Hubungan Gaya Hidup dengan Status Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Medan Tahun 2014
HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN STATUS KESEHATAN LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PASAR MERAH MEDAN TAHUN 2014
TESIS
Oleh
SABARIAH Br SIDABUTAR 127032202/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
CORRELATION BETWEEN LIFESTYLE AND HEALTH STATUS OF OLD PEOPLE IN THE WORKING AREA OF PASAR MERAH
PUSKESMAS, MEDAN, IN 2014
THESIS
By
SABARIAH Br SIDABUTAR 127032202/IKM
MAGISTRATE IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN STATUS KESEHATAN LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PASAR MERAH MEDAN TAHUN 2014
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiolgi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SABARIAH Br SIDABUTAR 127032202/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
Judul Tesis : HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN STATUS KESEHATAN LANJUT USIA di WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR MERAH MEDAN TAHUN 2014
Nama Mahasiswa : Sabariah Br Sidabutar Nomor Induk Mahasiswa : 127032202
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(5)
Telah diuji
Pada Tanggal : 29 Agustus 2014
____________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes 2. drh. Rasmaliah, M.Kes
(6)
PERNYATAAN
HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN STATUS KESEHATAN LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PASAR MERAH MEDAN TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2014
Sabariah Br Sidabutar 127032202/IKM
(7)
ABSTRAK
Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan di seluruh dunia, diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang dengan peningkatan sekitar 11,34%. Peningkatan tersebut diikuti dengan perubahan gaya hidup yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Di Puskesmas Pasar Merah Medan banyak lansia yang sakit rata-rata 50 orang per bulan dengan keluhan sering mengalami nyeri sendi, sakit kepala, sulit tidur, batuk-batuk dan kebas-kebas di seluruh tubuh dan didapatkan juga informasi bahwa penyakit yang sering dialami lansia adalah tekanan darah tinggi, stroke ringan, diabetes mellitus dan rematik dan ada juga lansia yang merokok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap status kesehatan lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Medan Tahun 2014.
Jenis penelitian yang dilakukan pada Januari 2014 hingga Agustus 2014 menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdaftar dan mendapatkan pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Medan yang berumur > 45 tahun yang berjumlah 1949 orang. Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 orang lansia dengan teknik pengambilan sampel proporsi. Analisis data menggunakan uji Regresi Logistik dengan α = 0,05.
Hasil penelitian secara statistik menunjukkan pola makan (95%CI = 1,90 – 11,95 dengan RP 2,42), aktivitas fisik (95% CI = 1,57 – 9,43 dengan RP 2,12), kebiasaan istirahat (95% CI = 1,16 – 9,41 dengan RP 2,03) dan riwayat merokok (95% CI = 1,02 – 7,70 dengan RP 1,57) berhubungan dengan status kesehatan lansia. Variabel yang dominan berhubungan dengan status kesehatan lansia adalah variabel pola makan.
Dinas Kesehatan Kota Medan agar membuat kebijakan khusus dengan cara meningkatkan penyuluhan yang terkait dengan gaya hidup. Puskesmas Pasar Merah Medan agar lebih meningkatkan penyuluhan yang terkait dengan gaya hidup dengan melibatkan keluarga khususnya cara memperbaiki pola makan dan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan status kesehatan tidak baik. Lansia diharapkan dapat memperbaiki pola makan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
(8)
ABSTRACT
The number of old people is growing rapidly throughout the world. It is estimated that in 2020 the number of old people in Indonesia will reach to 28.8 million by the increase of 11.34%. The increase is followed by the change in lifestyle which can cause health problem. There were about 50 old people who are sick per month at Pasar Merah Puskemas, Medan. They usually complain about pain in the joints, headache, insomnia, coughing, and numb throughout their bodies. It is also told that they are usually affected by hypertension, light stroke, diabetes mellitus, and rheumatism; some of them smoke. The objective of the research was to analyze the correlation between lifestyle and old people’s health status in the working area of Pasar Merah Puskesmas, Medan, in 2014.
The research used observational analytic method with cross sectional design. It was conducted from January to August, 2014.The population was 1949 listed old people who more than 45 years old and were treated at Pasar Merah Puskesmas, Medan, and 96 of them were used as the samples, taken by using proportional sampling technique. The data were analyzed by using logistic regression test at α= 0.05.
The research statistical present that consumtion consep (95%CI= 1,90-11,95 with RP 2,42), sinner activity (95%CI= 1,57-9,43 with RP 2,12), take a rest (95%CI= 1,16-9,41 with RP 2,03) and smoke historic (95%CI= 1,02-7,70 with RP 1,57) correlation between health status of old people. The variable which had the most dominant influence was the variable of eating pattern
It is recommended that Medan Health Service make specific policy by improving counseling related to lifestyle. The management of Pasar Merah Puskesmas improve counseling related to lifestyle by involving families, especially by improving eating pattern and by reducing bad habits which can cause bad health condition. The old people should improve their eating pattern in their daily life.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Hubungan Gaya Hidup dengan Status Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Medan Tahun 2014”.
Dalam penulisan Tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc (CTM)., Sp.A.,(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya penulisan tesis ini.
5. Ernawati Nasution, S.K.M, selaku Pembimbing Kedua yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya penulisan tesis ini.
(10)
6. drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU sekaligus penguji yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.
7. drh. Hiswani, M.Kes selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.
8. Seluruh Dosen di Departemen Epidemilogi FKM USU yang telah memberikan banyak ilmu, masukan dan dukungan bagi penulis.
9. Dr. El Rina selaku Kepala Puskesmas Pasar Merah Medan yang telah memberi izin kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini.
10. Teristimewa untuk Ayahanda Samadani Sidabutar, dan Ibunda Nurmaidah Br Gultom, serta Kakanda Nurasiah Sidabutar, Adinda Limah, Cahaya, Khaimah, dan Raja yang telah banyak memberikan motivasi, semangat, dukungan moril maupun materil dari awal perkuliahan sampai akhir, dan yang selalu mendoakan penulis.
11. Buat suami tercinta dan terkasih Indra Budi Rinaldi, SE, serta ananda Mahirah yang telah banyak memberikan motivasi, semangat, dukungan moril maupun materil dari awal perkuliahan sampai akhir, dan yang selalu mendoakan penulis. 12. Sahabat – sahabat di Minat Studi Epidemiologi (AKK/E) 2012 FKM USU terima
kasih banyak atas kebersamaan, bantuan, dukungan, waktu serta masukan yang diberikan.
13. Buat semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kerja sama dan doanya.
(11)
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, September 2014 Penulis
Sabariah Br Sidabutar 127032202/IKM
(12)
RIWAYAT HIDUP
Sabariah Br Sidabutar, lahir pada tanggal 22 Desember 1984 di Medan Propinsi Sumatera Utara, beragama Islam, anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Ayahanda Samadani Sidabutar dan Ibunda Nurmaidah Br Gultom. Sudah menikah dan memiliki seorang putri.
Penulis mulai melaksanakan pendidikan dasar di SD Negeri 142439 Padang Sidempuan (1991-1997), SLTP Negeri 8 Medan (1997-2000), SMU Swasta Eria Medan (2000-2003), S-1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia (2003-2007) dan Tahun 2012 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat pada minat studi Manajemen Administrasi Kesehatan Komunitas / Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Bekerja sebagai tenaga pengajar di Akademi Kebidanan Sifra Husada Marindal (2010 s/d sekarang).
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Hipotesis Penelitian ... 8
1.5. Manfaat Penelitian ... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Definisi Lanjut Usia ... 9
2.1.1. Indikator Status Kesehatan ... 13
2.1.2. Karakteristik Lanjut Usia ... 21
2.1.3. Sifat Penyakit Lanjut Usia ... 23
2.1.4. Program Kesehatan Lanjut Usia... 26
2.1.5. Upaya Kesehatan Bagi Lanjut Usia ... 26
2.1.6. Penanganan Lanjut Usia ... 29
2.2. Gaya Hidup ... 30
2.3. Lanjut Usia... ... 43
2.3.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penuaan ... 44
2.3.2. Permasalahan yang Terjadi pada Lanjut Usia ... 44
2.4. Landasan Teori ... 47
2.5. Kerangka Konsep ... 48
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 50
3.1. Jenis Penelitian ... 50
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 50
(14)
3.3. Populasi dan Sampel ... 50
3.3.1. Populasi ... 50
3.3.2. Sampel ... 51
3.4. Jenis Metode Pengumpulan Data ... 52
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 55
3.5.1. Variabel Penelitian ... 55
3.5.2. Definisi Operasional ... 55
3.6. Metode Pengukuran ... 56
3.7. Metode Analisis Data ... 58
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 60
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 60
4.2. Karakteristik Lanjut Usia ... 61
4.3. Gaya Hidup Lanjut Usia... 63
4.3.1. Pola Makan Lanjut Usia ... 64
4.3.2. Aktifitas Fisik Lanjut Usia ... 64
4.3.3. Kebiasaan Istirahat Lanjut Usia ... 64
4.3.4. Riwayat Merokok Lanjut Usia ... 65
4.3.5. Status Kesehatan Lanjut Usia ... 65
4.4. Analisis Bivariat ... 66
4.4.1. Hubungan Pola Makan dengan Status Kesehatan Lanjut Usia ... 66
4.4.2. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Status Kesehatan Lanjut Usia ... 67
4.4.3. Hubungan Kebiasaan Istirahat dengan Status Kesehatan Lanjut Usia ... 68
4.4.4. Hubungan Riwayat Merokok dengan Status Kesehatan Lanjut Usia ... 69
4.5. Hubungan Gaya Hidup dengan Status Kesehatan Lanjut Usia ... 70
BAB 5. PEMBAHASAN ... 73
5.1. Hubungan Pola Makan terhadap Status Kesehatan Lanjut Usia ... 73
5.2. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Status Kesehatan Lanjut Usia ... 77
5.3. Hubungan Kebiasaan Istirahat dengan Status Kesehatan Lanjut Usia ... 80
5.4 Hubungan Riwayat Merokok dengan Status Kesehatan Lanjut Usia ... 83
(15)
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
6.1. Kesimpulan ... 86
6.2. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN
(16)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Pola Susunan Makanan Lanjut Usia dalam Sehari Berdasarkan
Menu Seimbang ... 33
2.2 Menu untuk Lanjut Usia dalam Sehari... 34
2.3 Berbagai Kelompok Makanan Pengganti/Penukar ... 35
3.1 Distribusi Sampel Menurut Kelurahan... 52
3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Status Kesehatan dan Gaya Hidup (Pola Makan, Aktivitas Fisik, Kebiasaan Istirahat) ... 53
3.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Gaya Hidup (Pola Makan, Aktivitas Fisik, Kebiasaan Istirahat) ... 55
3.4 Nama Variabel, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur ... 58
4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Lanjut Usia ... 62
4.2 Distribusi Frekuensi Pola Makan di Puskesmas Pasar Merah Medan ... 64
4.3 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik di Puskesmas Pasar Merah Meda ... 64
4.4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Istirahat di Puskesmas Pasar Merah Medan ... 65
4.5 Distribusi Frekuensi Riwayat Merokok di Puskesmas Pasar Merah Medan ... 65
4.6 Distribusi status Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas Pasar Merah Medan ... 66
4.7 Hasil Analisis antara Pola Makan dengan Status Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas Pasar Merah Medan ... 67
4.8 Hasil Analisis antara Aktifitas Fisik dengan Status Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas Pasar Merah Medan ... 68
(17)
4.9 Hasil Analisis antara Kebiasaan Istirahat dengan Status Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas Pasar Merah Medan ... 69 4.10 Hasil Analisis antara Riwayat Merokok dengan Status Kesehatan
Lanjut Usia di Puskesmas Pasar Merah Medan ... 70 4.11 Analisis Gaya Hidup (Pola Makan, Aktifitas Fisik, Kebiasaan
Istirahat dan Riwayat Merokok) terhadap Status Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas Pasar Merah Medan ... 71
(18)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 48
(19)
ABSTRAK
Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan di seluruh dunia, diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang dengan peningkatan sekitar 11,34%. Peningkatan tersebut diikuti dengan perubahan gaya hidup yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Di Puskesmas Pasar Merah Medan banyak lansia yang sakit rata-rata 50 orang per bulan dengan keluhan sering mengalami nyeri sendi, sakit kepala, sulit tidur, batuk-batuk dan kebas-kebas di seluruh tubuh dan didapatkan juga informasi bahwa penyakit yang sering dialami lansia adalah tekanan darah tinggi, stroke ringan, diabetes mellitus dan rematik dan ada juga lansia yang merokok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap status kesehatan lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Medan Tahun 2014.
Jenis penelitian yang dilakukan pada Januari 2014 hingga Agustus 2014 menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdaftar dan mendapatkan pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Medan yang berumur > 45 tahun yang berjumlah 1949 orang. Sampel pada penelitian ini berjumlah 96 orang lansia dengan teknik pengambilan sampel proporsi. Analisis data menggunakan uji Regresi Logistik dengan α = 0,05.
Hasil penelitian secara statistik menunjukkan pola makan (95%CI = 1,90 – 11,95 dengan RP 2,42), aktivitas fisik (95% CI = 1,57 – 9,43 dengan RP 2,12), kebiasaan istirahat (95% CI = 1,16 – 9,41 dengan RP 2,03) dan riwayat merokok (95% CI = 1,02 – 7,70 dengan RP 1,57) berhubungan dengan status kesehatan lansia. Variabel yang dominan berhubungan dengan status kesehatan lansia adalah variabel pola makan.
Dinas Kesehatan Kota Medan agar membuat kebijakan khusus dengan cara meningkatkan penyuluhan yang terkait dengan gaya hidup. Puskesmas Pasar Merah Medan agar lebih meningkatkan penyuluhan yang terkait dengan gaya hidup dengan melibatkan keluarga khususnya cara memperbaiki pola makan dan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan status kesehatan tidak baik. Lansia diharapkan dapat memperbaiki pola makan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
(20)
ABSTRACT
The number of old people is growing rapidly throughout the world. It is estimated that in 2020 the number of old people in Indonesia will reach to 28.8 million by the increase of 11.34%. The increase is followed by the change in lifestyle which can cause health problem. There were about 50 old people who are sick per month at Pasar Merah Puskemas, Medan. They usually complain about pain in the joints, headache, insomnia, coughing, and numb throughout their bodies. It is also told that they are usually affected by hypertension, light stroke, diabetes mellitus, and rheumatism; some of them smoke. The objective of the research was to analyze the correlation between lifestyle and old people’s health status in the working area of Pasar Merah Puskesmas, Medan, in 2014.
The research used observational analytic method with cross sectional design. It was conducted from January to August, 2014.The population was 1949 listed old people who more than 45 years old and were treated at Pasar Merah Puskesmas, Medan, and 96 of them were used as the samples, taken by using proportional sampling technique. The data were analyzed by using logistic regression test at α= 0.05.
The research statistical present that consumtion consep (95%CI= 1,90-11,95 with RP 2,42), sinner activity (95%CI= 1,57-9,43 with RP 2,12), take a rest (95%CI= 1,16-9,41 with RP 2,03) and smoke historic (95%CI= 1,02-7,70 with RP 1,57) correlation between health status of old people. The variable which had the most dominant influence was the variable of eating pattern
It is recommended that Medan Health Service make specific policy by improving counseling related to lifestyle. The management of Pasar Merah Puskesmas improve counseling related to lifestyle by involving families, especially by improving eating pattern and by reducing bad habits which can cause bad health condition. The old people should improve their eating pattern in their daily life.
(21)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lanjut usia sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai lanjut usia dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Dikatakan lanjut usia tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan. Konteks kebutuhan tersebut dihubungkan secara biologis, sosial, dan ekonomi dan dikatakan lanjut usia dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya berlangsung sampai kehidupan dewasa (Depkes RI, 1999). Batasan umur lanjut usia yang digunakan adalah batasan umur lanjut usia menurut Depkes (2008) yang juga dipakai untuk pencatatan Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia di Puskesmas yaitu usia pra senilis 45-59 tahun, lanjut usia (lansia) 60-69 tahun dan usia lanjut risiko tinggi yaitu usia 70 tahun atau lebih (Depkes RI, 2008).
Peningkatan pertumbuhan penduduk lanjut usia mulai dirasakan sejak tahun 2000 yaitu jumlah lanjut usia 14,4 juta orang dengan peningkatan 7,18% dengan usia harapan hidup 64,5 tahun, pada tahun 2006 jumlah lanjut usia 19 juta orang dengan peningkatan sekitar 8,9% dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Tahun 2010 penduduk lanjut usia diperkirakan sebanyak 23,9 juta orang dengan peningkatan 9,7% dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang dengan peningkatan sekitar 11,34% dan usia harapan hidup 71,1 tahun. Diperkirakan pada
(22)
tahun 2020-2025 Indonesia akan berada di peringkat empat dunia di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat (Nugroho, 2008).
Peningkatan penduduk lanjut usia tersebut menurut Nugroho (1995), disebabkan oleh karena meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup ini disebabkan oleh 3 hal yaitu: (1) kemajuan dalam bidang kesehatan, (2) meningkatnya sosial ekonomi dan (3) meningkatnya pengetahuan masyarakat.
Menurut Nugroho (1999), jika pemerintah dan berbagai program pembangunan tidak mengantisipasi keadaan ini maka keberadaan lanjut usia akan menjadi bom waktu. Dengan meningkatnya jumlah lanjut usia maka akan membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah lanjut usia itu mengalami kemunduran, baik secara fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh akan membuat lanjut usia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis.
Menjadi tua merupakan suatu fenomena alamiah sebagai akibat proses menua. Fenomena ini bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu keadaan yang wajar yang bersifat universal. Proses menua bersifat regresif dan mencakup proses
organobiologis, psikologik serta sosiobudaya. Menjadi tua ditentukan secara genetik dan dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang (Tamher, 2009).
Agar tetap sehat sampai tua, sejak muda seseorang perlu membiasakan gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok. Hal ini tidak semudah yang dibayangkan. Gaya hidup sehat ini semestiya sudah dilakukan sejak masih muda sehingga ketika memasuki masa lanjut
(23)
usia seseorang dapat menjalani hidupnya dengan bahagia terhindar dari banyak masalah kesehatan. Demikian halnya dengan gaya hidup yang salah dapat memengaruhi kesehatan antara lain kurang minum air putih, kurang gerak, mengonsumsi makanan yang berkalori tinggi, kebiasaan istirahat yang tidak teratur dan kebiasaan merokok (Sediaoetama, 2004).
Menurut Syumanda (2009), melalui gaya hidup yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai penyakit. Perubahan gaya hidup seperti konsumsi makanan cepat saji, pola makan yang tidak baik, kebiasaan merokok dan kurangnya aktivitas fisik, aktivitas fisik yang serba praktis merupakan salah satu pemicu untuk timbulnya penyakit berbahaya seperti Diabetes Mellitus, Tekanan Darah Tinggi (hipertensi), Penyakit Jantung dan Stroke (Bustan, 2007).
Menurut Bustan (2007), secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan: (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf yaitu otak (3) perubahan panca indra: penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan didalam bergerak. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari (Watson, 2003).
Secara individu pengaruh proses ketuaan menimbulkan berbagai masalah. Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan penduduk lanjut usia adalah permasalahan kesehatan, sebab perjalanan penyakit pada lanjut usia mempunyai ciri
(24)
tersendiri yaitu bersifat menahun, semakin berat dan sering kambuh. Masalah kesehatan lanjut usia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan degeneratif juga secara progresif tubuh akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi, disamping itu juga dengan bertambahnya usia muncul masalah psikologis. Sejalan dengan bertambahnya umur, lansia sudah tidak produktif lagi, kemampuan fisik maupun mental mulai menurun, tidak mampu lagi melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih berat, memasuki masa pensiun, ditinggal mati pasangan, stress menghadapi kematian, depresi, munculnya berbagai macam penyakit dan lain-lain (Darmojo, 1999). Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lanjut usia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility
(kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment
(gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar),
isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang),
iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur),
immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi) (Bustan, 2007). Selanjutnya menurut Bustan (2007), penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelompok lanjut usia adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke), gangguan metabolik (Diabetes Mellitus), gangguan persendian (arthritis, encok, dan terjatuh), gangguan psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak berfungsi lagi). Dari hasil sebuah studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan
(25)
lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lanjut Usia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit yang terbanyak diderita lanjut usia adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab utama disability ataupun kelemahan pada lanjut usia. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui penyakit/masalah sedini mungkin. Dengan demikian proses penyakit dapat dihambat atau dicegah sedini mungkin agar tetap dalam keadaan sehat, baik fisik maupun mental serta sosial (Nugroho, 2008).
Menurut WHO, gaya hidup kurang sehat dapat merupakan 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan didunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh kurangnya bergerak atau kurang aktivitas fisik, hal ini karena kalori yang masuk tidak sebanding dengan kalori yang keluar sehingga makin lama makin banyak kalori yang menumpuk sehingga menjadi beban bagi tubuh dan tubuh menjadi terganggu yang kemudian meyebabkan kemunduran fisik yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit, misalnya Diabetes Mellitus, Tekanan Darah Tinggi, Penyakit Jantung dan Stroke.
Angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan gambaran mengenai derajat kesehatan penduduk secara umum. Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2009 sebesar 30,46%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lanjut usia terdapat sekitar 30 orang diantaranya mengalami sakit. Angka kesakitan penduduk lanjut usia perkotaan (27,20%) lebih rendah dibandingkan lanjut usia pedesaan (32,96%). Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk lanjut usia perkotaan relatif lebih
(26)
baik dibandingkan lanjut usia di daerah pedesaan. Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2005 sebesar 29,98%, tahun 2007 sebesar 31,11% dan tahun 2009 sebesar 30,46% (BPS, 2009). Angka kematian pada lanjut usia tidak begitu mempengaruhi harapan hidup pada waktu lahir, karena ternyata menurut angka-angka yang terkumpul harapan hidup waktu usia 60 tahun dinegara-negara kurang berkembang (14,9 tahun) dan negara-negara yang sudah berkembang (18,5 tahun).
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia di atas 60 tahun di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari sebesar 554.761 jiwa (4,6%) pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 765.882 jiwa (5,9%) pada tahun 2010. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk lanjut usia di kota Medan mencapai 117.216 orang (5,59%) yang meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837 orang (3,85%).
Untuk menghasilkan penduduk lanjut usia yang sehat tidaklah mudah dan memerlukan kerja sama para pihak, antara lain: lanjut usia itu sendiri, keluarga, masyarakat, pemerintah, organisasi dan pemerhati kesejahteraan serta profesi dibidang kesehatan yang lebih penting adalah peran aktif dari lanjut usia sendiri dan keluarga dalam melaksanakan gaya hidup sehat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan. Pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posyandu lanjut usia, pelayanan kesehatan lanjut usia ditingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit (Watson, 2003).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Anna (2007) di 27 propinsi di Indonesia didapatkan hasil persentase lanjut usia perempuan (53,0%) lebih besar dari
(27)
persentase lanjut usia laki-laki (47%). Tetapi persentase lanjut usia yang sakit lebih banyak pada lanjut usia laki-laki daripada lanjut usia perempuan. Sebagian besar lanjut usia mengaku tidak mengalami gangguan kesehatan selama 1 minggu terakhir sebelum pengambilan data dan hanya 27,5% lanjut usia yang mempunyai keluhan kesehatan seperti batuk, pilek, panas, dan sakit kepala berulang yang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pasar Merah Medan didapatkan informasi bahwa wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah Medan terdiri dari 4 kelurahan, yaitu kelurahan Teladan Timur, kelurahan Pasar Merah Barat, kelurahan Kota Matsum III dan kelurahan Sei Rengas I. Dari survei awal didapat jumlah yang lanjut usia seluruhnya 1.949 orang. Selanjutnya didapatkan juga informasi bahwa banyak lanjut usia yang sakit dengan keluhan yang sering dialami nyeri sendi, sakit kepala, sulit tidur, batuk-batuk dan kebas-kebas di seluruh tubuh. Dan penyakit yang sering dialami adalah tekanan darah tinggi, stroke ringan, diabetes mellitus dan rematik. Pengamatan lebih lanjut di Puskesmas dan menurut keterangan petugas puskesmas yang biasa menangani lanjut usia bahwa masih ada lanjut usia yang pola makannya tidak baik. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Gaya Hidup dengan Status Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Medan Tahun 2014”. 1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah Apakah ada hubungan gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok) dengan status
(28)
kesehatan lanjut usia (lansia) di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah Medan tahun 2014
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok) dengan status kesehatan lanjut usia (lansia) di wilayah kerja Puskesmas Pasar Merah Medan tahun 2014.
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok) dengan status kesehatan lanjut usia (lansia)
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan dan informasi bagi Puskesmas Pasar Merah Medan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia
2. Sebagai informasi bagi masyarakat agar membiasakan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menghadapi masa lanjut usia yang sehat dan bahagia
(29)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Lanjut Usia
Pengertian sehat lanjut usia mengacu pada rumusan sehat WHO yang maknanya bagi lanjut usia adalah kemandirian dalam perikehidupan biopsiko-sosiologiknya. Seorang lanjut usia untuk terbebas sama sekali dari penyakit dan kelemahan adalah merupakan hal yang hampir mustahil. Namun yang terpenting, apapun penyakit yang menyertai lanjut usia, penyakit itu dapat dikelola dengan baik sehingga lanjut usia mampu mandiri secara paripurna (bio-psiko-sosiologik). Secara sosial pengertian sehat bagi lanjut usia diartikan mempunyai kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya (Darmojo,1999).
Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh akan membuat lanjut usia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Selain itu pada lanjut usia juga sering terjadi ketergantungan fisik, tidak dapat lagi melakukan aktivitas sehari-hari sendiri oleh karena adanya penyakit. Adanya peningkatan jumlah lanjut usia juga akan mambuat masalah kesehatan yang dihadapi akan semakin kompleks terutama yang berkaitan dengan masalah penuaan (Nugroho, 1995).
Dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 mengenai kesehatan, dikatakan sehat adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No.36, 2009).
Status kesehatan seseorang terwujud oleh empat dimensi kesehatan tersebut antara fisik, mental, sosial dan ekonomi yang saling memengaruhi dalam
(30)
mewujudkan tingkat kesehatan seseorang. Pengertian sehat tersebut tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau lanjut usia, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi lanjut usia atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfaat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat (Darmojo, 1999). Keempat dimensi kesehatan tersebut saling memengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat. Seseorang yang sehat fisiknya belum tentu sehat mentalnya, demikian juga orang yang sehat fisik dan mentalnya belum tentu sehat spiritualnya, sebaliknya orang yang sehat fisik, mental dan spiritualnya belum tentu sehat sosialnya. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
(31)
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional dan spiritual.
a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan berpikir
b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya
c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu diluar alam fana ini. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang diluar alam fana ini. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil 2 aspek fisik (badan) dan aspek mental dalam status kesehatan lanjut usia, dimana kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak ada keluhan dan memang secara klinis
(32)
tidak adanya penyakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sedangkan kesehatan mental dapat terlihat dari 3 komponen, yaitu: pikiran, emosional dan spiritual (Notoatmodjo, 2007). Status kesehatan dikatakan baik apabila sewaktu diadakan pemeriksaan secara fisik tidak ada keluhan penyakit, tekanan darah normal, status mental emosional negatif (tidak ada gangguan) sesuai dengan data yang didapatkan dari KMS lanjut usia. Sebaliknya status kesehatan lanjut usia dikatakan tidak baik adalah apabila kondisi kesehatan lanjut usia secara menyeluruh baik fisik maupun mental sewaktu diadakan pemeriksaan kesehatan fisik ada keluhan penyakit, tekanan darah tidak normal (tekanan darah tinggi/rendah), status mental emosional positif, ada gangguan (Nugroho, 2008).
Menurut Mc. Kenzie (2006), banyak yang beranggapan bahwa status kesehatan lanjut usia telah membaik selama beberapa tahun ini karena banyak lanjut usia yang hidup lebih lama, namun di sisi lain menurut Darmojo (1999) penduduk lanjut usia sangat rentan terhadap infeksi, mudah terserang penyakit. Faktor resiko yang paling konsisten dari sakit dan kematian untuk seluruh penduduk adalah usia, dan secara umum, status kesehatan lanjut usia tidak sebaik saat mereka muda. Seperti sudah dikemukakan diatas oleh Nugroho (2008) bahwa pada lanjut usia akan terjadi berbagai kemunduran organ tubuh. Jadi yang diharapkan pada lanjut usia walaupun usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan dengan memperhatikan gaya hidup seperti pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat, tidak merokok dan lain-lain (Sediaoetama, 2004).
(33)
Indikator status kesehatan lanjut usia ataupun gambaran kondisi kesehatan lanjut usia dapat dilihat dari morbiditas (angka kesakitan), mortalitas (angka kematian) dan perilaku kesehatan serta pilihan gaya hidup.
1. Morbiditas (Angka Kesakitan)
Mutu kehidupan lanjut usia menurun jika lanjut usia sering sakit, dan jika kondisi sering kronis atau cedera yang mengakibatkan selalu membatasi kemampuan. Jika lanjut usia dapat mempertahankan kemandirian mereka tentu akan menghindari jasa perawatan yang mahal, misalnya belanja sendiri, masak sendiri makanan mereka, mandi dan berpakaian sendiri, dan berjalan serta menaiki tangga tanpa bantuan orang lain. Untuk lanjut usia umur 70 tahun ke atas yang tidak dirawat, hampir sepertiganya mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan seperempatnya tidak dapat melakukan aktivitas sedikitnya satu dari aktivitas fisik (misalnya: berjalan seperempat mil, berjalan menanjak sepuluh langkah tanpa istirahat, berdiri atau bertumpu pada kedua kaki selama dua jam duduk, membungkuk, berjongkok atau berlutut, menjangkau sesuatu yang tinggi, menjulurkan tangan seolah-olah hendak menjabat tangan orang dengan menggunakan jari-jari untuk menggenggam atau memegang, mengangkat atau membawa sesuatu seberat 5 kg). Keterbatasan aktivitas fisik pada lanjut usia semakin bertambah seiring dengan semakin bertambahnya usia dan wanita lebih berkemungkinan daripada pria untuk mengalami keterbatasan fisik. Berkurangnya aktivitas itu dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe, kondisi kronis dan kerusakan.
(34)
Pada tahun 1998, lima penyebab utama kematian untuk lanjut usia berdasarkan jumlah kematian adalah : penyakit Jantung, Kanker, Stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Pneumonia, Diabetes Mellitus, dan Hipertensi. Penyakit Jantung, Stroke, dan PPOK merupakan penyebab kematian tertinggi, hampir tujuh dari setiap sepuluh kematian. Selama 50 tahun terakhir angka mortalitas keseluruhan lanjut usia menurut usia secara kontinu menunjukkan penurunan. Alasan utamanya adalah menurunnya angka kematian akibat penyakit jantung dan stroke. Walaupun menurun, penyakit jantung tetap menjadi penyebab utama kematian untuk kelompok lanjut usia, sekitar 35% dari seluruh kematian. Tidak seperti angka kematian untuk penyakit jantung dan stroke, angka kematian akibat kanker tetap sama setiap tahun. Peningkatan tertinggi angka kematian untuk lanjut usia terjadi pada kasus Diabetes dan PPOK. Antara tahun 1980-1997, angka kematian menurut usia akibat Diabetes meningkat 32%, sementara akibat PPOK 57% (Depkes RI, 2008).
3. Perilaku Kesehatan dan Pilihan Gaya Hidup
Perilaku kesehatan dan faktor sosial merupakan hal yang memengaruhi lanjut usia dalam hal membantu lanjut usia memelihara kesehatan dan menjalani hidup sehari-hari. Beberapa lanjut usia percaya bahwa mereka terlalu tua untuk mendapatkan manfaat apapun dari perubahan perilaku kesehatan mereka. Hal itu tentu saja tidak benar, tidak pernah ada kata terlambat untuk melakukan perubahan untuk kebaikan.
Pada umumnya lanjut usia memiliki lebih banyak perilaku kesehatan yang baik daripada orang yang lebih muda. Lanjut usia akan lebih kecil kemungkinannya
(35)
untuk mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. Pada tahun 1995, didapatkan data bahwa 28% pria lanjut usia dan 39% wanita lanjut usia lebih banyak duduk daripada mereka yang aktif, tipe aktivitas yang paling umum dilakukan adalah aktivitas ringan sampai menengah, misalnya berjalan-jalan, berkebun, dan melemaskan diri (Koswara, 2011).
Berikut ini adalah patofisiologi dari beberapa penyakit degeneratif pada lanjut usia, yaitu:
a. Diabetes Mellitus (DM)
Perubahan gaya hidup dan pola makan meningkatkan timbulnya penyakit degeneratif, seperti Diabetes Mellitus (DM), Hipertensi dan Jantung Koroner. Prevalensi penderita DM di Indonesia diperkirakan mencapai 5 juta pada tahun 2020 (Bustan, 2007). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2003, DM adalah penyakit kronik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah, membutuhkan perawatan medis berkelanjutan dan memerlukan kerjasama dengan penderitanya untuk dapat mengelola secara mandiri, dalam rangka mencegah komplikasi akibat penyakitnya. Keadaan ini disebabkan karena adanya faktor yang menghambat kerja insulin atau jumlah insulin menurun. Insulin merupakan salah satu hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Hormon insulin berfungsi mengendalikan kadar gula darah dalam tubuh. Bila kadar gula berlebihan akan menimbulkan hiperglikemia, sedangkan pada kekurangan atau cukup tetapi tidak efektif akan menyebabkan hipoglikemia.
Selanjutnya menurut ADA (2003), dikenal ada 4 jenis DM, yaitu DM tipe I disebabkan karena kerusakan sel beta pancreas sehingga penderita mengalami
(36)
kekurangan insulin, DM tipe II disebabkan karena gangguan pengeluaran insulin secara progresif dengan latar belakang resistensi insulin, DM tipe khusus disebabkan karena beberapa hal, misalnya gangguan genetik fungsi sel beta
pancreas, gangguan genetik kerja insulin, karena obat-obatan atau zat kimia, dan DM Gestasional, yaitu DM pada kehamilan. Penyebab penyakit DM terutama karena faktor keturunan, namun keturunan DM belum tentu akan mengidap penyakit DM, karena ada kemungkinan bakat DM ini tidak tampak secara klinis bila tidak ada faktor lain, seperti kurang gerak, makanan berlebihan, kehamilan, kekurangan hormon insulin yang disebabkan oleh pankreatomi atau pankreatitis, dan hormon insulin yang terpacu berlebihan.
Pembagian DM tersebut berdasarkan insulin terbagi atas dua tipe yaitu: IDDM (insulin dependent diabetes mellitus) dan NIDDM (Non-insulin dependent diabetes mellitus). IDDM atau juvenil DM merupakan penyakit DM yang terjadi karena kerusakan sel beta penghasil insulin, sehingga dalam pengobatannya selalu tergantung pada ketersediaan insulin. DM IDDM biasanya timbul sebelum usia 40 tahun, sering mengalami komplikasi ketosis, dan biasanya dihubungkan dengan morfologi sel beta dan kandungan insulin yang normal bila sel beta tidak mengalami kelelahan. Hampir semua penderita dengan DM IDDM badannya gemuk dan toleransi glukosanya kembali normal atau mendekati normal bila berat badannya dikurangi. Sebaliknya DM NIDDM merupakan penyakit DM yang terjadi karena pola makan yang tidak seimbang sehingga dalam pengobatannya tidak selalu tergantung pada ketersediaan insulin tetapi dengan merubah pola
(37)
makannya. NIDDM biasanya timbul setelah usia lanjut. Hampir semua penderita DM NIDDM berat badannya kurus (Bustan, 2007).
Gejala khas seperti poliuria, polidipsi, polifagia, rasa lemas, dan turunnya berat badan merupakan petunjuk penting disamping rasa kesemutan, gatal, dan mata kabur serta impotensia pada pria dan pruitosvulvae pada wanita. Dibandingkan dengan non-DM, penderita DM mempunyai kecenderungan mengidap penyakit menahun seperti trombosis serebri, kebutaan, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, selulitis, dan gangren.
Berdasarkan fenomena tersebut perlu adanya tindakan preventif terhadap timbulnya penyakit degeratif terutama hipertensi dan DM. Salah satu usaha untuk mengatasi penyakit tersebut adalah dengan mengatur diet pada pasien atau penderita dan latihan fisik sederhana yang semua bertujuan meminimalkan komplikasi yang mugkin timbul. Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untuk memenuhi semua zat gizi. Agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan zat gizi, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar tercapainya kondisi kesehatan yang prima (Supariasa, 2002).
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita DM untuk menghindari dan membatasi fluktuasi kadar glukosa darah yang tidak terkontrol sehingga penderita tidak mengalami hipoglikemia atau koma karena
hiperglikemia. Menurut Harvey (2003), tujuan terapi diet DM adalah untuk mencapai kadar gula darah normal, melindungi jantung, mengontrol kadar kolesterol dan tekanan darah, mencapai berat badan ideal, mencegah timbulnya
(38)
komplikasi. Menu makanan yang dianjurkan adalah karbohidrat dari biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, buah, dan susu rendah lemak atau tanpa lemak. Karbohidrat dan lemak tidak jenuh sebaiknya menyediakan 60-70% kebutuhan kalori. Lemak jenuh harus dihindari. Protein dibatasi, menyediakan 15-20% kebutuhan kalori. Protein ikan dan kedelai lebih baik bagi penderita DM. Kebutuhan gula dari makanan sebaiknya dipenuhi dari buah-buahan dengan jumlah sesuai kebutuhan (Bustan, 2007).
b. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah melebihi batas normal, yang diperoleh dari dua kali pengukuran tekanan darah pada dua kesempatan yang berbeda. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Hipertensi bisa menyerang semua usia. Jenis kelamin laki-laki lebih cenderung mengalami hipertensi dari pada wanita. Derajat hipertensi dapat dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat. Pembagian tersebut digunakan untuk menentukan intervensi yang akan digunakan. Semua tingkat hipertensi membutuhkan penanganan yang komprehensif, bukan mengandalkan pengobatan medis semata. Intervensi dalam hal pola makan dan aktivitas fisik/olahraga juga memegang peranan penting.
Berbagai faktor diketahui dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi esensial). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) pembuluh darah tepi dan peningkatan volume
(39)
aliran darah. Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui berbagai mekanisme.
Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah aterosklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih. Oleh karena itu untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak berlebih disamping pemberian obat-obatan bila perlu. Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih hati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause (Anie Kurniawan, 2002). Hal ini ditegaskan lagi oleh Federal Bureau of Prison (2004), bahwa saat hipertensi sudah terdiagnosis, maka modifikasi gaya hidup harus menjadi terapi awal. Mengurangi berat badan bagi yang kegemukan, membatasi asupan garam, dan melakukan latihan fisik/olahraga adalah bagian dari modifikasi gaya hidup. Pembatasan kolesterol dan lemak jenuh harus dilakukan. Sementara asupan kalium dan kalsium harus tetap ada, yaitu dengan banyak mengkonsumsi buah dan sayuran. Disisi lain, rokok dan alkohol harus dihindari karena akan meningkatkan risiko timbulnya komplikasi.
Hipertensi merupakan keadaan yang bersifat kronis, membutuhkan pengobatan kontinyu, dan sering menimbulkan berbagai komplikasi. Penyakit tersebut juga dikenal sebagai silent killer, karena jika tak terdeteksi dengan baik, sewaktu-waktu bisa menimbulkan keadaan emergensi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Dennysantoso, 2011)
(40)
c. Penyakit Jantung (cardiovasculer)
Penyakit kardivaskuler merupakan penyakit penyebab kematian utama dinegara maju. Namun ternyata penyakit ini sekarang juga mulai mendominasi angka mortalitas dan morbiditas negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Prvalensi penyakit kardiovaskuler pada tahun 1972 adalah 1,1 per 1000 penduduk dan meningkat 5 kali menjadi 5,9 per 1000 penduduk pada tahun 1980. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1986, 1992, dan 1995 menunjukkan adanya peningkatan proporsi kematian akibat penyakit kardiovaskuler masing-masing 9,7%, 16,4% dan 24,5%. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa proporsi penyakit kardiovaskuler sebesar 24,5% menduduki tempat teratas sebagai penyebab kematian. Penyakit tersebut timbul karena berbagai faktor risiko, seperti kebiasaan merokok, hipertensi, dislipidemia
(konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak), DM, usia lanjut, dan riwayat keluarga (Annie Kurniawan, 2002). Menurut Maria C. Linder, Ph.D dari California State University, Fullerton, CA, masih menjadi perdebatan tentang pengaruh faktor diet dan cara hidup terhadap terjadinya penyakit jantung, namun beberapa penelitian menduga bahwa penyebab utama terjadinya penyakit jantung adalah karena pola makan yang berhubungan dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena pada usia lanjut pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang. Pembuluh darah jantung yang mengalami ateroklerosis, akan mengalami peningkatan resistensi. Hal ini akan memicu jantung untuk meningkatkan denyutannya agar aliran darah dapat mencapai seluruh bagian tubuh. Merokok, tekanan darah tinggi, dan peningkatan
(41)
kadar kolesterol plasma/serum adalah faktor resiko utama terjadinya aterosklerosis, sedangkan penyebab sekunder adalah stres, kurang gerak, pola makan yaitu terlalu banyak mengkonsumsi lemak yang akan meningkatkan trigiserida plasma ditambah dengan konsumsi kolesterol. Rasio kolesterol HDL
(high density level) dengan LDL (low density level) berbanding terbalik dengan terjadinya aterosklerosis dan ini lebih berarti daripada hubungan dengan total kolesterol serum LDL yang berlebihan memicu terjadinya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah. Selain konsumsi lemak yang berlebih, kekurangan konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral) dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis, seperti vitamin C, vitamin E, dan vitamin B6 yang dapat meningkatkan kadar homosistein (Sunita, 2003).
2.1.2 Karakteristik Lanjut Usia
Batasan lanjut usia menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia di Indonesia dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun. Namun, menurut WHO, batasan lanjut usia dibagi atas: usia pertengahan (middle age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) di atas 90 tahun (Hadywinoto, 1999). Dalam penelitian ini batasan umur lanjut usia yang digunakan adalah batasan umur lanjut usia menurut Depkes (2008) yang juga dipakai untuk pencatatan Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia di Puskesmas yaitu: usia pra senilis 45-59 tahun, lanjut usia (lansia) 60-69 tahun dan usia lanjut resiko tinggi yaitu usia 70 tahun atau lebih.
(42)
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:
1. Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita, terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan wanita. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka wanita mungkin menghadapi osteoporosis.
2. Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda/duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
3. Living arrangement: Misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri, anak atau keluarga lainnya.
- Tanggungan keluarga: Masih menanggung anak atau anggota keluarga
- Tempat tinggal: Rumah sendiri, tinggal dengan anak. Dewasa ini kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia akan ditinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.
4. Kondisi kesehatan
- Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari, seperti mandi, buang air kecil dan besar.
- Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena penyakit kroniknya sudah memerlukan perawatan khusus.
(43)
5. Keadaan ekonomi
- Sumber pendapat resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau masih bisa aktif.
- Sumber pendapatan keluarga: Ada tidaknya bantuan keuangan dari anak/keluarga lainnya, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.
- Kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun. Sampai seberapa besar pendapatan lansia dapat memenuhi kebutuhannya (Bustan, 2007).
2.1.3 Sifat Penyakit Lanjut Usia
Ada beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya dengan penyakit pada orang dewasa, yaitu :
a. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit pada lansia pada umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen), sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini disebabkan pada lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua (menjadi tua), sehingga produksi hormon, enzim, zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang sekali akibat kerusakan sel-sel, dan dengan demikian lansia akan lebih mudah mendapat infeksi.
Sering pula, penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi), yang satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling berkaitan dan memperberat, dan penyakit sering
(44)
telah ada di tubuh penderita sebelum menimbulkan gejala-gejala maupun tanda-tanda, seolah-olah telah menyelinap selama ini. Demikian pula, pengobatan terhadap penyakitnya akan lebih sulit karena penyakitnya yang lebih dari satu jenis.
b. Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas
Gejala penyakit pada lansia seringkali tidak khas/tidak jelas, berbeda dengan penyakit yang ditemukan pada orang dewasa. Misalnya, penyakit infeksi paru mendadak (pneumonia) seringkali tidak didapati demam tinggi dan batuk darah, gejala hanya ringan saja kelihatannya sedangkan penyakit sebenarnya cukup serius, sehingga penderitanya menganggap penyakitnya ringan saja dan tidak perlu berobat. c. Memerlukan lebih banyak obat
Akibat penyakit pada lansia yang lebih dari satu jenis maka dalam pengobatannya akan memerlukan obat-obat yang beraneka ragam jenisnya dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, perlu diketahui bahwa fungsi organ-organ vital tubuh seperti hati, ginjal, yang berperan di dalam mengolah obat-obat yang masuk ke dalam tubuh telah berkurang, yang menyebabkan kemungkinan yang lebih besar dari obat-obat tersebut untuk menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan keracunan obat dengan segala komplikasinya, jika obat-obat tersebut diberikan dengan takaran yang sama dengan orang dewasa, dan karena itu, takaran obat perlu dikurangi pada lansia dengan prinsip start slow go slow, yaitu mulai menggunakan obat dengan takaran yang serendah mungkin yang masih mempunyai efek pengobatan dan naikkan secara perlahan-lahan sampai tercapai efek pengobatan seoptimal mungkin. Efek samping obat sering pula terjadi pada lansia, yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit baru akibat pemberian obat tersebut,
(45)
misalnya terjadinya buang air kecil akibat pemakaian obat yang meningkatkan pengeluaran air seni, merasa pusing dan terjatuh akibat penggunaan obat-obat penurun tekanan darah, penenang, antidepresi dan lain-lain. Efek samping obat pada lansia biasanya terjadi karena diagnosa yang tidak tepat, ketidakpatuhan penderita meminum obat menurut aturan yang ditentukan, penggunaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu yang lama. Ketidakpatuhan untuk meminum obat-obat yang sedang dipakai sering terjadi pada lansia, terutama pada mereka yang menderita cacat fisik maupun mental. Ketidakpatuhan meminum obat akan meningkat dengan semakin banyaknya jenis obat yang digunakan dengan kerumitan aturan pemakaian obat yang digunakan. Oleh karena itu, hendaknya diberikan sesedikit mungkin jenis obat, dan jika memungkinkan dalam takaran yang mudah diingat (misalnya sekali sehari pemakaiannya).
d. Sering mengalami gangguan jiwa
Penyakit pada lansia sering mengalami gangguan fisik dan psikis (jiwa) secara bersamaan, khususnya pada mereka yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa ( depresi ), sehingga di dalam pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja yang diobati meskipun hanya ini yang dikeluhkan, tetapi juga gangguan jiwanya yang justru sering tersembunyi gejalanya, maka penanganan penyakit pada lansia memerlukan ketrampilan khusus, walaupun gejalanya ringan tetapi memerlukan penanganan yang serius, karena keterlambatan di dalam penanganannya dapat merupakan ancaman yang besar bagi keselamatan jiwa penderita lansia.
(46)
e. Diagnosis penyakit pada lansia
Membuat diagnosis penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia remaja/dewasa. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan observasi penderita agak lebih lama, sambil mengamati dengan cermat tanda–tanda dan gejala–gejala penyakitnya yang juga seringkali tidak nyata. Seringkali sebab penyakitnya bersifat ganda (multiple) dan kumulatif, terlepas satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbulnya (Nugroho, 2008).
2.1.4 Program Kesehatan Lanjut Usia
Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan bermutu yang antara lain melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, serta sebagai pusat pengembangan dan peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Saat ini Puskesmas diharapkan dapat melaksanakan berbagai macam program dalam bentuk upaya kesehatan wajib dan pengembangan. Program pembinaan kesehatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif (Wahyuna, 2008). 2.1.5 Upaya Kesehatan Bagi Lanjut Usia yaitu:
Upaya Kesehatan Bagi Lanjut Usia terdiri dari: 1. Upaya Promotif
Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk
(47)
lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas masyarakat lanjut usia.
a. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Dachroni tahun 1998, PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang garapannya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam bidang kesehatan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya. b. Gizi untuk Lanjut Usia
Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
- Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras, jagung, ubi dan lainnya yang mengandung karbohidrat.
(48)
- Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu. Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.
- Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh, contohnya sayuran dan buah.
2. Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia (posyandu lansia) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS ) lanjut usia.
3. Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Bila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia ( Wahyuna, 2008).
(49)
2.1.6 Penanganan Lansia
Kebijaksanaan penanganan masalah kesehatan lansia pada dasarnya ditujukan pada upaya menunda ketuaan biologis walaupun seseorang secara generatif (kronologis) sudah termasuk tua. Untuk itu perlu upaya-upaya yang menyangkut peningkatan gizi keluarga, pencegahan penyakit degeneratif dan penyediaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan masalah kesehatan lansia.
Masalah lansia bukanlah masalah kesehatan semata, bahkan lebih merupakan masalah sosial ekonomi. Karena itu perlu pendekatan multidisiplin mengingat berbagai isu yang berhubungan dengan lansia seperti:
1. Perlunya menyiapkan sarana pelayanan bagi lansia
2. Perlu adanya lembaga yang dapat mengayomi para lansia untuk dapat bekerja 3. Diperlukan adanya jaminan penunjang biaya kesehatan untuk lansia
4. Pemikiran untuk kondisi sosial keluarga yang mendukung kehidupan lansia seperti extended family daripada pengadaan nursing home atau rumah jompo.
Salah satu pendekatan utama yang penting adalah pendekatan keluarga. Dianjurkan beberapa hal dalam menghadapi lansia yaitu:
1. Menghormati dan menghargai orangtua
2. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku usia lanjut 3. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu dan perhatian 4. Jangan menganggapnya sebagai beban
5. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama
6. Mintalah nasehat pada mereka dalam peristiwa-peristiwa penting 7. Mengajaknya dalam acara-acara keluarga
(50)
8. Dengan memberi perhatian yang baik terhadap orangtua, maka kelak anak-anak kita akan bersikap sama terhadap kita
9. Membantu mencukupi kebutuhannya
10. Memeriksa kesehatan secara teratur (Bustan, 2007)
2.2. Gaya Hidup
Menurut Kotler (2002), gaya hidup adalah pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Minor dan Mowen gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana orang membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu (Tamher, 2009).
Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola perilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Dalam kesehatan, gaya hidup seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja, tetapi juga merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang memengaruhi pola perilakunya. Dan tidak ada aturan ketentuan baku tentang gaya hidup yang berlaku untuk semua orang. Budaya, pendapatan, struktur keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan rumah dan lingkungan tempat kerja yang berbeda, menciptakan berbagai gaya yang berbeda pula (Hadywinoto, 1999).
(51)
Dalam Deklarasi Vientiane dikatakan gaya hidup adalah sebagai praktek perilaku dan praktek sosial yang mendukung kesehatan dan merupakan cerminan dari nilai-nilai dan jati diri dari kelompok dan masyarakat diman penduduk hidup dan menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memenuhi kehidupan ekonomi, sosial dan lingkungan fisik (Darmojo, 1999). Menurut Belloc dan Breslow (1972), yang termasuk gaya hidup sehat adalah:
1. Pola makan yang baik 2. Aktivitas fisik
3. Olahraga
4. Istirahat/tidur 7-8 jam perhari 5. Tidak merokok
6. Tidak mengonsumsi obat-obatan (Watson, 2003) 1. Pola Makan
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiolOgi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya (Sediaoetama, 2000).
Menurut Sri (2007) yang mengutip pendapat Khumaidi dan Suhardjo menyatakan bahwa pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang dapat memberikan gambaran jumlah, jenis, dan
(52)
frekwensi bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok masyarakat tertentu (Supariasa dkk, 2002).
Pola makan individu meliputi bahan makanan pokok (sumber karbohidrat), lauk pauk (sumber protein hewani dan nabati), sayur dan buah. Susunan makanan lanjut usia harus mengandung semua unsur gizi yaitu: karbohidrat, protein, lemak, mineral, air dan serat dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan serta seimbang dalam komposisinya. Menurut Sediaoetama (2000) pola makanan yang tidak baik akan menimbulkan beberapa gangguan seperti kolesterol tinggi, tekanan darah meningkat dan kadar gula yang meningkat.
Belum ada standard menu untuk lanjut usia di Indonesia. Tetapi sebagai bahan acuan dapat dibuat menu makanan lanjut usia dalam sehari berdasarkan konsep “empat sehat lima sempurna“ atau konsep “gizi seimbang“. Sebagai contoh menu berdasarkan “empat sehat lima sempurna” terdiri atas kelompok makanan pangan pokok (utama = sumber karbohidrat) yaitu nasi (1 porsi), kelompok lauk pauk (protein nabati atau protein hewani) misalnya daging (1 potong) atau tahu (1 potong), kelompok sayuran misalnya sayur bayam (1 mangkok), kelompok buah-buahan misalnya pepaya (1 potong) dan susu (1 gelas). Menu seimbang untuk lanjut usia adalah susunan makanan yang mengandung semua unsur zat gizi yang dibutuhkan lanjut usia (Denysantoso,2011).
Kebutuhan akan serat yang dapat larut dalam air seperti apel, jeruk, pir, kacang merah dan kedelai juga perlu untuk lanjut usia. Selain sebagai sumber serat, buah dan sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Mengonsumsi serat dan buah sangat penting untuk lanjut usia untuk mencegah sulit buang air besar. Selain itu konsumsi susu dapat menambah kebutuhan air yang kurang pada lanjut usia. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan makan untuk lanjut
(53)
usia adalah: porsi makan jangan terlalu kenyang akan lebih baik jika porsi makannya sedikit tapi sering, banyak minum air putih sekitar 7-8 gelas/hari dan batasi minum kopi dan teh, kurangi garam, makanan hendaknya mudah dicerna lembek tidak keras, hindari makanan yang terlalu manis, terlalu asin dan yang terlalu gurih/gorengan (Nugroho, 2008, dkk).
Contoh menu lanjut usia dalam sehari disajikan pada Tabel 2.1. berikut: Tabel 2.1. Pola Susunan Makanan Lanjut Usia dalam Sehari Berdasarkan
Menu Seimbang No Kelompok Makanan Jenis Pangan Per
Porsi
Jumlah Porsi per Hari Laki-laki Perempuan 1 Bahan Pokok
(Sumber Karbohidrat)
Nasi ( 1 piring )
3 2
2 Lauk Pauk/sumber protein hewani/nabati
Daging ( 1 potong )
Tahu ( 1 potong )
1,5
5
2
4
3 Sayuran Bayam
( 1 mangkok )
1,5 1,5
4 Buah-buahan Pepaya
(1 Potong)
2 2
5 Susu Skim
(1 Gelas)
1 1
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI (1992)
Menu ini disusun berdasarkan kecukupan energi dan gizi bagi lanjut usia dalam sehari, 3 kali makanan pokok/utama dan 2 kali makanan selingan. Makanan selingan dikonsumsi untuk menunggu jadwal makanan pokok. Hal ini perlu dilakukan supaya jangan sampai perut kosong yang dapat menyebabkan peningkatan asam lambung.
(1)
83 Pr 62 SLTP WRSTA JANDA
0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 7
84 Lk 64 SMA WRSTA MNKAH
0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 5
85 Lk 57 SMA WRSTA MNKAH
0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 6
86 Lk 63 SMA WRSTA MNKAH
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5
87 Pr 64 SLTP WRSTA JANDA
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 5
88 Pr 66 SLTP WRSTA JANDA
0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 6
89 Pr 54 SMA WRSTA JANDA
0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 7
90 Pr 55 SMA WRSTA JANDA
0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 9
91 Pr 70 SMA WRSTA JANDA
0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 10
92 Lk 65 SMA WRSTA MNKAH
0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 11
93 Lk 67 SMA WRSTA MNKAH
0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 5
94 Pr 68 SMA WRSTA JANDA
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 6
95 Pr 58 SMA WRSTA JANDA
0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 10
96 Pr 75 SMA WRSTA MNKAH
(2)
Item Pertanyaan
aktifitas Jumla h
Item Pertanyaa
n Persepsi Jumla h
Roko k
Kesehata
n
Jumla h
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0 11 1 2
1
3 14 15
1 1 1 1 0
4 0 1 1 1 3 TDK 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 8
0 0 1 1 1
3 1 0 1 1 3 TDK 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 9
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13
0 0 1 1 0
2 0 0 1 0 1 YA 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 YA 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11
0 0 1 1 1
3 0 1 1 1 3 TDK 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 10
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 YA 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 6
0 0 1 0 1
2 0 0 1 0 1 YA 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 7
1 1 1 1 0
4 1 0 0 0 1 YA 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 5
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 4
0 0 1 1 0
2 0 0 1 0 1 TDK 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 7
0 0 1 1 1
3 0 1 1 1 3 TDK 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 6
0 0 0 1 1
2 0 1 1 1 3 YA 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 5
0 0 1 1 1
3 0 0 1 0 1 TDK 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 9
0 0 1 0 0
(3)
0 0 1 1 1
3 0 0 1 0 1 TDK 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5
0 0 0 1 0
1 0 0 1 1 2 TDK 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12
0 0 0 1 0 1 0 0 1 1
2 TDK 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 11
0 0 1 1 1
3 0 0 1 1 2 TDK 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10
1 1 1 1 0
4 0 0 1 1 2 TDK 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
0 1 1 1 0
3 0 1 1 1 3 YA 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 8
1 1 1 1 0
4 0 1 1 1 3 YA 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 12
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 11
1 1 1 1 0
4 0 1 1 1 3 TDK 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10
0 1 1 1 0
3 0 1 1 1 3 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 7
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 5
1 1 1 1 0
4 1 0 1 1 3 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 5
0 0 0 1 0
1 0 0 1 1 2 TDK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4
0 0 0 1 0
1 0 1 0 1 2 TDK 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
1 1 1 1 0
1 0 0 0 1 1 YA 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
1 1 1 1 1
(4)
1 1 1 1 0
4 0 0 0 1 1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 1 1 1 0
3 0 0 0 1 1 TDK 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
0 0 0 0 1
1 0 1 1 1 3 TDK 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 5
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
1 1 0 1 0
3 0 0 0 1 1 YA 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 YA 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 10
1 1 1 1 0
4 0 1 1 1 3 YA 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
1 1 1 1 0
4 0 0 1 0 1 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
0 0 0 1 0
1 0 0 1 1 2 TDK 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
0 0 1 1 0
2 0 0 1 1 2 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 5
0 1 1 1 0
3 0 1 1 1 3 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 1 1 1 0
3 0 1 1 1 3 TDK 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
0 1 1 1 0
3 0 1 1 1 3 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12
0 0 0 1 0
(5)
1 1 1 1 0
4 1 1 1 0 3 YA 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
0 1 1 1 0
3 0 1 1 1 3 TDK 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
0 1 0 1 1
3 1 1 1 1 4 TDK 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 5
0 0 1 1 1
3 1 1 1 1 4 TDK 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 6
0 0 0 1 0
1 1 0 0 1 2 TDK 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12
0 0 0 1 0
1 1 0 0 1 2 TDK 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 10
0 0 0 1 0
1 1 0 0 1 2 TDK 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
0 0 0 1 0
1 1 0 0 1 2 YA 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6
0 0 0 1 0
1 1 0 0 1 2 YA 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 5
0 0 0 1 0
1 1 0 0 1 2 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 0 0 1 0
1 1 0 0 1 2 TDK 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 10
0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 2 TDK 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6
0 1 1 1 0
3 0 1 1 1 3 TDK 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 5
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 6
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 4
0 0 0 1 0
(6)
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 6
0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 5
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 6
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 5
0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 4
1 1 1 1 0
4 1 1 1 0 3 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 1 1 1 0
3 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11
0 0 1 1 1
3 0 1 1 1 3 YA 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 5
0 0 1 1 1
3 0 1 1 1 1 YA 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 6
1 1 1 0 0
3 1 0 0 0 1 TDK 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 4
0 0 1 1 1
3 0 0 0 1 1 TDK 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 9
0 1 1 1 0