Rahma El Yunusiyah

2. Rahma El Yunusiyah

Rahmah lahir di Padang Panjang, 29 Desember 1900, ia merupakan bungsu dari lima bersaudara.11 Rahmah dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang kuat adat dan agama.12

Perempuan, dalam pandangan Rahmah el-Yunusiyah, mempunyai peran penting dalam kehidupan. Perempuan adalah pendidik anak yang akan mengendalikanjalurkehidupan mereka selanjutnya.13 Atas dasar itu, untuk meningkatkan kualitas dan memperbaiki kedudukan perempuan diperlukan pendidikan khusus kaum perempuan yang diajarkan oleh kaum perempuan sendiri. Dalam hal ini perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan kaum perempuan, baik di bldang intelektual, kepribadian ataupun keterampilan.

Terlebih, saat itu masih banyak perempuan di daerahnya yang belum mendapatkan pendidikan seperti yang ia rasakan. Atas dasar inilah, ia mendirikan sekolah khusus perempuan dengan model pesantren, Diniyah Putri. Tidak lupa, ia memasukkan pendidikan keperempuanan dalam kurikulum sekolahnya agar perempuan tidak melupakan hak dan kewajibannya.

Dengan berdirinya Diniyah Putri pada 1923, sang pendiri, Rahmah el-Yunusiyah, memperluas misi kaum modernis untuk menyediakan sarana pendidikan bagi kaum perempuan yang akan menyiapkan mereka menjadi warga yang produktif dan muslim yang baik. Ia menciptakan wacana baru di Minangkabau, dan meletakkan tradisi baru dalam pendidikan bagi kaum perempuan di kepulauan Indonesia. Diniyah Putri adalah akademi agama pertama bagi putri yang didirikan di Indonesia.14 Murid-murid pertamanya saat itu berjumlah 71 orang yang mayoritas terdiri dari ibu-ibu rumah tangga muda, dengan pelajaran diberikan setiap hari selama 3 jam di sebuah Masjid Pasar Usang, Padang Panjang, dengan sistem halaqah.15 Dalam perkembangannya, sekolah ini menjadi pesantren dan hanya menerima murid perempuan yang belum menikah.

Tujuan akhir Rahmah adalah meningkatkan kedudukan kaum perempuan dalam masyarakat melalui pendidikan modern yang berlandaskan prinsip-prinsip Islam. Ia percaya bahwa perbaikan posisi kaum perempuan dalam masyarakat tidak dapat diserahkan kepada pihak lain, hal ini harus dilakukan oleh kaum perempuan sendiri." Melalui lembaga seperti itu, ia berharap bahwa perempuan bisa maju.16

Cita-cita dan gagasan Rahmah el-Yunusiyah tentang pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan mungkin dipengaruhi oleh pengalaman dan capaian pendidikannya sendiri. Meskipun Rahmah hanya sempat mengecap pendidikan dasardi Padang Panjang, studinya yang mendalam terhadap agama adalah sesuatu yang tidak lazim bagi seorang perempuan pada awal abad kedua puluh di Minangkabau. Ia memperoleh pendidikan melalui pengaturan khusus dengan beberapa ulama modemis yang terkemuka, dalam pola kaum muda di zamannya. Selain itu, Rahmah belajar kerumahtanggaan dengan seorang bibi maternal, dan mempelajari soal kesehatan dan pemberian pertolongan pertama di bawah bimbingan enam orang dokter kelahiran India. Ia belajar senam dengan seorang guru Belanda di Sekolah Menengah Putri di Padang Panjang. Pada dasarnya Rahmah memperoleh pendidikan atas inisiatifnya sendiri, pada saat pendidikan formal bagi kaum perempuan hanya tersedla bagi segelintir orang.17

Untuk menarik minat masyarakat, baik kaum intelektual maupun kaum adat (golongan yang sangat kuat memegang faham kuno: bahwa perempuan tidak perlu bersekolah), dan khususnya kaum ibu, maka sekolah inl menggunakan tiga macam perkataan yang menjadi satu yaitu: Dinijah School Poeteri, dengan nama yang spesiflk tersebut masyarakat menjadi tertarik dan pada masa penjajahan jepang dipopulerkan dengan nama "Sekolah Diniyah Puteri", sedang pada masa sekarang dikenal dengan "Perguruan Diniyah Putri " Padang Panjang. 18 Nama ini juga sekaligus sebagai perlambang pembaharuan pendidikan agama Islam untuk wanita.

Tidak hanya Diniyyah Puteri, Rahmah juga mendirikan lembaga pendidikan Menyesal School untuk kaum Ibu yang belum bisa baca-tulis, kemudian Freubel School (Taman Kanak-kanak), Junior School (setingkat HIS), Diniyah School Puteri 7 tahun secara berjenjang dari tingkat Ibtidaiyah (4 tahun), dan Tsanawiyah (3 tahun).19

Rahmah ingin perempuan bisa menjadi sosok intelektual yang tetap pada fitrahnya dan anak didiknya menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak, karenanya ia tetap memasukkan pendidikan rumah tangga seperti menjahit, memasak dan keterampilan rumah tangga lainnya ke dalam kurikulum sekolahnya. Karena menurut Rahmah, masyarakat bisa baik bila rumah tangga dari masyarakat tersebut juga baik, karena rumah tangga adalah tiang masyarakat dan masyarakat adalah tiang negara, sebagaimana yang diajarkan oleh agama Islam. Ia menginginkan setiap wanita menjadi ibu yang baik dalam rumah tangganya, masyarakat dan sekolah. Menurut Rahmah hal ini hanya dapat dicapai melalui pendidikan.20

Bab III