Tinjauan Kepariwisataan Tawangmangu
3.2. Tinjauan Kepariwisataan Tawangmangu
3.2.1. Tinjauan Fisik
3.2.1.a. Topografi dan Geologi
Tawangmangu secara keseluruhan berada pada ketinggian 1.200 mdpl dengan kemiringan tanah 1-40%. Kemiringan terbesar berada pada kawasan paling Timur dengan kemiringan lebih dari 40%. kawasan ini memiliki kemiringan tidak merata dan merupakan daerah lembah perbukitan.
Tipologi batuan Kecamatan Tawangmangu merupakan bagian dari geologi Kabupaten Karanganyar yang terdiri atas batuan hasil gunung api kwarter muda, pliestosen fasies sedimen, pleistosen fasies gunung api dan hasil gunung api kwarter tua. Klasidikasi jenis tanah wilayah kecamatan ini termasuk dalam kompleks Andosol coklat, Andosol coklat kekuningan dan Litosol.
Gambar 3.12.Insert Peta Tawangmangu
Sumber :
http://gpansorkaranganyar.blogspot.com/2011/01/q
uovadis-gp-ansor-karanganyar.html
3.2.1. b. Klimatologi
Kecamatan Tawangmangu mempunyai iklim yang bersifat tropis. Menurut data yang tertuang dalam Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2005, curah huja tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 890mm dan jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret yaitu selama 24hari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 21mm. Sedangkan jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Mei yaitu sebanyak 1hari hujan. Pada bulan Agustus tidak terjadi hujan sehingga tidak mempunyai angka curah hujan dan hari hujan. Cuaca wilayah ini seringkali berkabut sehingga kondisi klimatologi Tawangmangu ini cocok sebagai tempat rekreasi dan peristirahatan. Secara rinci banyaknya curah hujan dan hari hujan di Kecamatan Tawangmangu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Banyaknya hari hujan (HR) dan Curah Hujan (MM) Menurut Bulan dan Tempat Pengukuran Di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2005
Bulan
Tawangmangu
HR
MM
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Jumlah Tahun 2005
135
3.229 Jumlah Tahun 2004
146
3.450 Jumlah Tahun 2003
152
2.677 Jumlah Tahun 2002
138
2.642 Jumlah Tahun 2001
164
3.565 Jumlah Tahun 2000
162
3.018
3.2.1.c. Hidrologi
Kecamatan Tawangmangu dibatasi oleh Kali Timun disebelah Selatan. Selain itu wilayah Kecamatan Tawangmangu juga dialiri Kali Sikatjinggo, Kali Samin, Kali Gembong, dan Kali Gentong. Kebutuhan air yang digunakan sehari- hari berasal dari sumber air gunung dan air PAM yang dikelola oleh perussahaan Pariwisata Tawangmangu (PPT).
3.2.1.d. Potensi Biotis
· Flora
Tawangmangu yang mempunyai hutan seluas 5.511,5 Ha (hutan negara) mempunyai berbagai jenis tumbuhan yang sebagian besar merupakan hutan pinus, kayu-kayu hutan, pakis pakisan, dan semak belukar. Disamping itu Tawangmangu mempunyai potensi flora sebagai penghasil makanan sayuran dan tanaman bunga.
· Fauna
Berbagai macam fauna tersebar di hutan-hutan di Tawangmangu seperti berbagai macam hewan melata. Tetapi yang paling berpotensi untuk atraksi wisata adalah jenis burung dank era.
Tabel 3.3.Curah Hujan di Tawangmangu Sumber : Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2005
3.2.1. e. Aksesibilitas (pencapaian)
Kecamatan Tawangmangu dapat dicapai dari 2 jalur utama pencapaian yaitu :
· Barat : melalui Kota Surakarta-Karanganyar-Tawangmangu dengan jarak
kurang lebih 42 km dari Kota Surakarta. · Timur : melalui Jawa Timur (Kabupaten Magetan) yairu Sarangan-
Tawangmangu dengan jarak kurang lebih 13 km. · Pencapaian dari arah lain adalah Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sragen.
3.2.1.f. Penggunaan lahan
Dari keseluruhan wilayah kecamatan Tawangmangu seluas 7.003,16 Ha maka area terbangun yang ada saat ini adalah 619,20 Ha (8,84%). Penggunaan lahan paling dominan adalah untuk hutan (59,79%).
3.2.2. Fasilitas Umum dan Wisata
3.2.2.a. Fasilitas Akomodasi Penginapan
Fasilitas akomodasi penginapan yang ada berupa hotel dan villa milik pribadi. Dengan penyebaran yang terkonsentrasi di jalur utama (jalan Lawu) kondisi bangunan yang ada padat berbaur dengan permukiman penduduk disekitar obyek wisata.
Gambar 3.13. Villa di Tawangmangu
Sumber :
http://globalrancangselaras.com/pribadi/rekreasi.htm
3.2.2.b. Fasilitas Perdagangan
Fasilitas perdagangan yang berada di Tawangmangu berupa :pasar, pertokoan, kios serta PKL. Pada umumnya menyebar dan berada di lingkungan obyek wisata. Pedagang kaki lima yang banyak terdapat disekitar obyek wisata sebagian besar adalah pedagang buah, sayuran, dan tanaman hias. Pertokoan terkonsentrasi disepanjang jalan Lawu. Fasilitas perdagangan berupa pasar berada di desa Tawangmangu, fasilitas pelayanan lebih dominan digunakan untuk masyarakat disekitar dibandingkan sebagai pelayanan wisata.
3.2.2.c.Fasilitas Perkantoran
Perkantoran yang ada adalah kantor kecamatan, kantor desa, kantor Pariwisata Tawangmangu, koramil dan polsek yang seluruhnya berada di Desa Tawangmangu.
a. Perumahan Permukiman penduduk asli pada umumnya dengan kondisi yang perlu ditingkatkan lagi, sedang perumahan kaum pendatang sudah lebih baik, sehingga keberadaan permukiman milik pendatang yang menonjol. Terdapat permukiman dengan kondisi yang tidak teratur disekitar Jl.Lawu karena sudah berbaur dengan penginapan, warung dan pertokoan.
Gambar 3.14. Pasar Tawangmangu
Sumber : http://grosirbatiksolo.wordpress.com/2011/03/04/wisata-
minggu-ini-air-terjun-grojogan-sewu-tawangmangu/
b. Fasilitas Transportasi Jalan Lawu merupakan jalur utama menuju Tawangmangu yang merupakan kolektor sekunder yang menghubungkan antara Kawasan Tawangmangu dengan Karanganyar (27 km), Surakarta (42 km) serta menghubungkan dengan obyek wisata Telaga Sarangan di Jawa Timur. Sarana pengangkutan di wilayah ini dilayani trayek AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi) dengan trayek Solo-Tawangmangu. Angkutan plat hitam juga beroperasi di wilayah ini terutama didaerah yang belum terlayani oleh rute angkutan umum. Sebagai daerah pariwisata andalan, kawasan Kota Tawangmangu belum didukung oleh sarana transportasi berupa angkutan wisata yang khusus melayani perjalanan wisata bagi para wisatawan domestic dan mencanegara. Angkutan paratransit yang beroperasi di wilayah Tawangmangu berupa ojek yang banyak dijumpai disekitar terminal Tawangmangu dan kuda yang banyak dimanfaatkan sebagai angkutan wisata.
c. Fasilitas obyek wisata Obyek wisata yang ada di Tawangmangu antara lain hutan Sekipan, hutan wisata Pringgondani, Grojogan Sewu, Camping Tawangmangu, pemandian air hangat Cumpleng, permukiman dukuh Pancod, taman ria Balekambang. Atraksi wisata yang dapat disajikan antara lain tradisi Mondosio, Labuhan, Kethoprak, dll.
d. Fasilitas pelayanan penunjang Fasilitas ini berupa sarana hiburan umum meliputi tempat billiard, rumah makan, dan restoran, took souvenir, panti pijat dan lain-lain.
3.2.3. Konsep pengembangan Utilitas
Komponen utilitas yang perlu mendapat perhatian khusus adalah air bersih, listrik, sampah, dan drainase.
a. Penyediaan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi.Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kawasan Pengembangan Kota Tawangmangu telah tersedia jaringan air bersih yang disediakan oleh PDAM namun pelayanannya masih belum dapat menjangkau seluruh masyarakat sehingga pemenuhan akan kebutuhan air bersih diperoleh dengan membangun sumur secara swadaya. Untuk kedepannya, diharapkan distribusi pelayanan air bersih oleh PDAM dapat lebih merata sehingga masyarakat yang belum terjangkau oleh PDAM dapat terlayani.
b. Listrik Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu diperlukan pembangunan jaringan listrik untuk memperluas jangkauan pelayanan pada masyarakat. Jaringan listrik di Kawasan Pengembangan Kota Tawangmangu sudah menjangkau di seluruh kawasan akan tetapi dalam pengembangannya perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan khususnya di beberapa ruas jalan lingkungan yang masih belum tersedia penerangan umum.
c. Persampahan Untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sehat dan indah diperlukan adanya sistem pengelolaan sampah yang baik. pengelolaan sampah yang dilakukan di RDTRK Pengembangan Kota Tawangmangu baru terbatas pada sampah pasar (secara intern), sedangkan sampah yang dihasilkan oleh penduduk masih dikelola oleh masing-masing penduduk yang bersangkutan dengan cara ditimbun atau dibakar. Pengelolaan sampah pasar dilakukan oleh SubDinas KP dan Dinas Pasar. Hal ini disebabkan jumlah timbunan yang dihasilkan jumlahnya sangat besar. Sampah yang dihasilkan dikumpulkan pada kontainer yang terdapat di Pasar Baledono. Pada masyarakat di daerah pasar akan membuang sampah di lokasi pasar, pada daerah dekat bantaran sungai akan dibuang di sungai atau dibakar, sedangkan di daerah permukiman c. Persampahan Untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sehat dan indah diperlukan adanya sistem pengelolaan sampah yang baik. pengelolaan sampah yang dilakukan di RDTRK Pengembangan Kota Tawangmangu baru terbatas pada sampah pasar (secara intern), sedangkan sampah yang dihasilkan oleh penduduk masih dikelola oleh masing-masing penduduk yang bersangkutan dengan cara ditimbun atau dibakar. Pengelolaan sampah pasar dilakukan oleh SubDinas KP dan Dinas Pasar. Hal ini disebabkan jumlah timbunan yang dihasilkan jumlahnya sangat besar. Sampah yang dihasilkan dikumpulkan pada kontainer yang terdapat di Pasar Baledono. Pada masyarakat di daerah pasar akan membuang sampah di lokasi pasar, pada daerah dekat bantaran sungai akan dibuang di sungai atau dibakar, sedangkan di daerah permukiman
d. Drainase Jaringan drainase pada prinsipnya terdiri dari jaringan saluran terbuka dan saluran tertutup. Sistem jaringan terbuka sangat memudahkan dalam pemeliharaannya tetapi membutuhkan pengawasan yang teratur dan kesadaran masyarakat yang cukup tinggi untuk menjaga kebersihannya. keberadaan jaringan drainase di RDTRK Pengembangan Kota Tawangmangu belum sepenuhnya tersedia,bahkan saluran drainase di sepanjang jalan tidak beroperasi dengan baik. Selama ini saluran drainase yang ada cenderung bersifat kering karena jumlah air permukaan yang ditampung tidak terlalu besar. Akan tetapi sejauh ini saluran di sekitar pasar telah berfungsi dengan baik untuk menampung jumlah air yang berlebihan di sekitar kawasan tersebut.
3.2.4. Kawasan Kota Tawangmangu
Kota Tawangmangu sebagai pusat Sub Wilayah Pengembangan (SWP) IV di Kabupaten Karanganyar berdasarkan Peraturan Daerah Karanganyar Nomor 10 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar memiliki peran strategis dalam konstelasi regional. Sesuai dengan rencana pengembangan sistem perkotaan Kabupaten Karanganyar , Sub Wilayah
Pengembangan (SWP) IV mempunyai potensi pengembangan pada sektor pariwisata, perhubungan, perkebunan, pertanian hortikultura dan perdagangan. Kawasan kota ini dilengkapi dengan sarana prasarana perkotaan yang berada disepanjang jalan utama kawasan sebagai bentuk pelayanan bagi daerah sekitarnya, seperti pasar, terminal, bank, dan sebagainya. Keberadaan sarana prasarana tersebut relatif berdekatan sehingga memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan publik. Sebagai salah satu ikon/andalan pariwisata Propinsi Jawa Tengah Tawangmngu masuk dalam wilayah pengembangan Pariwisata A, karena kota Tawangmangu masuk dalam wilayah Kabupaten Karanganyar, dimana objek wisata Tawangmangu masuk dalam koridor Borobudur-Prambanan dan Surakarta. Kota Tawangmangu berkembang pesat dan ditunjang pembangunan jalan alternatif Tawangmangu –Sarangan (Magetan).
Peningkatan akses Kawasan Kota Tawangmangu merupakan imbas positif dari pembangunan jalan tersebut, disamping dukungan dari saran transportasi baik angkutan umum maupun paratransit (misal objek wisata kuda) yang juga berperan sebagai angkutan wisata.
Diwaktu mendatang dimungkinkan terjadinya peningkatan arus penumpang dan barang yang melintasi kawasan ini. Data LHR (Lalu Lintas Harian Rata-rata) tahun 2001 untuk ruas jalan Karanganyar-Batas Jatim sebesar 6.378 smp dan diperkirakan naik menjadi 15.872 smp pada tahun 2019 (Tatrawil Provinsi Jawa Tengah tahun 2003-2018). Kondisi ini perlu disikapi dan memerlukan tindak lanjut untuk menangkap peluang-peluang potensial bagi tumbuh kembang Kawasan Kota Tawangmangu.
Pembangunan jalan altrenatif tersebut juga menstimulasi pembangunan kawasan yang berada disekitarnya.Fenomena yang seringkali terjadi dalam konteks keruangan adalah terjadinya perubahan guna lahan terutama dari guna lahan pertanian menjadi non pertanian seperti perdagangan jasa dan permukiman. Dengan karaktristik alam berupa daerah pegunungan dan memiliki elevasi tanah Pembangunan jalan altrenatif tersebut juga menstimulasi pembangunan kawasan yang berada disekitarnya.Fenomena yang seringkali terjadi dalam konteks keruangan adalah terjadinya perubahan guna lahan terutama dari guna lahan pertanian menjadi non pertanian seperti perdagangan jasa dan permukiman. Dengan karaktristik alam berupa daerah pegunungan dan memiliki elevasi tanah
Besarnya pengaruh kegiatan utama kawasan berupa aktifitas wisata dan opertanian hortikultura memberikan cirri tersendiri bagi perkembangan kawasan. Strategi pengembangan Kawasan Kota Tawangmangu adalah dengan mengoptimalkan kegiatan pariwisata dan pertanian hortikultura sebagai motor penggerak perekonomian dan pertumbuhan kawasan menuju ekowisata yang berkelanjutan (sustainable ecotourism). Ekowisata merupakan wujud dari pariwisata berkelanjutan sebagai suatu paradigm baru yang mempunyai pemahaman yang luas, meliputi aspek sumber daya alam, dan sumber daya manusia serta lingkungan yang membentuknya yang meliputi: Abiotic, Biotic, Culture (ABC) .
Gambar 3.15. Peta Kontur karanganyar
Sumber :www.bakosurtanal.go.id
Aspek penting lain yang harus diperhatikan dalam pengembangan kawasan ini adalah masyarakat sebagai subjek pembangunan yang diarahkan untuk dapat membangkitkan semangat kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang menuju kemandirian kawasan. Hal ini sesuai dengan prinsip suatainable development, yaitu community participation (partisipasi masyarakat). Dalam konteks keruangan, Kawasan Kota Tawangmangu menghadapi permasalahan, diantaranya :
1. Perkembangan pembangunan di Kawasan Tawangmangu ini sangat pesat, hal ini perlu dipacu oleh dibukanya jalur Karanganyar-Tawangmangu-magetan (termasuk kawasan perbatasan) yang telah memiliki Rencana Tata Bangunan dan lingkungan (RTBL) dan sudah dapat dioperasionalkan. namun perlu disinkronkan dengan pengembangan Kota Tawangmangu karena saat ini arahan pengembangan pusat kotanya belum memiliki panduan.
2. Perkembangan kawasan Wisata Tawangmangu yang mengarah pada pengembangan rumah villa perlu dipadukan dengan rencana pengembangan pusat kota serta keseimbangan terhadap kawasan perhutani danlingkungan alam lereng Gunung Lawu.
Jika dikaitkan dengan eksisiting struktur ruang kota Tawangmangu yang berpola ribbon pattern (pola pita), maka fenomena tersebut seyogyanya diperhatikan. karakteristik jalan di kota ini memiliki pola pita yang terbentang secara linear dan berkombinasi disekitar jalan (membentuk cluster/kelompok). Mengingat hal ini lazim terjadi pada kota-kota di Indonesia yang berada di kawasan pegunungan dengan ketinggian yang relatif curam. Struktur ruang kota Tawangmangu secara alamiah dan perkembangan kotanya berlangsung secara sporadis. Untuk mengatasi sprawl peupun leap frogging (pertumbuhan yang meloncat), maka perlu diantisipasi dengan pendekatan melalui struktur ruang yang ada.
Arah pergerakan dari aktivitas utama kota yang berkembang saat ini (pariwisata,pertanian dan perdagangan) masih bercampur dalam satu ruas jalan (koridor jalan utama kota). Masing-masing aktivitas memiliki karakter yang berbeda, seperti halnya aktivitas pariwisata. Sehingga pola pergerakan dari ketiga aktivitas tersebut perlu diarahkan untuk dapat mendukung perkembangan kota itu sendiri. Kondisi ini dimaksdukan agar interaksi keruangan semakin besar dari guna lahan yang ada.
Melihat karakteristik dan potensi kawasan ini maka perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Kota Tawangmangu akan mengatur rencana detail rinci mengenai peran dan fungsi penggunaan lahan, fasum-fasos dan sarana- prasarana dan manajemen ketataruangan yang dapat mengakomodasi permasalahan tersebut diatas. Dengan kata lain produk perencanaan merupakan solusi (berfungsi sebagai acuan pengembangan dan kontrol) yang dapat mengakomodasi kepentingan stakeholders dan pengembangan kawasan. RDTR Kawasan Kota Tawangmangu ini mengambil tema “Intertwinned Ribbon”. Tema ini berarti struktur pita yang saling menjalin yang mampu mengakomodasi penyatuan, persinggungan dan pemisahan berbagai aktivitas (di wilayah perecanaan).
3.2.5. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501).
b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaga Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 Tentang Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang Daerah.
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang Daerah.
f. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
g. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah.
h. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
i. Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 10 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar.
j. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Ibukota Kecamatan
Tawangmangu 1990/1991-2009/2010. k. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Wisata
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Tahun 2005. l. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Kabupaten
Karanganyar.
3.2.6. Kebijakan pariwisata Tawangmangu
Dalam Perda Nomor 7 tahun 1981, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah menetapkan penyerahan 6(enam) urusan pariwisata kepada Kabupaten dalam rangka mewujudkan otonomi nyata bagi Kabupaten. keenam urusan tersebut adalah usaha pengelolaan objek wisata, rumah makan, pariwisata, pramuwisata khusus, usaha rekreasi dan hiburan umum serta penginapan remaja serta promosi pariwisata daerah.
Kenyataan tersebut dimaksudkan untuk lebih mendorong pembangunan di daerah-daerah secara mandiri sehingga akan menciptakan lapangan kerja baru, Kenyataan tersebut dimaksudkan untuk lebih mendorong pembangunan di daerah-daerah secara mandiri sehingga akan menciptakan lapangan kerja baru,
Kabupaten Karanganyar merupakan daerah tujuan wisata (ODTW) Sub A bersama dengan Surakarta merupakan wilayah yang mempunyai potensiyang cukup baik dibidang pariwisata dengan asset alamiahnya yang paling dominan. Perkembangan pariwisata di Kabupaten Karanganyar dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, melonjak sampai menduduki peringkat kedua pada DTW Merapi-Merbabu setelah Kota Semarang. Hali tersebut diatas dapat dilihat dalam table berikut ini:
Jumlah Paket Wisata Dan Wisatawan Yang Menginap Di ODTW Merapi-Merbabu
NO Kawasan Merapi- Merbabu
Paket Wisatawan
1 Kota Semarang
2 Kodya Surakarta
3 Kab.Semarang
4 Kab.Karanganyar 117
5 Kab. Wonosobo
Wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah. dengan penambahan atau perbaikan objek wisata akan dapat meningkatkan pendapatan. Berikut table yang menunjukkna peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Karanganyar.
Tabel 3.4. Jumlah Paket Wisata Dan Wisatawan
Yang Menginap Di ODTW Merapi-Merbabu
Sumber : Kantor Statistik Kab.Karanganyar
Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Karanganyar Tahun
Jumlah Wisatawan
Jumlah Pendapatan
Sesuai dengan rumusan identitas Kabupaten Karanganyar yaitu sebagai wilayah industry, pertanian dan pariwisata (INTANPARI) maka upaya percapatan laju pembangunan pariwisata perlu ditingkatnkan untuk mencapai optimal. Untuk tujuan itu, maka Kabupaten Karanganyar mengadakan penataan ruang berdasarkan pada perhitungan dan perkembangan penduduk, dilain pihak berdasarkan ketersediaan dan pengembangan lahan.
3.2.7. Potensi dan Prospek Pariwisata Tawangmangu
Tawangmangu yang terletak di lereng Gunung Lawu, memiliki potensi alam yang dapat dikatakan sebagai natural assetnya. Dalam pengembangannya sebagai daerah tujuan wisata, kondisi dan potensi alam spesifik yang dimiliki Tawangmangu dapat menjadi suatu daya tarik wisata (Tourist Attraction). Dan daya tarik wisata tersebut merupakan modal yang harus dikembangkan sehingga menarik kunjungan wisata. Modal wisata yang dikembangkan menjadi suatu
Tabel 3.5. Pendapatan Asli Daerah Sektor
Pariwisata Kabupaten Karanganyar
Sumber : Dinas Pariwisata Kab.Karanganyar
daya tarik wisata, dapat berupa penangkap wisatawan (tourist catcher) dan panahan wisatawan (tourisy holder). Penangkap wisatawan adalah daya tarik wisata yang pada umumnya hanya dikunjungi sekali, seperti kraton, candi dan sebagainya. Sedangkan panahan wisatawan adalah daya tarik wisata yang pada umumnya dinikmati lebih dari satu kali oleh wisatawan dalam satu kali kunjungan dalam arti bahwa wisatawan tersebut dapat tinggal selama berhari-hari sambil melakukan kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi dan daya tarik wisata yang ada, seperti pemandangan alam, pegunungan, pantai laut, danau, dan sebagainya. Potensi-potensi obyek wisata yang dikembangkan sebagai modal wisata yang menjadikan Tawangmangu eksis sebagai daerah tujuan wisata dapat dilihat pada table dibawah ini :
Potensi Daya Tarik Obyek Wisata di Kecamatan Tawangmangu
NO
Desa
Nama Sarana Rekreasi
1 Bandardawung Patilasan Syeh Maulana Magribi, Jabal Kanil
2 Sepanjang
3 Tawangmangu
Goa Maria, Candi Manggang
4 Kalisoro Taman Ria Balekambang, Grojogan Sewu, Hutan Wisata Sekipan
5 Blumbang Taman Hiburan Camping, Hutan Wisata Pringgondani
6 Gondosuli
Hutan Wisata Cemoro Sewu
Pemandian Air Panas Cumpleng Pemandian Air Panas Cumpleng
· Hutan wisata Sekipan · Hutan wisata Pringgondani · Hutan wisata Grojogan Sewu · Wisata alam sumber air hangat Cumpleng
b. Obyek wisata budaya dan ziarah
· Permukiman, Tradisional Dukuh Pancod · Candi Menggang (tahap pengembangan) · Ziarah Jabal Kanil (tahap pengembangan)
c. Obyek wisata binaan manusia
· Taman Ria Balekambang · Taman Ria Suralaya
d. Obyek wisata kesenian
Beberapa atraksi wisata berupa kesenian yang berkembang di Kawasan ini antara lain :
· Reog · Kethoprak · Tradisi mondosio · Labuhan
Dari sekian jumlah obyek wisata yang ada di wilayah Kecamatan
Tawangmangu, obyek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan dan yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat adalah Grojogan Sewu. Sedangkan obyek wisata lainnya kurang dikenal oleh wisatawan, terutama yang berasal dari luar daerah. Untuk memajukan dan mengenalkan semua obyek wisata yang ada di wilayah Tawangmangu diperlukan suatu trik khusus. Salah satunya adalah membuat semacam paket wisata dimana dalam satu paket wista tersebut meliputi semua obyek wisata sehingga wisatawan akan mengenal semua obyek wisata yang terdapat di wilayah Tawangmangu. Route yang ditempuh dalam paket wisata ini Tawangmangu, obyek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan dan yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat adalah Grojogan Sewu. Sedangkan obyek wisata lainnya kurang dikenal oleh wisatawan, terutama yang berasal dari luar daerah. Untuk memajukan dan mengenalkan semua obyek wisata yang ada di wilayah Tawangmangu diperlukan suatu trik khusus. Salah satunya adalah membuat semacam paket wisata dimana dalam satu paket wista tersebut meliputi semua obyek wisata sehingga wisatawan akan mengenal semua obyek wisata yang terdapat di wilayah Tawangmangu. Route yang ditempuh dalam paket wisata ini
Paket wisata dilayani dengan kendaraan berupa mini bus sehingga diperlukan tempat parkir untuk bus wisata. Pusat belanja barang-barang/komoditi khusus dari wilayah ini perlu disediakan juga agar wisatawan dapat dengan mudah mendapatkan oleh-oleh khas dari daerah tujuan wisata ini. Lokasi dari tempat parkir bus dengan pusat belanja komoditi khas bisa dijadikan satu karena kedua kegiatan ini saling mendukung dan saling menguntungkan.
3.2.8. RUTRK – IKK Tawangmangu
RUTRK adalah rencana pemanfaatan ruang kota yang disusun untuk menjaga keserasian pambangunan antar sektor dalam rangka pelaksanaan program pambangunan kota. RUTRK Tawangmangu mempunyai tujuan yang salah satunya pelestarian lingkungan hidup, potensi alami maupun binaan manusia yang bernilai sumber air maupun sumber daya alam lainnya.
Sesuai dengan dasar peranan bernilai sumber daerah pendukung pusat pengmbangan maka kegiatan-kegiatan sektor yang dapat dikembangkan di Kota Kecamatan Tawangmangu adalah : · Sektor penunjang · Sektor perdagangan · Sektor penunjang pariwisata dan perhubungan
Menurut rencana strutur Kota Tawangmangu sampai dengan tahun 2010 fungsi primer yang akan dikembangkan di Kota kecamatan Tawangmangu adalah:
· Pelayanan transportasi · Perdagangan sayur-mayur · Rekreasi wisata alam
Rekreasi wisata alam yang ada berupa air terjun dengan istilah daerahnya Grojogan Sewu, wisata ini berdampak positif bagi kota Tawangmangu termasuk asset wisata Jawa Tengah yang potensial. Untuk menunjang wisata perlu adanya sub terminal yang lokasinya berdekatan dengan objek wisata didekat lokasi wisata (air terjun dan camping ground). Sedangkan fungsi sekunder yang mencakup kegiatan-kegiatan pelayanan skala kota ialah bidang rekreasi dengan penempatan loaksi di BWK II. Untuk rekreasi ini berupa fasilitas menginap dengan peran ganda dalam melayani pelayanan skala kota mupun regional. Dengan demikian pariwisata di Tawangmangu mendapatkan perhatian yang sangat besar, hal ini juga terlihat dari paket rencana penggunaan lahan kota Tawangmangu tahun 2010.
3.2.9. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota
Dalam pelaksaannya rencana penggunaan lahan di Kota Tawangmangu tidak kaku, artinya didalam setiap bagian wilayah kota yang telah ditentukan tata guna lahannya hanyalah merupakan fungsi utama dari sub bagian wilayah tersebut. Dengan demikian didalam sub bagian wilayah masih dimungkinkan berkembang penggunaan jenis lain yang menunjang/mendukung fungsi penggunaan utamanya.
Rencana Penggunaan Lahan Kota Tawangmangu Tahun 2010 NO
Jenis Penggunaan
Luas Wilayah
1 Perumahan/permukiman
± 71.158 ha
2 Perdagangan dan daerah campuran
4 Fasilitas sosial
± 9.775 ha
5 Daerah hijau
± 43.955 ha
6 Penunjang wisata/rekreasi
± 32.100 ha
7 Fasilitas pelayanan umum
3.2.10. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Bagian Wilayah Kota (BWK) II BWK II merupakan bagian wilayah kota yang diamnfaatkan untuk kegiatan- kegiatan penunjang rekreasi, dominasi penggunaan ruangnya untuk penginapan sehingga pengaturan tata bangunan harus bisa mencerminkan suasana yang alami dengan ketenangan lingkungan, baik tata letak maupun tata bangunan harus disesuaikan dengan pemanfaatan sebagai kawasan penunjang rekreasi alam. Untuk itu BWK II memang perlu diatur tersendiri mengenai tata bangunan dan tata lingkungan melalui studi perencanaan yang lebih mikro namun demikian tidak meninggalkan aturan-aturan yang telah ada.
Tabel 3.7. Rencana Penggunaan Lahan Kota
Tawangmangu Tahun 2010
Sumber : RUTRK – IKK Tawangmangu