37
BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN:
RUMAH SINGGAH ODHA DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
2.1 Sekilas Tentang Kecamatan Medan Selayang
Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan yang memiliki luas tanah
±23,89 km² dari seluruh luas wilayah kota Medan dan berada pada ketinggian 26- 50 meter diatas permukaan laut. Kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang secara
geografis berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang merupakan daratan kemiringan antara 0-5. Kecamatan Medan Selayang berbatasan dengan Medan
Sunggal di sebelah barat, Medan Johor dan Medan Polonia di sebelah timur, Medan Tuntungan di selatan, dan Medan Baru dan Medan Sunggal di sebelah
utara. Penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti: Batak, Tionghoa, Minang, Aceh, Jawa, serta Ambon. Sedangkan suku asli adalah Melayu
Deli dan Batak Karo. Sebelum menjadi kecamatan definitif terlebih dahulu melalui proses
Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor: 138402K1991 tentang Penetapan dan Perubahan 10
Sepuluh Perwakilan Kecamatan yang merupakan pemekaran wilayah Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan dengan nama
“Perwakilan Kecamatan Medan Selayang” dengan 5 kelurahan. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 1991 tentang
Pembentukan beberapa Kecamatan di Sumatera Utara termasuk 8 delapan
Universitas Sumatera Utara
38 Kecamatan Pemekaran di Kota Medan secara resmi Perwakilan Kecamatan
Medan Selayang menjadi Kecamatan Definitif yaitu “Kecamatan Medan Selayang”.
Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 enam kelurahan dan 63 lingkungan dengan status Kelurahan Swasembada. Adapun luas wilayah
Kecamatan Medan Selayang adalah ± 2.379 Ha. Kelurahan yang terluas adalah Kelurahan Padang Bulan Selayang II dengan luas 700 Ha disusul kelurahan
Tanjung Sari dengan luas 510 Ha, Sempaka dengan luas 400 Ha, Kelurahan Asam Kumbang dengan luas 400 Ha, Kelurahan PB. Selayang I dengan luas 180 Ha,
dan yang terkecil adalah Kelurahan Beringin dengan hanya luas 79 Ha. Menurut informan yang saya wawancarai, dahulunya sekitar tahun 1980-
an kondisi Kecamatan Medan Selayang ini wilayah agraria, masih banyak penduduk suku melayu dan situasi masih sunyi dari kebisingan. Namun kini
situasi telah berbeda, sekitar tahun 1990-an wilayah agraria berubah menjadi wilayah industri, banyak perumahan penduduk, pusat perbelanjaan, sekolah,
rumah sakit, transportasi dan polusi penuh memadai. Proses urbanisasi
12
berjalan dan terus mengalami peningkatan. Salah satu faktor pendorong terjadinya
urbanisasi ialah kemiskinan di daerah pedesaan yang disebabkan oleh cepatnya pertambahan penduduk di desa sehingga menimbulkan ketimpangan dalam
perimbangan antara jumlah penduduk dan luasnya lahan pertanian. Kota Medan merupakan salah satu kota terpadat dan terbanyak
penduduknya di Indonesia, setelah Jakarta dan Surabaya. Sebagai kota Metropolitan Medan sudah memasuki tahapan kehidupan yang serba ada mulai
12
Urbanisasi ialah arus perpindahan penduduk dari desa ke kota yang membuat bertambah besarnya jumlah tenaga kerja non-agraris di sektor industri dan sektor tersier sehingga meluasnya
pengaruh kota di daerah-daerah pedesaan dalam segi ekonomi, sosial, budaya, dan psikologi.
Universitas Sumatera Utara
39 dari mall, hotel, plaza, hiburan malam serta restoran-restoran sudah berdiri
dimana-mana. Masyarakat menjadi lebih muda untuk mendapatkan segala kebutuhan yang sudah bisa didapatkan dengan serba instan.
Menurut G.Balandier Sosiologie des brazzavilles noires, 1955 berdasarkan penelitiannya menemukan bahwa motif-motif urbanisasi ke kota
yaitu sebagai berikut: 1. Karena alasan ekonomi, 2. Menengok keluarga, 3.Perbaikan posisi sosial, 4. Melepaskan diri dari lingkungan tradisi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa beberapa informan yang diwawancarai merupakan warga yang mengalami proses urbanisasi
tersebut. Ada yang dari Tanah Karo, Simalungun, Parapat, dan lain sebagainya. Tujuan mereka tidak lain hanya untuk memperbaiki ekonomi rumah tangga diri
mereka sendiri serta keluarga mereka yang berada di kampung halaman. Gaya hidup masyarakat urban identik dengan pola menyimpang.
Masyarakat kota besar sudah tidak lagi tabu bahkan menganggap seks sebagai sesuatu yang lumrah. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya bermunculan
Lokalisasi dan Prostitusi, baik yang terselubung maupun yang terang-terangan. Hal ini tentu saja berujung pada semakin banyaknya pengidap Human
Immunodefisiency Virus Acquired Immuno Defesiency Syndrome HIVAIDS di kota Medan ini. Di kota ini tidak sulit untuk menjumpai hampir di berbagai
penjuru kota medan terdapat semacam lokalisasi baik itu yang terselubung, yang berkedok sebagai salon, panti pijat Spa, pijat tradisional Okup, cafe yang jam
bukanya dimalam hari dan lain sebagainya. Maraknya geliat prostitusi ini tentu saja berdampak buruk bagi masyarakat,
salah satunya adalah meningkatnya jumlah pengidap HIVAIDS. Seperti yang
Universitas Sumatera Utara
40 dikatakan anggota DPRD kota Medan Fraksi PKS. H Muslim Maksum Yusuf LC
Dalam rapat paripurna penetapan perda HIV AIDS, mengatakan Kota Medan merupakan peringkat tertinggi penderita HIV AIDS di Sumatera Utara dengan
jumlah Penderita yang terdata sampai 2011 sebanyak 2560 orang. Muslim juga mengatakan, Kota Medan memiliki potensi laju penyebaran
HIV AIDS yang tinggi. Hal ini disebabkan beberapa hal, seperti, banyaknya berdiri tempat hiburan malam yang menyediakan prostitusi terselubung, perilaku
hidup dengan resiko tinggi dan kurangnya sosialisasi serta penyuluhan masyarakat tentang bahaya HIV AIDS.
13
Sementara itu berdasarkan penelitian Data yang dimiliki Sahiva USU tahun 2006-2011 Kota Medan menduduki peringkat ke 10 paling berbahaya untuk
penderita HIV AIDS di Indonesia. Peringkat ini tidak mungkin turun mengingat jumlah penduduk Medan termasuk besar. Data yang kami terima dai KPA Medan
menduduki peringkat ke-3 dengan pengidap HIV terbanyak di Indonesia, jelas koordinator relawan Sahiva USU, M Luthfiansyah. Diprediksi dalam kurun waktu
2 sampai 3 tahun kedepan peringkat tersebut semakin merangkak naik. Karena jumlah penduduk yang semakin meningkat dan faktor resiko penyebab HIV AIDS
juga semakin beragam. Hubungan seks dan pengguna narkoba suntik merupakan resiko yang paling banyak menularkan HIV, ujarnya.
14
13
Tribunmedan.com
14
Hariananalisa
Universitas Sumatera Utara
41
2.2 Lokasi Penelitian