PENGEMBANGAN DAN ALIH TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB 15 PENGEMBANGAN DAN ALIH TEKNOLOGI KELAUTAN

15.1. Umum

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai kepentingan besar dalam persoalan teknologi kelautan untuk memanfaatkan seoptimal mungkin kekayaan sumber daya alam yang terdapat di laut itu. Indonesia sekaligus sebagai negara berkembangkan dipastikan tidak mempunyai sumber daya manusia dan teknologi yang sama dengan negara-negara maju. Oleh karena itu, sangat penting bagi Indonesia untuk melakukan kerja sama dengan negara-negara maju dalam persoalan alih teknologi kelautan. Pengembangan dan alih teknologi sudah diamanatkan oleh Konvensi Hukum Laut 1982, tepatnya diatur oleh Bab

XIV tentang Development and Transfer of Marine Technology (Pengembangan dan Alih Teknologi Kelautan).

Konvensi Hukum Laut 1982 sudah mengatur pentingnya setiap negara terutama bagi negara-negara berkembang untuk bekerja sama dalam alih teknologi kelautan untuk kepentingan seluruh masyarakat dunia. Pengembangan tersebut melalui kerja sama yang baik dan sesuai dengan persyaratan ilmiah. Negara-negara berkembang termasuk negara yang tidak mempunyai pantai (land-locked States) dan negara yang secara geografis tidak beruntung (geographically disadvantages States) harus melakukan kerja sama internasional dalam kerangka pemanfaatan sumber daya laut, perlindungan dan pelestarian lingkungan laut, untuk mempercepat pembangunan sosial ekonomi negara-negara berkembang. Kerja sama dibidang riset ilmiah kelautan tersebut untuk kepentingan semua pihak berdasarkan prinsip keadilan (equitable basis) seperti memperhatikan hak dan kewajiban pemegang (holders), pemberi (suppliers), dan penerima teknologi kelautan (recipients) sebagaimana diwajibkan oleh Pasal 266-267 Konvensi Hukum Laut 1982.

15.2. Kerja sama Internasional

Konvensi Hukum Laut 1982 dalam Pasal 270-274 mewajibkan setiap negara yang sudah terikat untuk melakukan kerja sama internasional (international cooperation) dalam pengembangan dan alih teknologi kelautan baik melalui kerja sama bilateral, regional, dan Konvensi Hukum Laut 1982 dalam Pasal 270-274 mewajibkan setiap negara yang sudah terikat untuk melakukan kerja sama internasional (international cooperation) dalam pengembangan dan alih teknologi kelautan baik melalui kerja sama bilateral, regional, dan

Kerja sama negara dengan organisasi internasioal seperti dengan Organisasi Maritim Internasional (International Maritime Organization-IMO) yang berkedudukan di London dalam bentuk pengembangan sumber daya manusia (human resources), sedangkan dengan sesama negara dapat berupa teknologi dan pendanaan, sedangkan dengan Otoritas adalah dalam bidang ketrampilan, hukum ,dan keuangan sebagaimana diuraikan oleh Pasal 273-274 Konvensi Hukum Laut 1982.

Setiap negara terutama negara-negara berkembang harus membentuk pusat-pusat nasional (etablishment of national centres) riset, teknologi, dan ilmu pengetahuan di bidang kelautan untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya lautnya bagi pembangunan ekonominya sebagaimana diwajibkan oleh Pasal 275 Konvensi. Dalam pembentukan pusat nasional tersebut harus dikembangkan sumber daya manusia dan ilmu teknologinya yang terkait dengan riset ilmiah kelautan. Di samping itu, Konvensi Hukum Laut 1982 juga meminta setiap negara untuk membentuk pusat-pusat regional sebagai upaya pengembangan dan alih teknologi kelautan. Pembentukan pusat regional tersebut harus menyedikan program- program pelatihan, seminar, simposium, konferensi, penerbitan jurnal-jurnal ilmiah, dan kerja sama teknis dalam riset ilmiah kelautan seperti yang ditegaskan oleh Pasal 277 Konvensi. Pembentukan pusat regional ini seperti di tingkat ASEAN (Association of South East Asian Natons) dan Indonesia harus dapat berperang penting kerja sama di ASEAN ini. ASEAN sebagai organisasi internasional juga dapat melakukan kerja sama dengan organisasi internasional lainnya, seperti dengan Uni Eropa atau dengan UNEP (United Nations Environmental Program) sebagaimana dikehendaki oleh Pasal 278 Konvensi Hukum Laut 1982.

15.3. Hak dan Kewajiban Indonesia serta status saat ini.

Indonesia mempunyai kewajiban untuk melakukan pengembangan dan alih teknologi kelautan dalam rangka upaya pemanfaatan kekayaan sumber daya kelautan seperti eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan tersebut baik kekayaan hayati seperti ikan dan nonhayati seperti minyak, gas, dan pertambangan lainnya. Di samping itu, Indonesia mempunyai kewajiban untuk membentuk pusat-pusat nasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan, sehingga kekayaan sumber daya laut dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi kepentingan nasional. Demikian juga Indonesia sebagai Negara anggota ASEAN wajib memajukan kerja sama regional di tingkat ASEAN dan kerja sama internasional sesama organisasi internasional antara ASEAN dengan Uni Eropa atau dengan organisasi internasional lainnya.

15.4. Rekomendasi

Indonesia harus melakukan kerja sama dengan organisasi internasional dalam upaya pengembangan dan alih teknologi kelautan dengan memperhatikan prinsip keadilan dan kehati-hatian (equitable and precautionary principle). Indonesia sebagai negara kepulauan harus mempunyai pusat-pusat nasional ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan. Indonesia juga belum mempunyai kebijakan yang khusus mengatur pengembangan dan alih teknologi kelautan, serta perlu diberdayakan terlebih dahulu peraturan perundang-undangan yang sudah ada (existing rules) termasuk penegakan hukumnya (law enforcement).

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65