Jenis- jenis joshi Ciri ciri Joshi

Ada juga yang mengartikan istilah joshi ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah postposisi. Hal ini dikarenakan letak joshi yang selalu mengikuti kata lain, atau dibelakang kata lain. Seperti di dalam contoh kalimat tadi: watashi wa ashita pasokon o kau. Joshi wa diletakkan dibelakang kata watashi, dan joshi o setelah kata pasokon. Tidak pernah di letakkan didepan kata. Selanjutnya selain dua pengertian tadi, joshi dapat diartikan sebagai partikel. Istilah ini adalah hasil terjemahan istilah joshi ke dalam bahasa Inggris yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Partikel adalah pengertian lain dari joshi yang paling sering digunakan. Diawal kegiatan belajar mengajar misalnya, joshi lebih sering diperkenalkan sebagai partikel dibanding sebagai kata bantu, apalagi postposisi. Di dalam buku-buku pelajaran bahasa Jepangpun joshi lebih sering disebut sebagai partikel. Namun yang pasti penggunaan istilah postposisi, kata bantu, dan partikel tidak mengikat. Kita bisa menggunakan yang kita suka.

2.2 Jenis- jenis joshi

Di dalam bahasa Jepang ada begitu banyak partikel. Untuk memudahkan mempelajari dan mengenalinya maka ada pengklasifikasian. Berikut klasifikasi joshi berdasarkan penggunaannya dalam kalimat, yakni fukujoshi, kakujoshi, setsuzokujoshi, dan shuujoshi. A. Fukujoshi Fukujoshi ialah partikel yang bisa menambah arti kata lain yang ada sebelumnya. Perannya sama dengan adverbia, untuk menghubungkan kata-kata yang ada sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini ialah partikel bakari, dake, demo, hodo, ka, kiri, koso, kurai, gurai, made, mo, nado, nari, nomi, sae, shika, wa, dan yara. B. Kakujoshi Kakujoshi ialah partikel yang menyatakan hubungan satu bagian kalimat bunsetsu dengan bunsetsu lainnya. Partikel ini biasa digunakan setelah taigen. Ada juga yang digunakan untuk menyatakan hubungan nomina yang ada sebelumnya dengan predikat pada kalimat tersebut. Partikel yang termasuk ke dalam kelompok kakujoshi ialah de, e, ga, kara, ni, no, o, to, ya, dan yori, Universitas Sumatera Utara C. Setsuzokujoshi Setsuzokujoshi adalah partikel yang berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat. Umumnya dipakai setelah yoogen. Bagian kalimat sebelum setsuzokujoshi memiliki hubungan dengan bagian kalimat setelah setsuzokujoshi, dan hubungan ini diperjelas dengan keberadaan joshi diantaranya. Yang termasuk kedalamnya adalah partikel ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi, tari, te, temo, dan to. D. Shuujoshi Shuujoshi ialah partikel yang digunakan pada akhir kalimat atau akhir bagian kalimat. Fungsinya untuk menyatakan perasaan si pembicara, seperti heran, keragu-raguan, harapan, haru, dan lainnya. Fungsi ini juga dimiliki oleh kelas kata interjeksi, sehingga ada yang menyebutnya dengan istilah kandooshi. Yang termasuk kedalam kelompok kata ini adalah partikel ka, kke, nenee, nanaa, no, sa, tomo, wa, yo, ze, dan zo.

2.3 Ciri ciri Joshi

Joshi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tidak bisa berdiri sendiri. Joshi harus digabungkan dengan kata lain sehingga bisa jelas maknanya. 2. Tidak berkonjugasi 3. Dalam kalimat tidak menjadi subjek, predikat, objek, dan keterangan. 4. Selalu mengikuti kata lain atau berada di belakang kata lain. 5. Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang memberi arti pada kata lain. Universitas Sumatera Utara

BAB III PENGGUNAAN PARTIKEL “NO” DALAM BAHASA JEPANG