DESKRIPSI DAN ANALISIS
DESKRIPSI DAN ANALISIS
Penerapan teknologi media baru (new media) bagi masyarakat Indonesia diharapkan dapat berdampak positif secara signiikan terhadap peningkatan partisipasi politik masyarakat. Teknologi
memberikan pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan teknologi dan dikelilingi teknologi dalam kehidupannya. Menurut Marshall McLuhan, manusia memiliki hubungan simbolik dengan teknologi. Kita menciptakan teknologi dan teknologi pada gilirannya menciptakan kembali siapa diri kita. Teknologi media telah menciptakan revolusi di masyarakat, karena masyarakat sudah sangat tergantung kepada teknologi dan tatanan masyarakat terbentuk berdasarkan pada kemampuan masyarakat menggunakan teknologi. Ia melihat, media berperan menciptakan dan mengelola budaya, kebebasan berekspresi, hingga budaya berdemokrasi.
Media baru yang salah satunya ialah internet memiliki karakteristik kebebasan dan pengaturan diri sendiri, yang juga merupakan ciri utama demokrasi yang sesungguhnya. Berarti tidaklah mengejutkan kalau teknologi komputer dinyatakan sebagai alat terbaru dan terbaik untuk meningkatkan keterlibatan dan partisipasi dalam demokrasi. Maraknya aksi politik internet dalam bentuk lash mob dan kelompok aktivis online, dimana mereka menulis sesuatu tentang kampanye, PEMILU, dan elemen demokrasi lainnya pada blog mereka. “Blog merupakan inovasi pertama internet yang membuat perubahan nyata pada pemilihan politik” menurut salah satu Profesor dari Universitas Stanford, Lawrence Lessig.
Perkembangan media internet yang pesat sejak dekade 1990, dijelaskan oleh Mark Poster dalam bukunya “The Second Media Age”. Buku ini menandai kelahiran era baru. dimana teknologi yang bersifat interaktif dan komunikasi jejaring, khususnya internet, mampu mengubah masyarakat. Ide tentang the second media age sebenarnya telah ada sejak tahun 1980-an. (Littlejohn, 2008). Pertama, hilangnya konsep “media” dari komunikasi “massa” menuju beragam media yang berjenjang dari sangat luas ke media personal. Kedua, konsep tersebut mengarahkan perhatian kita kepada bentuk-bentuk media baru yang dapat berjenjang dari informasi dan pengetahuan individual hingga interaksi. Ketiga, tesis dari the second media age membawa medium theory yang relatif tidak dikenal pada tahun 1960-an menuju popularitas yang dibarukan pada tahun 1990-an.
Seminar Besar Nasional Komunikasi
Tabel 1. Perbedaan Karakteristik The First Media Age (web 1.0) dan The Second Media Age (web
No.
The First Media Age The Second Media Age
1 Produksi yang tersentralisasi (one to
Produksi yang desentralisasi
many)
2 Komunikasi satu arah
Komunikasi dua arah
3 Tidak memiliki kecenderungan
Cenderung dalam kondisi mengendalikan mengendalikan
Reproduksi stratiikasi sosial dan
Reproduksi Demokrasi (demokratisasi) ketidaksetaraan melalui media
5 Khalayak massa terfragmentasi
Mempromosikan kesadaran individual
6 Membentuk kesadaran social
Berorientasi secara individual
Media internet memiliki sejumlah kelebihan, antara lain: (1) kemampuan untuk menembus batas wilayah, ruang, dan waktu; (2) memperluas akses memperoleh informasi global; (3) meningkatkan kemampuan untuk berserikat secara bebas; (4) mengancam tatanan yang telah mapan, seperti pemerintah otokrasi; serta (5) memiliki kecepatan perkembangan dan penyebaran yang sulit diatasi. Berkat kelebihan yang dimilikinya tersebut, maka berbagai pihak yang berkepentingan untuk meraih perhatian massa menggunakan media ini. Pengguna Internet di Indonesia tahun 2013 sebanyak 82 juta pengguna dan diprediksi 2014 nanti akan mencapai 107 juta (sumber APPJI), jelas ini angka yang besar jika dihitung dari 187 juta calon pemilih di PEMILU 2014.
Dilihat dari perkembangan media sosial di internet, terutama yang populer digunakan di Indonesia, maka awal popularitas media sosial berbasis internet 2.0 adalah friendster. Di awal tahun 2000an, Friendster memulai demam media sosial di internet. Popularitas friendster tergerus dengan kehadiran Facebook yang menawarkan fasilitas lebih variatif. Facebook secara cepat menjadi situs sosial media yang paling banyak diminati, bahkan berdasarkan tabel 2 menunjukkan Indonesia duduk di peringkat ketiga pengguna terbanyak. Para aktor politik dapat memanfaatkan Facebook sebagai media untuk menjaring popularitas. Sebaliknya, khalayak menjadikan Facebook sebagai media untuk menumpahkan pendapatnya tentang fenomena komunikasi politik yang terjadi.
Tabel 2. Negara dengan penduduk yang menggunakan Facebook terbanyak di Dunia
Seminar Besar Nasional Komunikasi 325
Demam Facebook mereda, berikutnya disusul Twitter yang hanya menyediakan 140 karakter untuk menulis kicauan pendek (tweet), menjadi fenomena yang mengglobal. Follower di akun Twitter memperlihatkan popularitas pemilik akun twitter tersebut. Para aktor politik juga dapat memanfaatkan Twitter dengan meraih follower (pengikut) sebanyak-banyaknya di akun twitter- nya. Sebagaimana Facebook, khalayak juga menjadikan twitter sebagai sarana menyuarakan suara politiknya agar terdengar khalayak luas, setidaknya oleh follower-nya di Twitter. Pemilihan presiden Amerika Serikat, yang dimenangkan Barrack Obama, salah satunya mengguna-kan akun twitter sebagai media kampanyenya. Indonesia menempati urutan kelima pengguna Twitter terbanyak di Dunia, hal ini dapat disimak pada graik 1 berikut ini :
Graik 1. Negara dengan penduduk yang menggunakan Twitter terbanyak di Dunia
Belum selesai di Twitter, kini merebak social media lain yang menawarkan interatiitas secara lebih bervariatif. Instagram muncul dengan platform web 2.0 yang mengetengahkan foto sebagai obyek berbagi antar penggunanya, sedangkan di Path para penggunanya dapat membagikan berbagai aktiitas yang mereka kerjakan, termasuk photo, music, ilm, novel dan quote yang ingin dipublikasikan saat itu. Berbeda dengan WeChat, Line dan Kakao yang fokus pada remaja, dimana keunggulan yang ditawarkan adalah ketersediaan variasi emoticon atau sticker untuk mengekspresikan bahasa dan perasaan secara lebih non verbal.
Graik 2. Peningkatan Pengguna LINE di seluruh Dunia
Seminar Besar Nasional Komunikasi
Internet berkembang menjadi media yang mampu mewadahi aspirasi publik, sehingga media ini bisa disebut sebagai ruang publik. Berkaitan dengan ruang publik, maka ada tiga dimensi ruang publik (public sphere) menurut Jurgen Habermas yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan internet berperan dalam diskusi publik. Pertama, ruang publik menuntut terjadinya sebuah ‘forum’ yang bisa diakses oleh sebanyak mungkin orang, dimana berbagai pengalaman sosial dapat diekspresikan dan dipertukarkan. Kedua, dalam ruang publik, berbagai pendapat dan pandangan dibenturkan melaluyi diskusi rasional. Ketiga, kontrol secara sistematis dan kritis atas kebijakan pemerintah adalah tugas utama ruang publik. Tiga hal tersebut dapat ditemui dengan mudah di internet. Berbagai diskusi dapat dilakukan melalui internet dengan melibatkan sebanyak mungkin partisipan. Para pengguna internet yang terlibat dalam diskusi juga dalam posisi yang setara, sehingga berbagai pendapat dapat dibenturkan secara rasional.
Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa sarjana menyebut pemikiran McLuhan dengan sebutan technological determinism, yaitu paham bahwa teknologi bersifat determinan (menentukan) dalam membentuk kehidupan manusia. Pemikiran McLuhan sering juga dinamakan teori mengenai ekologi media (media ecology) , yang dideinisikan studi mengenai lingkungan media, gagasan bahwa teknologi dan teknik, mode informasi dan kode komunikasi memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. McLuhan memandang penemuan teknologi sebagai hal yang sangat vital karena menjadi ekstensi dari kekuatan pengetahuan (kognitif) dan persepsi pikiran manusia.
McLuhan menolak pengertian atau deinisi sempit mengenai media. Menurutnya, media bukanlah terbatas pada media massa, tetapi segala sarana, instrumen atau alat yang berfungsi memperkuat organ, indra, dan fungsi yang terdapat pada tubuh manusia. Media tidak saja memperluas jangkauan
dan meningkatkan eisiensi manusia, tetapi juga berfungsi sebagai ilter yang mengatur dan menafsirkan keberadaan manusia secara sosial. Mengadopsi fungsi media dalam menjangkau manusia seperti yang diungkapkan McLuhan, maka diharapkan media internet khususnya web 2.0 dapat meningkatkan partisipasi masyarakat pada pemilihan umum 2014 di Indonesia. Publik yang tidak menggunakan hak pilihnya (golongan putih atau umumnya disebut golput) dalam pesta demokrasi lima tahunan itu terus bertambah. Berdasarkan data pada tahun 1999 mereka yang meng- gunakan hak pilihnya tercatat masih sebesar 92,74 persen, maka di Pemilihan umum presiden RI 2004 tinggal 84,07 persen. Di PEMILU untuk memilih Presiden RI secara langsung di tahun 2009 berhasil ditekan menjadi hanya 71 persen. Kini, peran Partai Politik (Parpol) maupun Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara PEMILU diharapkan terus mensosialisasikan pentingnya PEMILU untuk mengem- balikan partisipasi publik pada PEMILU 2014, melalui media massa baik itu media cetak maupun elektronik (televisi dan radio), media baru khususnya melalui web 2.0, yaitu social media.