2.1.5 Penilaian Konsentrasi Belajar dengan Bourdon Test
Tes Bourdon adalah tes umum yang digunakan untuk persepsi visual gabungan, kewaspadaan dan konsentrasi. Tes ini telah digunakan dalam evaluasi
konsentrasi dimana subjek diinstruksikan untuk mencoret semua kelompok dari 4 titik pada kertas A4. Tes terdiri dari 21 baris, dengan masing-masing baris berisi
secara acak, delapan kelompok dari 3 titik, delapan kelompok dari 4 titik dan delapan kelompok dari 5 titik. Diameter rata-rata dari kelompok titik-titik sekitar
5mm. Para peserta ujian menandai setiap kelompok 4 titik secepat dan seakurat mungkin. Dua baris di bagian belakang, lembar tes diilustrasikan prosedur,
dengan peneliti melakukan baris pertama untuk menunjukkan bagaimana untuk melakukan tugas dan pelajar menyelesaikan baris kedua sebagai contoh. Jumlah
kelompok uncrossed dari 4 titik, kelompok titik-titik selain 4 menyebrang, dan waktu yang dihabiskanmaksimum 15 menit akan diambil untuk dievaluasi dan
dikategorikan sebagai konsentrasi baik atau buruk.
2.2. Anemia Defisiensi Besi
2.2.1. Definisi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis , karena cadangan besi kosong depleted iron store yang akhirnya mengakibatkan pembentukan haemoglobin berkurang
Bakta,2006. Anemia defiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling
parah,yang ditandai penurunan cadangan besi,konsentrasi besi serum,dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang
menurun Abdul muthalib, 2009. 2.2.2.
Etiologi Berdasarkan data dari “the third National Health and Nutrition
Examination Survey”NHANES
III,
defisiensi besi ditentukan oleh ukuran yang abnormal dari serum ferritin, transferin saturation, dan atau erhytrocyte
protophorphyrin.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Prevalensi
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mengenai Negara-negara kaya maupun miskin. Meskipun penyebab terbanyak adalah
anemia defisiensi besi , tetapi jarang timbul sebagai penyebab tunggal . Lebih sering timbul bersama-sama dengan beberapa penyakit malaria,infeksi
parasit,kekurangan gizi,dan hemoglobinopati. Akibat pentingnya penyakit ini,beberapa Negara telah menempuh langkah-langkah untuk mengurangi anemia
jenis ini khususnya pada kelompok-kelompok masyarakat yang paling rentan dan memiliki efek yanga sangat merugikan ; ibu hamil dan anak-anak. Dalam rangka
untuk mengetahui hasil dari langkah intervensi yang diambil tersebut, adekuasi dari strategi yang ditetapkan, dan kemajuan yang telah dicapai, informasi tentang
prevalensi anemia harus didapatkan. WHO dalam Global Database on Anemia berusaha mendapatkan
prevalensi anemia tersebut beserta gambaran tentang factor-faktor yang berhubungan dan menyebabkan berkembangnya anemia ini. Kenyataannya factor-
faktor ini kompleks dan saling berkaitan tetapi usaha untuk mengumpulkan data tentang factor-faktor ini penting untuk mendapatkan strategi yang tepat dalam
mengintervensi berkembangnya keadaan anemia defisiensi besi . Tidak ada satu tulisan pun yang menggambarkan prevalensi pasti
anema defisiensi besi secara global , bahkan suatu terbitan yang dikeluarkan oleh WHO yang berjudul Iron Deficiency Anemia; Assesment, Prevention, and Control
tahun 2001 menggunakan prevalensi anemia secara global untuk mewakili anemia defisiensi besi. Hal ini beralasan karena 50 dari anemia disebabkan oleh anemia
defisiensi besi. Bakta,2011 2.2.4.
Metabolisme Besi Besi merupakan elemen penting dalam fungsi seluruh sel, meskipun
jumlah besi yang dibutuhkan tiap individu bervariasi. Pada saat yang bersamaan, tubuh juga harus melindungi dirnya dari besi bebas , yang memiliki toksi tinggi
dan berpartisipasi dalam reaksi kimia yang menghasilkan radikal bebas seperti O2 atau OH
¯
tunggal. Konsekuensinya,mekanisme yang rumit telah berevolusi yang
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan besi tersedia untuk fungsi-fungsi fisiologis sementara dalam waktu yang bersamaan menjaga elemen ini dan penanganan sedemikian rupa
sehingga toksisitasnya dapat terhindar Harrison,2008. Peranan utama besi pada mamalia adalah untuk membawa oksigen
sebagai bagian hemoglobin. Oksigen juga berikatan dengan mioglobin di otot. Distribusi besi pada tubuh dapat terlihat pada table. Tanpa besi, sel dapat
kehilangan kapasitasnya untuk mengantar electron dan metabolism energy. Pada sel eritroid, sinresa hemoglobin yang buruk, menghasilkan anemia dan penurunan
hantaran oksigen ke jaringan Harrison,2008.
Tabel 2.1. Distribusi Besi Pada Tubuh Distribusi Besi
Pada Tubuh Kandungan Besi, Mg
Pria Dewasa ,80 Kg Wanita
Dewasa, 60 Kg
Hemoglobin Mioglobinenzim
Besi transferin Cadangan besi
2500 500
3 600-1000
1700 300
3 0-300
2.2.5. Absorbsi Besi
Absorbsi besi bergantung tidak hanya pada jumlah besi pada makanan, namun juga,yang lebih penting, pada bioavaibilitas besi itu sendiri, dan kebutuhan
akan besi. Absorbsi besi dapat dipengaruhi beberapa fase yang berbeda Hoffbrand,2005.
Fase luminal , besi dalam makanan dapat diolah dalam lambung kemudian siap disreap di duodenum. Fase Mukosal, proses penyerapan dalam
mukosa usus yang merupakan suatu proses aktif. Fase corporeal, meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilasi besi oleh sel-sel yang memerlukan, dan
penyimpanan besi oleh tubuh Bakta,2011.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Absorbsi Besi Dibantu oleh
Dihambat oleh
Faktor diet Peningkatan besi heme
Peningkatan makanan hewani Garam besi ferrous
Faktor luminal p H asam
Low-molecular-weight- . .
Soluble chelates .
mis.vitamin c,gula,asam ..
amino Daging
Faktor sistemik Defisiensi besi
Peningkatan eritropoesi Eritropoesis infektif
Kehamilan Hipoksia
Penurunan besi heme Penurunan makanan hewani
Garam besi ferric
Basamis.sekresi pancreas Kompleksbesi
insolublephytates,tannates pada besi, kulit padi
Besi berlebih Penurunan eritropoesis
Kelainan inflamasihepcidin
2.2.6. Siklus Besi Pada Manusia
Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang tertutup yang diatur oleh besarnya besi yang diserap usus , sedangkan kehilangan besi fisiologik
bersifat tetap. Besi diabsorbsi dari diet berkisar antara1-2 mg per hari atau pelepasan sirkulasi cadangan dalam ikatan plasma ke transferrin, besi pengangkut
protein. Besi dari usus dalam bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang dimobilisasi dari makrofag dalam sumsum tulang sebesar 22 mg untuk dapat
memenuhi kebutuhan eritropoesis sebanyak 24 mg perhari. Pertukaran waktu paruh transferri-terikat besi sangat cepat-biasanya 60-90 menit. Oleh karena,
hampir seluruh besi yang ditanspor oleh transferrin diantar ke eritroid sumsum
Universitas Sumatera Utara
tulang. Dengan perkiraan level besi plasma 80-100 ugdl, jumlah besi yang melewati transferrin adalah 20-40 mg per hari Bakta,2011.
Eritrosit yan terbentuk secara efektif yang akan beredar melalui sirkulasi memerlukan besi 17 mg, sedangkan besi sebesar 7 mg akan
dikembalikan ke makrofag karena terjadinya eritropoesis inefektif hemolisis intramedular Bakta,2011.
Pada individu normal, rentang hidup rata-rata dari sel darah merah adalah 120 hari. Sehingga 0,8-1,0 sel darah merah bertukar setiap hari. Pada
akhir masa hidupnya, sel darah merah tidak dikenali oleh sel dari sistem retikuloendotelial 9RE, setelah mengalami proses penuaan juga akan
dikembalikan pada makrofag sum-sum tulang sebesar 17 mg. Sehingga dengan demikian dapat dilihat suatu lingkaran tertutup closed circuit Bakta,2011.
Tambahan besi yang dibutuhkan untuk produksi sel darh merah harian didapat dari diet. Normalnya, pria dewasa membutuhkan absorbsi setidaknya 1
mg elemen besi per hari untuk memenuhi kebutuhan; wanita membutuhkan setidaknya 1,4 mghari. Bagaimanapun, untuk mencapai proliferasi maksimum
respon sumsum tulang terhadap anemia, tambahan besi harus tersedia. Dengan adanya stimulasi eritropoesis, kebutuhan besi meningkat sebanyak enam sampai
delapan kali lipat. Jika hantaran besi ke sumsum tulang suboptimal, respon proliferasi sumsum tulang tidak baik, maka sintesis hemoglobin akan terganggu.
Hasilnya adalah hipoproloferatif sumsum tulang diikuti anemia mikrositik hipokromik Edward,2008.
2.2.7. Penyebab Anemia Defisiensi Besi
Kondisi peningkatan kebutuhan besi, kehilangan besi, atau penurunan asupan atau absorbs besi dapat mengakibatkan defisiensi besi Edward,2008.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3.Penyebab Defiensi Besi
Penyebab Defisiensi Besi
Peningkatan kebutuhan besi Pertumbuhan cepat pada bayi dan remaja
Kehamilan Terapi Eritropoetin
Peningkatan hilangnya darah Kehilangan darah kronik
Menstruasi Kehilangan darah akut
Donasi darah Penurunan absorbsi besi
Diet yang tidak adekuat Inflamasi akut
2.2.8. Gambaran Klinis Anemia Defisiensi Besi
Gejala klinis yang terkait dengan defisiensi besi bergantung pada keparahan dan kronisitas dari anemia disamping tanda-tanda anemianya biasanya
lemah,pucat,berkurangnya kapasitas aktifitas. Pasien juga sering memiliki keinginan untuk makan-makanan yang tidak lazim pica, seperti tanah liat,es,lem
dan lain-lain Hoffbrand,2005. Cheilosis fisura di sudut mulut dan koilonychias kuku sendok adalah
tanda dari defisiensi besi lanjut. Pasien juga dapat mengeluhkan atrofi papil lidah, atrofi kulit sepertiga pasien Edward,2008.
2.2.9. Skrining
Rekomendasi dari The Centers for Disease Control and Prevention CDC. Untuk skrining anemia untuk remaja, menganjurkan seluruh wanita
Universitas Sumatera Utara
sebaiknya diperiksa setiap lima tahun kecuali memiliki factor resiko anemia, skrining diakukan setiap tahun. Namun pada remaja laki-laki pemeriksaan anemia
hanya dilakukan apabila memiliki faktor resiko Alton,2005. 2.2.10. Penatalaksanaan
Keparahan dan penyebab anemia defisiensi besi menentukan pendekatan yang tepat untuk pengobatan. Seperti misalnya, pasien lanjut usia
dengan anemia defisiensi besi berat dan kinstabilitas kardiovaskular mungkin membutuhkan tranfusi sel darah merah. Pasien lebih muda dengan anemia yang
terkompensasi dapat diterapi lebih konservatif dengan penggantian besi. Pada banyak kasus defisiensi besi wanita hamil, anak-anak dan remaja dalam
pertumbuhan, pasien dengan episode pendarahan berulang, dan yang dengan asupan besi tidak adekuat, terapi besi oral sudah cukup. Untuk pasien dengan
kehilangan darah tidak biasa atau malabsorbsi, test diagnostic spesifik dan terapi yang dapat diperlukan. Edward,2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL