Ragam Jurnalistik

2. Ragam Jurnalistik

Jurnalistik, menurut Lislie Stephen, seperti yang dikutip Fraser Bond dalam buku “Pengantar Jurnalistik,” terdiri dari penulisan tentang hal-hal yang penting yang tidak anda ketahui”. Sementara Eric Hodgin mengatakan, jurnalistik adalah pengiriman dari sini ke sana dengan benar, seksama dan cepat, dalam rangka membela kebenaran, keadilan berfikir yang selalu dibuktikan. Sedang Assegaff mendefinisikan jurnalistik sebagai kegiatan untuk menyampaikan pesan atau berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media, entah media tadi media cetak maupun elektronik (Assegaff, 1985:11 dalam Mursito, BM, 1999:3).

Dalam menyampaikan berita yang dimaksud kepada masyarakat, para jurnalis dituntut terampil. Salah satunya adalah terampil dalam menulis. Pada Dalam menyampaikan berita yang dimaksud kepada masyarakat, para jurnalis dituntut terampil. Salah satunya adalah terampil dalam menulis. Pada

“Bahasa jurnalistik didefinisikan sebagai bahasa yang digunakan oleh para wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dnegan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya” (Haris Sumadiria, 2006:7).

Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang dipergunakan dalam majalah, surat kabar, televisi atau radio. Bahasa jurnalistik tidak berbeda dengan bahasa tulisan umumnya, kecuali beberapa kekhususan yang dimilikinya. Struktur atau tatanan susunan tata bahasa jurnalistik juga tidak berbeda dengan bahasa tulisan yang baku, serta tidak boleh menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia. Oleh karena itu, aturan-aturan di dalam bahasa Indonesia harus dipatuhi.

a. Karakteristik Bahasa Jurnalistik

Secara spesifik, bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahasa jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik televisi, dan bahasa jurnalistik media on line internet.

Selain harus mengikuti kaidah bahasa Indonesia, bahasa jurnalistik mempunyai sifat khusus, yaitu:

1) Lugas

2) Singkat

3) Padat

7) Netral Sifat-sifat tersebut di atas itu membedakan bahasa jurnalistik dengan bahasa

tulis lainnya seperti bahasa ilmiah. Ia berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Agar bahasa jurnalistik dapat menggugah perasaan pembacanya, ada beberapa ketentuan. Antara lain;

1) Penggunaan Kalimat Pendek

2) Penggunaan Kalimat Aktif

3) Penggunaan Bahasa Positif Mengadakan penghematan merupakan unsur yang sangat diperhitungkan. Penghematan yang dimaksud bukan saja material tetapi juga di dalam penggunaan ruangan (space) surat kabar atau majalah.

Hal lain yang harus dihindari dalam mempergunakan bahasa jurnalistik ialah menghilangkan kerancuan. Kerancuan itu merupakan masalah yang erat kaitannya dengan kebiasaan menggunakan bahasa lisan yang kurang teratur.

“Bahasa jurnalistik, senantiasa mengutamakan keringkasan dan kelugasan. Tetapi bahasa jurnalistik juga disarankan tampil variatif, segar, dan berwarna. Gaya bahasa tertentu akan membuat tulisan tersebut lebih hidup, lebih segar, berwarna dan mampu mengembangkan imajinasi serta fantasi khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa” (Haris Sumadiria, 2006:43).

b. Opini

“Opini penerbit (desk opinion) adalah pandangan, pendapat atau opini dari redaksi terhadap sesuatu masalah yang terjadi di tengah masyarakat, dan dijadikan sajian dalam penerbitannya” (Totok Djuroto, 2002:77). Opini penerbit sering juga disebut “Suara Redaksi”. Pemimpin redaksi dari masing-masing penerbitan pers lah yang mempunyai hak menulis. Akan tetapi, pada pelaksanaannya seringkali pemimpin redaksi menugaskannya kepada orang lain.

“Penulisan opini penerbit ini bisa digunakan untuk menjelaskan informasi yang disajikan, mengkritik kebijaksanaan penguasa, memberikan gambaran suasana yang terjadi di tengah-tengah masyarakat” (Totok Djuroto, 2002:77). Opini penerbit biasanya ditulis dalam beberapa bentuk, salah satunya Tajuk Rencana.

Tajuk rencana, ada juga yang menyebutnya sebagai “Catatan Redaksi”, bahasa kerennya adalah “Editorial”. Sebelum ada istilah tajuk rencana, koran-koran kuno menamakan opini penerbit ini sebagai “Induk Karangan” yang menerjemahkan bahasa Belanda “Hoofd Artikel”. Di Inggris, sebutan editorial jarang dikenal. Yang ada adalah sebutan “Leader News”. Penulisnya disebut sebagai “Leader Writer”. Dalam kamus bahasa Indonesia, karangan WJS Purwodarminto (dalam Totok Djuroto, 2002:77), tajuk rencana diartikan sebagai induk karangan pada surat kabar atau majalah.

Tajuk rencana merupakan sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. “Isi tajuk rencana senantiasa licin, didasari alasan kuat, dan meredam sekuat mungkin sikap menyerang terhadap suatu kebijakan atau isu publik” (Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, 2006:249).

“Tajuk rencana biasanya ditulis secara panjang, untuk memberikan kesempatan kepada penulisnya melakukan analisis dan menguraikan permasalahan yang ingin diungkapkannya. Tajuk rencana bisa mengkritik, “Tajuk rencana biasanya ditulis secara panjang, untuk memberikan kesempatan kepada penulisnya melakukan analisis dan menguraikan permasalahan yang ingin diungkapkannya. Tajuk rencana bisa mengkritik,