal dan simetris antara
kanan dan kiri
Cuping hidung : normal dan tidak ada
Kelainan, tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Telinga
Bentuk teling : bentuk antara telinga kanan dan kiri normal
Ukuran telinga : ukuran antara telinga kanan dan kiri
simetris
Lubang teling : tidak ditemukan adanya kelainan pada
lubang telinga, tidak ada otitis media
Ketajaman pendengaran : dapat mendengar dengan baik
Mulut dan faring
Keadaan bibir : bibir tampak kering,pecah-pecah.
Keadaan gusi : gusi tampak kering
Keadaan lidah : berwarna merah
Orofaring : tidak ditemukan adanya kelainan, tampak
klien tidak mengalami gangguan dalam menelan.
(52)
45 Leher
Posisi trachea : posisi trachea normal di bagian medial
Thyroid : tidak ditemukan adanya pembengkakan
pada thyroid
Suara : normal dan jelas
Kelenjar limfe : tidak ditemukan adanya pembengkakan
pada kelenjar limfe
Vena jugularis : tidak ditemukan adanya pembesaran pada
vena jugularis
Denyut nadi karotis : denyut nadi karotis teraba
Pemeriksaan integumen
Kebersihan : kulit tampak kering dan kusam
Kehangatan : kulit terasa hangat
Warna : kulit berwarna sawo matang
Turgor : kembali < 2 detik
Kelembaban : kulit tampak kering
Kelainan pada kulit : tidak ditemukan adanya kelainan pada kulit
Kuku : pada ujung kuku tampak pecah-pecah
Tonus otot : lembek
(53)
46 Pemeriksaan thoraks/dada
Inspeksi thoraks : simetris antara kanan dan kiri dan tidak ditemukan kelainan atau luka
Pernafasan : pernafasannya teratur 22x/menit
Tanda kesulitan bernafas : tidak ditemukan tanda kesulitan bernafas VIII.POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
Frekuensi makan : 2x/hari
Nafsu/selera makan : klien kurang selera makan. Klien hanya
sesekali menghabiskan makanan yang telah disediakan.
Nyeri ulu hati : tidak ditemukan adanya nyeri ulu hati
Alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi
Mual dan muntah : klien tidak mengalami ataupun merasakan
mual dan muntah
Tampak memisahkan diri : klien tidak pernah memisahkan diri dengan keluarganya pada saat makan
Waktu pemberian makan : pagi hari pukul 07.30 WIB, siang hari pukul 13.00 WIB, dan malam hari pukul 20.00 WIB
Jumlah dan jenis makanan : klien makan makanan biasa yang telah disediakan oleh ibunya
Waktu pemberian minum : tidak ditentukan, sesuai dengan kebutuhan klien.
(54)
47
Masalah makan dan minum : klien tidak selera makan
dan hanya sesekali
menghabiskan makanannya. II. Perawatan diri/personal hygiene
Kebersihan tubuh : kebersihan tubuh klien baik
dan mandi 2 kali
sehari,rambut tampak bersih.
Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut tampak
bersih
Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku tangan dan kaki klien tampak bersih.
III. Pola kegiatan/aktivitas
Mandi, makan, BAB, BAK, ganti pakaian dilakukan klien secara mandiri.
IV. Pola eliminasi 1) BAB
Pola BAB : 1 x/hari
Karakter feses : tidak dilakukan pemeriksaan
Riwayat perdarahan : tidak ditemukan adanya
riwayat perdarahan
BAB terakhir : sehari yang lalu
Diare : klien tidak mengalami diare
(55)
48
2) BAK
Pola BAK : 4-5 kali sehari
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ditemukan nyeri/rasa terbakar/kesulitan saat BAK Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada riwayat penyakit
ginjal
Penggunaan diuretic : tidak menggunakan diuretik
Upaya mengatasi masalah : tidak ditemukan adanya
(56)
49 2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan 1. Ds:
Ny.T mengatakan tidak
sanggup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari hari. Dan Ny.T mengatakan anaknya malas makan dan tidak suka makan sayuran. Do:
Klien tampak
kurus,pucat,konjungtiva anemis,BB:12 kg,usia 5 tahun,TB:89 cm.Nafsu makan kurang,jarang menghabiskan porsi
makanan yanga disediakan.
Faktor ekonomi Kurang asupan makanan Penurunan frekuensi makan dan jumlah makanan Penurunan selera makan Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh
2. Ds:
Keluarga bertanya
mengenai bagaimana cara pemenuhan nutrisi yang seimbang.
Do:
Saat ditanya tentang
masalah kesehatan anaknya keluarga tampak bingung menjawab,mengatakan kalau masalah yang dialami anaknya sekarang adalah masalah biasa dan tidak perlu penanganan lebih lanjut. Kurang informasi mengenai nutrisi dan pemenuhannya Kurangnya pengetahuan Kurang pengetahuan.
(57)
50 3. Rumusan Masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah yang muncul berdasarkan prioritas yang didasari kriteria yang harus ditangani dan segera. Berikut beberapa masalah yang muncul berdasarkan analisa data :
a) Kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh
b) Kurang pengetahuan
4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan nafsu makan.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang nutrisi.
(58)
51 5. Perencanaan Keperawatan
Hari/ Tanggal
No.
Dx Perencanaan Keperawatan
Senin, 18 Mei 2015
1. Tujuan
Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria Hasil
1. Klien akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan aktivitas dan kebutuhan.
2. Berat badan klien meningkat, konjungtiva tidak anemis.
3. Selera makan meningkat
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji frekuensi
makan klien
perhari.
2. Kaji tentang nafsu makan klien.
3. Kaji tentang jumlah dan jenis makanan
yang dikonsumsi
klien.
4. Kaji tanda-tanda
vital,berat
badan,tinggi badan klien.
5. Diskusikan bersama klien kemungkinan
hilangnya nafsu
makan.
6. Tawarkan makanan
dalam jumlah
sedikit tapi sering. 7. Anjurkan keluarga
untuk memberikan makanan kesukaan. 8. Anjurkan klien agar
menjaga kebersihan mulut.
9. Anjurkan kepada
keluarga agar tidak memaksa anak saat makan.
1. Dengan mengkaji frekuensi
makan klien dapat
mengetahui pola makan dan kebiasaan makan klien.
2. Dengan mengkaji nafsu
makan klien kita dapat mengetahui porsi makanan yang di konsumsi klien.
3. Dengan mengkaji jumlah
dan jenis makanan yang dikonsumsi klien kita dapat mengetahui jumlah dan
jenis makanan yang
dikonsumsi klien dan
membuat intervensi
selanjutnya.
4. Dengan mengkaji berat dan tinggi badan klien kita dapat mengetahui apakah berat badan klien sesuai dengan berat badan anak usia 9 tahun.
5. Dengan mengidentifikasi
penyebab anoreksia kita
bisa membuat
langkah-langkah untuk
meningkatkan nafsu makan klien.
6. Distribusi total asupan
(59)
52 10.Anjurkan keluarga
agar membuat
suasana makan
yang
menyenangkan
sepanjang hari membantu mencegah distensi lambung
sehingga selera makan
mungkin akan meningkat.
7. Dengan memberikan
makanan kesukaan
memungkinkan kien selera makan.
8. Kebersihan mulut yang
kurang menyebabkan bau yang tidak sedap yang dapat mengurangi nafsu makan.
9. Agar klien tidak susah untuk diajak makan.
10.Dengan membuat suasana makan yang menyenangkan memungkinkan klien untuk selera makan.
Hari/ Tanggal
No.
Dx Perencanaan Keperawatan
Senin,
18 Mei
2015
2. Tujuan
Keluarga mengerti masalah nutrisi yang dialami klien. Kriteria Hasil
1. Pengetahuan keluarga meningkat
2. Klien dapat menyebutkan manfaat nutrisi dan cara pemenuhannya
Rencana Tindakan Rasional 1 Kaji pengetahuan
keluarga tentang kebutuhannutrisi anak.
2 Jelaskan kepada keluarga tentang perlunya konsumsi karbohidrat,lemak,pr
1 Untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan keluarga tentang nutrisi.
2 Dengan penjelasan yang
diberikan klien dan
keluarga paham mengenai komponen zat yang penting didalam tubuh.
(60)
53 6. Implementasi dan Evaluasi
Hari/ Tanggal
No. Dx
Implementasi
Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa,
19 Mei
2015
1 1. Mengkaji frekuensi
makan klien
perhari.
2. Mengkaji tentang
nafsu makan klien.
3. Mengkaji tentang
jumlah dan jenis
makanan yang
dikonsumsi.
4. Mengkaji
tanda-tanda vital,berat badan,tnggi badan klien.
5. Mendiskusikan
bersama klien
kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan.
S: Ny. T mengatakan An.A nafsu makan kurang, Ny.T mengatakan An.A sudah terbiasa makan 2 kali sehari karena Ny. T bekerja dari pagi sebelum An. A bangun sehingga An.A sering tidak sarapan, An.A hanya sering makan telur sebagai lauknya dan An.A tidak suka makan sayuran dan Ny.T mengatakan An.A lebih suka jajan diluar rumah seperti jajan permen,dan makanan-makanan ringan yang sudah terbungkus dari pabrik.
O: Tanda-tanda vital T:36,50C
RR:22x/m HR:80x/m BB:12 kg TB:89 cm
Klien tampak kurus dan lemah, klien tampak tidak nafsu makan dan tidak menghabiskan makanan yang di sediakan oleh Ny .T
A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan. otein,vitamin,minera
l,damn cairan yang cukup.
3 Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab nutrisi yang berlebih.
3 Keluarga paham tentang
penyebab nutrisi kurang dan berlebih Keluarga dank lien paham bagaimana cara mencegah nutrisi kurang dan nutrisi berlebih serta pemenuhan gizi seimbang.
(61)
54 Selasa,
19 Mei
2015
2 1. Mengkaji
pengetahuan keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak. 2. Melibatkan keluarga dalam penerimaan informasi (memberikan penkes). 3. Menjelaskan mengenai penyebab kurang nutrisi: (Kurang protein, lemak, mineral, vitamin.)
S: Ny.T mengatakan tidak tahu tentang masalah yang dialami oleh anaknya, Ny.T mengatakan tidak tahu makanan apa yang harus di konsumsi oleh anaknya, Ny.T mengatakan anaknya kurus adalah hal yang biasa dan Ny.T tidak mengetahui berat badan normal seusia anaknya. O: Ny.T mendengarkan dan memahami informasi yang diberikan perawat, saat perawat mengajukan pertanyaan Ny.T tidak bisa menjawab.
A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan.
(62)
55 BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Nutrisi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan nutrisi adalah elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam kategori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral oleh sebab itu sangat penting dalam pemenuhan nutrisi yang seimbang untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
1. Hasil pengkajian dengan masalah kebutuhan dasar kebutuhan nutrisi Klien tampak lesu, kurus, konjungtiva anemis, BB: 12 kg, TB: 89 cm, rambut kemerah-merahan, kulit kering. Ny.T mengatakan An.A malas makan tetapi hanya sering jajan diluar rumah, Kebutuhan gizi klien kurang dari kebutuhan tubuh,dikarenakan klien hanya sering makan 2 kali sehari dan hanya sering mengkonsumsi telur sebagai lauknya,disamping itu keluarga klien juga terhambat oleh status ekonomi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi An.A.
2. Diangnosis yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian adalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan Kurang pengetahuan.
3. Rencana asuhan keperawatan dengan kebutuhan dasar nutrisi pada An. A yaitu, kaji frekuensi makan klien perhari, kaji tentang nafsu makan klien, kaji tentang jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi klien, kaji tanda-tanda vital,berat badan,tinggi badan klien, diskusikan bersama klien kemungkinan hlangnya nafsu makan, tawarkan makanan dalam jumlah
(63)
56
sedikit tapi sering, Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan kesukaan, anjurkan klien agar menjaga kebersihan mulut, anjurkan kepada keluarga agar tidak memaksa anak saat makan, anjurkan keluarga agar membuat suasana makan yang menyenangkan
4. Implementasi asuhan keperawatan dengan kebutuhan dasar nutrisi pada An. A yaitu, Mengkaji frekuensi makan klien perhari, mengkaji tentang nafsu makan klien, mengkaji tentang jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, mengkaji tanda-tanda vital,berat badan,tinggi badan klien, mendiskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan.
5. Evaluasi dengan kebutuhan dasar nutrisi pada An. A yaitu Ny.T mengatakan nafsu makan anaknya bertambah, porsi makan anaknya habis, frekuensi makan anaknya sudah 3 kali sehari, konjungtiva tidak seanemis sebelumnya dan Ny.T telah mengetahui cara pemenuhan nutrisi dan manfaat nutrisi bagi anaknya.
B.Saran
1. Bagi instansi pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar lebih banyak menyediakan referensi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa DIII Keperawatan.
(64)
57 2. Bagi klien dan keluarga
Agar memperoleh pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi serta meningkatkan kemandirian bagi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kebutuhan nutrisi. 3. Bagi profesi keperawatan
Bagi profesi keperawatan agar dapat meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar nutrisi.
4. Bagi mahasiswa
Agar menggali lebih dalam lagi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan nutrisi.
(65)
58
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Alimul, A. (2005). Buku ajar keutuhan dasar manusia (KDM), pendekatan kurikulum berbasis kompetensi; editor : Moh. Wildan. Surabaya : Health Books Pulishing
Hidayat, Alimul, A. (2006).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi Konsep dan Proses dan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Alimul, A. (2012). Buku ajar kebutuhan dasar manusia (KDM), pendekatan kurikulum berbasis kompetensi; editor : Moh. Wildan. Surabaya : Health Books Pulishing
Herdman, T. H. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Moorhead, Jhonson, Maas. 2003. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby-Year Book.
Potter, P dan Perry, A. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep proses dan praktik. Ed. 4. Jakarta : EGC
Sheila L, Videbeck. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC Tjokkronegoro, A. H. (2003). Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta : FK UI
Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan; edisi ketiga. Jakarta : Salemba Medika
Tarwoto dan Wartonah.(2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan.Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika.
Townsend, M. C. (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri.Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
(1)
53 6. Implementasi dan Evaluasi
Hari/ Tanggal
No. Dx
Implementasi
Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa,
19 Mei 2015
1 1. Mengkaji frekuensi makan klien perhari.
2. Mengkaji tentang nafsu makan klien. 3. Mengkaji tentang
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi.
4. Mengkaji tanda-tanda vital,berat badan,tnggi badan klien.
5. Mendiskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan.
S: Ny. T mengatakan An.A nafsu makan kurang, Ny.T mengatakan An.A sudah terbiasa makan 2 kali sehari karena Ny. T bekerja dari pagi sebelum An. A bangun sehingga An.A sering tidak sarapan, An.A hanya sering makan telur sebagai lauknya dan An.A tidak suka makan sayuran dan Ny.T mengatakan An.A lebih suka jajan diluar rumah seperti jajan permen,dan makanan-makanan ringan yang sudah terbungkus dari pabrik.
O: Tanda-tanda vital T:36,50C
RR:22x/m HR:80x/m BB:12 kg TB:89 cm
Klien tampak kurus dan lemah, klien tampak tidak nafsu makan dan tidak menghabiskan makanan yang di sediakan oleh Ny .T
A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan. otein,vitamin,minera
l,damn cairan yang cukup.
3 Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab nutrisi yang berlebih.
3 Keluarga paham tentang penyebab nutrisi kurang dan berlebih Keluarga dank lien paham bagaimana cara mencegah nutrisi kurang dan nutrisi berlebih serta pemenuhan gizi seimbang.
(2)
54 Selasa,
19 Mei 2015
2 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak. 2. Melibatkan
keluarga dalam penerimaan informasi (memberikan penkes). 3. Menjelaskan
mengenai penyebab kurang nutrisi: (Kurang protein, lemak, mineral, vitamin.)
S: Ny.T mengatakan tidak tahu tentang masalah yang dialami oleh anaknya, Ny.T mengatakan tidak tahu makanan apa yang harus di konsumsi oleh anaknya, Ny.T mengatakan anaknya kurus adalah hal yang biasa dan Ny.T tidak mengetahui berat badan normal seusia anaknya. O: Ny.T mendengarkan dan memahami informasi yang diberikan perawat, saat perawat mengajukan pertanyaan Ny.T tidak bisa menjawab.
A: Masalah teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan.
(3)
55 BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Nutrisi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan nutrisi adalah elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam kategori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral oleh sebab itu sangat penting dalam pemenuhan nutrisi yang seimbang untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
1. Hasil pengkajian dengan masalah kebutuhan dasar kebutuhan nutrisi Klien tampak lesu, kurus, konjungtiva anemis, BB: 12 kg, TB: 89 cm, rambut kemerah-merahan, kulit kering. Ny.T mengatakan An.A malas makan tetapi hanya sering jajan diluar rumah, Kebutuhan gizi klien kurang dari kebutuhan tubuh,dikarenakan klien hanya sering makan 2 kali sehari dan hanya sering mengkonsumsi telur sebagai lauknya,disamping itu keluarga klien juga terhambat oleh status ekonomi sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi An.A.
2. Diangnosis yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian adalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan Kurang pengetahuan.
3. Rencana asuhan keperawatan dengan kebutuhan dasar nutrisi pada An. A yaitu, kaji frekuensi makan klien perhari, kaji tentang nafsu makan klien, kaji tentang jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi klien, kaji tanda-tanda vital,berat badan,tinggi badan klien, diskusikan bersama klien kemungkinan hlangnya nafsu makan, tawarkan makanan dalam jumlah
(4)
56
sedikit tapi sering, Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan kesukaan, anjurkan klien agar menjaga kebersihan mulut, anjurkan kepada keluarga agar tidak memaksa anak saat makan, anjurkan keluarga agar membuat suasana makan yang menyenangkan
4. Implementasi asuhan keperawatan dengan kebutuhan dasar nutrisi pada An. A yaitu, Mengkaji frekuensi makan klien perhari, mengkaji tentang nafsu makan klien, mengkaji tentang jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, mengkaji tanda-tanda vital,berat badan,tinggi badan klien, mendiskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan.
5. Evaluasi dengan kebutuhan dasar nutrisi pada An. A yaitu Ny.T mengatakan nafsu makan anaknya bertambah, porsi makan anaknya habis, frekuensi makan anaknya sudah 3 kali sehari, konjungtiva tidak seanemis sebelumnya dan Ny.T telah mengetahui cara pemenuhan nutrisi dan manfaat nutrisi bagi anaknya.
B.Saran
1. Bagi instansi pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar lebih banyak menyediakan referensi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa DIII Keperawatan.
(5)
57 2. Bagi klien dan keluarga
Agar memperoleh pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi serta meningkatkan kemandirian bagi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kebutuhan nutrisi. 3. Bagi profesi keperawatan
Bagi profesi keperawatan agar dapat meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar nutrisi.
4. Bagi mahasiswa
Agar menggali lebih dalam lagi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan nutrisi.
(6)
58
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Alimul, A. (2005). Buku ajar keutuhan dasar manusia (KDM),
pendekatan kurikulum berbasis kompetensi; editor : Moh. Wildan. Surabaya : Health Books Pulishing
Hidayat, Alimul, A. (2006).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi Konsep dan Proses dan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Alimul, A. (2012). Buku ajar kebutuhan dasar manusia(KDM),
pendekatan kurikulum berbasis kompetensi; editor : Moh. Wildan. Surabaya : Health Books Pulishing
Herdman, T. H. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Moorhead, Jhonson, Maas. 2003. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby-Year Book.
Potter, P dan Perry, A. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep proses dan praktik. Ed. 4. Jakarta : EGC
Sheila L, Videbeck. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC Tjokkronegoro, A. H. (2003). Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta : FK UI
Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan; edisi ketiga. Jakarta : Salemba Medika
Tarwoto dan Wartonah.(2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika.
Townsend, M. C. (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri.Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.