Karakteristik Lanjut Usia Penyakit Jantung cardiovasculer

kadar kolesterol plasmaserum adalah faktor resiko utama terjadinya aterosklerosis, sedangkan penyebab sekunder adalah stres, kurang gerak, pola makan yaitu terlalu banyak mengkonsumsi lemak yang akan meningkatkan trigiserida plasma ditambah dengan konsumsi kolesterol. Rasio kolesterol HDL high density level dengan LDL low density level berbanding terbalik dengan terjadinya aterosklerosis dan ini lebih berarti daripada hubungan dengan total kolesterol serum LDL yang berlebihan memicu terjadinya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah. Selain konsumsi lemak yang berlebih, kekurangan konsumsi zat gizi mikro vitamin dan mineral dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis, seperti vitamin C, vitamin E, dan vitamin B6 yang dapat meningkatkan kadar homosistein Sunita, 2003.

2.1.2 Karakteristik Lanjut Usia

Batasan lanjut usia menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia di Indonesia dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun. Namun, menurut WHO, batasan lanjut usia dibagi atas: usia pertengahan middle age yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia elderly yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua old 75-90 tahun, dan usia sangat tua very old di atas 90 tahun Hadywinoto, 1999. Dalam penelitian ini batasan umur lanjut usia yang digunakan adalah batasan umur lanjut usia menurut Depkes 2008 yang juga dipakai untuk pencatatan Kartu Menuju Sehat KMS lanjut usia di Puskesmas yaitu: usia pra senilis 45-59 tahun, lanjut usia lansia 60-69 tahun dan usia lanjut resiko tinggi yaitu usia 70 tahun atau lebih. Universitas Sumatera Utara Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah: 1. Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita, terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan wanita. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka wanita mungkin menghadapi osteoporosis. 2. Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup jandaduda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis. 3. Living arrangement: Misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri, anak atau keluarga lainnya. - Tanggungan keluarga: Masih menanggung anak atau anggota keluarga - Tempat tinggal: Rumah sendiri, tinggal dengan anak. Dewasa ini kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia akan ditinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda. 4. Kondisi kesehatan - Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari, seperti mandi, buang air kecil dan besar. - Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena penyakit kroniknya sudah memerlukan perawatan khusus. Universitas Sumatera Utara 5. Keadaan ekonomi - Sumber pendapat resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau masih bisa aktif. - Sumber pendapatan keluarga: Ada tidaknya bantuan keuangan dari anakkeluarga lainnya, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya. - Kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun. Sampai seberapa besar pendapatan lansia dapat memenuhi kebutuhannya Bustan, 2007.

2.1.3 Sifat Penyakit Lanjut Usia