Hasil Penelitian
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum KPPN Medan II
Kantor Pelayanan Perbendahaeaan Negara (KPPN) merupakan instansi vertical Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang merupakan unit terdepan atau ujung tombak dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memberikan pelayanan publik. KPPN mempunyai tugas melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan bendahara umum, penyaluran pembayaran atas beban anggaran serta penatausahaan penerimaan dana pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terbentuknya KPPN seiring dengan adanya reorganisasi dilingkungan Kementerian Keuangan, sebagai bagian dari implementasi reformasi dibidang keuangan negara, yaitu dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Perbendaharaan pada tahun 2004 yang disemangati untuk mewujudkan good governance (tata
kelola pemerintahan yang baik). 1
Di dalam perkembangannya, KPPN telah banyak mengalami perubahan nama. Sejak zaman Belanda, urusan perbendaharaan negara di daerah telah dilaksanakan oleh Central Kantoor Voor de Comptabilitiet (CKC) yang tugasnya melaksanakan wewenanang ordonansering. Kantor ini selanjutnya disebut Kantor Pusat Perbendaharaan Negara atau disingkat KPPN. Setelah proklamasi kemerdekaan RI, antara tahun 1945-1947 kas negara dipegang langsung oleh bangsa Indonesia sendiri. Selain itu, ada pula S’land (Kantor Kas Negara) yang mempunyai wewenang compatabel atau fungsi bendahara umum. Dalam pelaksanaan fungsi verifikasi dan penatausahaan pengeluaran negara dikenal Administratie Kantoor Voor de Land kassen atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Kantor Pengawas dan Tata Usaha Kas Negara (KPTUKN). Kemudian
1 Direktorat Jenderal Perbendaharaan, “Sejarah Direktorat Jenderal Perbendaharaan”, https:id.wikipedia.orgwikiDirektorat_Jenderal_Perbendaharaan. Diunduh pada tanggal 15
November 2016.
pada tahun 1964 Kantor Pusat Perbendaharaan Negara (KPPN) dan Kantor Kas Negara (KKN) digabung menjadi Kantor Bendahara Negara (KBN). 2
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No.303KMK012004 tanggal 23 juni 2004 tentang perubahan nama KPKN menjadi KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara). Perubahan yang diharapkan KPPN dapat melaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara (compatabel) dan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat secara cepat, tepat dan sistematis.
Langkah awal perwujudan Reformasi Birokrasi untuk bidang pekerjaan Perbendaharaan Negara, pada tanggal 30 Juli 2007 Departemen Keuangan membentuk 18 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) percontohan di
17 Provinsi dan salah satu KPPN Percontohan yang telah dibentuk adalah KPPN Medan II. Melalui konsep KPPN Percontohan inilah tekad melaksanakan layanan cepat, tepat, transparan, dan tanpa biaya dicanangkan. Hingga awal tahun 2009 departemen Keuangan telah membentuk 37 KPPN Percontohan dari 178 KPPN Konvensional.
Di dalam KPPN terdapat beberapa jabatan atau struktur organisasi, struktur organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan atau keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian instansi sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.
Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektivitas kerja dapat diwujudkan melalui kerjasama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi melaksanakan serangkaian
2 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan II, “SejarahSingkat KPPN Medan II”, http:kppnmedan2.netwebtentang-kamisejarah.html. Diunduh pada tanngal 15 November 2016.
kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertical melalui saluran tunggal. Struktur Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Medan II dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:
Kepala Kantor Amra
KepalaSubbagUmum
Eko Ari Rusanto
3. Novita Putri
7. SyamsulBahri
4. FitriMahyaniS.sos
KepalaSeksiPencairan
KepalaSeksi
KepalaSeksi Bank
KepalaSeksi Vera
Dana
MSKI
Nova Juliana
Drs. AgusSupriyatna
Sianturi Royadi
Hartina
1. Budiarto 2. Juandri Lapinde.B
1. ErawatiSafitri
1. YunizarSitompul
1. Eda TiurmaSiregar
3. Fakhruddin Nst
2. Elisa
2. Rizal Wijaya
2. Mega Suherman
4. Bambang Krisma
3. EndangRahayu
3. Amnur
5. Ashari 6. Darwan Efendi 7. Wagiart
TugasBelajar
8. Kukuh Setyo
1. Perra Santos 9. Henry Parlindungan 2. Senopati Al Islami 3. BahrianKansiro 4. GunoPrayitno 5. Kurniawan S 6. Ade Setiawan
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPPN Medan II
2. Profil Responden
Data Penelitian dikumpulkan dengan cara membagikan kuisioner secara langsung kepada responden. Kuisioner diperoleh dengan cara peneliti menemui langsung responden dan memberikan kuisioner untuk diisi oleh para responden Data Penelitian dikumpulkan dengan cara membagikan kuisioner secara langsung kepada responden. Kuisioner diperoleh dengan cara peneliti menemui langsung responden dan memberikan kuisioner untuk diisi oleh para responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian, maka banyaknya frekuensi pegawai KPPN Medan II berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan keterangan pada tabel 3 di atas maka dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki berjumlah 18 orang, sedangkan responden perempuan berjumlah 15 orang. Maka dapat disimpulkan bahwa pegawai KPPN Medan II didominasi oleh jenis kelamin laki-laki.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian, maka banyaknya frekuensi pegawai KPPN Medan II berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
17-29 tahun
30-40 tahun
> 40 Tahun
Jumlah
Berdasarkan keterangan pada tabel 4 di atas maka dapat diketahui bahwa responden berdasarkan usian 17-29 tahun berjumlah 6 orang, usia 30-40 tahun berjumlah 18 orang, dan usia di atas umur 40 tahun berjumlah 9 orang. Dapat disimpulkan bahwa responden didominasi oleh pegawai yang berusia 30-40 tahun yaitu sebesar 54,4.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan hasil penelitian, maka banyaknya frekuensi pegawai KPPN Medan II berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
SMA Sederajat
Berdasarkan keterangan pada tabel 5 di atas maka dapat diketahui bahwa responden berdasarkan pendidikan terakhir SMA sederajat berjumlah 10 orang, strata 1 berjumlah 19 orang, dan strata 2 berjumlah 4 orang. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan terakhir pegawai didominasi oleh strata 1 yaitu 57,5.
3. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan II yang merupakan instansi kas negara di daerah. Penelitian ini terdiri atas empat variable yaitu Keadilan Prosedural, Sistem Pengukuran Kinerja, Gaya Kepemimpinan dan Kinerja Manajerial Sektor Publik. Data yang dikumpulkan berasal dari pengisian hasil kuisioner yang dibagikan kepada pegawai KPPN Medan II.
Kuisioner dibagikan sebanyak 33 kuisioner yang penyebarannya dilakukan bulan November 2016. Adapun kuisioner yang diterima kembali oleh peneliti Kuisioner dibagikan sebanyak 33 kuisioner yang penyebarannya dilakukan bulan November 2016. Adapun kuisioner yang diterima kembali oleh peneliti
4. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas item digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuisioner atau skala, apakah item-item pada kuisioner tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin diukur, atau bias melakukan penelitian langsung dengan
metode korelasi pearson atau metode corrected item-total correlation. 3
Adapun instrument dapat dinyatakan valid dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika r hitung >r tabel maka item pernyataan tersebut dinyatakan valid
2) Jika r hitung . Karena jumlah data (n) 33 atau df (degree of freedom) = 31. Maka diperoleh r tabel sebesar 0,344. Df (Degree of Freedom) diperoleh dari jumlah responden dikurangd engan dua (n-2) atau 33-2 = 31. Hasil pengolahan uji validitas dapat dilihat pada table 4.4 berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Keadilan Prosedural Item
3 Dwi Priyanto, Buku Saku SPSS: Analisis Statistik Data, (Yogyakarta: Media Kom, 2011) , h. 42.
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan yang terdapat pada variable keadilan prosedural dinyatakan valid karena r-hitung lebih besar dari r-tabel.
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Pengukuran Kinerja
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan yang terdapat pada variable sistem pengukuran kinerja dinyatakan valid karena r- hitung lebih besar dari r-tabel.
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan Item
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan yang terdapat pada variable gaya kepemimpinan dinyatakan valid karena r-hitung lebih besar dari r-tabel.
Berdasarkan tabel 4.7 di bawah dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan yang terdapat pada variable kinerja manajerial dinyatakan valid karena r hitung lebih besar dari r-tabel.
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Manajerial Item
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur penelitian, dalam hal ini adalah kuisioner. Untuk mengukur reliabilitas dilakukan dengan uji statistic croanbach alpha. Pernyataan dinyatakan reliabel jika croanbach alpha > 0,60 atau r-alpha > 0,60.
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Keadilan Prosedural (X 1 )
Sistem Pengukuran Kinerja
Gaya Kepemimpinan (X 3 )
Kinerja Manajerial (Y)
0.6 Reliabel
Berdasarkan table 4.8 di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan dan pernyataan pada setiap variable penelitian dinyatakan reliabel karena memilik inilai alpha yang lebih besardari 0,60.
5. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji tingkat kenormalan data yang digunakan terdistribusi secara normal atau tidak. Jadi, dalam hal ini uji normalitas dalam model regresi, variable dependen dan variable independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas menggunakan analisis grafik (normal P-P plot) regresi dan uji One Sample Kolmogrov-Smirnov.
1) Uji Normalitas dengan Metode grafik P-P plot
Normalnya pendistribusian data dapat dilihat dari penyebaran data yang berada disekitaran garis, untuk mendeteksinya adalah dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik normal P-P plot of Regression Standardized Residual sebagai dasar pengambilan keputusan. Jika menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka residual pada model regresi
tersebut berdistribusi normal. 4
Uji normalitas metode grafik P-P plot dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Grafik
Normal P-P Plot of Regression Standaerdized Residual
4 ibid., h.278
Pada gambar 4.2 di atas dapat dlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya tidak menjauh dari garis diagonal artinya model regresi tersebut berdistribusi normal. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tealah memenuhi uji normalitas.
2) Uji normalitas dengan metode one sample kolmogrov-smirnov
Cara untuk mendeteksinya adalah dengan melihat nilai signifikansi residual. Jika signifikansi lebih dari 0,05 maka data yang digunakan terdistribusi secara normal.
Uji normalitas dengan metode one sample kolmogrov-smirnov dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9 one sample kolmogrov-smirnov test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Normal Parameters a Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2- tailed) lebih besar dibanding dengan taraf signifikan 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Metode pengujian yang biasa digunakan yaitu dengan melihat nilai inflation Factor (VIP) dan Tolerance pada model regresi. Jika nilai VIF kurang dari 10 dan lebih dari 0.1 maka model
regresi bebas dari multikolinearitas. 5 Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients a
B Std. Error
Beta
t
Sig. Tolerance VIF
keadilan prosedural
(X1) sistem pengukuran
kinerja (X2) gaya kepemimpinan
a. Dependent Variable: kinerja manajerial (Y)
Dari tabel 4.10 di atas, dapat dilihat bahwa nilai VIF dari setiap variabel independen tidak ada yang lebih dari 10 dan nilai tolerance > 0,1. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan varian dan residual pada satu pengamatan ke
5 Ibid., h.288 5 Ibid., h.288
Uji heteroskedastisitas dengan metode scatterplot yaitu dengan melihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas
tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. 6
Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar grafik scatterplot berikut:
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Dari gambar 4.3 di atas, memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak tersebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada persamaan regresi sehingga model regresi layak untuk digunakan.
6. Uji F (Uji serentak)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama- sama terhadap variabel dependen. 7
6 Jemmy Rumengen, Metodologi Penelitian dengan SPSS, (Batam: Uniba, 2010), h. 91.
Hasil uji F-hitung dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11 Hasil Uji F
ANOVA b
Model
Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
a. Predictors: (Constant), gaya kepemimpinan (X3), sistem pengukuran kinerja (X2), keadilan prosedural (X1)
b. Dependent Variable: kinerja manajerial (Y)
Adapun langkah-langkah uji F sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis
H 0 : Keadilan prosedural, sistem pengukuran kinerja dan gaya
kepemimpinan secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial
H a : Keadilan prosedural, sistem pengukuran kinerja dan gaya
kepemimpinan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja manajerial
b. Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi menggunakan 0,05
c. Menentukan F-hitung Berdasarkan Output di atas diperoleh F-hitung sebesar 58,156
d. Menentukan F-tabel
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95,
df 1 (k-1)
atau 4-1=3 dan df 2 (n-k-l) atau 33-3-1=29 (n adalah jumlah da-ta dan k adalah jumlah variabel independen). Hasil diperoleh untuk F-tabel sebesar 4,183.
7 Ibid., h. 258 7 Ibid., h. 258
H 0 diterima jika F-hitung < F-tabel
H 0 ditolak jika F-hitung > F-tabel
f. Membandingkan F-hitung dengan F-tabel
Nilai F-hitung > F-tabel (58,156 > 4,183) maka H 0 ditolak
g. Kesimpulan
Karena nilai F-hitung > F-tabel (58,156 > 4,183) maka H 0 ditolak,
artinya bahwa keadilan prosedural, sistem pengukuran kinerja dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
7. Uji t (uji koefisien regresi secara parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. 8 Hasil uji t
hitung dapat dilihat dari table 4.12
berikut ini:
Tabel 4.12 Hasil Uji T
Coefficients a
B Std. Error
Beta
T Sig.
keadilan prosedural (X1)
sistem pengukuran kinerja (X2)
gaya kepemimpinan (X3)
a. Dependent Variable: kinerja manajerial (Y)
8 Ibid,. h.26 8 Ibid,. h.26
Adapun langkah-langkah uji t sebagai berikut: (1) Menentukan hipotesis
H 0 : Keadilan prosedural secara parsial tidak berpengaruh terhadap
kinerja manajerial
H a : Keadilan prosedural secara parsial berpengaruh terhadap kinerja
manajerial (2) Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 (3) Menentukan t-hitung
Berdasarkan Output di atas diperoleh t-hitung sebesar 3,690
(4) Menentukan t-tabel
Tabel distribusi t dicari pada = 5 : 2 = 2,5 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-l atau 33-3-1 = 29 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi= 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,045.
(5) Kriteria pengujian
H 0 diterima jika t-hitung < t-tabel
H a ditolak jika t-hitung > t-tabel (6) Membandingkan t-hitung dengan t-tabel
Nilai t-hitung > t-tabel (3,690 > 2,045) maka H a diterima artinya
bahwa keadilan prosedural secara parsial berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Nilai t-hitung bernilai positif, artinya pengaruh yang terjadi adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat keadilan prosedural maka kinerja manajerial akan semakin baik.
b) Pengujian koefisien regresi variabel sistem pengukuran kinerja
Adapun langkah-langkah uji t sebagai berikut: (1) Menentukan hipotesis
H 0 : Sistem pengukuran kinerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap
kinerja manajerial
H a : Sistem pengukuran kinerja secara parsial berpengaruh terhadap
kinerja manajerial (2) Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 (3) Menentukan t-hitung
Berdasarkan Output di atas diperoleh t-hitung sebesar 6,537
(4) Menentukan t-tabel
Tabel distribusi t dicari pada = 5 : 2 = 2,5 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-l atau 33-3-1 = 29 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi= 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,045.
(5) Kriteria pengujian
H 0 diterima jika t-hitung < t-tabel
H a ditolak jika t-hitung > t-tabel (6) Membandingkan t-hitung dengan t-tabel
Nilai t-hitung > t-tabel (6,537 > 2,045) maka H a diterima artinya
bahwa sistem pengukuran kinerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Nilai t-hitung bernilai positif, artinya pengaruh yang terjadi adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat sistem pengukuran kinerja maka kinerja manajerial akan semakin baik.
c) Pengujian koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan X 3
Adapun langkah-langkah uji t sebagai berikut: (1) Menentukan hipotesis
H 0 : Gaya kepemimpinan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja
manajerial
H a : Gaya kepemimpinan kinerja secara parsial berpengaruh terhadap
kinerja manajerial (2) Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 (3) Menentukan t-hitung
Berdasarkan Output di atas diperoleh t-hitung sebesar 3,632
(4) Menentukan t-tabel
Tabel distribusi t dicari pada = 5 : 2 = 2,5 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-l atau 33-3-1 = 29 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi= 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,045.
(5) Kriteria pengujian
H 0 diterima jika t-hitung < t-tabel
H a ditolak jika t-hitung > t-tabel (6) Membandingkan t-hitung dengan t-tabel
Nilai t-hitung > t-tabel (3,632 > 2,045) maka H a diterima artinya
bahwa gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Nilai t-hitung bernilai positif, artinya pengaruh yang terjadi adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat gaya kepemimpinan maka kinerja manajerial akan semakin baik.
8. Pengujian Koefisien Determinasi (R 2 )
Analisis pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil analisis determinasi dapat dilihat pada output Model Summary dari hasil analisis regresi linier berganda. Menurut Santoso dalam Duwi Priyanto bahwa untuk rfegresi lebih dari dua variabel bebas
digunakan adjusted R 2 sebagai koefisien determinsi. Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan. 9
Analisis koefisien determinasi R Square dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini:
9 Dwi Priyanto, Buku Saku SPSS: Analisis Statistik Data, (Yogyakarta: Media Kom, 2011), h. 251
Tabel 4.13 Hasil Koefisien Regresi
Model Summary b Adjusted R
Std. Error of the
Model
R
R Square
Dari tabel 4.13 tersebut dapat dilihat bahwa angka R Square sebesar 0,653 atau 65,3. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 65,3, sedangkan sisanya 34,7 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penilitian ini.
9. Uji Model Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini:
Tabel 4.14 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients a
B Std. Error
Beta
T Sig.
keadilan prosedural (X1)
sistem pengukuran kinerja (X2) .193
gaya kepemimpinan (X3)
a. Dependent Variable: kinerja manajerial
Berdasarkan table 4.14 di atas, maka persamaan regresi sebagai berikut:
KM = 4,075 + 0,125 KP + 0,193SP + 0,895GK + e
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier bergamda di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Konstanta sebesar 4,075; artinya jika keadilan prosedural, sistem pengukuran kinerja dan gaya kepemimpinan konstan atau nilainya 0, maka kinerja manajerial nilainya sebesar 4,075 unit.
2) Koefisien regresi variabel keadilan prosedural 0,125; artinya jika keadilan prosedural mengalami kenaikan satu satuan, maka kinerja manajerial akan mengalami peningkatan sebesar 0,125 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap
3) Koefisien regresi variabel sistem pengukuran kinerja sebesar 0,193; artinya jika sistem pengukuran kinerja mengalami kenaikan satu satuan, maka kinerja manajerial akan mengalami kenaikan sebesar 0,193 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap
Koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan sebesar; 0,895 artinya jika gaya kepemimpinan mengalami kenaikan satu satuan, maka kinerja manajerial akan mengalami kenaikan sebesar 0,895 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.
B. Pembahasan
1. Keadilan Prosedural Berpengaruh Terhadap Kinerja Manajerial Sektor Publik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial sektor publik. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keadilan prosedural merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan hasil dari kinerja manajerial Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan II. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keadilan prosedural pada pegawai KPPN Medan II akan menghasilkan kinerja manajerial yang baik pada kantor tersebut. Hal ini sesuai dengan teori sebagaimana yang dijelaskan pada Bab II.
2. Sistem Pengukuran Kinerja Berpengaruh Terhadap Kinerja Manajerial Sektor Publik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial sektor publik. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengukuran kinerja merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan hasil dari kinerja manajerial Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan II. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat sistem pengukuran kinerja pada pegawai KPPN Medan II akan menghasilkan kinerja manajerial yang baik pada kantor tersebut.
3. Gaya Kepemimpinan Berpengaruh Terhadap Kinerja Manajerial Sektor Publik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel gaya kepemimpinan terhadap kinerja manajerial sektor publik. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan hasil dari kinerja manajerial Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan II. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat gaya kepemimpinan pada pegawai KPPN Medan II akan menghasilkan kinerja manajerial yang baik pada kantor tersebut.