Deskripsi Perkembangan Variabel

L. Deskripsi Perkembangan Variabel

1. Perkembangan Produk Domestik Bruto di Indonesia

Produk Domestik Bruto yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dari Produk Domestik Bruto dengan harga konstan. Perkembangan produk domestik bruto Indonesia selama periode penelitian dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Selama periode 1985-2010 PDB Indonesia mengalami peningkatan rata-rata 4,98 persen per tahun. Peningkatan PDB paling tinggi terjadi pada tahun 1993 (8,50 %) dengan nilai PDB 1.151.490,20 milyar rupiah dan paling rendah pada tahun 1998 (-13,13 %) dengan nilai PDB 1.314.202,00 miliar rupiah. Kondisi ini disebabkan penurunan sumbangan sektor industri, perdagangan, hotel dan restoran sebagai efek krisis yang terjadi di Indonesia pertengahan tahun 1997. Perkembangan Produk Domestik Bruto dapat dilihat pada gambar

Gambar 4.1 Plot PDB Tahun 1985 – 2010 Sumber : Hasil Olahan Eviews 6.0

mengalami peningkatan tiap tahun. Pada tahun 1999 ekonomi bertumbuh sekitar 0,79%. Namun setelah itu, pertumbuhan ekonomi berangsur-angsur normal di tahun 2000. Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2007 menjadi titik awal perbaikan ekonomi untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi di atas 6 %, dimana pada tahun-tahun sebelumnya hanya tercapai antara 4 – 5 %. Walaupun pada tahun 2007, perekonomian Indonesia dibayangi oleh gejolak eksternal sebagai efek dari terjadinya krisis di Amerika Serikat, tetapi tahun – tahun berikutnya terus meningkat. Tingginya konsumsi masyarakat yang selama ini mendominasi dan menjadi faktor penting meningkatnya angka produk domestik bruto tahun 2010 yang mencapai angka 2.313.838,00 miliar rupiah.

2. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia

Salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah investasi. Kegiatan penanaman modal menghasilkan investasi yang diharapkan akan menambah persediaan modal. Peningkatan persediaan modal ini akan meningkatkan produktivitas, kapasitas dan kualitas produksi. Perkembangan investasi di Indonesia dimulai dengan terbitnya UU No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang disempurnakan dengan UU No. 11 Tahun 1970.

Perkembangan penanaman modal asing di Indonesia selama periode penelitian dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan Perkembangan penanaman modal asing di Indonesia selama periode penelitian dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan

Gambar 4.2 Plot PMA Tahun 1985 – 2010

Sumber : Hasil Olahan Eviews 6.0

Pada tahun 1985 jumlah PMA yang disetujui adalah sebesar 145,70 juta dolar dan pada tahun 1997 jumlah PMA yang disetujui sebesar 33.832,5 juta dolar. Keadaaan ini menunjukkan bahwa Indonesia masih diminati oleh investor asing. Meskipun demikian, saat ini memang sedang terjadi kecenderungan penurunan penanaman modal asing yang masuk ke Indonesia sejak terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998. Suatu penurunan yang cukup tajam dari jumlah PMA yang disetujui pada tahun 1998 jumlah PMA yang disetujui turun menjadi 13.563,10 juta dolar bila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 33.832,5 juta dolar dan sampai tahun 2002 jumlah PMA di Indonesia terus menurun.

Pada tahun 2003, realisasi PMA meningkat kembali sebesar 34,92

Tahun 2006 realisasi PMA hanya mencapai 5,977 juta US$. Tahun-tahun selanjutnya PMA tumbuh melambat. Peningkatan investasi pada tahun 2010 semakin membaik, hal tersebut menambah kapasitas perekonomian sebagaimana diindikasikan oleh meningkatnya peran investasi non bangunan khususnya investasi mesin.

3. Perkembangan Utang Luar Negeri di Indonesia

Utang luar negeri terbagi menjadi utang luar negeri pemerintah dan utang luar negeri swasta. Utang luar negeri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah utang luar negeri pemerintah. Awalnya tujuan dari utang luar negeri adalah sebagai dana pendamping untuk pelaksanaan pembangunan, namun karena adanya persetujuan utang luar negeri terus menerus mengakibatkan utang luar negeri dijadikan andalan untuk melaksanakan pembangunan di Indonesia. Dalam perkembangannya utang luar negeri tidak saja digunakan untuk pembangunan prasarana dan sarana, tetapi juga digunakan untuk pengembangan industri manufaktur (Tambunan, 2008:9). Penyebab lainnya adalah karena utang luar negeri Indonesia tidak hanya digunakan untuk membiayai kebutuhan dalam negeri tetapi juga untuk membayar akumulasi dari cicilan pokok dan bunga utang luar negeri.

Pada awal periode penelitian yaitu di tahun 1985 ULN Indonesia sebesar 25.321,00 juta US$, kemudian mengalami kenaikan terus menerus

Indonesia selama periode penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.3 Plot ULN Tahun 1985 – 2010 Sumber : Hasil Olahan Eviews 6.0

Seperti yang terlihat pada gambar di atas, jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun masih tinggi. Tahun 1999, angka utang luar negeri pemerintah naik 24,97%. Angka berfluktuasi, seperti yang terjadi pada tahun 2000. Jumlah utang luar negeri menurun dari 75.720,00 juta US$ di tahun 1999 menjadi 61.897,00 juta US$ pada tahun 2000. Tahun- tahun selanjutnya mengalami kenaikan dan penurunan hingga pada tahun 2005 jumlah utang luar negeri sempat mengalami penurunan 7,99 % dibanding tahun sebelumnya. Namun keadaan ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 2008 kembali terjadi peningkatan yaitu 66.689,00 juta US$. Tahun 2008 perekonomian dunia mengalami krisis ekonomi yang dipicu oleh kasus subprime mortgage di Amerika Serikat. Krisis ini telah menyebabkan perekonomian Amerika mengalami resesi yang dalam yang Seperti yang terlihat pada gambar di atas, jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun masih tinggi. Tahun 1999, angka utang luar negeri pemerintah naik 24,97%. Angka berfluktuasi, seperti yang terjadi pada tahun 2000. Jumlah utang luar negeri menurun dari 75.720,00 juta US$ di tahun 1999 menjadi 61.897,00 juta US$ pada tahun 2000. Tahun- tahun selanjutnya mengalami kenaikan dan penurunan hingga pada tahun 2005 jumlah utang luar negeri sempat mengalami penurunan 7,99 % dibanding tahun sebelumnya. Namun keadaan ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 2008 kembali terjadi peningkatan yaitu 66.689,00 juta US$. Tahun 2008 perekonomian dunia mengalami krisis ekonomi yang dipicu oleh kasus subprime mortgage di Amerika Serikat. Krisis ini telah menyebabkan perekonomian Amerika mengalami resesi yang dalam yang

4. Perkembangan Ekspor Indonesia

Salah satu sektor penting ekonomi yang memiliki peran penunjang pembangunan ekonomi Indonesia adalah kegiatan ekspor. Dari kegiatan ekspor diperoleh devisa yang merupakan salah satu sumber dana untuk pembangunan.

Pada perkembangannya sejak tahun 1987 ekspor Indonesia didominasi oleh komoditi non migas dimana pada tahun-tahun sebelumnya masih didominasi oleh ekspor migas. Pergeseran ini terjadi setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan- kebijakan di bidang ekspor, sehingga memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspot non migas. Disisi lain muncul kesadaran untuk tidak terus-menerus mengandalkan migas sebab sebagai hasil bumi, termasuk sumber daya alam yang tak bisa diperbaharui. Oleh karena itu pilihan lain adalah meningkatkan ekspor non migas. Upaya ini bisa dibilang berhasil sebab mulai tahun 1987 laju ekspor nonmigas berpacu meninggalkan migas, malah mengambil alih sebagai kontribusi utama. Kontribusinya dalam catatan ekspor lebih dari 50%. Untuk grafik data Ekspor Tahun 1985 – 2010 dapat dilihat pada Gambar

Gambar 4.4 Plot Ekspor Tahun 1985 – 2010

Sumber : Hasil Olahan Eviews 6.0

Berdasarkan data perkembangan ekspor diatas dapat diketahui bahwa perkembangan ekspor Indonesia dari tahun 1985 hingga tahun 1997 cenderung mengalami peningkatan. Namun pada tahun 1998, ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 8,60% sebagai dampak dari krisis ekonomi pertengahan tahun 1997. Peristiwa tersebut tidak berlangsung lama, karena seiring dengan berbagai program perbaikan ekonomi yang dilakukan pemerintah, maka sejak tahun 2000 ekspor naik cukup besar yaitu 27,66% walaupun menurun di tahun 2001 dan bergerak naik ditahun 2002 hingga tahun-tahun berikutnya. Selama tahun 2004-2008 ekspor Indonesia tumbuh cukup tinggi, dari US$ 71.584,60 miliar pada tahun 2004 menjadi US$ 137.020,50 miliar pada tahun 2008. Angka ekspor menurun sebesar 14,97% ditahun 2009, namun mengalami kenaikan sebesar 35,42% ditahun 2010 dengan nilai ekspor 157.779,10 juta US$.