Permasalahan pada Proyek Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1
F.1.5. Permasalahan pada Proyek Jalan Tol Akses Tanjung Priok Phase 1
78 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan IV Tahun Anggaran 2015,
79 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan I Tahun Anggaran 2016,
80 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Laporan Monitoring dan Evaluasi Tanjung Priok Access Road Construction Project Phase 1 Triwulan II Tahun Anggaran 2016,
Permasalahan yang terjadi baik pada bidang fisik dan non-fisik selama tahun 2012 dijelaskan pada uraian di bawah ini:
Fase triwulan pertama tahun anggaran 2012 memiliki beberapa masalah yang memengaruhi jadwal dan penerapan, seperti pada jasa konsultansi memiliki masalah, yaitu usulan perpanjangan penutupan loan selama 2,5 tahun yang telah disusulkan sebelumnya belum mendapatkan persetujuan dari Bappenas dan juga Kementerian Keuangan. Masalah ini telah ditindak lanjuti dengan monitoring proses perpanjangan dari tanggal penutupan loan. Jasa konstruksi seksi E-2 juga menemui masalah yang memengaruhi jadwal dan penyerapan yaitu monitoring dari status pembebasan lahan yang ditindak lanjuti dengan cara koordinasi dengan instansi terkait dalam
rangka pembebasan lahan 83 .
Masalah yang memengaruhi jadwal dan penyerapan pada triwulan kedua ini yaitu adanya keterlambatan pembayaran dari triwulan sebelumnya karena dokumen pembayaran masih sedang disiapkan oleh konsultan. Selain itu, DIPA tahun anggaran 2012 yang tersedia untuk jasa konsultansi sebesar 21 miliar Rupiah, estimasi dari rencana penyerapan untuk tahun anggaran 2012 sebesar 29 miliar Rupiah dengan catatan bahwa addendum nomor 5 telah mendapat
persetujuan JICA. Hal ini menjadikan perlu diadakannya usulan revisi dari DIPA tahun anggaran 2012. Sementara itu, pada seksi jasa konstruksi memiliki masalah yaitu: Kontraktor menolak menerima lahan Porsi-2 karena dianggap belum bebas 100 % walaupun kontraktor telah melakukan loading test dari bored pile dan tes spun pile pada lokasi tersebut. Hal ini mengakibatkan perlu adanya peringatan yang lebih keras pada kontraktor melalui tingkat yang lebih tinggi di Direktorat Jenderal Bina Marga. Sementara itu masalah keuangan yang ditemukan pada triwulan ini antara lain adalah tidak adanya realisasi keuangan pada triwulan pertama tahun 2012, karena kemajuan fisik yang sangat lambat sampai dengan akhir Mei tahun 2012 sebesar 1,858 persen dari target pelaksanaan sebesar 20,855 persen (deviasi 18,996 persen), kemudian DIPA tahun anggaran 2012 yang tersedia untuk jasa konstruksi sebesar 313 miliar Rupiah, sedangkan estimasi rencana penyerapan sebesar 158,10 miliar Rupiah. Hal ini mengakibatkan perlu diusulkannya revisi DIPA tahun anggaran
2012 84 .
Terjadi pula permasalahan pada triwulan ketiga tahun anggaran 2012. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, realisasi penyerapan keuangan pada seksi E-2 di Triwulan ketiga ini adalah nol. Nihilnya
disebabkan oleh karena total pembayaran masih di bawah 15 miliar Rupiah (batas minimum yang dapat dibayar). Permasalahan keuangan lain nya pada triwulan ini adalah DIPA yang tersedia untuk jasa konstruksi paket 2: Seksi E-2 adalah sebesar 313 miliar Rupiah, sedangkan estimasi rencana penyerapan untuk tahun anggaran 2012 sebesar 128,117 miliar Rupiah. Hal ini mengakinatkan perlu diadakannya revisi pada DIPA tahun anggaran 2012. Keterlambatan dalam kemajuan bidang fisik terjadi juga pada triwulan ini yang disebabkan oleh masalah perlengkapan dan masih adanya utilitas di lokasi pekerjaan pelebaran jalan arteri yang ditindak lanjuti dengan percepatan proses pembayaran. Terjadi pula masalah pada bagian pembebasan lahan, yang mana masih ada beberapa warga yang belum sepakat dengan besarnya ganti rugi yang diberikan. Selain itu, pada bidang utilitas, terjadi masalah dengan tidak adanya biaya dari PLN
dan Telkom untuk merelokasi jaringan mereka di sana 85 .
Permasalahan yang ditemukan pada triwulan keempat 2012 ini antara lain adalah adanya perubahan target kemajuan fisik seksi E-2 untuk setiap triwulan. Perubahan tersebut yaitu:
1. Target fisik triwulan pertama yang semula 14,20 persen berubah menjadi 0,73 persen
2. Target fisik triwulan kedua yang semula 27,00 persen berubah menjadi 2,08 persen
3. Target fisik triwulan ketiga yang semula 36,41 persen berubah menjadi 5,39 persen
4. Target fisik triwulan keempat yang semula 50,59 persen berubah menjadi 13,93 persen
Selain itu, akumulasi kemajuan fisik sampai dengan tanggal 22 November 2012 adalah sebesar 9,313 persen. Angka ini lebih buruk dari target yang ditentukan. Keterlambatan terjadi karena manajemen kontraktor yang kurang baik ditambah dengan kurangnya peralatan bore pile dan kurangnya tenaga kerja di lapangan. Masalah lain yang ditemukan pada triwulan ini adalah sisa lahan di daerah Kalibaru
masih belum dapat diserahkan kepada kontraktor seluas 5.205 m 2 atau setara lima persen lahan yang belum dibebaskan. Masih ada pula warga di daerah Kalibaru yang belum sepakat dengan harga ganti rugi
pembebasan lahan 86 .
Permasalahan yang terjadi baik pada bidang fisik dan non-fisik selama tahun 2013 dijelaskan pada uraian di bawah ini:
Terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan tahun anggaran 2013 ini. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain adalah perlunya re-evaluasi untuk keterlambatan pelaksanaan pekerjaan struktur agar bisa mencapai target yang direncanakan. Kemudian sering rusaknya peralatan yang dibutuhkan dalam pembangunan membuat kemajuan yang dicapai menjadi jauh di bawah target, disertai dengan kurangnya tenaga kerja khususnya untuk pekerjaan besi yang membuat pekerjaan menjadi terhambat. Masalah pembebasan lahan masih menjadi masalah yang menghambat kemajuan pembangunan. Masih tersisa 12 bidang lahan yang belum
dibebaskan 87 . re-evaluasi untuk keterlambatan pelaksanaan pekerjaan struktur ditindak lanjuti dengan penambahan peralatan dan tenaga kerja serta evaluasi manajemen kinerja kontraktor pada triwulan pertama 2014 guna menentukan tindak lanjut pencapaian target
pekerjaan yang akan datang 88 . Kurangnya tenaga kerja ditindak lanjuti dengan penambahan tenaga kerja 89 . Masalah pembebasan lahan ditindak lanjuti dengan percepatan pembebasan lahan 90 .
Permasalahan yang terjadi baik pada bidang fisik dan non-fisik selama tahun 2014 dijelaskan pada uraian di bawah ini:
Permasalahan yang terjadi pada tahun anggaran 2014 ini antara lain yaitu: Akumulasi kemajuan fisik dari seksi E-2 yang jauh di bawah target, yaitu sebesar 66,36 persen dengan target yang direncanakan
sebesar 97,04 persen 91 . Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan diakibatkan oleh masalah-masalah teknis yang terjadi di lapangan. Kemajuan fisik dari proyek seksi E-2 umumnya terhambat oleh permasalahan pada peralatan di lapangan, kerusakan pada beam
launcher pada awal perakitan, dan kurangnya tenaga kerja 92 . Hal ini menyebabkan tidak adanya penyerapan untuk IPC kontraktor pada seksi E-2 pada triwulan keempat. Hal ini membuat penyerapan pada
seksi E-2 terhambat sampai pada pertengahan tahun 2015 93 . Permasalahan-permasalahan di atas ditindak lanjuti dengan percepatan penyelesaian masalah teknis dan peningkatan kemajuan fisik agar ada penyerapan kedepannya untuk permasalahan nihilnya penyerapan pada seksi E-2 pada triwulan keempat. Sementara itu, untuk permasalahan peralatan dan tenaga kerja ditindak lanjuti dengan optimalisasi peralatan serta penambahan jumlah tenaga kerja dan evaluasi manajemen kinerja kontraktor guna menentukan tindak lanjut pencapaian target pekerjaan yang akan datang.
Permasalahan yang terjadi baik pada bidang fisik dan non-fisik selama tahun 2015 dijelaskan pada uraian di bawah ini:
Permasalahan yang terjadi pada bidang jasa konstruksi adalah: Akumulasi kemajuan fisik yang masih jauh di bawah target. Realisasi dari kemajuan fisik adalah sebesar 71,34 persen sementara target yang dipasang adalah 100 persen. Pekerjaan pembongkaran dan pembangunan kembali struktur utama yang mengalami cacat mutu
mengalami keterlambatan karena mobilisasi alat dan tenaga kerja 94 . Selain itu, tenaga kerja, khususnya untuk pekerjaan besi tidak mencukupi. Tidak adanya penyerapan keuangan pada triwulan pertama sampai dengan triwulan keempat disebabkan karena dilakukannya “withhold” terhadap pembayaran dengan nilai “withhold” total berdasarkan hasil core sementara sebesar
263.126.735.009 Rupiah 95 dan untuk niali “withhold” per bulan dilakukan penyesuaian dengan kemajuan pekerjaan sehingga nilai akhir yang akan dibayarkan sebesar nol Rupiah, selain itu kemajuan fisik juga masih rendah. Permasalahan cacat mutu ditindak lanjuti dengan cara intensifikasi metode pelaksanaan mitra kerja lokal/sub- kontraktor lainnya. Permasalahan tidak adanya penyerapan keuangan 263.126.735.009 Rupiah 95 dan untuk niali “withhold” per bulan dilakukan penyesuaian dengan kemajuan pekerjaan sehingga nilai akhir yang akan dibayarkan sebesar nol Rupiah, selain itu kemajuan fisik juga masih rendah. Permasalahan cacat mutu ditindak lanjuti dengan cara intensifikasi metode pelaksanaan mitra kerja lokal/sub- kontraktor lainnya. Permasalahan tidak adanya penyerapan keuangan
Permasalahan yang terjadi baik pada bidang fisik dan non-fisik selama tahun 2016 dijelaskan pada uraian di bawah ini:
Permasalahan fisik pada jasa konstruksi yang ditemui pada tahun anggaran 2016 antara lain adalah: Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan struktur akibat masalah teknis, tidak cukupnya tenaga kerja
di lapangan khususnya untuk pekerjaan besi 96 . Sementara itu, permasalahan keuangan pada jasa konstruksi adalah: Tidak adanya penyerapan untuk IPC kontraktor Seksi E-2 sampai dengan triwulan keempat tahun 2016 karena dilakukannya “withhold” terhadap pembayaran dengan nilai “withhold” total sebesar 175.492.903.043
Rupiah 97 , dan untuk nilai “withhold” per bulan dilakukan penyesuaian dengan kemajuan pekerjaan sehingga nilai akhir yang akan dibayarkan
sebesar nol Rupiah 98 .