Pengaruh Debt To Equity Ratio, Bulan Tutup Buku dan Penggantian Auditor Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 2009

(1)

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, BULAN

TUTUP BUKU DAN PENGGANTIAN AUDITOR

TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN

YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2008-2009

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Reza Afif NIM 7250406008

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari : Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Margunani M.P. Nanik Sri Utaminingsih, S.E, M.Si, Akt NIP. 195703181986012001 NIP. 197112052006042001

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Fachrurrozie, M.Si. NIP. 196206231989011001


(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Tanggal :

Penguji Skripsi

Maylia Pramono Sari, SE, M.Si, Akt NIP. 198005032005012001

Anggota I Anggota II

Dra. Margunani MP Nanik Sri Utaminingsih, SE, M.Si, Akt NIP. 195703181986012001 NIP. 197112052006042001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono, M.Si NIP. 196603081989011001


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Reza Afif

NIM. 7250406008


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Suatu perkara yang sangat saya takuti ialah perut buncit, penidur dan pemalas.

( Nabi Muhammad SAW)

Jangan pernah bercita-cita untuk menjadi orang sukses, tapi berpikirlah untuk

menjadi manusia yang bernilai.

(Albert Einstein)

Ragu-ragukanlah siapa pun sekehendak hatimu, tetapi jangan sekali-kali

meragukan dirimu sendiri.

(Bovee)

Persembahan:

Ku Persembahkan Skripsi ini untuk:

1.

Almamater UNNES

2.

Bapak dan Ibu tercinta yang selalu

memberi

kasih sayang, do’a dan dukungan

3.

Keempat kakakku atas semangat dan

doanya.

4.

Asri Ratnawaty atas dukungan dan

doanya.

5.

Teman-temanku di kost Mataram dan

akuntansi

’06


(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Debt To Equity Ratio, Bulan Tutup Buku dan Penggantian Auditor Terhadap Audit Delay pada Perusahaan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I (SI) pada Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Fachrurrozie, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi beserta stafnya.

4. Dra. Margunani M.P dan Nanik Sri Utaminingsih, S.E, M.Si, Akt, Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang tak terlupakan selama perkuliahan.

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan moral maupun materi dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis yakin bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang,

Reza Afif

NIM 7250406008


(8)

SARI

Afif, Reza. 2011. Pengaruh Debt To Equity Ratio, Bulan Tutup Buku dan Penggantian Auditor Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009. Skripsi Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Margunani M.P. Pembimbing II : Nanik Sri Utaminingsih, SE, M.Si, Akt.

Kata Kunci : Audit Delay, Debt to Equity Ratio (DER), Bulan Tutup Buku dan Penggantian Auditor

Ketepatan waktu pelaporan keuangan auditan kepada publik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain audit delay. Audit delay merupakan lamanya proses pekerjaan audit. Audit delay diukur dari tanggal berakhirnya tahun buku sampai dikeluarkannya laporan audit independen oleh auditor. Audit delay dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya Debt to Equity Ratio, bulan tutup buku dan penggantian auditor. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah faktor Debt to Equity Ratio, bulan tutup buku dan penggantian auditor berpengaruh terhadap audit delay baik secara parsial maupun simultan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh faktor Debt to Equity Ratio, bulan tutup buku dan penggantian auditor terhadap audit delay baik secara parsial maupun simultan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel berjumlah 183 perusahaan yang ditentukan menggunakan rumus slovin. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu Debt to Equity Ratio (DER), bulan tutup buku (YE) dan penggantian auditor (CHANGE) dan variabel terikat yaitu audit delay (AD). Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel Change yang berpengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan variabel DER dan YE tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Analisis regresi secara simultan menunjukan DER, YE dan CHANGE secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009, dapat disimpulkan bahwa analisis regresi secara simultan menunjukan DER, YE, dan CHANGE secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap audit delay, sedangkan secara parsial hanya variabel Change yang berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Saran untuk peneliti berikutnya untuk menambah variabel penelitian tidak hanya yang tidak dapat dikendalikan seperti pada penelitian ini.


(9)

ABSTRACT

Afif, Reza. 2011. Effect of Debt To Equity Ratio, The Month Closed The Book and Auditor Change on Audit Delay in Companies Go Public on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2009. Thesis. Department of Accounting, Faculty of Economics. State University of Semarang. Supervising I. Dra. Margunani M.P. II. Nanik Sri Utaminingsih, S.E., M.Sc., Akt.

Keywords : Audit Delay, Debt to Equity Ratio (DER), The Month Closed The Book and Auditor Change.

Timeliness of audited financial reporting to the public can be influenced by various factors, among others, audit delay. Audit delay is the duration of the audit work from the date of expiration of the fiscal year until the issuance of audit reports by independent auditors. Audit delay is also influenced by various factors, such as Debt to Equity Ratio, the month closed the book and auditor change. The problem in this research is whether the factors Debt to Equity Ratio, the month closed the book and auditor change affect audit delay either partially or simultaneously. The purpose of this study was to obtain empirical evidence about the influence of factors Debt to Equity Ratio, the month closed the book and auditor change to audit delay either partially or simultaneously.

The population in this study are all companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2008-2009. Sampling method using purposive sampling. The sample amounted to 183 companies that are determined using the formula slovin. Research variables consist of independent variable Debt to Equity Ratio (DER), the month closed the book (YE) and auditor change (CHANGE) and the dependent variable is audit delay (AD). Methods of data collection using the method of documentation. Analysis of the data used in this research is descriptive analysis and multiple regression analysis.

The result of research that has been done on the companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2008-2009 showed that only partially CHANGE variables that significantly influence audit delay, while the variable DER and YE no significant effect on audit delay. Simultaneous regression analysis showed DER, YE and CHANGE jointly significant effect on audit delay.

Based on the results of research that has been done on the companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2008-2009, it can be concluded that the simultaneous regression analysis showed DER, YE, and CHANGE jointly significant effect on audit delay, while only partially affecting CHANGE significant impact on audit delay.Suggestions for the next researcher to study not only adds a variable that can not be controlled as in this study.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Audit Delay ... 9

2.2. Debt to Equity Ratio ... 18

2.3. Bulan Tutup Buku ... 22

2.4. Penggantian Auditor ... 24

2.5. Kerangka Berpikir ... 27

2.6. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi ... 33

3.2. Sampel ... 33

3.3. Variabel Penelitian ... 34 ix


(11)

a) Variabel Dependen ... 34

b) Variabel Independen ... 34

1) Debt to Equity Ratio ... 34

2) Bulan Tutup buku ... 35

3) Penggantian Auditor ... 35

3.4. Data Sekunder ... 35

3.5. Teknik Analisis Data ... 36

1) Analisis Deskriptif ... 36

2) Analisis Inferensial ... 36

a) Uji Prasyarat ... 36

1) Linearitas ... 36

2) Normalitas ... 36

b) Analisis Regresi Berganda ... 37

c) Uji Asumsi Klasik ... 38

1) Multikolinieritas ... 39

2) Heteroskedastisitas ... 39

3) Autokorelasi ... 40

d) Uji Hipotesis ... 41

e) Koefisien Determinasi ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 44

a) Deskripsi Obyek Penelitian ... 44

b) Deskripsi Variabel Penelitian ... 46

1) Audit Delay ... 46

2) Debt to Equity Ratio ... 47

3) Bulan Tutup Buku ... 48

4) Penggantian Auditor ... 48

c) Analisis Inferensial ... 49

1) Uji Prasyarat ... 49

a. Linearitas ... 49

b. Normalitas ... 50 x


(12)

2) Analisis Regresi Berganda ... 51

3) Uji Asumsi Klasik ... 52

a. Multikolinieritas ... 52

b. Heteroskedastisitas ... 53

c. Autokorelasi ... 54

4) Uji Hipotesis ... 56

5) Koefisien Determinasi ... 59

4.2. Pembahasan ... 60

a) Hipotesis 1 : Ada Pengaruh Antara Debt to Equity Ratio Pada Audit Delay Perusahaan Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia ... 60

b) Hipotesis 2 : Ada Pengaruh Antara Bulan Tutup Buku Pada Audit Delay Perusahaan Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia ... 61

c) Hipotesis 3 : Ada Pengaruh Antara Penggantian Auditor Pada Audit Delay Perusahaan Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia ... 62

d) Hipotesis 4 : Ada Pengaruh Antara Debt to Equity Ratio, bulan tutup buku dan penggantian auditor secara simultan Pada Audit Delay Perusahaan Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia ... 63

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kriteria Autokorelasi ... 41

Tabel 4.1. Sektor Perusahaan Yang Listing di BEI ... 44

Tabel 4.2. Jumlah Perusahaan Yang Listing dan Delisting Tahun 2008-2009 45 Tabel 4.3. Statistik Deskriptif Audit Delay ... 46

Tabel 4.4. Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio ... 47

Tabel 4.5. Statistik Deskriptif Bulan Tutup Buku ... 48

Tabel 4.6. Statistik Deskriptif Penggantian Auditor ... 49

Tabel 4.7. Hasil Uji Linearitas ... 50

Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas ... 50

Tabel 4.9 Hasil Estimasi Regresi Berganda (Setelah ditransformasi) ... 52

Tabel 4.10. Hasil Uji Multikolinieritas (Setelah ditransformasi) ... 53

Tabel 4.11. Hasil Uji Glejser (Setelah ditransformasi) ... 54

Tabel 4.12. Nilai Durbin Watson (Setelah ditransformasi) ... 54

Tabel 4.13. Koefisien Parsial Debt to Equity Ratio ... 57

Tabel 4.14. Koefisien Parsial Bulan Tutup Buku ... 57

Tabel 4.15. Koefisien Parsial Penggantian Auditor ... 58

Tabel 4.16. ANOVA ... 58

Tabel 4.17. Koefisien Determinasi ... 59


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ... 32

Gambar 4.1. Histogram ... 51

Gambar 4.2. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 51

Gambar 4.3. Scatterplot (Setelah ditransformasi) ... 53


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sampel Data Sekunder Tahun 2008 ... 69

Lampiran 2 Sampel Data Sekunder Tahun 2009 ... 74

Lampiran 3 Uji Prasyarat ... 79

Lampiran 4 Analisis Regresi Berganda (Setelah ditransformasi) ... 81

Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik (Setelah ditransformasi) ... 82


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ketepatan waktu pelaporan keuangan auditan kepada publik dipengaruhi oleh audit delay. Ini sesuai dengan pernyataan Hossain & Taylor. Hal ini juga sesuai dengan teori agensi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer. Inti dari teori ini adalah adanya perbedaan “kepentingan ekonomis” yang bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya informasi asimetri (kesenjangan informasi) antara pemegang saham (stakeholders) dan organisasi.

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Untuk bisa mengakomodir kepentingan kedua belah pihak baik prinsipal maupun agen maka audit atas laporan keuangan perlu dilaksanakan. Audit atas laporan keuangan dilaksanakan oleh auditor yang netral terhadap kedua belah pihak,


(17)

baik pihak manajemen maupun pihak pemegang saham. Semakin lama waktu audit semakin lama pula waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan auditan kepada publik dan begitu pula sebaliknya.

Lamanya waktu yang dibutuhkan untu menyelesaikan suatu pekerjaan audit dinamakan audit delay. Audit delay diukur dari tanggal berakhirnya tahun buku sampai dikeluarkannya laporan audit independen oleh auditor. Audit delay mempengaruhi waktu penyampaian laporan keuangan. Batas waktu penyampaian laporan keuangan auditan kepada BAPEPAM paling lambat akhir bulan keempat atau 120 hari setelah tutup buku. Hal ini diatur dalam SK Ketua BAPEPAM No. 134/BL/2006. Berkaitan dengan peraturan ini, dapat diketahui bahwa batas waktu maksimal audit delay selama 120 hari. Audit delay itu sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ukuran perusahaan, jenis perusahaan, laba atau rugi, ukuran auditor, opini audit, lama perusahaan menjadi klien KAP, bulan tutup buku, Debt to Equity Ratio (DER), penggantian auditor, dsb. Audit delay juga dapat disebut “Timeliness” (Lawrence & Bryan dalam Prabandari & Rustiana) ataupun juga “Reporting Lag” (Ansah).

Penelitian mengenai audit delay telah banyak dilakukan baik didalam negeri (Wiwik, Prabandari & Rustiana, dsb) maupun luar negeri (Ahmad & Abidin, Ahmad & Kamarudin dsb). Seperti dikutip dari temuan penelitian Ahmad & Kamarudin, perusahaan yang menerima opini audit wajar tanpa pengecualian dan mempunyai ratio hutang yang tinggi akan menyebabkan


(18)

audit delay semakin lama. Namun, faktor jenis perusahaan (finansial), ukuran auditor (big five) dan bulan tutup buku (desember) akan memendekkan audit delay. Ahmad & Abidin (2008) juga menyatakan bahwa penyebab pendeknya audit delay juga dipengaruhi oleh sektor finansial, dimana membutuhkan audit yang lebih sederhana dibanding sektor lain. Hal itu dikarenakan perusahaan finansial mempunyai peraturan yang berbeda dan tentunya juga di awasi dan di monitor dari dekat oleh para pembuat peraturan yang bersangkutan.

Dalam melakukan audit, auditor mengikuti aturan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang telah disusun oleh IAI. Aturan yang dimaksud adalah tentang standar pekerjaan lapangan. Audit yang semakin sesuai dengan standar membutuhkan waktu yang semakin banyak. Dan begitu pula sebaliknya, semakin tidak sesuai dengan standar membutuhkan waktu yang lebih singkat.

Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (Mulyadi, 2002:72). Dalam proses pengerjaan audit pasti terdapat adanya risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Mulyadi, 2002:165). Menurut Mulyadi, risiko audit itu sendiri terdiri dari tiga unsur yaitu risiko bawaan, risiko


(19)

pengendalian dan risiko deteksi. Risiko audit itu sendiri terbagi menjadi dua macam yaitu :

a. Risiko audit keseluruhan (overall audit risk) yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan.

b. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang dicantumkan dalam laporan keuangan.

Signifikan atau tidaknya suatu risiko audit bergantung pada material atau tidaknya kesalahan yang diperkirakan sebelumnya atau yang dapat ditemukan oleh auditor dalam proses auditnya. Perbedaan lamanya audit yang dilaksanakan oleh auditor terjadi karena sifat, waktu dan luasnya bukti yang dipakai untuk mendukung opini audit yang akan dikeluarkan.

Salah satu indikator profesionalitas auditor adalah penyampaian laporan audit yang tepat waktu. Kesesuaian waktu penyampaian laporan keuangan oleh perusahaan kepada masyarakat umum dan tentunya BAPEPAM sebagai pengawas pasar modal sangat tergantung pada lamanya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan audit oleh auditor. Hal ini berkaitan dengan manfaat dari laporan keuangan yang bersangkutan. Laporan keuangan akan kehilangan relevansinya dalam hal informasi yang dikandungnya, jika terjadi penundaan yang tidak semestinya. Menurut Givoly dan Palmon (1992) lamanya audit merupakan “single most important of the timeliness of earnings announcement” yang mencerminkan bahwa hal yang paling penting adalah penyajian pengumuman laba yang tepat waktu kepada publik, sehingga diharapkan perusahaan tidak menunda penyajian


(20)

laporan keuangan (Prabandari & Rustiana, 2007:1). Para pemakai laporan keuangan selain membutuhkan informasi yang relevan juga membutuhkan informasi yang terbaru untuk kepentingan prediksi dan pengambilan keputusan.

Keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan berdampak buruk bagi perusahaan yang bersangkutan, dampak itu bisa secara langsung ataupun tidak langsung. Dampak tidak langsung misalnya para investor perusahaan itu sendiri mungkin menanggapinya sebagai tanda yang buruk bagi perusahaan. Dampak yang secara langsung dirasakan oleh perusahaan tentu saja pengenaan denda dan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang. Meskipun denda dan sanksi yang dikenakan oleh BAPEPAM kepada perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangannya cukup berat, tetapi tetap saja ada perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangannya.

Carslaw & Kaplan (1991) dalam Ahmad & Abidin menyatakan bahwa proses audit dari sebuah perusahaan dengan proporsi tinggi akan utang terhadap ekuitasnya memakan waktu yang lebih dibandingkan pada sebuah perusahaan dengan proporsi utang yang relatif rendah. Salah satu alasannya adalah kenyataan bahwa sebuah perusahaan dengan proporsi tinggi akan utang terhadap ekuitasnya berhubungan dengan tekanan keuangan dan tentunya kecenderungan yang lebih besar akan kebangkrutan.


(21)

Perusahaan yang memiliki bulan tutup buku (akhir periode) yang sama dengan bulan tutup buku perusahaan yang lainnya diperkirakan akan memerlukan waktu pengerjaan audit yang lebih lama. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pekerjaan audit yang cukup banyak dengan akhir periode yang sama akan mengakibatkan masalah dalam hal pembagian waktu untuk auditor (Carslaw & Kaplan dalam Ahmad & Abidin). Akibat lainnya antara lain sedikitnya anggota yang ditugaskan dalam setiap pekerjaan audit yang ada karena keterbatasan jumlah anggota.

Penggantian auditor juga diperkirakan mempengaruhi audit delay. Auditor baru membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pekerjaan auditnya. Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa auditor baru membutuhkan waktu untuk mempelajari dan memahami klien barunya dengan memperbandingkan klien baru tersebut dengan klien yang telah menjalin kerjasama dengan auditor yang bersangkutan.

Hasil penelitian-penelitian yang terdahulu menunjukkan adanya ketidakkonsistenan hasil antara lain pada penelitian Ahmad dan Kamarudin variabel bulan tutup buku berpengaruh signifikan terhadap audit delay sedangkan pada penelitian Ahmad dan Abidin tidak. Begitu pula pada variabel Debt to Equity Ratio, penelitian Ahmad dan Kamarudin berpengaruh signifikan sedangkan pada penelitian Hossain dan Taylor, serta Wiwik Utami tidak. Hal itu juga merupakan alasan lain penelitian ini dilaksanakan.


(22)

Variabel-variabel tersebut dipilih sebagai variabel independen dengan pertimbangan bahwa variabel-variabel tersebut masih belum digunakan pada penelitian-penelitian di lingkungan UNNES. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis mengambil judul ”PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, BULAN TUTUP BUKU DAN PENGGANTIAN AUDITOR TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

2008-2009”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1.Apakah ada pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap audit delay pada perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009? 2.Apakah ada pengaruh bulan tutup buku terhadap audit delay pada

perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009? 3. Apakah ada pengaruh penggantian auditor terhadap audit delay pada

perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009? 4.Apakah ada pengaruh antara bulan tutup buku, Debt to Equity Ratio dan

penggantian auditor secara simultan terhadap audit delay pada perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah diatas, maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


(23)

1.Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap terhadap audit delay pada perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009.

2.Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh bulan tutup buku terhadap terhadap audit delay pada perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009.

3.Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh penggantian auditor terhadap terhadap audit delay pada perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009.

4.Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh bulan tutup buku, Debt to Equity Ratio dan penggantian auditor secara simultan terhadap terhadap audit delay pada perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1.Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan pengetahuan yang berguna untuk semua pihak khususnya civitas akademis mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi audit delay.

2.Manfaat Praktis

Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengaplikasikan pengetahuan yang peneliti dapatkan selama perkuliahan ke dalam dunia nyata.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Audit Delay

Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan kepada publik akan mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan. Informasi tersebut bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi para penggunanya. Ansah (2000) menyatakan bahwa semakin lama waktu publikasi laporan keuangan akan berdampak pada semakin besarnya kemungkinan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan itu bocor. Kebocoran informasi tersebut bisa menyebabkan adanya insider trading dan rumor-rumor lain. Lamanya waktu penyelesaian audit (audit delay) dapat disebabkan faktor-faktor lain perusahaan. Namun, informasi yang tepat waktu juga kurang menjamin informasi itu relevan dengan kebutuhan para penggunanya. Informasi yang relevan mempunyai 3 ciri yaitu mempunyai nilai prediksi dan umpan balik serta tepat waktu.

Audit yang dilakukan atas laporan keuangan tentunya harus sesuai dengan standar auditing yang berlaku sehingga mempengaruhi waktu penyelesaian audit. Hal itu juga akan mempengaruhi kualitas hasil audit. Audit yang semakin sesuai dengan standar audit akan memakan waktu yang lebih lama. Dan sebaliknya, audit yang semakin tidak sesuai dengan standar audit akan memakan waktu yang lebih singkat. Dalam proses perencanaan audit terdapat adanya penyusunan anggaran waktu yang secara sederhana


(25)

digunakan sebagai pedoman waktu bagi masing-masing bagian audit. Bila anggaran waktu digunakan dengan tepat akan mempunyai manfaat sebagai berikut : (Guy dkk, 2002:474-475)

a) Dapat memberikan metode yang efisien dalam menjadwal staf audit. b) Dapat menjadi pedoman tentang berbagai bidang audit.

c) Memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja dengan efisien. d) Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan honor audit.

Anggaran waktu dapat digunakan sebagai pedoman, tetapi tidak absolut. Auditor dapat menyimpang dari program audit dikarenakan oleh perubahan kondisi yang terjadi, maka auditor mungkin juga terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Auditor terkadang mengalami tekanan dalam memenuhi anggaran waktu untuk menunjukkan efisiensi kinerja auditor dan untuk mengevaluasi kinerja auditor. Namun, jika auditor hanya mengikuti anggaran waktu dirasa kurang tepat dengan tujuan utama audit yaitu menyatakan pendapat yang sesuai dengan standar auditing yang berlaku. Audit yang dilakukan untuk memenuhi tujuan utama audit bukan untuk memenuhi anggaran waktu.

Selama auditnya, auditor mengumpulkan skedul pendukung (supporting schedules) untuk mencatat hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif serta jurnal penyesuaian. Informasi yang terkumpul dalam skedul pendukung kemudian diringkas dalam skedul utama (lead schedules), sedangkan jurnal penyesuaian dan penjelasannya diringkas dalam daftar ringkasan jurnal. Informasi yang tercantum dalam skedul utama diringkas


(26)

dalam kertas kerja (working trial balance) untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan auditan. Sebelum menyusun draft laporan audit, auditor perlu mereview peristiwa kemudian (subsequent event). Auditor perlu menjelaskan adanya peristiwa kemudian ini dalam laporan auditnya, jika diperkirakan dampak peristiwa kemudian ini material terhadap laporan keuangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengambilan keputusan yang salah oleh para pemakai laporan keuangan.

Peristiwa kemudian merupakan peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan (Mulyadi, 2002:397). Peristiwa kemudian yang perlu dijelaskan dalam laporan audit adalah yang jumlahnya material, merupakan peristiwa penting dan bersifat luar biasa serta terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Review terhadap peristiwa kemudian ini bertujuan untuk menentukan apakah peristiwa tersebut mempunyai dampak yang material terhadap penyajian informasi di dalam laporan keuangan klien. Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak terhadap penyajian laporan keuangan klien dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu : (Mulyadi, 2002:398-399)

1. Peristiwa kemudian yang secara langsung mempengaruhi laporan keuangan auditan, sehingga auditor berkewajiban mengusulkan penyesuaian terhadap laporan keuangan tersebut kepada klien.

Peristiwa ini menyediakan informasi tambahan kepada manajemen untuk menentukan saldo akun penilaian pada tanggal neraca dan kepada


(27)

auditor dalam memverifikasi saldo akun tersebut. Misalnya auditor mengalami kesulitan dalam menentukan penilaian yang wajar terhadap sediaan karena terjadinya keusangan pada kondisi sediaan tersebut. Penjualan sediaan tersebut sebagai barang rongsokan pada periode setelah tanggal neraca dapat digunakan untuk menentukan nilai yang wajar bagi sediaan tersebut pada tanggal neraca. Nilai jual rongsokan yang diketahui setelah tanggal neraca dapat dipakai oleh auditor untuk membuat jurnal penyesuaian yang diusulkan kepada klien sebagai nilai sediaan tersebut di dalam catatan dan laporan keuangan klien.

Dalam mempertimbangkan apakah suatu peristiwa kemudian perlu diusulkan kepada klien untuk digunakan sebagai bahan penyesuaian informasi dalam laporan keuangan klien, auditor harus membedakan kondisi berikut ini :

a) Apakah kondisi yang menyebabkan terjadinya peristiwa kemudian tersebut telah ada sebelum atau pada tanggal neraca? Jika jawabannya “ya”, maka auditor berkewajiban untuk mengusulkan penyesuaian terhadap informasi yang bersangkutan kepada klien. Sebagai contoh pada tanggal neraca klien mempunyai piutang usaha kepada pelanggan besar dan kecil. Piutang usaha kepada pelanggan besar ini bersaldo besar dan pada tanggal neraca klien memperkirakan saldo piutang tersebut 100% dapat ditagih. Namun pada saat berjalannya audit, auditor memperoleh informasi pelanggan besar tersebut mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk dinyatakan


(28)

bangkrut usahanya karena kesulitan keuangan yang dialami. Peristiwa kebangkrutan pelanggan besar ini mempengaruhi penentuan besarnya cadangan kerugian piutang yang telah ditetapkan oleh klien, sehingga auditor harus mengusulkan kepada klien agar meninjau kembali penentuan besarnya cadangan tersebut. Penyebab terjadinya peristiwa kebangkrutan pelanggan besar ini sebenarnya telah ada pada tanggal neraca, hanya klien melakukan kesalahan dalam menaksir kemungkinan tertagih atau tidaknya piutang kepada pelanggan besar tersebut.

b) Jika keadaan yang menyebabkan terjadinya peristiwa kemudian tersebut tidak ada sebelum atau pada tanggal neraca, maka peristiwa kemudian tersebut tidak boleh digunakan untuk menyesuaikan informasi di dalam laporan keuangan klien. Sebagai contoh penjualan rongsokan sediaan yang terjadi setelah tanggal neraca dan penyebab keusangan itu sendiri ada setelah tanggal neraca. Dalam hal ini penjualan rongsokan tersebut tidak mempengaruhi penilaian sediaan pada tanggal neraca sehingga auditor tidak perlu mengusulkan penyesuaian untuk itu.

2. Peristiwa kemudian yang tidak memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan auditan, tetapi memerlukan komentar dalam bentuk catatan kaki di dalam laporan keuangan klien atau komentar di dalam laporan audit.


(29)

Penyebab terjadinya peristiwa kemudian dalam golongan ini tidak ada sebelum tanggal neraca, tetapi peristiwa ini sangat penting sehingga memerlukan penjelasan. Peristiwa kemudian ini tidak memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan klien. Umumnya peristiwa kemudian ini sudah cukup dijelaskan dalam catatan kaki, tetapi kadang-kadang peristiwa ini sangat penting artinya sehingga memerlukan tambahan penjelasan riwayat terjadinya dan pernyataan akibat peristiwa ini seandainya terjadi pada tanggal neraca. Contoh peristiwa kemudian ini adalah :

a) Penurunan harga surat berharga yang dimiliki klien sebagai investasi sementara.

b) Pengeluaran obligasi atau saham.

c) Penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa penyebabnya terjadinya ada setelah tanggal neraca.

d) Penurunan nilai pasar sediaan sebagai akibat larangan pemerintah terhadap penjualan suatu produk.

e) Kerugian akibat terbakarnya sediaan yang tidak diasuransikan.

Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai diterbitkannya laporan audit (Ahmad & Kamarudin, 2001:5). Audit delay akan mempengaruhi waktu pelaporan keuangan kepada publik. Sesuai dengan SK Ketua BAPEPAM No. KEP-134/BL/2006, penyampaian laporan keuangan tahunan paling lambat akhir bulan keempat atau 120 hari setelah tanggal tutup buku. Hal ini


(30)

menunjukkan bahwa batas waktu maksimal audit delay adalah 120 hari. Reaksi pasar juga akan terpengaruh yang tercermin dari keputusan-keputusan yang diambil oleh para pengguna laporan keuangan. Penerbitan laporan keuangan auditan dituntut tepat waktu bagi perusahaan yang go publik di pasar modal. Hal ini sangat penting mengingat perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan perusahaan. Para investor akan menunda pembelian maupun penjualan sekuritas (surat berharga) yang dimiliki sampai diterbitkannya laporan keuangan auditan. Hal ini berkaitan dengan isi informasi keuangan tentang pengumuman laba. Manajer perusahaan yang menjadi klien KAP mengharapkan auditor mampu menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan tepat waktu. Namun, auditor juga membutuhkan waktu yang cukup untuk mengumpulkan bukti-bukti yang akan dijadikan pendukung dalam pernyataan pendapatnya atas kewajaran laporan keuangan.

Audit delay disebut juga audit reporting lag didefinisikan sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Istilah reporting lag mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ansah (2000) dan Ahmad & Kamarudin (2001). Dyer dan McHugh (1975) membedakan keterlambatan atau lag menjadi 3 jenis yaitu : (Sale, 2003 : 23-24)

1) Preliminary lag merupakan interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal.


(31)

2) Auditor’s signature lag merupakan interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal yang tercantum dalam laporan.

3) Auditor total lag merupakan interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh pasar modal.

Audit delay itu sendiri dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay itu antara lain ukuran perusahaan, jenis perusahaan, profitabilitas, ukuran auditor, opini audit, Debt to Equity Ratio (DER), bulan tutup buku, penggantian auditor, kompleksitas perusahaan dsb. Dari sekian banyak faktor tersebut, penelitian ini akan mencoba meneliti tentang adanya pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), bulan tutup buku dan penggantian auditor terhadap audit delay.

Perusahaan yang memiliki DER yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan yang bersangkutan sedang mengalami kesulitan ataupun tekanan finansial. Para kreditur perusahaan tersebut memiliki resiko yang cukup tinggi pula bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti penurunan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan atau perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Perusahaan tersebut tentunya akan mencari cara untuk dapat menurunkan DER. Perusahaan dapat meminta bantuan dan pertimbangan kepada auditornya untuk mencari solusi untuk masalah tersebut. Auditor tersebut tentu memerlukan waktu tambahan untuk menemukan solusi itu, selain juga melakukan pekerjaan audit atas laporan keuangan perusahaan.


(32)

Audit atas laporan keuangan tentunya dilakukan setelah laporan keuangan selesai disusun pada akhir bulan tutup buku, dikarenakan kegiatan pada saat itu peringkasan data keuangan menjadi laporan keuangan selesai dilakukan oleh pihak perusahaan. Bulan tutup buku disetiap Negara bervariasi, khususnya di Indonesia kebanyakan perusahaannya mempunyai bulan tutup buku di bulan desember. Meskipun ada yang mempunyai bulan tutup buku selain di bulan desember. Pada waktu tersebut terjadi terjadi penumpukan permintaan pekerjaan audit atas laporan keuangan pada KAP yang memiliki banyak klien, dimana klien tersebut membutuhkan laporan keuangan auditan untuk memenuhi persyaratan peraturan BEI dan BAPEPAM. Masalah-masalah pun muncul pada waktu tersebut, masalah tersebut antara lain penjadwalan audit dan pembagian personil audit untuk masing-masing pekerjaan audit. Logikanya dengan munculnya masalah-masalah tersebut akan menambah audit delay pada perusahaan.

Penggantian auditor pada perusahaan yang go publik di BEI dapat saja terjadi. Penyebab terjadinya pun bervariasi, misalnya ketidakpuasan pihak manajemen perusahaan terhadap kinerja auditor ataupun adanya ketidakcocokan dan ketidaksepahaman mengenai penyajian laporan keuangan auditan antara pihak manajemen perusahaan dan auditor. Auditor pengganti yang ditunjuk pihak perusahaan tidak dapat langsung menerima perikatan sebelum meminta pertimbangan dari auditor pendahulunya. Ini dilakukan untuk menekan risiko yang ditanggung auditor pengganti tersebut. Auditor pengganti harus meminta pertimbangan dari auditor pendahulunya


(33)

terlebih dahulu. Setelah auditor pengganti memutuskan untuk menerima perikatan, auditor pengganti tersebut tentunya membutuhkan waktu tambahan untuk mempelajari seluruh aspek perusahaan yang menjadi kliennya serta bila diperlukan dapat membandingkannya dengan klien lain yang dalam industri sejenis.

2.2. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) pada dasarnya termasuk dalam rasio leverage. Rasio leverage sendiri digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai sebagian dari aktiva perusahaan (Muslich, 2003:49). Pembiayaan dengan utang akan berpengaruh terhadap perusahaan, dikarenakan utang mempunyai beban yang bersifat tetap yaitu bunga. Kegagalan perusahaan dalam melunasi bunga akan menyebabkan kesulitan finansial yang bisa berakibat kebangkrutan perusahaan. Namun, penggunaan utang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham. Oleh karena itu, penggunaan utang harus diseimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya.

Debt to Equity Ratio menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman (Darsono & Ashari, 2005:54). Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Begitu pula sebaliknya, Semakin rendah rasio semakin tinggi pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam


(34)

membayar kewajiban jangka panjang. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi rasio akan semakin buruk pula kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Rumusnya adalah :

DER =

Saham Pemegang

Ekuitas

Utang Total

(Horne & Wachowicz, 2005:209)

Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan hutang dengan modal sendiri yang dipunyai perusahaan. Modal sendiri yang dimaksud disini adalah sejumlah dana yang telah disetor oleh para pemegang saham tentunya untuk kepentingan investasi dalam bentuk saham. Para kreditor umumnya lebih menyukai tingkat DER yang rendah atau dengan kata lain para pemegang saham lebih banyak menyediakan dana untuk kegiatan operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan perlindungan terhadap kreditor akan lebih besar jika terjadi penyusutan terhadap nilai aktiva ataupun ketika perusahaan mengalami kerugian yang besar.

Debt to Equity Ratio mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditor. Kreditor berhak mendapatkan hak klaim atas aset perusahaan dibandingkan pemegang saham apabila perusahaan mengalami likuidasi. Dalam sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas merupakan katalisator. Jumlah ekuitas dapat dijadikan aset yang memadai untuk menutup klaim pihak lain. Debt to Equity Ratio yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah aset yang dimiliki tidak akan dapat menutup klaim secara penuh. Apabila perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio yang tinggi akan melakukan pendanaan


(35)

melalui pinjaman, kreditor akan mengenakan bunga yang tinggi untuk melakukan perlindungan terhadap pinjaman tersebut.

Ukuran kunci dalam mengevaluasi struktur dan kapasitas jangka panjang adalah rasio utang terhadap ekuitas. Jika rasio ini terlalu tinggi, bisa jadi menunjukkan bahwa perusahaan telah menggunakan seluruh kapasitas pinjamannya dan tidak mempunyai ruang gerak untuk menghadapi kejadian-kejadian di masa mendatang. Jika rasio terlalu rendah, ini bisa terjadi pengungkit yang tersedia tidak dimanfaatkan oleh pemilik. Jika rasio bergerak naik, bisa diartikan bahwa laba terlalu rendah untuk menanggung kebutuhan perusahaan. Dan, jika rasio bergerak turun, bisa diartikan perusahaan berjalan dengan lancar dan siap untuk mengadakan perluasan usaha (Arens dan Loebbecke et. al.).

Dalam hubungannya dengan struktur keuangan dan struktur kekayaan, dikenal adanya pedoman atau aturan struktur keuangan yang konservatif, baik vertikal maupun horisontal. aturan struktur finansial konservatif yang horisontal memberikan batas imbangan antara besarnya modal sendiri disatu pihak dengan besarnya aset tetap plus sediaan dilain pihak. Atau dengan kata lain keadaan yang dianggap normal oleh aturan tersebut ialah keadaan besarnya modal sendiri sama besarnya dengan jumlah aset tetap plus sediaan. Sedangkan aturan struktur finansial (struktur keuangan) konservatif yang vertikal memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing (utang) dengan modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang sehat itu


(36)

pertama-tama harus dibangun oleh modal sendiri, yaitu modal yang tahan risiko, maka aturan tersebut menetapkan bahwa besarnya modal asing (utang) dalam keadaan bagaimanapun juga tidak melebihi modal sendiri. Koefisien utang, yaitu angka perbandingan antara jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak boleh melebihi 1:1. Setiap perluasan basis modal sendiri akan memperbesar kemampuan perusahaan dalam menanggung risiko yang akan dibelanjainya. Pandangan ini terutama didasarkan pada ”Prinsip Keamanan”, hal ini akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kreditor maupun terhadap perusahaan sendiri (Nafarin et. al.).

Rasio hutang terhadap ekuitas dapat dijadikan indikator akan kesehatan keuangan perusahaan dan kesulitan keuangan yang dialami. Rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi bisa mengindikasikan kesehatan keuangan perusahaan. Rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi akan cenderung meningkatkan kesalahan dalam perusahaan. Oleh karena itu, biasanya auditor akan lebih meningkatkan perhatian terhadap laporan keuangan. Hal ini dikarenakan laporan keuangan kurang dapat dipercaya akan kebenarannya. Lebih lanjut lagi, rasio hutang yang tinggi akan menambah kecenderungan munculnya masalah-masalah baru seperti masalah likuiditas dan masalah keberlangsungan hidup perusahaan yang mana memerlukan audit yang lebih mendalam lagi.

Rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi menunjukkan adanya resiko keuangan yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, rasio utang terhadap ekuitas yang rendah menunjukkan resiko keuangan yang rendah pula. Rasio


(37)

utang terhadap ekuitas yang tinggi juga menunjukkan keadaan perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan. Bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, akan menjadi berita buruk bagi perusahaan. Hal itu akan mengakibatkan pandangan yang buruk akan perusahaan di mata masyarakat umum.

Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan membutuhkan waktu yang lebih dalam penyelesaian proses audit akan laporan keuangannya dibanding perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cenderung akan menunda penyerahan laporan keuangan auditannya kepada instansi yang berwenang. Hal ini disebabkan perusahaan membutuhkan waktu yang lebih untuk bisa menekan Debt to Equity Ratio (DER) serendah-rendahnya sampai batas yang mungkin bisa dicapai oleh perusahaan (Hassanudin dalam Wiwik U).

Hasil penelitian Hossain & Taylor (1998), serta Wiwik Utami menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Namun, pada penelitian Ahmad & Kamarudin (2001) yang dilakukan di Malasyia menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

2.3. Bulan Tutup Buku

Bulan tutup buku merupakan bulan dimana perusahaan melakukan aktivitas tutup buku. Bulan tutup buku dimasing-masing Negara berbeda


(38)

dikarenakan peraturan yang berlaku dimasing-masing Negara yang bersangkutan. Di Indonesia sendiri umumnya perusahaan-perusahaan menggunakan bulan desember sebagai bulan tutup bukunya. Meskipun ada perusahaan yang mempunyai bulan tutup buku selain bulan desember.

Pada penelitian ini diperkirakan bulan tutup buku mempengaruhi audit delay. Selain karena sesuai dengan persyaratan ketentuan yang berlaku yang menyebutkan bahwa laporan keuangan harus diaudit tepat waktu, banyak perusahaan dalam satu Negara mempunyai bulan tutup buku pada periode waktu yang berdekatan juga akan mengakibatkan masalah pada pekerjaan audit. KAP yang melayani berbagai klien yang mempunyai akhir tahun akan mengalami dampak tersebut. Terutama KAP yang telah memiliki hubungan atau telah berafilliasi dengan KAP ternama internasional (Big Four). Big Four KAP yang dimaksud adalah KAP Delloit Thouch Tohmatsu, KAP Ernst and Young, KAP Pricewaterhouse Coopers dan KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG). Hal ini terjadi karena umumnya KAP yang telah berafilliasi dengan KAP tersebut dipandang kinerjanya memuaskan sehingga mempunyai banyak klien. Di Indonesia, kondisi ini umumnya terjadi pada bulan Desember yang umumnya menjadi bulan tutup buku di banyak perusahaan.

Periode waktu ini menurut Ansah (2000) disebut “Musim Sibuk Audit”. Masalah yang umumnya dialami KAP pada periode ini antara lain permasalahan dalam penjadwalan audit dan terbatasnya personil audit yang ada untuk ditugaskan pada masing-masing pekerjaan audit. Hal yang paling


(39)

penting dalam penyusunan staf audit adalah adanya auditor senior yang akan bertanggungjawab atas supervisi kepada para staf akuntan. Unsur-unsur supervisi yang berkaitan antara lain menginstruksikan asisten, memberitahukan masalah-masalah penting yang dijumpai, menelaah pekerjaan yang dilakukan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara personil perusahaan. Pada waktu ini permintaan audit atas laporan keuangan meningkat tajam sehingga KAP membutuhkan semua sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan pekerjaan audit. Dikarenakan cukup berisiko untuk menyelesaikan proses audit yang sesuai dengan jadwal pada “Musim Sibuk Audit”, auditor dapat menunda audit terakhir (Ansah, 2000:13).

Beberapa penelitian yang meneliti tentang variabel ini pada audit delay antara lain Ansah (2000), Ahmad & Kamarudin (2001) serta Ahmad & Abidin (2008). Pada penelitian Ahmad & Kamarudin (2001), variabel ini berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Namun, pada penelitian Ansah (2000) serta Ahmad & Abidin (2008) variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

2.4. Penggantian Auditor

Pengambilan variabel penggantian auditor didasarkan pada asumsi bahwa penggantian auditor diperkirakan mempengaruhi audit delay. Meskipun pada penelitian yang dilakukan Ahmad dan Abidin (2008) menyimpulkan variabel ini tidak mempengaruhi audit delay. Penggantian auditor mungkin saja terjadi karena beberapa hal. misalnya adanya ketidakpuasan klien terhadap kinerja auditor ataupun terjadi ketidakcocokan


(40)

antara auditor dengan klien yang bersangkutan. Auditor pengganti memerlukan waktu untuk mempelajari dan memahami seluruh aspek kliennya sebelum melakukan suatu pekerjaan audit. Auditor pengganti juga bisa membandingkan klien baru dengan klien lamanya. Penggantian auditor yang dimaksud disini adalah penggantian auditor pada tingkat partner. Atau dengan kata lain penggantian kantor akuntan publiknya.

Pada umumnya perusahaan yang berkembang menjadi besar cenderung untuk memilih mengganti auditornya dengan auditor yang bereputasi baik (punya nama). Logika dari tindakan mengganti KAP dengan memilih KAP bereputasi baik disebabkan karena perusahaan yang berkembang menjadi semakin besar akan mendapatkan keuntungan dengan menggunakan jasa auditor yang memiliki reputasi baik. Hal itu umumnya dimiliki oleh KAP yang tergolong besar. Perpindahan ke KAP yang lebih prestisius menghasilkan reaksi pasar yang positif, sementara perpindahan ke KAP yang kurang prestisius memberikan reaksi pasar yang negatif (Dupuch & Simunic dalam Nelly & Juniarti). Umumnya alasan pertimbangan yang menjadikan auditor yang bukan merupakan Big Four tidak diperhitungkan antara lain :

1. Kebutuhan auditor yang mempunyai kemampuan teknikal atau pengetahuan yang sangat spesifik tentang industrinya.

2. Reputasi kantor akuntan.


(41)

Klien yang mengganti auditornya tanpa alasan yang jelas, mungkin disebabkan oleh ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan oleh auditor yang lama. Tetapi, seringkali terjadinya penggantian auditor tersebut disebabkan oleh adanya perselisihan antara klien dengan auditor publiknya mengenai laporan keuangan dan pengungkapannya. Klien baru yang telah mengganti auditornya merupakan klien yang berisiko besar bagi auditor penggantinya (Mulyadi et.al.). Perusahaan lebih memilih untuk mengganti auditornya adalah karena mereka merasa tidak puas dengan jasa yang diberikan oleh auditor sebelumnya atau mereka mempunyai beberapa bentuk perselisihan dengan auditor sebelumnya. Oleh karena itu, perusahaan melakukan pergantian auditor karena mempunyai harapan akan mengalami peningkatan kepuasan atas jasa yang diberikan oleh auditor yang baru.

Sebelum menerima penugasan, auditor pengganti harus berkomunikasi dengan auditor terdahulu berkaitan dengan apakah akan menerima penugasan tersebut atau tidak. Hal ini termasuk dengan informasi yang berkaitan dengan integritas manajemen, ketidaksetujuannya dengan manajemen atas prinsip akuntansi, prosedur auditing, atau hal-hal signifikan lainnya, berkomunikasi dengan komite audit atau yang setingkat tentang kecurangan, tindakan melawan hukum oleh klien serta pengendalian internal dan pemahaman auditor terdahulu tentang alasan penggantian auditor. Auditor pengganti tidak dapat menerima penugasan ini sebelum dia berkomunikasi dengan auditor terdahulu dan mengevaluasi tanggapannya (Guy dkk, 2002:458-460).


(42)

Auditor pengganti memerlukan informasi mengenai klien untuk dapat melakukan audit dengan baik dan lancar. Hal ini terutama berhubungan erat dengan perencanaan audit yang dimulai dari pemahaman bisnis dan industri klien sampai memahami pengendalian intern klien. Perencanaan audit biasanya dilaksanakan tiga hingga enam bulan sebelum tahun fiskal klien berakhir (Boynton dkk, 2003:270). Sesuai dengan standar pekerjaan lapangan yang kedua, auditor perlu mendapatkan pemahaman yang mencukupi atas pengendalian intern klien. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan diskusi dengan auditor intern. Auditor intern merupakan sumber informasi untuk memahami kekuatan dan kelemahan pengendalian intern yang diterapkan dalam organisasi entitas dalam menjaga keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002:136). Pemahaman atas pengendalian intern klien juga dapat dilakukan dengan melaksanakan review terhadap laporan auditor intern. Keberhasilan audit sangat bergantung pada perencanaan audit. Oleh karena itu, perencanaan audit harus dilakukan dengan cermat dan seksama oleh auditor. Pada akhirnya, kinerja auditor pengganti tersebut dapat dipandang memuaskan oleh klien sehingga dapat menghindari terjadinya penggantian auditor lagi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Abidin (2008) di Malasyia menunjukkan bahwa penggantian auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.


(43)

2.5. Kerangka Berpikir

Pada masa sekarang ini dimana keberadaan pasar modal semakin berperan penting, informasi keuangan perusahaan dibutuhkan untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan bagi perusahaan-perusahaan yang go publik di dalamnya. Informasi keuangan perusahaan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis yang disebut laporan keuangan. Laporan keuangan yang umumnya dibutuhkan oleh para pelaku pasar modal antara lain neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, dll.

Keberadaan laporan keuangan itu sendiri mempunyai peranan yang cukup penting bagi kegiatan investasi di pasar modal. Sebagai contoh investor memerlukan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Informasi tersebut diperlukan untuk mendukung keputusan yang akan diambilnya berkaitan dengan investasi. Informasi dapat dikatakan bermanfaat apabila disajikan secara akurat dan tepat untuk para penggunanya. Tepat disini maksudnya tepat waktu maupun tepat dalam hal kelengkapan informasi yang dibutuhkan.

Informasi akan dikatakan usang apabila tidak dapat memberi manfaat kepada penggunanya. Hal ini dapat disebabkan oleh keterlambatan waktu penyajian laporan keuangan. Perusahaan diharapkan untuk tidak menunda penyampaian laporan keuangannya kepada publik maupun instansi yang berwenang. Oleh sebab itu, ketepatan waktu untuk menyampaikan laporan


(44)

keuangan sangat penting untuk menghindari berkurangnya atau bahkan hilangnya manfaat informasi yang disajikan.

Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan berhubungan erat relevansi dan keakuratan informasi yang diperlukan para pelaku bisnis dalam pasar modal. Relevansi disini berkaitan dengan apakah informasi itu pantas dijadikan bukti untuk mendukung keputusan yang akan diambil. Keakuratan informasi keuangan juga merupakan hal yang penting untuk menghindari kesalahan pemahaman oleh para pelaku bisnis pasar modal. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dipengaruhi oleh lamanya proses pengerjaan audit oleh auditor independen.

Lamanya proses pengerjaan audit dari tanggal tutup buku sampai dikeluarkannya laporan audit disebut audit delay. Audit delay mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan kepada BAPEPAM. SK Ketua BAPEPAM No. KEP-134/BL/2006 mensyaratkan laporan keuangan tahunan harus disampaikan paling lambat akhir bulan keempat atau 120 hari setelah tanggal tutup buku. Berkaitan dengan hal itu dapat diketahui bahwa batas waktu maksimal audit delay adalah 120 hari. Audit delay juga disebut audit reporting lag. Perbedaan tanggal pada laporan keuangan dan laporan audit mengindikasikan adanya audit delay. Audit delay itu sendiri dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Pada penelitian ini faktor yang akan diteliti yaitu Debt to Equity Ratio, bulan tutup buku dan penggantian auditor.


(45)

Sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan Ahmad dan Kamarudin di Malasyia yang menyatakan faktor Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap audit delay, faktor ini diperkirakan berpengaruh terhadap audit delay. Jika perusahaan semakin banyak menggunakan utang untuk membiayai kegiatan operasionalnya, akan menimbulkan tekanan yang lebih besar dalam hal ketepatan waktu penyampaian laporan keuangannya. Hal itu disebabkan para kreditornya memerlukan informasi keuangan untuk menganalisis apakah perusahaan mampu mengembalikan pinjamannya atau tidak. Umumnya perusahaan yang memiliki rasio utang terhadap modal yang tinggi akan menyampaikan laporan keuangannya lebih lama dibanding dengan perusahaan dengan rasio utang terhadap modal yang rendah atau bahkan tidak ada. Hal ini berkaitan dengan kepentingan menarik para investor dan menyenangkan pemegang saham.

Pada perusahaan yang memiliki rasio utang terhadap modal yang tinggi umumnya akan mengalami tekanan keuangan. Tekanan keuangan akan menimbulkan kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan kabar buruk yang dapat menurunkan citra perusahaan di mata publik. Perusahaan cenderung untuk menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi kabar buruk. Perusahaan menggunakan waktu yang tersedia untuk menekan Debt to Equity Ratio sampai batas terendah yang mampu dicapai. Hal ini tentu saja akan membutuhkan waktu sehingga audit delay akan bertambah lama.

Mengacu pada penelitian yang dilakukan Ahmad dan Kamarudin di Malasyia, faktor bulan tutup buku diperkirakan berpengaruh terhadap audit


(46)

delay. Sebelum menyampaikan laporan keuangannya kepada publik, perusahaan yang go publik di pasar modal terlebih dahulu meminta auditor independen untuk mengaudit laporan keuangannya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pasar modal dan BAPEPAM. Proses pekerjaan audit akan dapat dilakukan jika perusahaan telah selesai menyusun laporan keuangan saat tutup buku. Meskipun disetiap Negara bulan tutup buku berbeda-beda, tetapi pada saat itu terjadi penumpukan permintaan pengerjaan audit. Di Indonesia umumnya hal itu terjadi pada bulan desember. Penumpukan permintaan audit akan mengakibatkan masalah pada proses pengerjaan auditnya. Masalah itu umumnya berkaitan dengan penjadwalan audit dan pembagian anggota untuk masing-masing pekerjaan audit. Dengan terbatasnya anggota auditor yang melaksanakan pekerjaan audit dapat menyebabkan waktu pengerjaan audit cenderung semakin lama.

Penelitian ini berusaha untuk menguji kembali variabel penggantian auditor, apakah berpengaruh atau tidak pada audit delay. Meskipun pada penelitian Ahmad dan Abidin (2008) variabel ini tidak berpengaruh terhadap audit delay. Penggantian auditor bisa saja terjadi karena beberapa hal, antara lain karena adanya ketidakpuasan klien terhadap kinerja auditor ataupun terjadi ketidakcocokan antara auditor dengan klien yang bersangkutan. Penggantian auditor diperkirakan mempengaruhi audit delay. Hal ini dikarenakan seorang auditor baru memerlukan waktu untuk bisa mempelajari, mengetahui dan memahami klien barunya utuk bisa


(47)

melakukan suatu pekerjaan audit. Selain itu, auditor itu juga bisa memperbandingkan klien barunya dengan klien lamanya. Kerangka berpikir diatas dapat digambarkan dalam bagan berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian seperti berikut ini :

H1 = Ada pengaruh antara Debt to Equity Ratio pada audit delay perusahaan

yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

H2 = Ada pengaruh antara bulan tutup buku pada audit delay perusahaan

yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

H3 = Ada pengaruh antara penggantian auditor pada audit delay perusahaan

yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

Bulan Tutup Buku

Audit Delay

Penggantian Auditor Debt to Equity


(48)

H4 = Ada pengaruh antara Debt to Equity Ratio, bulan tutup buku dan

penggantian auditor secara simultan pada audit delay perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi

Populasi adalah suatu keseluruhan yang diperhatikan atau dibicarakan, yang daripadanya ingin diperoleh informasi atau data (Tarmudji, 1992:9). Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009. Pada tahun 2008 berjumlah 402 perusahaan dan pada tahun 2009 berjumlah 406 sehingga total populasi berjumlah 808 perusahaan.

3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diamati dan yang digunakan sebagai dasar untuk membuat kesimpulan umum (Tarmudji, 1992:9). Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode ini menggunakan kriteria-kriteria yang relevan dengan penelitian ini. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Menyampaikan laporan keuangan ke BAPEPAM berturut-turut selama 2 tahun yaitu tahun 2008 dan 2009. Laporan keuangan tersebut disertai laporan auditor independen.

2. Mempunyai data yang lengkap.


(50)

Penentuan jumlah sampel dapat ditentukan dengan rumus slovin dengan asumsi populasi berdistribusi normal. Rumus slovin tersebut yaitu sebagai berikut : (Umar, 2001:74)

n = 2 Ne 1

N

Keterangan

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir sebesar 5%

3.3. Variabel Penelitian a) Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lainnya. Dalam penelitian ini audit delay merupakan variabel dependennya. Audit delay dapat diketahui dari perbedaan antara tanggal tutup buku perusahaan dan tanggal diterbitkannya laporan audit. Audit delay mempunyai satuan “Hari” dan hasilnya akan diketahui dalam ukuran rata-rata waktu penyelesaian audit.


(51)

b)Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel yang lainnya. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel yaitu :

1) Debt to Equity Ratio (X1)

Merupakan proporsi hutang terhadap ekuitas (modal). Variabel ini diukur dengan rasio hutang terhadap ekuitas.

2) Bulan Tutup Buku (X2)

Merupakan bulan dimana perusahaan melakukan aktivitas tutup buku dengan meringkas seluruh hasil operasi perusahaan dalam laporan keuangan. Umumnya perusahaan di Indonesia melakukan tutup buku di bulan desember tepatnya tanggal 31 desember. Variabel ini dinotasikan dalam variabel dummy. Perusahaan yang melakukan aktivitas tutup buku di bulan desember dinotasikan dengan angka (1) dan perusahaan yang melakukan aktivitas tutup buku selain dibulan desember dinotasikan dengan angka (0).

3) Penggantian Auditor (X3)

Bila perusahaan klien menggunakan auditor tertentu untuk tahun buku tahun ini, tetapi mengganti auditornya untuk periode tahun buku tahun depan. Variabel ini dinotasikan dengan variabel dummy. Perusahaan yang mengganti auditornya diberi notasi (1) dan perusahaan yang tetap memakai auditor sebelumnya diberi notasi (0).


(52)

3.4. Data Sekunder

Data diperoleh dengan mengumpulkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang ada. Data yang diperlukan merupakan data sekunder yang didapatkan dari pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Diponegoro dan website BEI yaitu www.idx.co.id. Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain :

1. Indonesian Capital Market Directory (ICMD) perusahaan publik untuk tahun buku 2008 dan 2009.

2. Laporan auditor independen yaitu data tanggal laporan audit. 3. IDX Fact Book 2008, 2009 dan 2010.

3.5. Teknik Analisis Data 1) Analisis Deskriptif

Menurut Jogiyanto, analisis deskriptif merupakan analisis yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena atau karakteristik data. Karakteristik data yang dimaksud adalah karakteristik distribusi seperti frekuensi, deviasi standar dan rata-rata. Analisis ini mendeskripsikan data yang terkumpul tanpa membuat kesimpulan yang bersifat umum.

2) Analisis Inferensial a) Uji Prasyarat

Sebelum data diregresikan terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat. Model uji prasyarat itu antara lain :


(53)

1) Uji Linearitas

Uji linearitas menurut Ghozali digunakan untuk melihat apakah spesifik model yang digunakan sudah benar atau tidak. Linearitas dapat diketahui dengan melihat Deviation from Linearity dari uji F linearnya. Jika angka Deviation from Linearity lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan prediktor dengan variabel dependen linear (model linear).

2) Uji Normalitas

Menurut Ghozali, uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Suatu model regresi dapat dikatakan baik jika memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu cara untuk mengetahui normalitas dengan melihat normal probability plot. Dasar penentuannya adalah :

1. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Apabila data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(54)

Cara lainnya untuk menguji kenormalan suatu data yang akan diregresi adalah dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Apabila didapatkan nilai signifikansi > taraf signifikansi 5% (0,05) dapat disimpulkan model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. Begitu pula sebaliknya, apabila didapatkan nilai signifikansi < taraf signifikansi 5% (0,05) dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

b) Analisis Regresi Berganda

Analisis ini digunakan untuk menunjukkan pengaruh antar variabelnya yaitu pengaruh Debt to Equity Ratio, bulan tutup buku dan penggantian auditor terhadap audit delay.

AD = 0 + 1DER + 2YE + 3Change + e

Keterangan

AD = Audit Delay

0 = Konstanta

1, 2, 3 = Koefisien Regresi

DER = Debt to Equity Ratio (Rasio hutang terhadap ekuitas) YE = Bulan Tutup Buku

Kode (1) untuk perusahaan yang tutup buku di bulan desember


(55)

Kode (0) untuk perusahaan yang tutup buku selain bulan desember

Change = Penggantian Auditor

Kode (1) untuk perusahaan yang melakukan penggantian auditor

Kode (0) untuk perusahaan yang tidak melakukan penggantian auditor

e = Faktor lain diluar model c) Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang telah didapatkan dari data penelitian, selanjutnya diuji lagi dengan uji asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan model regresi yang BLUE (Best Linear Unbias Estimator). Pengujian-pengujian itu antara lain:

1) Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali, uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2007:91). Salah satu cara menentukan ada tidaknya multikoliniearitas pada suatu model


(56)

regresi antara lain dengan membandingkan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerancenya. Dasar penentuannya adalah : a. Apabila nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,10 maka dapat

disimpulkan terjadi multikoliniearitas pada model regresi tersebut.

b. Apabila nilai VIF < 10 atau nilai tolerance > 0,10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikoliniearitas pada model regresi tersebut.

2) Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali, uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homoskedastisitas. Sedangkan apabila berbeda disebut heteroskedastisitas. Suatu model regresi dapat dikatakan baik jika terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZSPRED) dengan nilai residualnya (SRESID). Dasar penentuannya adalah jika titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur misal bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan telah terjadi heteroskedastisitas. Dan sebaliknya jika titik-titik yang ada


(57)

menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y atau tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Cara lain mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji glejser. Jika nilai signifikansi t > taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Dan begitupula sebaliknya, jika nilai signifikansi t < taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas. 3) Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali, uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi autokorelasi. Cara menentukan ada tidaknya autokorelasi antara lain dengan uji Durbin Watson. Durbin Watson berhasil menurunkan nilai kritis batas bawah (dL) dan batas atas

(dU) sehingga jika nilai dhitung terletak diluar nilai kritis maka ada

tidaknya autokorelasi positif maupun negatif dapat diketahui (Rusdarti, 2007:47). Dasar penentuannya adalah :

Tabel 3.1. Kriteria Autokorelasi

Nilai Statistik d Keputusan


(58)

DW <1,54 autokorelasi positif dL≤ d ≤ dU atau

1,54 < DW < 1,66

Daerah keragu-raguan, tidak ada keputusan

dU < d < 4 - dU atau

1,66 < DW < 2,34

Menerima hipotesis nol, tidak ada autokorelasi positif maupun negatif 4 - dU < d < 4 - dL atau

2,34 < DW < 2,46

Daerah keragu-raguan, tidak ada keputusan

4 - dU < d < 4 atau

2,46 < DW

Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi negatif Sumber : Rusdarti, 2007 : 48

d) Uji Hipotesis 1) Hipotesis 1

Pengujian ini bertujuan untuk menguji hipotesis 1 yang telah ditentukan sebelumnya. Hipotesis yang hendak diuji itu adalah : H1 = Ada pengaruh antara Debt to Equity Ratio pada audit delay

perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat taraf signifikansi t. Taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini sebesar 5% (0,05). Dasar pengambilan keputusan uji :

1. Menerima H1 jika signifikan t ≤ Taraf signifikansi (0,05)


(59)

2) Hipotesis 2

Pengujian ini bertujuan untuk menguji hipotesis 2 yang telah ditentukan sebelumnya. Hipotesis yang hendak diuji itu adalah : H2 = Ada pengaruh antara bulan tutup buku pada audit delay

perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat taraf signifikansi t. Taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini sebesar 5% (0,05). Dasar pengambilan keputusan uji :

1. Menerima H2 jika signifikan t ≤ Taraf signifikansi (0,05)

2. Menolak H2 jika signifikan t > Taraf signifikansi (0,05)

3) Hipotesis 3

Pengujian ini bertujuan untuk menguji hipotesis 3 yang telah ditentukan sebelumnya. Hipotesis yang hendak diuji itu adalah : H3 = Ada pengaruh antara penggantian auditor pada audit delay

perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat taraf signifikansi t. Taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini sebesar 5% (0,05). Dasar pengambilan keputusan uji :

1. Menerima H3 jika signifikan t ≤ Taraf signifikansi (0,05)


(60)

4) Hipotesis 4

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh yang diakibatkan oleh keseluruhan variabel independen yang ada dalam model regresi terhadap variabel dependennya. Hipotesis yang hendak diuji itu adalah :

H4 = Ada pengaruh antara Debt to Equity Ratio, bulan tutup buku

dan penggantian auditor secara simultan pada audit delay perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat taraf signifikansi F. Taraf signifikansi yang digunakan sebesar 5% (0,05). Dasar pengambilan keputusan uji :

1. Menerima H1 jika signifikan t ≤ Taraf signifikansi (0,05)

2. Menolak H1 jika signifikan t > Taraf signifikansi (0,05)

e) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2 adjusted) mencerminkan prosentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin besar nilai R2, semakin kuat pengaruh variabel independen (Debt to Equity Ratio, bulan tutup buku dan penggantian auditor) terhadap variabel dependennya (audit delay) dan begitupula sebaliknya. Dengan kata lain, semakin besar nilai R2, semakin kuat indikator menjelaskan perubahan variabel independen terhadap variabel dependen.


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

a) Deskripsi Obyek Penelitian

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri yang diterbitkan pemerintah, publik maupun swasta. Perkembangan perusahaan yang go publik dipasar modal semakin tahun semakin bertambah yang diklasifikasikan dalam beberapa sektor. Sektor-sektor perusahaan yang listing (go publik) di Bursa Efek Indonesia adalah :

Tabel 4.1. Sektor Perusahaan Yang Listing di BEI

No Sektor Perusahaan Sub Sektor

1.

2.

3.

Agriculture

Mining

Basic Industry &

Crops, Plantation, Animal Husbandry, Fishery, Forestry, Others.

Coal Mining, Crude Petroleum & Natural Gas Production, Metal & Mineral Mining, Land/Stone Quarrying, Others.

Cement, Ceramics, Glass & Porcelain, Metal & Allied Product, Chemicals, Plastics and Packaging, Animal Feed, Wood Industry, Pulp & Paper, Others. 46


(62)

4.

5.

6.

7.

8.

Chemical

Miscellaneous Industry

Consumer Goods

Industry

Property, Real Estate and Building Construction

Infrastructure, Utilities & Transportation

Finance

Machinery & Heavy Equipment, Automotive & Components, Textile & Garment, Footwear, Cable, Electronics, Others.

Food and Beverages, Tobacco Manufacturers, Pharmauceticals, Cosmetics & Household, Houseware, Others.

Property & Real Estate, Building Construction, Others.

Energy, Toll Road, Airport, Harbor & Allied Product, Telecomunication, Transportation, Non Building Construction, Others.

Bank, Financial Institution, Securities Company, Insurance, Investment Fund/Mutual Fund, Others.

Wholesale (Durable & Non-Durable Goods), Retail Trade, Restaurant, Hotel & Tourism, Advertising, Printing & Media, Health Care, Computer & Services, Investment Company, Others.


(63)

9.

Trade, Service and Investment

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2010

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 2009. Deskripsi perusahaan-perusahaan yang listing dan delisting di BEI pada tahun 2008-2009 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Jumlah Perusahaan yang Listing dan Delisting Tahun 2008-2009

No Tahun Jumlah Yang Listing Jumlah Yang Delisting 1.

2.

2008 2009

402 406

6 12 Sumber : Data sekunder yang diolah, 2010

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 jumlah perusahaan yang listing (go publik) sebanyak 402 perusahaan, sedangkan yang delisting (keluar) sebanyak 6 perusahaan. Begitupula pada tahun 2009 jumlah perusahaan yang listing (go publik) sebanyak 406 perusahaan, sedangkan yang delisting (keluar) sebanyak 12 perusahaan.


(1)

148 PT Langgeng Makmur Industry Tbk

0.36

1

1

45

149 PT Bank MEGA Tbk

10.66

1

0

56

150 PT Mulia Industrindo Tbk

-1.92

1

0

75

151 PT Surya Toto Indonesia Tbk

0.91

1

0

82

152 PT Leyand International Tbk

1.59

1

0

76

153 PT Hero Supermarket Tbk

2.05

1

0

45

154 PT Cowell Development Tbk

0.58

1

0

75

155 PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk

3.18

1

0

76

156 PT International Nickel Indonesia Tbk

0.29

1

1

78

157 PT Anta Express Tour & Travel S. Tbk

1.92

1

0

98

158 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk

0.82

1

0

76

159 PT Trias Sentosa Tbk

0.68

1

0

78

160 PT Eterindo Wahanatama Tbk

1.03

1

1

78

161 PT Garda Tujuh Buana Tbk

0.76

1

1

38

162 PT Pan Brother Tex Tbk

5.23

1

1

72

163 PT Mandala Multifinance Tbk

3.35

1

0

67

164 PT Titan Kimia Nusantara Tbk

1.02

1

0

89

165 PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk

-1.47

1

1

46

166 PT Aneka Kemasindo Utama Tbk

0.67

1

0

68

167 PT Pakuwon Jati Tbk

1.94

1

0

41

168 PT Bank Kesawan Tbk

12.15

1

0

98

169 PT Batavia Prosperindo Finance Tbk

0.83

1

1

58

170 PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk

1.92

1

1

71

171 PT Lamicitra Nusantara Tbk

2.2

1

1

38

172 PT Duta Graha Indah Tbk

0.63

1

0

56

173 PT First Media Tbk

4.79

1

0

73

174 PT Argha Karya Prima Industry Tbk

0.98

0

0

97

175 PT Limas Centric Indonesia Tbk

4.59

1

0

45

176 PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk

1.76

0

0

94

177 PT Fast Food Indonesia Tbk

0.63

1

0

99

178 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk

2.63

1

1

76

179 PT Metro Supermarket Realty Tbk

0.18

1

0

84

180 PT Maskapai Reasuransi Ina. Tbk

1.37

0

0

69

181 PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk

0.6

1

1

39

182 PT Verena Oto Finance Tbk

3.77

0

1

103


(2)

LAMPIRAN 3

UJI PRASYARAT

1)

Linieritas

ANOVA Table Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

DER * AD Between Groups

(Combined)

81511.997 266 306.436 ,985 ,546

Linearity 408.907 1 408,907 1,314 ,254

Deviation from

Linearity 81103.090 265 306,049 ,984 ,549

Within Groups 30797,000 99 311,081

Total 112308,997 365

YE * AD Between Groups

(Combined)

7.669 66 .116 1.243 .116

Linearity .014 1 .014 .153 .696

Deviation from

Linearity 7.655 65 .118 1.259 .104

Within Groups 27.959 299 .094

Total 35.628 365

Change * AD

Between Groups

(Combined)

15.978 66 .242 1.229 .128

Linearity 2.403 1 2.403 12,197 .001

Deviation from

Linearity 13.575 65 .209 1.060 .365

Within Groups 58.899 299 .197

Total 74.877 365

2)

Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 366

Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000

Std. Deviation 17,12943223

Most Extreme Differences

Absolute

,066

Positive ,047

Negative -,066

Kolmogorov-Smirnov Z 1,259

Asymp. Sig. (2-tailed) ,084

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(3)

(4)

LAMPIRAN 4

ANALISIS REGRESI BERGANDA

(Setelah di Transformasi)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .183 .033 .025 .28472

a Predictors: (Constant), Change, LnX1, YE b Dependent Variable: LnY

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.113 .047 88.401 .000

LnX1 .013 .012 .056 1.035 .301

YE .002 .049 .003 .048 .962

Change .112 .034 .176 3.261 .001

a Dependent Variable: LnY

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .942 3 .314 3.875 .010(a)

Residual 27.318 337 .081

Total 28.261 340

a Predictors: (Constant), Change, LnX1, YE b Dependent Variable: LnY


(5)

UJI ASUMSI KLASIK

(Setelah di Transformasi)

1)

Multikolinieritas

Coefficients(a)

Model

Collinearity Statistics

B Std. Error

1 LnX1 .994 1.006

YE .986 1.014

Change .989 1.011

a Dependent Variable: LnY

2)

Heteroskedastisitas

Uji Glejser

Coefficients(a) Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .211 .027 7.870 .000

LnX1 2.91E-005 .007 .000 .004 .997

YE .026 .028 .050 .912 .362

Change -.010 .020 -.027 -.502 .616


(6)

3)

Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,183(a) ,033 ,025 ,28472 1,797

a Predictors: (Constant), Change, LnX1, YE b Dependent Variable: LnY


Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 3 80

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEBT TO EQUITY RATIO, KUALITAS AUDITOR, JENIS OPINI AUDITOR DAN KOMITE AUDIT TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 11

PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN TEXTILE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 7 109

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 0 11

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 0 2

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

1 1 11

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 1 17

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 0 2

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 0 9

PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN ON EQUITY PADA PERUSAHAAN PERDAGANGAN ECERAN DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013

0 1 14