Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (2004:17) menyatakan bahwa
laporan keuangan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan suatu ringkasan dari transaksi- transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan
ini
dibuat
oleh
manajemen
dengan
tujuan
untuk
mempertanggungjawabkan

tugas-tugas
yang
dibebankan
kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan
keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain
yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Menurut Harahap (2008:105) menyatakan bahwa
laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu. Adapun jenis la poran keuangan yang lazim dikenal adalah
neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan.
Menurut Penyataan Standar Akuntnsi Keuangan (PSAK) 1 (2009:7)
menyatakan bahwa
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstrukturdari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuanlaporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisikeuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yangbermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporandalam pembuatan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan jugamenunjukkan hasil

pertanggungjawaban manajemen ataspenggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Nurzaimah (2010:3) menyatakan bahwa
laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
memberikan informasi tentang keadaan suatu perusahaan sekaligus
merupakan alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas perusahaan tersebut.

68

Universitas Sumatera Utara

b. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 1
dalam (Baridwan 2004:2) menyatakan bahwa pelaporan keuangan harus
menyajikan informasi yang:
1. Berguna bagi investor dan kreditor yang ada dan yang potensial dan
pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi,
pemberian kredit dan keputusan lainnya. Informasi yang dihasilkan itu

harus memadai bagi mereka yang mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang kegiatan dan usaha perusahaan dan peristiwa-peristiwa
ekonomi, serta bermaksud untuk menelaah informasi-informasi itu
secara sungguh-sungguh.
2. Dapat membantu investor dan kreditor yang ada dan yang potensial
dan

pemakai

lainnya

untuk

menaksir

jumah,

waktu,

dan


ketidakpastian dari penerimaaan uang di masa yang akan datang yang
berasal dari deviden atau bunga dan dari penerimaan uang yang
berasal dari penjualan, pelunasan atau jatuh tempo surat berharga atau
pinjaman-pinjaman.
3. Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim
atas sumber-sumber tersebut, dan pengaruh dari transaksi-transaksi,
kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumbersumber dan klaim atas sumber-sumber tersebut.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 1 (2009:7)
menyatakan bahwa
tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Accounting Principles Board (APB) dalam (Nurzaimah
2010:4) tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:
69


Universitas Sumatera Utara

1. Tujuan Khusus
Untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan
General Accepted Accounting Principal (GAAP).
2. Tujuan Umum
a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber
ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan maksud: untuk menilai
kekuatan dan kelemahan perusahaan, untuk menunjukkan posisi
keuangan dan investasinya, untuk menilai kemampuannya untuk
menyelesaikan utang-utangnya, dan menunjukkan kemampuan
sumber-sumber kekayaan yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.
b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan
bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan
maksud: memberikan gambaran tentang deviden yang diharapkan
pemegang saham, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban kepada kreditur, supplier, pegawai, pajak,
dan mengumpulkan dana untuk perluasan, memberikan informasi
kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi

perencanaan dan pengawasan, dan menunjukkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba dalam jangka panjang.
3. Tujuan Kualitatif
a. Relevan, memilih yang benar-benar dapat membantu pemakai
laporan.
b. Understandbility, informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja
yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para
pemakai.
c. Verifiability, hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak
lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama, dengan kata lain
ukurannya harus ada.
d. Netrality, laporan akuntansi itu harus netral terhadap pihak-pihak
yang berkepentingan . informasi yang dimaksudkan untuk pihak
umum bukan untuk pihak-pihak tertentu saja.
e. Time-liness, laporan akuntansi bermanfaat untuk mengambil
keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.
f. Coparability, laporan akuntansi harus dapat saling diperbandingkan
artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk
suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
g. Completeness, informasi yang dilaporkan mencakup semua

kebutuhan yang layak dari para pemakai.

c. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Menurut Pernyataan Standar

70

Universitas Sumatera Utara

Akuntansi Keuangan (PSAK) 1 (2009) dalam (Baridwan 2008:5) terdapat
empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
1. Dapat dipahami, informasi yang berkualitas adalah informasi yang
dengan mudah dan segera dapat dipahami oleh pemakainya. Pemakai
informasi diasumisikan mempunyai pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan, informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai, yaitu dengan cara dapat
berguna untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa

depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka dimasa
lalu.
3. Keandalan, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan, pengguna harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi
kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar entitasuntuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.

d. Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (2008:13) laporan keuangan yang dihasilkan
mempunyai beberapa keterbatasan yaitu:
1. Cukup berarti (Materiality), beberapa pedoman umum yang dapat
digunakan untuk menentukan apakah berarti atau tidak dalam suatu
laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Aspek Kuantitatif, berdasarkan pada jumlah absolut, misalnya
jumlah rupiah atau berdasarkan pada nilai relatif, misalnya sebagai
suatu presentase dari pendapatan bersih dari modal.
b. Aspek Kualitatif, mempertimbangkan karakteristik dari
lingkungan, karakteristik dari perusahaan seperti besar kecilnya
perusahaan, struktur modal, karakteristik dari elemen itu sendiri
seperti sifatnya, waktunya, hubungannya dengan pendapatan dan
karakteristik dari kebijaksanaan-kebijaksanaan akuntansi yang
digunakan.

71

Universitas Sumatera Utara

2. Konservatif, merupakan sikap yang diambil oleh akuntan dalam
menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan
keuangan. Apabila lebih dari satu alternatif tersedia, maka sikap
konservatif ini cenderung memilih alternatif yang tidak akan membuat
aktiva dan pendapatan terlalu besar. Masalah ini timbul jika ada lebih
dari satu alternantif, bisa juga timbul dalam hal suatu jumlah itu belum

dapat dipastikan.
3. Sifat khusus suatu industri, yang mempunyai sifat-sifat khusus
seperti Bank, asuransi dan lain-lain, sering sekali memerlukan prinsip
akuntansi yang berbeda dengan industri-industri lainnya juga karena
adanya peraturan-peraturan dari pemerintah terhadap industri-industri
khusus, ini akan mengakibatkan adanya prinsip-prinsip akuntansi
tertentu yang berbeda dengan yang umum digunakan.
Menurut Nurzaimah (2010:5) beberapa keterbatasan laporan keuangan
yaitu:
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara dan bukan merupakan laporan yang final).
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang
kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar
penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau
berubah-ubah.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,
dimana daya beli uang semakin menurun, dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang

dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena
faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.

2.1.2 Auditing
a. Definisi Auditing
Menurut Mulyadi (2002:9) menyatakan bahwa
Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, secara penyampaian
hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

72

Universitas Sumatera Utara

Menurut Agoes (2004:1) menyatakan bahwa
Auditing adalah Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis
dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatancatatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2006:4) menyatakan bahwa
Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasi itu dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Menurut American Accounting Association (AAA) dalam (Rahayu
2010:1) menyatakan bahwa
Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang
berhubungan dengan asersi asersi tentang tindakan-tindakan dan
peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara asersi tersebut
dan kriteria yang ditetapkan, serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi tersebut.
Berdasarkan definisi auditing secara umum tersebut memiliki unsurunsur penting yang diuraikan berikut ini:
1. Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau
prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing
dilakukan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan,
terorganisasi dan bertujuan.
2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif,
artinya proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang
mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha
serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap
bukti-bukti tersebut.
3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya
pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil
proses akuntansi.
4. Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti
mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti
tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian
antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat
dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif.

73

Universitas Sumatera Utara

5. Kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang
dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil
akuntansi) dapat berupa:
a. peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif
b. anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen
c. prinsip akuntansi berterima umum (PABU) diindonesia
6. Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan
secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report).
7. Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan
terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan,
misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, cal on investor,
organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak.

b. Jenis-Jenis Auditing
Menurut Mulyadi (2002:30) auditing umumnya digolongkan menjadi 3
golongan yaitu:
1. Audit Laporan Keuangan, audit yang dilakukan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya
untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen
menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan
prinsip akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan
keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan
audit, laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi
keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan
Pajak.
2. Audit Kepatuhan, audit yang tujuannya untuk menentukan apakah
yang di audit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit
kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang
membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam
pemerintahan.
3. Audit Operasional, merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan
tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:
a. Mengevaluasi kinerja
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut
Menurut Agoes (2004:7) ditinjau dari jenis pemeriksaan maka jenis-jenis
audit dapat dibedakan atas:

74

Universitas Sumatera Utara

1. Management Audit (Operasional Audit), yaitu suatu pemeriksaan
terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh
manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan
operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan), yaitu suatu
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
telah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun
pihak ekstern perusahaan.
3. Internal Audit (Pemeriksaan Intern), yaitu pemeriksaan yang
dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan yang mencakup
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan yang
bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah
ditentukan.
4. Computer Audit, yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan yang melakukan proses
data akuntansi dengan menggunakan sistem Elektronic Data
Processing (EDP).
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2006:17) akuntan publik melakukan
tiga jenis utama audit, yaitu:
1. Audit Operasional, mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap
bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir
operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk
memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau
penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat
mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode
produksi, pemasaran, dan semua bidang lain di mana auditor
menguasainya.
2. Audit ketaatan, dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang
diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang
ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan
biasanya dilaporkan manajemen, bukan kepada pemakai luar, karena
manajemen adalaha kelompok utama yang berkepentingan dengan
tingkat ketaatan terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan.
3. Audit laporan keuangan, dilakukan untuk menentukan apakah
laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu.
Biasanya kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP), walaupun auditor mungkin saja melakukan
audit atas laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan
akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya ang cocok untuk
organisasi tersebut.

75

Universitas Sumatera Utara

c. Jenis-Jenis Auditor
Menurut Mulyadi (2002:28) Orang atau kelompok orang yang
melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Auditor Independen, auditor profesional yang yang mengaudit
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Auditor independen
mendapat honorarium dari kliennya dalam menjalankan keahliannya,
namun auditor independen tidak memihak kliennya. Pihak yang
memanfaatkan jasa auditor independen adalah pihak selain kliennya,
oleh karena itu independensi auditor dalam melaksanakan
pekerjaannya merupakan hal sangat penting, meskipun auditor
tersebut dibayar oleh kliennya. Untuk berpraktik sebagai auditor
independen, seseorang harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang
ada. Auditor independen harus lulus dari Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah
mendapat gelar akuntan dari Pantia Ahli Pertimbangan Persamaan
Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan.
2. Auditor Pemerintah, auditor profesional yang bekerja di instansi
milik pemerintah yang tugasnya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit
organisasi atau entitas pemerintahan. Umumnya auditor yang disebut
auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), serta instansi pajak.
3. Auditor Internal, auditor yang bekerja di perusahaan yang tugasnya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau
tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan
efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta
menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai
bagian organisasi.

d. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan
olehInstitut Akuntan Publik Indonesia(IAPI), yang terdiri dari standar umum,
standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya.
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.
Standar

auditing

terdiri

atas

sepuluh

standar

dan

dirinci

dalam

76

Universitas Sumatera Utara

bentukPernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan
penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam
standar auditing. Menurut PSA No. 01 SA Seksi 150.1 Paragraf 1 menyatakan
bahwa
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing yaitu "prosedur"
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan "standar"
berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan
prosedur tersebut. Standar auditing yang berbeda dengan prosedur
auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor
namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam
pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) adalah sebagai berikut:

a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

77

Universitas Sumatera Utara

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersil
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.

2.1.3 Audit Delay
Menurut Kartika (2009:3) “Audit delay merupakan lamanya/rentang
waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku
sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit”. Berdasarkan pernyataanpernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Audit delay adalah
lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari perbedaan waktu antara
tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal
yang tercantum pada laporan audit independen. Audit delay mengimplikasikan
bahwa laporan keuangan disajikan pada suatu interval waktu, maksudnya untuk
menjelaskan perubahan di dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi
pengguna pada waktu membuat prediksi dan keputusan. Apabila informasi
tersebut tidak disampaikan tepat waktu akan menyebabkan informasi
kehilangan nilainya di dalam mempengaruhi kualitas keputusan.

2.1.4 Debt to Equity Ratio
Menurut Indriyani dkk (2012:191) “Debt to Equity Ratio (DER)dapat

78

Universitas Sumatera Utara

digunakan sebagai indikator tingkat kesulitankeuangan perusahaan”. Debt to
Equity Ratio (DER)adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara
kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah berarti
menunjukkan rendahnya resiko keuangan dan baiknya kondisi keuangan
perusahaan. Pihak manajemen cenderung akan mempercepat publikasi laporan
keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio
(DER) yang tinggi berarti menunjukkan tingginya resiko keuangan dan
perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan
berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat.
Pihak manajemen cenderung akan menunda publikasi atas laporan keuangan
dikarenakan berita buruk tersebut.
Debt to EquityRatio (DER)diukur dengan rumus sebagai berikut:

����������������� =

����� ���������
× ��� %
����� �������

2.1.5 Return On Asset
Menurut Indriyani dkk (2012:190) “Return On Asset (ROA) rasio yang
mengukur kemampuan perusahaanmenghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat aset tertentu”. Return On Asset (ROA)adalah tingkat kemampuan
perusahaan dalammenghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu
selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan. Return On Asset

79

Universitas Sumatera Utara

(ROA)mempunyai pengaruh dalam publikasi laporan keuangan.Perusahaan
yang memiliki return on asset (ROA) yang rendah cenderung akan menunda
publikasi atas laporan keuangan karena kerugian merupakan kabar buruk yang
akan berdampak negatif pada publik. Perusahaan yang memiliki return on
asset (ROA) yang tinggi cenderung akan lebih cepat dalam mempublikasi
laporan keuangan agar segera dapat memberitahukan kabar baik kepada publik
dan mendapatkan respon yang positif dari publik.
Return on Asset (ROA) )diukur dengan rumus sebagai berikut:

������������� =

���� ������
× ��� %
����� �����

2.1.6 Ukuran Perusahaan
Kartika (2009:4) “berpendapat bahwa perusahaan besar diduga akan
menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil”.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang
berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurang audit delay,
karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas
permodalan pemerintah dan lain-lain. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan
terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.
Ukuran perusahaan adalah jumlah total asset yang dimiliki perusahaan.
Total asset merupakan jumlah dari aset lancar, aset tetap, aset tak berwujud.
Perusahaan yang memiliki total asset yang besar umumnya merupakan
perusahaan yang besar.

80

Universitas Sumatera Utara

Ukuran Perusahaan diukur dengan rumus sebagai berikut:
�� = ����� �����
2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan audit delay yang
ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama
Peneliti
Kartika

Stephani

Tahun
2009

2010

Judul
Penelitian

Variable
Penelitian

Hasil
Penelitian

Faktor - faktor
yang
mempengaruhi
AuditDelay di
Indonesia
(Studi Empiris
pada
PerusahaanPerusahaan LQ
45 yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Jakarta).

Variabel Independen :
Ukuran Perusahaan,
Laba/Rugi Operasi, Opini
Auditor, Tingkat
Profitabilitas, Reputasi
Auditor.

Pengaruh
Faktor Internal
dan Eksternal
Perusahaan
Terhadap Audit
Delay Pada
Perusahaan
Property dan
Real Estate

Variabel
Independen :
Total Asset Turn Over,
Afiliasi Kantor Akuntan
Publik, dan Opini Audit

Ukuran
Perusahaan,
Laba/Rugi
Operasi, Opini
Auditor
mempunyai
pengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
AuditDelay.
Sedangkan
tingkat
Profitabilitas
dan
Reputasi
Auditor tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap Audit
Delay.
Total Asset
Turn Over,
Afiliasi
Kantor
Akuntan
Publik dan
Opini Audit
secara
simultan

Variabel
Dependen :
Audit Delay

Variabel
Dependen:
Audit Delay

81

Universitas Sumatera Utara

Indriyani,
Rosmawati
dan
Supriyati

Estrini dan
Laksito

2012

2013

yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Audit Report
Leg perusahaan
manufaktur di
Indonesia dan
Malaysia.

Analisis FaktorFaktor yang
mempengaruhi
audit delay
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEI Tahun
(2009-2011)

Variable
Independen :
Firm size, Profitability,
Corporate Income, Debt
to Equity Ratio
Variable
Dependen :
Audit Report Lag

Variabel
Independen :
Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Gender
Auditor, Reputasi Kantor
Akuntan Publik.
Variabel
Dependen :
Audit Delay

berpengaruh
terhadap audit
delay.
Audit report
lag di
Indonesia dan
Malaysia
secara
simultan
dipengaruhi
oleh Ukuran
perusahaan,
Profitabilitas,
Laba rugi
perusahaan
dan Debt to
equity ratio.
Ukuran
perusahaan
secara parsial
berpengaruh
signifikan
terhadap Audit
report lag di
Indonesia dan
di Malaysia.
Debt to equity
ratio secara
parsial
berpengaruh
signifikan
terhadap Audit
report lag di
Indonesia.
Profitabilitas,
Gender
Auditor, dan
reputasi
Kantor
Akuntan
Publik
berpengaruh
terhadap audit
delay. Ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap audit
delay.

82

Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yaitu menjelaskan bagaimana teori hubungan dengan
berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah penting. Berdasarkan
latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka yang telah
dikemukakan, kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Debt To Equity Ratio
( X1 )
Return On Asset
( X2 )
Ukuran Perusahaan
( X3 )

H1

H2

Audit Delay
(Y)

H3

H4

Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari
perbedaan waktu antara tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31
desember sampai tanggal yang tercantum pada laporan audit independen.
Debt To Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menggambarkan
perbandingan antara kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya.

83

Universitas Sumatera Utara

Return

On

Asset (ROA)adalah

tingkat

kemampuan

perusahaan

dalammenghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu
tahun yang terdapat dalam laporan keuangan.
Ukuran perusahaan adalah jumlah total asset yang dimiliki perusahaan.
Total asset merupakan jumlah dari aset lancar, aset tetap, aset tak berwujud.
Perusahaan yang memiliki total asset yang besar umumnya merupakan perusahaan
yang besar.

2.4

Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang bersifat
praduga, karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan latar
belakang masalah, tinjauan teoritis dan kerangka konseptual di atas maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
H2 :Return On Asset berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
H3 : Ukuran Perusahaanberpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
H4 : Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan Ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap audit delay pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).

84

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Ukuran Perusahaan Dan Status Kepemilikan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 53 116

Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return on Asset (ROA) pada Perusahaan Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

24 141 95

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 3 80

Pengaruh Return on Asset, Debt Equity Ratio, dan Price Earnings Ratio terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011.

0 0 20

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 0 11

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 0 2

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

1 1 11

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 0 2

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015

0 0 9

Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Ukuran Perusahaan Dan Status Kepemilikan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11