Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

(1)

Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bernama Indah Astria Pakpahan adalah mahasiswi Program S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner yang telah saya persiapkan. Saya mohon agar mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban Bapak/Ibu, informasi yang diberikan akan hanya digunakan untuk proses penelitian.

Peneitian ini bersifat sukarela, Bapak/Ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian Bapak/Ibu untuk penelitian ini.

Medan, Maret 2016

Peneliti Responden


(2)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS MEDAN

JOHOR

I. Identitas Responden

Berikan tanda ceklist (√) pada pilihan yang Anda anggap benar. 1. No. Responden :

2. Umur : …….. Tahun 3. Jenis Kelamin : 1. ( ) Perempuan

2. ( ) Laki-laki 4. Agama : 1. ( ) Islam

2. ( ) Kristen 3. ( ) Hindu 4. ( ) Budha

5. Pendidikan Terakhir : 1. ( ) Tidak Sekolah 2. ( ) SD

3. ( ) SMP 4. ( ) SMA

5. ( ) Perguruan Tinggi

6. Pekerjaan : 1. ( ) Pensiunan Pegawai Negeri/TNI/Polri 2. ( ) Ibu Rumah Tangga

3. ( ) Wiraswasta


(3)

II. Gaya Hidup

Berikan tanda ceklist (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang Anda alami. Aktivitas Fisik

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda melakukan kegiatan olahraga setiap hari ?

2 Apakah anda melakukan kegiatan olahraga ≥ 30 menit dalam sehari (senam aerobik, berspeda, jogging, dan lain-lain (sebutkan) ? 3

Apakah anda melakukan kegiatan/aktifitas sehari-hari melakukan pekerjaan rumah, mencuci, membersihkan rumah, bekerja di kantor, mengajar), dan lain-lain (sebutkan) ≥ 30 menit dalam sehari ?

Pola Makan

1 Apakah anda makan daging < 3 kali dalam seminggu ?

2 Apakah anda makan makanan berlemak tinggi (misalnya: bersantan, jeroan) < 3 kali dalam seminggu ?

1 Apakah anda makan makanan gorengan < 3 kali dalam seminggu ? 4 Apakah anda makan makanan di luar rumah (cepat saji) < 3 kali

dalam seminggu?

5 Apakah anda mengkonsumsi minuman yang berkafein < 3 kali dalam seminggu ?

6 Apakah anda makan makanan yang diasinkan (ikan asin, udang kering) < 3 kali dalam seminggu ?

7 Apakah anda makan sayuran ≥ 3 kali dalam seminggu ? 8 Apakah anda makan buah-buahan ≥ 3 kali dalam seminggu ?

Kebiasaan Istirahat/ Tidur

1 Apakah anda terbangun < 2 kali pada waktu tidur malam ? 2 Apakah anda mengalami susah tidur < 2 dalam seminggu ? 3 Apakah anda istirahat/ tidur siang (1-2 jam sehari) ≥ 3 kali dalam

seminggu ?

4 Apakah anda tidur secara teratur dalam seminggu (6-8 jam pada malam hari) ?

Kebiasaan Merokok 1 Apakah anda merokok ?

III. Tekanan Darah


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Lampiran 5 Gaya Hidup

tekanan darah

Total hipertensi

tidak hipertensi

gaya hidup tidak baik 38 26 64

baik 9 24 33

Total 47 50 97

Aktifitas Fisik

tekanan darah

Total Hipertensi tidak hipertensi

aktivitas fisik cukup 9 25 34

tidak cukup 38 25 63

Total 47 50 97

Pola Makan

tekanan darah

Total hipertensi tidak hipertensi

pola makan baik 13 30 43

tidak baik 34 20 54


(11)

Kebiasaan Istirahat/tidur

tekanan darah

Total hipertensi tidak hipertensi

kebiasaan tidur Cukup 5 11 16

tidak cukup 42 39 81

Total 47 50 97

Kebiasaan Merokok

tekanan darah

Total hipertensi tidak hipertensi

kebiasaan merokok tidak merokok 28 38 66

merokok 19 12 31

Total 47 50 97

Korelasi UJi Spearman Rho

Correlations

gaya hidup tekanan darah

Spearman's rho gaya hidup Correlation Coefficient 1.000 -.304**

Sig. (2-tailed) . .002

N 97 97

tekanan darah Correlation Coefficient -.304** 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .


(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

Lampiran 8

TAKSASI DANA

Dana yang telah dipakai dan diperlukan untuk pembiayaan kegiatan mulai dari proses pembuatan proposal sampai dengan pembuatan skripsi.

1. Pembuatan Proposal Biaya a. Kertas A4 80 gr 2 rim : Rp. 100.000 b. Fotocopy sumber-sumber pustaka : Rp. 50.000

c. Internet : Rp. 100.000

d. Fotocopy perbanyak proposal : Rp. 100.000

e. Jilid proposal : Rp. 12.000

f. Konsumsi dosen pembimbing dan penguji : Rp. 200.000 g. Dana tak terduga : Rp. 100.000 2. Pengumpulan Data

a. Transportasi : Rp. 100.000

b. Fotocopy kuesioner dan lembar persetujuan : Rp. 50.000

c. Cendramata : Rp. 200.000

3. Analisa Data dan Penyajian Data

a. Biaya print, kertas a4 80 gr 2 rim : Rp. 150.000

b. Penjilitan : Rp. 100.000

c. Fotocopy laporan penelitian : Rp. 120.000 d. Persiapan sidang skripsi : Rp. 300.000 e. Biaya tak terduga : Rp. 100.000


(18)

Lampiran 9 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Indah Astria Pakpahan Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Tinjowan, 31 Juli 1994

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl Desa Tambak Cekur Kec. Serba Jadi

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 2000-2006 : SD Negeri 101938 Adolina 2. 2006-2009 : SMP Negeri 1 Perbaungan 3. 2009-2012 : SMA Negeri 1 Galang


(19)

MASTER TABEL N

o U J

K Agama Pendidikan Pekerjaan TD

Aktivitas

Fisik Pola Makan

Kebiasaan Istirahat/tidur

Kebiasaan Merokok 1 59 l islam sd wiraswasta 140/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya 2 60 p kristen smp ibu rumah tangga 150/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak

3 56 l kristen sma wiraswasta 140/90 tidak cukup tidak baik cukup ya

4 73 l islam sma pensiunan pegawai

negri 140/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 5 65 l kristen sma pensiunan pegawai

negri 170/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya

6 63 p islam sd ibu rumah tangga 130/70 cukup baik tidak cukup tidak

7 60 l islam sma pensiunan pegawai

negri 150/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya 8 58 l islam perguruan tinggi PNS 130/60 cukup baik tidak cukup tidak 9 56 l islam sma wiraswasta 150/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 10 77 l islam smp pensiunan pegawai

negri 130/70 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 11 73 l islam perguruan tinggi pensiunan pegawai

negri 130/90 cukup baik tidak cukup ya

12 55 p islam smp ibu rumah tangga 120/80 tidak cukup baik tidak cukup tidak 13 86 p islam tidak sekolah ibu rumah tangga 180/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 14 82 l islam sd ibu rumah tangga 160/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 15 60 p islam sd ibu rumah tangga 180/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya 16 57 p kristen sma ibu rumah tangga 130/80 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 17 65 p kristen tidak sekolah ibu rumah tangga 120/80 tidak cukup tidak baik cukup ya 18 55 p islam sma wiraswasta 150/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak


(20)

20 59 p islam sd wiraswasta 130/70 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak

21 76 l islam perguruan tinggi PNS 110/80 cukup baik tidak cukup ya

22 64 l kristen sma pensiunan pegawai

negri 160/90 cukup tidak baik tidak cukup tidak

23 65 p islam smp ibu rumah tangga 170/90 cukup tidak baik tidak cukup tidak 24 55 l kristen smp wiraswasta 130/70 tidak cukup baik tidak cukup ya

25 64 l islam sd wiraswasta 140/100 tidak cukup baik tidak cukup ya

26 58 p islam sd ibu rumah tangga 140/90 tidak cukup baik tidak cukup tidak 27 62 p kristen sd ibu rumah tangga 135/90 tidak cukup baik cukup tidak

28 58 p islam smp ibu rumah tangga 170/120 tidak cukup baik cukup ya

29 82 p islam tidak sekolah ibu rumah tangga 170/90 tidak cukup baik tidak cukup tidak 30 75 p islam perguruan tinggi pensiunan pegawai

negri 180/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya

31 73 l islam sma wiraswasta 130/80 cukup baik tidak cukup tidak

32 75 l kristen perguruan tinggi pensiunan pegawai

negri 150/90 cukup baik cukup ya

33 71 p islam sd ibu rumah tangga 150/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 34 69 l islam perguruan tinggi pensiunan pegawai

negri 150/100 cukup baik tidak cukup ya

35 60 p islam perguruan tinggi pensiunan pegawai

negri 150/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 36 55 p islam sma ibu rumah tangga 170/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 37 65 p kristen tidak sekolah ibu rumah tangga 170/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya 38 70 l islam perguruan tinggi pensiunan pegawai

negri 160/90 tidak cukup baik tidak cukup ya

39 56 p islam sma ibu rumah tangga 120/80 tidak cukup tidak baik cukup tidak 40 55 p islam smp ibu rumah tangga 150/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 41 62 p islam perguruan tinggi pensiunan pegawai


(21)

42 56 p islam sma ibu rumah tangga 130/80 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 43 77 l islam perguruan tinggi pensiunan pegawai

negri 130/80 tidak cukup baik tidak cukup ya

44 67 p islam sd ibu rumah tangga 150/90 tidak cukup baik tidak cukup tidak 45 67 p islam smp ibu rumah tangga 160/100 tidak cukup baik tidak cukup tidak 46 60 l kristen sma wiraswasta 120/80 cukup tidak baik tidak cukup tidak

47 57 l kristen sma wiraswasta 120/80 cukup baik tidak cukup tidak

48 57 l islam sma wiraswasta 130/70 cukup tidak baik cukup ya

49 75 p kristen perguruan tinggi ibu rumah tangga 120/70 cukup baik tidak cukup tidak 50 55 l kristen sma wiraswasta 150/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya 51 78 l kristen sd pensiunan pegawai

negri 140/90 cukup tidak baik tidak cukup tidak

52 63 p islam sd ibu rumah tangga 130/70 tidak cukup baik cukup tidak

53 72 p islam sd wiraswasta 160/90 tidak cukup baik tidak cukup tidak

54 56 p islam smp ibu rumah tangga 170/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak

55 66 p islam sd wiraswasta 140/70 tidak cukup baik tidak cukup tidak

56 63 p islam sd ibu rumah tangga 130/70 cukup baik tidak cukup ya

57 66 p islam sma ibu rumah tangga 160/70 tidak cukup baik tidak cukup tidak

58 59 p islam sd ibu rumah tangga 120/70 cukup baik tidak cukup tidak

59 61 p islam sd ibu rumah tangga 130/80 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 60 63 l islam perguruan tinggi pensiunan pegawai

negri 140/80 cukup tidak baik tidak cukup tidak

61 65 p islam sma ibu rumah tangga 150/90 cukup tidak baik tidak cukup tidak 62 60 p islam smp ibu rumah tangga 150/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak

63 57 l islam smp wiraswasta 130/70 tidak cukup baik cukup tidak

64 59 p islam sd wiraswasta 110/80 cukup baik tidak cukup tidak


(22)

68 67 l islam sma pensiunan pegawai

negri 180/100 cukup baik tidak cukup tidak

69 55 l kristen sma wiraswasta 130/80 cukup tidak baik tidak cukup ya 70 61 l islam perguruan tinggi PNS 120/80 cukup baik tidak cukup tidak

71 55 l kristen sma wiraswasta 130/70 cukup tidak baik cukup ya

72 63 l islam perguruan tinggi PNS 150/100 tidak cukup baik tidak cukup tidak 73 57 l islam sd wiraswasta 120/80 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya 74 55 p islam smp ibu rumah tangga 130/80 tidak cukup baik tidak cukup tidak

75 58 p islam sd wiraswasta 120/70 tidak cukup baik tidak cukup tidak

76 56 l islam smp wiraswasta 150/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 77 77 p islam sma ibu rumah tangga 140/90 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 78 56 l islam smp wiraswasta 120/70 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya 79 59 p islam sma ibu rumah tangga 110/70 tidak cukup baik tidak cukup tidak 80 65 l islam smp pensiunan pegawai

negri 180/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya 81 58 p islam sma ibu rumah tangga 160/100 tidak cukup baik tidak cukup tidak 82 61 l islam sma pensiunan pegawai

negri 130/80 cukup baik tidak cukup tidak

83 56 p islam sma ibu rumah tangga 150/90 tidak cukup baik tidak cukup ya

84 74 l islam sd wiraswasta 140/80 cukup tidak baik tidak cukup tidak

85 61 l kristen sma wiraswasta 110/60 tidak cukup baik tidak cukup tidak 86 65 p islam smp ibu rumah tangga 150/90 tidak cukup tidak baik cukup tidak 87 80 p islam tidak sekolah ibu rumah tangga 110/70 cukup baik cukup tidak 88 68 p islam smp ibu rumah tangga 140/80 cukup tidak baik cukup tidak 89 60 p islam tidak sekolah ibu rumah tangga 140/90 cukup baik tidak cukup tidak 90 63 l islam perguruan tinggi pensiunan pegawai

negri 120/80 cukup baik tidak cukup tidak

91 71 l islam perguruan tinggi pensiunan pegawai


(23)

92 64 l kristen sma pensiunan pegawai

negri 160/100 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 93 74 l islam smp pensiunan pegawai

negri 200/90 cukup tidak baik tidak cukup tidak

94 61 l islam sma pensiunan pegawai

negri 160/90 cukup tidak baik tidak cukup tidak

95 57 p islam smp ibu rumah tangga 120/80 cukup baik tidak cukup tidak 96 56 p islam tidak sekolah ibu rumah tangga 130/80 tidak cukup tidak baik tidak cukup tidak 97 63 l kristen sma wiraswasta 160/110 tidak cukup tidak baik tidak cukup ya


(24)

62 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: TIM. BPS. 2007. Sumatera Utara dalam Angka. Medan: Badan Pusat Statistik.

Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

__________ . (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Casey, A. & Benson, H. (2006). Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Dahlan, M. S. (2004). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans.

Depkes RI. (2008). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: depkes RI. http://depkes.go.id/en/downloads/profil/pro vsumut 2008.pdf. Diakses tanggal 25 September 2015.

________ . (2010). Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. http://www.depkes.go.id/index.php/-berita/press-release/810-hipertansi % 20penyebabkematian-nomor-tiga. html. Diakses tanggal 25 September 2015.

________ . (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatani ndonesia/ profil -kesehatan-indonesia-2012.pdf. Diakses tanggal 25 September 2015.

Hasdianah, dkk. (2014).Gizi Pemanfaat Gizi, Diet dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Jufri, Z., dkk. (2011). Jurnal Hubungan antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Panaikang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015 Marliani & Tantan, S. (2007). 100 Question & Answer Hipertensi. Jakarta: Pt

Elex Media Komputindo.

Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.


(25)

63

Muhammadun. (2010). Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang Pembunuh Sejati. Jogjakarta: In-Books.

Murwani, A. (2009). Perawatan pasien penyakit dalam. Jogjakarta: Mitra bersama kendikia press.

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Kardiovaskular Dan Hemotologi. Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Potter, P. A., & Perry, A. G. (Ed). (2009). Fundamental Keperawatan Vol. 1

(7thed). (Adrina Ferderika, Penerjemah). Jakarta: Salemba Medika.

_______________________________ . Fundamental Keperawatan Vol.2 (7thed). (Adrina Ferderika & Marina Albar, Penerjemah). Jakarta: Salemba Medika.

_______________________________ . Fundamental Keperawatan Vol 3 (7thed). (Diah Nur Fitriani, dkk, Penerjemah). Jakarta: Salemba Medika.

Price, S. A. (2006). Hipertensi Dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Purwoastuti, E. & Elisabet, S. W. (2015). Perilaku dan Soft Skills Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Puspitorini, & Myra. (2009). Hipertensi Cara Mudah Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Image Press.

Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendika Press. Riyanto, A. (2009). Pengelolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta:

Mitra Cendika Press.

Romauli. (2014). Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi Di Rsud Dr. H Kumpulan Pane Tebing Tinggi. FKM USU. Medan.

Santoso, H. (2009). Memahami Krisis Lanjut usia Uraian Medis dan Pedagosis Patoral. Jakarta: Gunung Mulia.

Sarwono, J. (2006). Analisis Data Penelitian. Jakarta: Penerbit Andi. Sediaoetama, A. (2006). Ilmu Gizi. Jakarta Timur.

South, M., dkk. (2014). Jurnal Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. Diakses 20 mei 2016.


(26)

64

Susilo, dkk. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Tamber, S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. Wijaya, A. S & Yessie, M. P. (2013). Keperawatan Medical Bedah. Yogyakarta:


(27)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup(aktifitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat, riwayat merokok) dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Puskesmas Medan Johor. Maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Indenpenden Variabel Dependen

2. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

Ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor.

Gaya hidup : 1. Aktivitas fisik 2. Pola makan

3. Kebiasaan Istirahat 4. Riwayat Merokok

Kejadian Hipertensi - Ya


(28)

34

3. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok). Sedangkan variabel terikat adalah kejadian Hipertensi.

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur SkalaUkur

Hipertensi pada lansia

Kondisi di mana tekanan darah seseorang melebihi batas normal sistoliknya

≥140 mmHg dan diastolik≥

90 mmHg menurut diagnose dokter.

Kuesioner 1. Hipertensi:

≥140/ 90 mmHg

2. Tidak Hipertensi: <140/90 mmHg

Nominal

Gaya Hidup Kebiasaan sehari-hari seseorang yang meliputi aspek aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok.

kuesioner 1.Tidak baik ≤ 16 2.Baik > 16

Ordinal

Aktifitas fisik adalah kegiatan yang biasa dilakukan setiap hari untuk meningkatkan kesehatan.

Kuesioner 1. Tidak cukup ≤ 3 2. Cukup >3

Ordinal

Pola makan adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan meliputi jumlah, jenis dan frekuwensi makan sehari-hari.

Kuesioner 1. Tidak baik ≤ 8 2. Baik > 8

Ordinal

Istirahat adalah kebiasaan istirahat/tidur yang dilakukan baik siang maupun malam hari.

Kuesioner 1. Tidak cukup ≤ 4 2. Cukup > 4

Ordinal

Riwayat merokok adalah kebiasaan menghisap rokok yang dapat merugikan kesehatan.

Kuesioner 1. Ya merokok

2. Tidak merokok


(29)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan “cross sectional” dimana data yang menyangkut variabel independen dan variable dependen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoadmojo, 2005).

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling 2.1Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014).

Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah lansia yang datang berkunjung ke Puskesmas Medan Johor dengan data pada bulan Januari-September 2015 sebanyak 3646 orang.

2.2Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh proposal yang digunakan untuk penelitian. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mengambil semua untuk penelitian misal karena terbatasnya dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam


(30)

36

penelitian ini adalah accidental sampling yaitu dilakukan dengan mendatangi responden yang datang ke Puskesmas sesuai dengan konteks penelitian. Sampel yang akan di ambil adalah yang memenuhi kriteria yaitu: lansia yang datang berobat di puskesmas, berumur 55-70 tahun, dapat mengerti bahasa Indonesia dan mampu membaca dan menulis, bersedia menjadi responden.

Perhitungan besar sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus Slovin (Notoadmojo, 2005) yaitu :

= 97,33

Keterangan : n : besar sampel N : besar populasi

d2 : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

Dengan demikian total sampel penelitian adalah 97 responden.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Medan Johor yang memiliki jumlah kunjungan lansia yang memenuhi untuk menjadi responden dalam penelitin ini dan peningkatan hipertensi masih saja terus meningkat, selain itu jarak dari peneliti dekat dengan tempat tinggal peneliti. Penelitian ini akan


(31)

37

dimulai pada bulan November tahun 2015 - Juli tahun 2016 setelah terlebih dahulu melakukan survey awal.

4. Pertimbangan Etik

Peneliti memperhatikan syarat-syarat kelayakan penelitian dengan mempertimbangkan kaedah etik penelitian dan kelengkapan izin institusi pendidikan Fakultas Keperawatan. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan melakukan permohonan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan dan selanjutnya menyerahkan surat penelitian kepada Puskesmas Medan Johor. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan etik dalam penelitian ini yaitu: Informed consent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.

Self determination, dalam penelitian ini peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia menjadi responden atau tidak dalam penelitian ini setelah diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.


(32)

38

Privacy, peneliti menjelaskan kepada responden bahwa yang semua informasi diperoleh dari responden selama penelitian ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Anonymity, peneliti menjelaskan kepada responden bahwa menjamin kerahasiaan responden dengan tidak menuliskan atau mencantumkan identitas responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner. Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Confidentially, peneliti menjelaskan kepada responden bahwa semua informasi yang diperoleh dari responden tidak akan disajikan secara keseluruhan. Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Etika penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden,, melindungi dan menghormati hak responden untuk menolak penelitian.

Protection from discomfort and harm, peneliti memperhatikan kemungkinan ketidaknyamanan maka peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner.


(33)

39

5. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan variabel yang akan diungkap dalam penelitian ini, maka instrument yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari 3 bagian, yaitu: pertama kuesioner data demografi (KDD) responden yang meliputi nomor responden, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, dan pekejaan, kedua kuesioner tentang gaya hidup (KGH), ketiga adalah kuesioner kejadian hipertensi (KKH) yang didapat dari rekam medik pasien dengan kategori penderita hipertensi dan tidak menderita hipertensi.

Kuesioner gaya hidup menggunakan kuesioner yang diadobsi dari penelitian Romauli tahun 2014 dengan judul Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi Di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Kuesioner Gaya Hidup terdiri dari 4 aspek yaitu kuesioner aktifitas fisik yang memiliki jumlah pertanyaan sebanyak 3 dan total skor sebesar 6 dengan kategori penilaian

Tidak cukup yaitu ≤ 3 dan Cukup yaitu > 3, kuesioner pola makan memiliki

jumlah pertanyan sebanyak 8 dan total skor 16 dengan kategori penilaian Tidak

baik yaitu ≤ 8 dan Baik yaitu > 8, kuesioner istirahat memiliki jumlah pertanyan

sebanyak 4 dan totak skor 8 dengan kategori penilaian Tidak cukup ≤ 4 dan

Cukup > 4, dan kuesioner riwayat merokok disusun dengan 1 pertanyaan yang

diajukan dengan jawaban “ya” dan “tidak”. Keempat aspek ini menggunakan skala Guttman dimana setiap pertanyaan dijawab “Ya” diberi skore 2 dan “Tidak”


(34)

40

6. Validitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, dan juga sebaliknya (Arikunto, 2006). Instrumen dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu.

Untuk menilai apakah kuesioner tersebut dapat mengukur yang hendak diukur, maka dapat diuji dengan dua cara yaitu dengan melakukan uji instrument atau dengan memvalidasi kuesioner kepada seorang ahli di bidangnya. Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel pada analisis reliabilitas dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r table, maka dinyatakan valid dan sebaliknya (Hidayat, 2010).

Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji valid lagi karena kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang di adobsi dan telah di uji valid dengan nilai korelasi > 0,361 yaitu dengan rata-rata 0,636, maka dapat dikatakan bahwa item alat ukur tersebut valid dan dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian.


(35)

41

7. Realibilitas Instrument Penelitian

Menurut Arikunto (2006), reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.

Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat dipergunakan atau tidak. Dalam mengukur reliabilitas ini menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha. Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden

terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali diambil tetap sama (Riwidikdo, 2009).

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentun jika nilai r Alpha > r table, maka dinyatakan reliable (Riyanto, 2009).

Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji reliabel karena kuesioner yang digunakan diadobsi dan didapatkan nilai 0,826. Dari hasil analisis model Cronbach’s Alpha tersebut dinyatakan bahwa kuesioner penelitian ini telah


(36)

42

memenuhi nilai reliabel karena berdasarkan tabel taraf significant yang reliabel diperlukan nilai 0,6.

8. Pengumpulan Data

Prosedur awal peneliti adalah dengan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian ke Komisi Etik Kesehatan kemudian pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian izin yang diperoleh dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan, setelah mendapat izin selanjutnya menyerahkan surat penelitian kepada Puskesmas Medan Johor dan langsung melakukan survey awal untuk mengambil populasi dan menentukan sampel. Kemudian melakukan penelitian dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta memberikan surat persetujuan (informed consent) kepada responden, setelah mendapat persetujuan peneliti langsung membagikan kuesioner untuk diisi. Setelah pertemuan tersebut peneliti menunggu hasil pengisian kuesioner sambil menjelasakan hal-hal mana yang belum bisa dimengerti. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan proses analisa data dengan menggunakan program komputerisasi.

9. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner diolah dengan menggunakan komputer dengan langkah-langkah editing atau memeriksa kelengkapan data termasuk isi instrument yaitu mengecek kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Kemudian memberi coding atau memberi tanda yaitu dengan mengklasifikasi


(37)

jawaban-43

jawaban dari para responden kedalam kategori-kategori dan diklasifikasikan dengan cara memberi tanda atau kode untuk mempermudah melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya data diklarifikasi dengan mentabulasi data yang telah dikumpulkan, jawaban yang telah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan kedalam tabel.

Setelah data diolah menjadi suatu data yang diharapkan (tepat dan konsisten) selanjutnya dilakukan analisa untuk menjawab pertanyaan penelitian.

9.1Analisa Univariat

Analisa data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen yang meliputi gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok) dan variabel denpenden yaitu kejadian hipertensi.

9.2Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan uji spearman rho yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok) terhadap kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

dengan tingkat kemaknaan (α): 0,05, jika nilai signifikan (p) lebih kecil dari α maka dikatakan hasil penelitian diterima, dan jika nilai signifikan (p) lebih besar dari α maka dikatakan hasil penelitian ditolak. Penilaian


(38)

44

angka korelasi menentukan kuat dan lemahnya hubungan variabel yaitu: (Sarwono J., 2006).

Korelasi sangat lemah : 0 – 0,25 Korelasi cukup : 0,25 – 0,5 Korelasi kuat : 0,5 – 0,75 Korelasi sangat kuat : 0,75 – 1


(39)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di pelayanan kesehatan Puskesmas Medan Johor. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 29 Februari 2016 sampai dengan tanggal 27 Mei 2016. Pengumpulan data dilakukan terhadap 97 responden, dengan menampilkan penyajian data meliputi aspek deskripsi karakteristik responden, aktifitas fisik, pola makan, kebiasaan istrahat, dan kebiasaan merokok responden, dan serta analisis hubungan pola hidup dengan kejadian hipertensi di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor.

1.1 Karakteristik Responden

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini menguraikan gambaran dalam demografi responden dan hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor. Hasil penelitian menguraikan bahwa mayoritas pengkajian responden adalah sebagai usia 55-64 tahun sebanyak 60 orang (62%), jenis kelamin wanita sebanyak 52 orang (54%), beragama Islam sebanyak 77 orang (79%), jenjang pendidikan terakhir SMA sebanyak 30 orang (31%), sebagai ibu rumah tangga 43 orang (44%).


(40)

46

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan data demografi (n=97)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Usia

55-64 60 62

65-69 15 15

≥ 70 22 23

Jenis Kelamin

Laki-laki 45 46

Wanita 52 54

Agama

Islam 77 79

Kristen 20 21

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah 7 7

SD 23 24

SMP 21 22

SMA 30 31

Perguruan Tinggi 16 16

Pekerjaan

Wiraswasta 27 28

Ibu Rumah Tangga 43 44

PNS 4 4


(41)

47

1.2. Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Seseorang dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan sistol berada di atas 140 mmHg dan tekanan diastol berada di atas 90 mmHg. Dari hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa yang mengalami hipertensi pada lansia di Puskesmas Medan Johor sebanyak 47 orang (48%), sedangkan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 50 orang (52%).

Tabel 2. Frekuensi responden berdasarkan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor (n=97)

Tekanan Darah Responden Frekuensi Persentase Tekanan darah tinggi

≥140/90 mmHg (Hipertensi)

47 48

Tekanan Darah Rendah

<140/90 mmHg (Tidak Hipertensi)

50 52

1.3. Kategori Gaya Hidup Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Menurut Purwoastuti (2015), Gaya hidup adalah aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, bekerja dan sebagainya.

Gaya hidup yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah dari aspek aktivitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat dan kebiasaan merokok.


(42)

48

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 47 orang yang mengalami hipertensi 38 orang (39%) yang gaya hidupnya baik dan 9 orang (9%) yang tidak baik, sedangkan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 53 orang (52%) dan yang gaya hidupnya baik sebanyak 26 oran (27%) sedangkan yang gaya hidupnya tidak baik sebanyak 24 orang (25%).

Tabel 3. Frekuensi responden berdasarkan gaya hidup dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor.

Gaya Hidup Kejadian Hipertensi Total

Ya Tidak

Baik

38 (39%) 26 (27%) 64 (66%) Tidak Baik

9 (9%) 24 (25 %) 33 (34%)

Total 47 (48%) 53 (52%) 97 (100%)

1.3.1 Aktifitas fisik dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 47 orang yang mengalami hipertensi 38 orang (39%) diantaranya melakukan aktifitas yang tidak cukup dan 9 orang (9%) melakukan aktifitas yang cukup, sama halnya dengan responden yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 50 orang kebanyakan mereka melakukan aktifitas tidak cukup, yaitu 25 orang (26%) dan yang melakukan aktifitas cukup sebanyak 25 oarang (26%).


(43)

49

Tabel 4. Frekuensi responden berdasarkan aktivitas fisik dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor.

Aktifitas Fisik Kejadian hipertensi Total

Ya Tidak

Cukup 9 (9%) 25 (26%) 34 (35%)

Tidak Cukup 38 (39%) 25 (26%) 63 (65%) Total 47 (48%) 53 (52%) 97 (100%)

1.3.2 Pola makan dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa yang mengalami hipertensi sebanyak 47 orang (48%) diantaranya 34 orang (35%) yang pola makan tidak cukup dan 13 orang (13%) yang pola makannya cukup. Sebaliknya, pada orang yang 50 orang (52%) yang tidak mengalami hipertensi kebanyakan mereka memiliki pola makan yang cukup sebanyak 30 orang (31%) dan yang pola makannya tidak cukup sebanyak 20 orang (21%)

Tabel 5. Frekuensi responden berdasarkan pola makan dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor.

Pola makan

Kejadian Hipertensi

Total

Ya Tidak

Cukup 13 (13%) 30 (31%) 43 (44%) Tidak Cukup 34 (35%) 20 (21%) 54 (56%) Total 47 (48%) 50 (52%) 97 (100%)


(44)

50

1.3.3 Kebiasaan Istirahat/tidur dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa 47 orang (48%) yang mengalami hipertensi diantaranya 42 orang (34%) kebiasaan istirahat/tidurnya tidak cukup dan 5 orang (11%) kebiasaan istirahat/tidurnya cukup. Responden yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 50 orang (52%) dan ditemukan 11 orang (5%) yang kebiasaan istirahat/tidurnya cukup dan 39 orang (49%) yang kebiasaan istirahat tidurnya tidak cukup.

Tabel 6. Frekuensi responden berdasarkan kebiasaan istirahat tidur dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Kebiasaan Istirahat/ tidur

Kejadian Hipertensi

Total

Ya Tidak

Cukup 5 (5%) 11 (11%) 16 (16%)

Tidak Cukup 42 (43%) 39 (41%) 81 (84%) Total 47 (48%) 50 (52%) 97 (100%)

1.3.4 Kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Dari tabel 7 dapat dilihat yang mengalami hipertensi sebanyak 47 orang (48%) dan yang merokok sebanyak 19 orang (20%) dan yang tidak merokok sebanyak 28 orang (29%), sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 50 orang (52%) yang merokok sebanyak 12 orang (12%) dan yang tidak merokok sebanyak 38 orang (39%).


(45)

51

Tabel 7. Frekuensi responden berdasarkan kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Kebiasaan Merokok

Kejadian Hipertensi

Total

Ya Tidak

Merokok 19 (20%) 12 (12%) 31 (32%) Tidak Merokok 28 (29%) 38 (39%) 66 (68%) Total 47 (48%) 50 (52%) 97 (100%)

1.4 Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Berdasarkan tabel 8 didapatkan hasil uji statistik Spearman rho dengan nilai r sebesar -0.304 dengan signifikan p = 0,002 (p < 0,05) artinya Ho ditolak dan H1 diterima atau ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor dan menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu cukup.

Berdasarkan tabel kriteria penafsiran korelasi menurut Dahlan (2004) bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan negatif atau berlawanan arah yang artimya semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya dengan arti Gaya hidup yang baik akan dapat mengurangi kejadian hipertensi.

Tabel 8. Hasil analisa hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor


(46)

52

Gaya Hidup Kejadian Hipertensi

Gaya Hidup - -0,304 (p=0,002)

Kejadian Hipertensi -0,304 (p=0,002) -

2. Pembahasan

2.1 Hubungan Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Berdasarkandata pada tabel 3 dapat dilihat dari 97 responden bahwa 47 orang yang mengalami gaya hidup yang baik sebanyak 33 responden, diantaranya 9 orang yang mengalami hipertensi dan 24 orang yang tidak mengalami hipertensi dan dari 33 responden yang gaya hidupnya tidak baik 9 orang diantaranya mengalami hipertensi dan 24 orang tidak mengalami hipertensi.

Berdasarkan data pada tabel 8 terlihat bahwa hasil analisis penelitian hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia dalam penelitian ini diperoleh nilai korelasi bahwa adanya hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai pValue = 0,002 dan nilai r = -0,304. Nilai korelasi tersebut berada pada rentang korelasi cukup dan berlawanan arah, yang mana semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya (Dahlan, 2004). Hal ini menjelaskan bahwa semakin baik gaya hidup yang dilakukan maka kejadian hipertensi akan semakin berkurang.


(47)

53

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suoth et al., (2014) mengenai hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi dimana dalam penelitian ini juga menemukan adanya hubungan anatara gaya hidup dengan kejadian hipertensi.

Dilihat dari hubungannya maka hipertensi ini dikarenakan sebagian besar gaya hidup yang tidak baik. Gaya hidup tersebut adalah Pola makanan yang baik, aktifitas fisik dan olahraga cukup, istirahat/tidur 7-8 jam perhari, dan tidak merokok (Watson, 2003).

2.1.1 Aktivitas Fisik dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Berdasarkan data pada tabel 4 terlihat bahwa dari 97 responden yang diteliti terdapat 34 responden ynag memiliki aktivitas fisik cukup, dari 34 responden tersebut terdapat 9 responden yang hipertensi dan 25 responden yang tidak hipertensi, sedangkan responden yang aktivitas fisik tidak cukup sebanyak 63 orang diantaranya terdapat 38 orang yang mengalami hipertensi dan 25 orang yang tidak hipertensi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jufri et al., (2012) mengenai hubungan antara gaya hidup dengan kejaian hipertensi didapatkan hasil bahwa yang mengalami aktifitas tidak cukup lebih banyak sebanyak 51 responden dari 62 responden dan 30 orang mengalami hipertensi.


(48)

54

Semakin jarang orang beraktifitas maka peluang untuk terjadinya hipertensi semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden merupakan anggota rumah tangga dimana aktivitas fisik tidak terlalu banyak. Hal ini sesuai teori yang mengatakan bahwa secara teori, aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang pergerakkan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemulihan fisik, mental, dan kualitas hidup yang sehat bugar (Dirga, 2007). Aktifitas fisik adalah pergerakkan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas hidup sehat. Aktifitas fisik mingguan apapun disamping kegiatan hidup rutin sehari-hari mempunyai daya proteksi terhadap kematian kardiovaskuler. Aktifitas fisik sudah memberi dampak proteksi, asalkan dilakukan secara rutin hampir setiap hari, yang terpenting adalah keteraturan. Selain itu sejumlah studi juga menunjukkan bahwa oalhraga teratur, mengurangi beberapa factor resiko terhadap penyakit jantung koroner termasuk hipertensi (Kusuma, 1997).

2.1.2. Pola Makan Terhadap dan Hipertensi pada Lnasia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Berdasarkan data pada tabel 5 terlihat bahwa dari 97 responden yang diteliti terdapat 43 orang yang pola makannya baik dan diantaranya 13 orang yang mengalami hipertensi dan 30 orang yang tidak hipertensi, sedangakan yang pola makan tidak baik sebanyak 54 orang yang diantaranya 34 orang mengalami hpertensi dan 20 orang tidak hipertensi.


(49)

55

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jufri (2012) mengenai hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Kabupaten Sinjai juga menemukan adanya hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi, bahwa pola makan yang tidak baik lebih banyak sebanyak 37 orang dari 62 responden dan 29 yang mengalami hioertensi dan 12 yang tidak mengalami hipertensi. Ini terbukti dengan banyaknya responden yang mengatakan bahwa pernah mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, garam natrium tinggi, makan dan minuman yang diawetkan.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa konsumsi lemak dan garam natrium tinggi yang berlebih mempunyai pengaruh kuat pada resiko penyakit jantung koroner dan stoke, efek lain pada lipid darah, dan tekanan darah tinggi (WHO, 2003).

Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi yang seimbang serta yang di butuhkan oleh tubuh. Pola makan yang sehat dan seimbang bukan hanya menjaga tubuh tetap bugar dan sehat tapi juga bisa terhindar dari berbagai penyakit termasuk hipertensi. Pola makan yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi karena pengkonsumsian makanan yang tidak sehat seperti jeroan, keripik asin, otak-otak, makanan dan minuman yang didalam kaleng (sarden, kornet). Hal ini dikarenakan makanan diatas tidak sesuai dengan kalori yang dibutuhkan dan mengandung banyak bahan pengawet, pola makan tersebut dapat memicu terjadinya hipertensi


(50)

56

2.1.3. Kebiasaan Istrahat/Tidur dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Berdasarkan data pada tabel 6 terlihat bahwa dari 97 responden yang diteliti terdapat 16 responden yang kebiasaan istirahat/tidurnya cukup, diantaranya 5 orang yang mengalami hipertensi dan 11 orang yang tidak hipertensi, sedangkan 81 responden yang kebiasaan istirahat/tidurnya yang tidak cukup diantaranya 42 orang mengalami hipertensi dan 39 orang tidak hipertensi.

Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Simanullang (2011) mengenai pengaruh gaya hidup terhadap status kesehatan lansia di Puskesmas Darusalam Medan dimana dalam penelitian ini ditemukan kebiasaan istirahat yang tidak cukup sebanyak 57 orang. Pengaruh kebiasaan istirahat dengan kesehatan lansia salah satunya hipertensi.

Hasil penelitian dengan lansia yang istiratnya kurang bukan kurang waktu tidur, mereka banyak waktu untuk tidur hanya saja gampang terbangun dimalam hari karena ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil dank arena sakit kepala. Keadaan ini diperlukan suatu pendekatan terhadap lansia dan keluarganya, bahwa lansia yang masih kurang istirahat sebaiknya lebih meningkatkan perhatiannya terhadap kebiasaan istirahat sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energy sangat penting bagi kesehatan.


(51)

57

Kebiasaan istirahat adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur (Depkes RI, 2008). Kebutuhan istirahat lansia harus cukup apabila kebutuhan istirahat tidak cukup maka tubuh akan lemas dan tidak bergairah. Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan badan kita. Kurang tidur dapat menyebabkan badan lemas, tidak ada semangat, lekas marah dan stres (Santoso, 2009). Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stress sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Jika stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut mengalami hipertensi (Junaidy, 2010).

2.1.4. Kebiasaan Merokok dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

Berdasarkan data pada tabel 7 terlihat bahwa dari 97 responden yang diteliti terdapat 66 responden yang tidak merokok, diantaranya 28 orang yang mengalami hipertensi dan 38 orang yang tidak hipertensi, sedangkan yang merokok sebanyak 31 orang, diantaranya 19 orang yang mengalami hipertensi dan 12 orang yang tidak hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang tidak merokok lebih banyak dari pada yang merokok, hal ini mungkin disebabkan mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan dan banyak


(52)

58

terutama hipertensi, namun ada yang tidak bisa berhenti merokok karena terbiasa dan sulit untuk berhenti walaupun sudah sering mencoba berhenti merokok.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Jufri et al., (2012) mengenai hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Kabupaten Sinjai juga menemukan adanya responden yang tidak merokok lebih banyak sebanyaka 50 orang dari 62 responden dan 24 yang mengalami hipertensi dan 26 yang tidak hipertensi.

Dalam hal ini lansia masih perlu mendapat perhatian, sebaiknya lansiabagar mengurangi kebiasaan merokok dan bahkan sampai tidak merokok lagi, karena merokok dapat mengganggu kerja paru-paru normal. Selain itu kebiasaan merokok dapat menyebabkan datangnya berbagai penyakit termasuk salah satunya penyakit kardiovaskular karena jumlah nikotin yang terdapat dalam darah yang dapat menyebabkan terganggunya sistem sirkulasi darah dalam tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya kejadian hipertensi.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa apabila makin banyak kita menghisap rokok maka akan mengganggu kerja paru-paru yang normal, karena hemoglobin lebih mudah membawa karbondioksida daripada membawa oksigen, jika terdapt karbondioksida dalam paru-paru, maka akan dibawa oleh hemoglobin sehingga tubuh memperoleh pemasukan oksigen yang kurang dari biasanya. Kandungan nikotin dalam rokok yang terbawa dalam aliran darah dapat mempengaruhi bagian tubuh yaitu dapat


(53)

59

mempercepat denyut jantung sampai 20 kali lebih cepat dalam satu menit daripada dalam keadaan normal. Selain itu zat yang dihisap melalui rook seperti zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbonmonoksida dibawa masuk kedalam aliran darah. Selanjutnya zat ini merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, sehingga mengakibatkan tekanan darah tinggi. Selain itu merokok pada penderita tekanan darah tinggi, semakin meningkatkan resiko kerusakan pembuluh arteri (Karyadi, 2002).


(54)

60 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa:

1.1 Ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor dengan kekuatan korelasi cukup/sedang.

1.1.1 Aktifitas fisik dan hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor berkategori tidak cukup. 1.1.2 Pola makan dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan

Kesehatan Puskesmas Medan Johor berkategori tidak baik. 1.1.3 Kebiasaan istirahat/tidur dan kejadian hipertensi pada lansia di

Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor berkategori tidak cukup.

1.1.4 Kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor berkategori tidak merokok.

2. Saran

2.1Bagi Pendidikan Keperawatan

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi untuk semua umur dan perlu dilakukan penelitian untuk hubungan macam-macam gaya hidupnya.


(55)

61

2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan Komunitas

Petugas pelayanan kesehatan khususnya bagian keperawatan komunitas untuk lebih proaktif memberikan penyuluhan mengenai gaya hidup sehat dan melakukan kunjungan secara berkala untuk mengobservasi secara langsung penerapan gaya hidup sehat.

2.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian berikutnya sampel lebih ditingkatkan untuk hasil yang lebih representative dan untuk peneliti berikutnya diharapkan untuk meneliti faktor-faktor gaya hidup yang lainnya, untuk mengetahui apakah ada hubungannya atau tidak terhadap kejadian hipertensi.


(56)

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Lansia 1.1 Pengertian

Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat MANULA, atau disebut saja kelompok lanjut usia (LANSIA) (ageing/elderly) adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi berumur 60 tahun atau lebih (Bustan, 2015). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak melakukan tugasnya sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan (R.Hasdianah, et al., 2014).

1.2 Batasan Lansia

Menurut Aspiani (2014), sampai saat ini belum ada kesepakatan batas umur lanjut usia secara pasti, karena seseorang tokoh psikologis membantah bahwa usia dapat secara tepat menunjukkan seseorang individu tersebut lanjut usia atau belum maka merujuk dari bebragai pendapat di bawah ini.

Menurut WHO dalam bukunya Aspiani (2014) mengelompokkan usia lanjut atas tiga kelompok yaitu: Usia lanjut yang berumur 60-74 tahun, usia tua yang berumur 75-89 tahun, dan usia sangat tua yang berumur > 90 tahun.


(57)

7

Menurut UU No. 13 tahun 1998, batasan orang dikatan lansia berumur 60 tahun. Depkes dikutip dari Azis (1994) lebih lanjut membuat penggolongan lansia menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu : (1). Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni kelompok yang baru memasuk lansia (2). Kelompok lansia (65 tahun keatas). (3). Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih 70 tahun (Aspiani, 2014).

Selain itu klasifikasi lansia juga diuraikan oleh Maryam (2008), yaitu pralansia, lansia, lansia resiko tinggi, lansia potensial, dan lansia tidak potensial. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. Lansia yaitu seorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain/keluarga.

1.3 Proses Menua

Menua buakanlah suatu penyakit tetapi merupkan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh walaupun demikian harus diakui bahwa dihadapi berbagai penyakit yang sering menghinggapi berbagiai penyakit. Proses menua sudah mulai berlangsung seseorang mencapai usia dewasa (Aspiani, 2014).

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ


(58)

8

tersebut. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mrngganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami bebrbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeratif (Maryam, 2008).

1.4Teori Penuaan

Maryam (2008) mengatakan ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis teori sosial, dan teori spiritual.

1.4.1 Teori biologi

Teori biologi mencakup teori genetic dan mutasi, immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

Menurut teori genetik dan mutasi, menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu ajm genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu, lingkungan atau penyakit. Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya beberapa waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obatan, atau dengan tindakan tertentu (Maryam, 2008).


(59)

9

Menurut Immunology slow theory, system imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh (Maryam, 2008).

Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai (Maryam, 2008).

Menurut teori radikal bebas, radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi (Maryam, 2008).

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau using menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elestisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel (Maryam, 2008).

1.4.2 Teori psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Teori psikologis dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu teori yang ada. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia.


(60)

10

Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga (Maryam, 2008).

1.4.3 Teori sosial

Ada beberapa teori social ynag berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interksi social (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory) (Maryam, 2008).

Teori interaksi sosial ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian hingga sesedikit mungkin. Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang , sehingga menyebabkan interaksi social mereka


(61)

11

juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah (Maryam, 2008).

Teori penarikan diri ini merupakan teori social tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian (Maryam, 2008).

Teori aktivitas menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan (Maryam, 2008).

Teori kesinambungan dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini menegemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Kesulitan untuk menerapkan teori ini adalah bahwa sulit untuk memperoleh gambaran umum tentang seseorang, karena kasus tiap orang sangat berbeda (Maryam, 2008).

Teori perkembangan menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangna tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi,


(62)

12

teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut (Maryam, 2008).

Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban, dan hak mereka berdasarkan usia (Maryam, 2008).

1.4.4 Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam smesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. Fowler meyakini bahwa kepercayaan/dimensi spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang. Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan (Maryam, 2008).

1.5 Perubahan Yang Terjadi pada Lansia

Maryam (2008) dalam bukunya mengatakan, bahwa perubuhan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis.

Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi: perubahan dari tingkat sel sampai ke semua system organ tubuh, di antaranya system pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, muskuloskeletal, system reproduksi, gastrointestinal, persarafan, endokrin, dan kulit (Maryam, 2008).

Masalah perubahan sosial serta reaksi individu terhadap perubahan sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu bersangkutan.


(63)

13

Perubahan yang menjadikan dalam kehidupan akan membuat yang mereka alami di antaranya , yaitu: peran, keluarga, teman, kekerasan, masalah hukum, ekonomi, rekreasi, keamanan, transportasi, politik, pendidikn, agama, dan panti jompo (Maryam, 2008).

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan (Maryam et. Al, 2008).

1.6Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia

Aspiani (2014), menyatakan dalam bukunya mengenai kondisi kesehatan lanjut usia yang mempunyai kemiripin dari seluruh bangsa, dimana penyakit yang sering menyertai adalah tidak muncul gejala, melainkan multiple symptom, tetapi penyakit yang dapat teridentifikasi seperti: Gangguan sirkulasi darah (hipertensi dan kelainan pembuluh darah), penyakit gigi dan mulut, tuberkulosa, diare, ginjal dan saluran kemih, penyakit infeksi, dll. 2. Konsep Dasar Hipertensi

2.1Pengertian

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan diastolik yang bernilai lebih dari 90 mmHg dan sistolik di atas 140 mmHg. Penyakit ini biasanya tidak disertai gejala (asimptomatik) ( Potter & Perry, 2009).

Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan


(64)

14

tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya mempertahankan tekanan darah secara normal (Wijaya, 2013).

2.2Klasifikasi Hipertensi

Menurut Wijaya (2013), klasifikasi berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi dua golongan, yaitu hipertensi primer dan sekunder.

Hipertensi Esensial (Primer) merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secar pasti. Beberapa factor yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti: faktor genetik, stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium).

Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan jelas sehigga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainanendokrin lainnya seperti resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.


(65)

15

Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi:

Tabel 1. Klasifikasi Menurut European Society of Cardiology, 2007.

Kategori Tekanan Sistolik (mmHg)

Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal 120 – 129 80-84

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat I 140-159 90-99 Hipertensi derajat II 160-179 100-109 Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi Sistolik

terisolsi ≥ 190

< 90

2.3Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany dalam Padila, 2013)

2.3.1 Hipertensi essensial (hipertensi primer)

Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini berarti bahwa kondisi hipertensi tidak mempunyai sumber yang teridentifikasi. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Fakor tersebut adalah factor keturunan, ciri perseorangan, dan kebiasaan hidup (Padila, 2013).


(66)

16

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungknan lebih besar untuk mendapatkan akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Padila, 2013).

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi drai perempuan) dan ras. Ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih (Padila, 2013).

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stres dan pengaruh lain misalnya merokok, minm alkohol (Padila, 2013).

2.3.2 Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit ginjal dan gangguan adrenal. Hanya 5-10 % dari seluruh hipertensi disebabkan oleh penyebab lain (Padila, 2013). Faktor pencetus munculnya hipertensi sekuder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik seperti tumor otak, gangguan psikiatris, kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, dan luka bakar (Udjianti, 2011).


(67)

17

2.4Patofisiologi

Hipertensi adalah proses degenerative system sirkulasi yang dimulai dengan atherosclerosis, yakni gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah/arteri. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah yang menyebabkan badab jantung bertambah bera yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah dalam system sirkulasi. Dengan demikian, proses patologis hipertensi ditandai dengan peningkatan tahanan perifer yang berkelanjutan sehingga secara kronik dikompensasi oleh jantung dalam bentuk hipertensi (Bustan, 2015).

2.5Komplikasi

Semakin lama menderita hipertensi, semakin besar peluang kerusakan organ. Akibatnya, kondisi yang serius seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan kerusakan mata pun terjadi (Murwani, 2009).

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, dan jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan diparu maupun jaringan tybuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas. Komplikasi pada otak, menimbukan risiko stroke, apabila tidak di obati risiko


(68)

18

terkena strok 7 kali lebih besar. Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan di dalam ginjal, akibatnya semakin lama ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh yang masuk mealalui aliran darah dan terjadin penumpukan di dalam tubuh. Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Wijaya & Putri, 2013).

2.6Manifestasi klinis

Gejala hipertensi sangat bervariasi, pada sebagian penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala (tanpa gejala) yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah.

Crowin (2000 dalam wijaya & putri, 2013) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul, seperti : nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal, pembengkakan akibat peningkatan kapiler.

2.7 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan bagi klien hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap


(69)

19

program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubung dengan terapi.

2.7.1 Non Farmakologis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup seperti; teknik-tekni mengurangi stress, penurunan berat badan, pembatasan halkohol, olahraga/latihan, relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pda setiap terapi antihipertensi. Modifikasi gaya hidup merupakn hal yang sulit bagi individu karena mera sering harus mengubah kebiasaan yang menyenangkan, seperti merokok atau makan-makan tertentu. Modifikasi gaya hidup untuk faktor risiko penting termasuk berhenti merokok, menurunkan berat badan, diet rendah kolesterol dan rendah garam, serta olahraga (Potter & Perry, 2009).

Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap di atas 85 atau 95 mmHg serta sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan ( Muttaqin, 2009).

2.7.2 Terapi Farmakologis

Muttaqin (2009) menyebutkan dalam bukunya bahwa obat-obat antihipertensi dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain. Klasifikasi obat antihipertensi dibagi menjadi lima kategori ,


(70)

20

yaitu: diuretik, penghambat simpatetik, vasodilator arteriol langsung, antagonis angiotensin, penghambat saluran kalsium.

Diuretik berfungsi untuk mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Penghambat simpatetik (metildopa, klonidin, dan reserpine) untuk mengahambat aktivitas saraf simpatis, golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jantung dan aliran darah ke ginjal (Wijaya & Putri, 2013).

Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang dapat menurunkan tekanan darah dan natrium sertai air tertahan sehingga terjadi edema perifer. Diuretic dapat diberikan bersamaan dengan vasodilator untuk mengurangi edema. Obat dalam golongan angiotensin menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) yang antinya akan menghambabt pembentukan angiotensin II (vasokonstrikor) dan menghambat menghambat pelepasan aldosterone. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing ltih dan insomnia (Muttaqin, 2009).

2.8Faktor yang Dapat Menyebabkan Hipertensi

Menurut aggie Casey dan Herbert Benson (2006) faktor risiko dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu tidak dapat di ubah dan dapat diubah.


(71)

21

2.8.1 Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Sekalipun tidak dapat mengendalikan faktor risiko tertentu, bukan berarti dapat melupakannya. Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti: faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan ras.

Faktor genetik. Jika satu atau dua orang dari orang tua atau saudara kandung yang menderita hipertensi, maka peluang untuk menderita hipertensi semakin besar. Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari kasus Hipertensi Esensial dalam keluarga mempunyai dasar genetik. Faktor ini tidak bisa dikendalikan, jika seseorang memiliki orangtua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik.

Umur. Walaupun penuaan tidak selau memicu hipertensi, tekanan darah tinggi terjadi pada usia lebih tua. Pada usia antara 30 dan 65 tahun, tekanan sistolik meningkat rata-rata sebanyak 20 mmHg dan terus meningkat setelah 70 tahun. Faktor ini tidak bisa dikendalikan, penelitian menunjukkan bahwa semakin usia seseorang bertambah, tekanan darahpun akan meningkat.

Jenis kelamin. Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga bulan, sedangkan wanita sering mengalami hipertensi setelah menopause.


(72)

22

Ras. Orang Afrika-Amerika menunjukkan tingkat hipertensi lebih tinggi disbanding populasi lain dan cenderun berkembang lebih awal dan agresif. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Afrika-Amerika.

2.8.2 Faktor risiko yang dapat diubah

Faktor risiko ini merupakam dasar dari program modifikasi gaya hidup.

Merokok. Ketika peneliti menguji tekanan darah perokok, mereka menemukan bahwa waktu lima menit pengisapan, tekanan sistolik subjek meningkat secara dramatis, rata-rata lebih dari 20 mm/Hg, sebelum secara bertahap menurun ke tingkat asli tekanan darah mereka setelah 30 menit.

Obesitas. Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan, karena tambahan beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras.

Kurang olahraga. Dibandingkan dengan orang yang aktif secara fisik, orang yang sering duduk secara signifikan lebih mungkin mengalami hipertensi dan serangan jantung. Seperti otot lain, jantung semakin kuat dengan olahraga, jantung yang kuat akan memompa darah lebih efesien.

Kelebihan garam. Terlalu banyak mengonsumsi garam langsung menaikkan tekanan darah.


(73)

23

Penggunaan alkohol. Minum alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dakam sehari merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi.

Stress. Stress akan meningkatkan pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Jika stress menurun maka tekanan darah juga menurun. Beberapa studi menyatakan bahwa stress turut serta memengaruhi kejadian hipertensi.

3. Gaya Hidup

3.1Pengertian gaya hidup

Menurut Purwoastuti (2015), Gaya hidup adalah aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, bekerja dan sebagainya. Menurut Minor dan Mowen gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana orang membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu (Tamber, 2009).

3.2Macam-macam Gaya Hidup

Menurut Belloc dan Breslow (1972), yang termasuk gaya hidup adalah: Pola makanan yang baik, aktifitas fisik, olahraga, istirahat/tidur 7-8 jam perhari, tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak mengonsumsi obat-obatan (Watson, 2003).

Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya hipertensi antara lain (muhammadun, 2010): aktivitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat, dan


(74)

24

3.2.1 Aktivitas fisik

Melakukan aktifitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis. Aktivftas fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah. Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab mengapa hipertensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan daripada masyarakat di lingkungan pedesaan. Banyaknya sarana transportasi dan berbagai fasilitas lain bagi masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan aktifitas fisik mereka. Pdahal, aktifitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah. Aktifitas yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, smakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun (Merliani, 2007).

Aktifitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah aktifitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang terbakar sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang biasa dilakukan adalah aerobik. Suatu aktifitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobik jika dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru, dan otot-otot (Marliani, 2007).


(1)

(2)

v

Judul : Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor Nama : Indah Astria Pakpahan

NIM : 121101013

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2016

ABSTRAK

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana di jumpai peningkatan tekanan diastolik yang bernilai lebih dari 90 mmHg dan sistolik di atas 140 mmHg. Penyakit ini biasanya tidak disertai gejala (asimptomatik) ( Potter & Perry, 2009). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor. Metode penelitian ini dengan metode pendekatan Deskriptif Kuantitatif dengan rancangan

Cross sectional. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

accidental sampling, didapatkan 97 responden. Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan kuesioner dan diolah dengan menggunakan uji statistik

Spearman rho dengan nilai r sebesar -0.304 dengan signifikan p = 0,002 (p <

0,05) artinya Ho ditolak dan H1 diterima atau ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor dan menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu cukup. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor. Saran bahwa masyarakat terutama disekitar Puskesmas Medan Johor agar lebih memperhatikan gaya hidup sehat dan bagi Puskesmas Medan Johor untu meningkatkan penyuluhan mengenai gya hidup sehat untuk meminimalkan resiko akibat hipertensi.


(3)

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

SKRIPSI

Oleh

Indah Astria Pakpahan 121101013

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

i

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia

di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

SKRIPSI

Oleh

Indah Astria Pakpahan 121101013

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(5)

(6)