Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi

• Lingakr kulit trisep lengan tengah kurang dari 60 ukuran standar • Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot • Adanya penurunan albumin serum • Adanya penurunan transferin. Kemungkinan penyebabnya : • Meningkatkannya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker • Disfagia karena adanya kelainan persarafan • Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa • Nafsu makan menurun. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nutirisi a. Pengetahuan Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi pola konsumsi makanan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi. b. Prasangka Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makan bergizi tinggi dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat beranggapan bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka. c. Kebiasaan Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat larangan makanan pisang dan papaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik. Adapula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak. d. Kesukaan Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak mmeperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja jika nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja di kota-kota besar di Negara kita memiliki kecenderungan menyenangi makanan tertentu secara berlebihan, seperti makanan cepat saji junkfood, bakso, dan lain-lainnya. Makanan-makanan ini tentu saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik. e. Ekonomi Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah. Prinsip Perencanaa melalui Makanan bagi Diabetes 1. Kebutuhan Kalori Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat ideal. Komposisi energi adalah 60-70 dari karbohidrat,10-15 dari protein dan 20-25 dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalorikg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, adanya komplikasi dan berat badan. Cara lain adalah seperti Tabel 1. cara yang lebih gampang lagi adalah dengan pegangan kasar, yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100 kalori dan gemuk 1300-1500 kalori. Tabel 1. Kebutuhan Kalori orang dengan diabetes KaloriKg BB Ideal Dewasa Kerja santai Sedang Berat Gemuk 25 30 35 Normal 30 35 40 Kurus 35 40 45 Perhitungan berat badan idaman dengan rumusan Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai berikut: Berat Badan Idaman = 90 x TB dalam cm – 100 x 1 kg Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus modifikasi menjadi: Berat Badan Ideal = TB dalam cm – 100 x 1 kg Sedangkan menurut Indeks Massa Tubuh IMT yaitu: Berat badan kg Tinggi Badan m 2 adalah sebagai berikut: Berat Ideal : IMT untuk wanita = 18,5-22,9 kgm 2 IMT untuk pria = 20-24,9 kgm 2 Faktor-faktor yang Menentukan Kebutuhan Kalori 1. Jenis Kelamin Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat dipakai angka 25 kalkg BB untuk wanita dan angka 30 kalkg BB untuk pria. 2. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktifitas di kelompokkan sebagai berikut: • Keadaan Istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10 • Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga. Dan lain-lain kebutuhan harus ditambah 20 dari kebutuhan dasar. • Sedang : pegawai di industry ringan, mahasiswa, milliter yang sedang tidak perang, kebutuhan di naikkan menjadi 30 dari basal • Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan di tambah 40 • Sangat Berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus di tambah 50 dari basal. 3. Adanya Komplikasi Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikkan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13 untuk tiap kenaikkan 1 C. 4. Berat Badan Bila kegemukanterlalu kurus, dikurangiditambah sekitar 20-30 bergabung kepada tingkat kegemukankekurusannya Kartini Sukardji, 1995. Dasar Penurunan Diet Dasar diet untuk penyakit diabetes millitus adalah harus memenuhi kebutuhan gizi. Sebagai dadar perhitungan harus dapat digunakan cara perhitungan kebutuhan gizi untuk orang sehat dengan beberapa modifikasi sesuai dengan penyakitnya Pranadji, 2003. Tabel 1. Faktor kelipatan energi metabolisme basal Fki untuk orag dewasa Kelompok Umur tahun AKEI Laki-laki kalkg BBhr AKEI Perempuan kalkg BBhr 20-29 15,3 Bi + 679 Fki 14,7 Bi + 496 Fki 30-59 11,6 Bi + 879 Fki 8,7 Bi + 829 Fki ≥ 60 10,5 Bi + 487 Fki 10,5 Bi + 596 Fki Keterangan : Fki = Faktor kelipatan EMB menurut tingkat kegiatan Bi = Berat bada sehat kg. Tabel 2. Fki bagi laki-laki dewasa dan perempuan menurut tingkat kegiatan NO. Tingkat Kegiatan Laki-laki Perempuan 1. Ringan 1,55 1,56 2. Sedang 1,78 1,64 3. Berat 2,10 2,00 Pada usia dewasa, berat badan sehat atau ideal harus benar-benar diperhitungkan karena berat badan sudah mulai sensitif. Oleh karena itu, makanan yang dimakan harus sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi kelebihan makanan sehingga terjadi kelebihan berat badan atau kegemukan. Penentuan berat badan ideal dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan rumus berikut ini: BBR = �� ��−��� X 100 Keterangan : BBR = berat badan relatif BB = berat badan aktual kg TB = tinggi badan cm Penggolongan berat badan seseorang : 1 Kurus = BBR 90 2 Normalideal = BBR 90 – 110 3 Gemuk = BBR 110 Pranadji, 2003. b. Analisa Data 1. Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, Ketidakseimbangan Defenisi : Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan karakteristik Penulis menyarankan pengguna diagnosis ini hanya jika terdapat satu diantara tanda NANDA berikut: • Berat badan kurang dari 20 atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh • Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total maupun zat gizi tertentu • Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat • Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari recommended daily allowance RDA. Subjektif • Kram abdomen • Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit • Menolak makan • Indigesti • Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan • Melaporkan perubahan sensasi rasa • Merasa cepat kenyang setelah mengonsumsi makanan Objektif • Pembuluh kapile rapuh • Diare atau steatore • Kekurangan makanan • Kehilangan rambut yang berlebihan • Bisiing usus hiperaktif • Kurang informasi, informasi yang salah • Kurangnya minat terhadap makanan • Salah paham • Membran mukosa pucat • Tonus otot buruk • Menolak untuk makan • Rongga mulut terbuka • Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah. 2. Nutrisi: Lebih dari kebutuhan tubuh, Ketidakseimbangan Defenisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik. Batasan Karakteristik Penulis merekomendasikan penggunaan diagnosis ini hanya jika satu atau lebih dari batasan karakteristik NANDA berikut ini: • Lipatan kulit trisep ± 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita • Berat badan 20 di atas berat badan kerangka ideal Objektif • Konsentrasi asupan makanan di malam hari • Pola makan difungsional mis, makan sambil melakukan aktivitas lainnya • Makan sebagai respon terhadap pengaruh eksternal, seperti waktu siang atau situasi sosial • Makan sebagai respon terhadap pengaruh internal salain rasa lapar mis, ansietas marah, depresi, bosan, stres, dan kesepian • Tingkat aktivitas kurang gerak 3. Nutrisi: Lebih dari kebutuhan tubuh, Resiko ketidakseimbangan Defenisi: beresiko untuk mengalami asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik. Faktor Resiko Subjektif • Peningkatan selera makan • Makan sebagai respon terhadap pengaruh eksternal mis, waktu siang atau situasi sosial . • Makan sebagai respon terhadap pengaruh internal selain rasa lapar • Penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan utama sebelum usia lima bulan Objektif • Obesitas pada salah satu atau kedua orang tua • Konsentrasi asupan makanan di malam hari • Disfungsi pola makan • Tampak menggunakan makanan sebagai penghargaan diri atau tindakan kenyamanan • Melakukan aktivitas makan bersamaan dengan aktivitas lain c. Rumusan Masalah Diagnosa keperawatan pada gangguan nutrisi harus aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian dimana perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan nutrisi Potter Perry, 2006. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan nutrisi NANDA, dalam Potter Perry, 2006, yaitu: 1. Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakseimbangan 2. Nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh, ketidakseimbangan 3. Nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh, resiko, ketidakseimbangan. d. Perencanaan Diagnosa keperawatan mengawali rumusan rencana perawatan. Rencana perawatan dibuat secara individual sesuai dengan persepsi klien tentang nutrisi dan asuhan keperawatan yang mencegah atau meminimalkan masalah nutrisi Nanda dalam Potter Perry, 2006. Menurut Tarwoto dan Wartonah 2006 adalah: Intervensi Rasional 1. Tingkatkan intake makanan melalui: • Mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain- lain • Jaga privasi klien • Jaga kebersihan ruangan • Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi. 2. Jaga kebersihan mulut pasien 3. Bantu pasien makan jika tidak 1. Cara khusu untuk meningkatkan nafsu makan 2. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan 3. Membantu pasien makan mampu 4. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering 5. Selengi makan dengan minum 6. Hindari makanan yang banyak mengandung gas 7. Ukur intake makanan dan timbang berat badan 8. Lakukan latiha pasif dan aktif 9. Kaji tanda vital, sensori, bising usus 10. Monitori hasil lab, seperti glukosa, elektrolit, albumin, hemoglobin, kolaborasi dengan dokter 11. Berikan umpan balik yang positif tentang peningkatan intake, berat badan 12. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori, dan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT 4. Meningkatkan selera makan dan intake makan 5. Memudahkan makanan masuk 6. Mengurangi rasa nyaman 7. Observasi kebutuhan nutrisi 8. Menambah nafsu makan 9. Membantu mengkaji keadaan pasien 10. Monitor status nutrisi 11. Meningkatkan kepercayaan untuk meningkatkan makan 12. Meningkatkan pengetahuan agar pasien lebih koorperatif 13. Menghindari aspirasi dan obstruksi tube 13. Cek kepatenan tube 14. Pemberian cairanmakanan tidak lebih 150 cc sekali pemberian 15. Cek temperatur makanan agar tidak terlalu panasdingin 16. Atur posisi semifowler saat memberikan makanan 17. Jelaskan bagaimana tube bekerja dan perawatannya. 14. Menghindari aspirasi 15. Mengurangi kram dan terbakar pada abdomen 16. Mengurangi regurtasi 17. Mencegah komplikasi.

B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian Pasien Berdasarkan penugasan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek karya tulis ilmiah yaitu di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas, pada tanggal 18 Mei – 22 Mei di Lingkungan VII Kelurahan Harjosari II Kecamtan Medan Amplas. Pada penugasan tersebut ditemukan seorang pasien Ny. S dengan masalah medis Diabetes Millitus dan masalah keperawatan Nutrisi pasien tersebut diangkat oleh penulis menjadi pasien kelolaan. Pengkajian keperawatan pertama kali dilakukan pada tanggal 19 Mei 2015 pada pasien Ny. S di Jalan Bajak III Lingkungan VII Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas dengan masalah keperawatan gangguan kebutuhan dasar pada masalah pengaturan nutrisi, pukul 08.00 WIB dilakukan pengkajian tentang biodata pasien, antara lain: Ny. S perempuan berusia 55 tahun,dan agama islam dan suami Tn R berusia 58 tahun yang bekerja sebagai buruh pabrik, agama Islam dan tinggal di jalan Bajak III Lingkungan VII kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas. Pukul 09.00-10.00 dilakukan pengkajian tentang keluhan utama pasien, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga. Dari pengkajian yang dilakukan terhadap klien tentang keluhan utama diperoleh data pasien BB menurun, sering BAK. Klien juga mengatakan selama ini nafsu makan berkurang, gelisah dan sulit tidur pada malam hari. Tanda-tanda vital pasien TD : 160110 mmHg , Nadi : 120xmenit, Pernafasan : 20xmenit dan Temperature : 36,5°C. Pengkajian riwayat kesehatan sekarang ditemukan data melalui wawancara dengan klien Ny. S saat ini sedang lemas dan kekurangan asupan makanan disertai kadar gula darah yang meningkat yaitu KGD = 300 mgdl. Klien mengatakan selama ini Ny. S mengalami nafsu makan berkurang dengan frekuensi 2 kalihari. Ny. S juga menjadi lebih lemas, kepala pusing dan sulit tidur malam. Pengkajian riwayat kesehatan masa lalu diperoleh data melalui wawancara dengan klien Ny. S 2 tahun yang lalu klien pernah mengalami adanya kelenjar pada tulang dungkulnya dan juga klien baru mengetahui bahwa adanya riwayat Hipertensi. Setelah mengetahui adanya kelenjar tersebut Ny. S langsung berobat ke Rumah Sakit dan dilakukan tindakan operasi. Riwayat penggunaan obat-obatan yang di konsumsi klien jika merasa pusing adalah Ny. S mengkonsumsi obat pereda rasa pusing Saridon dari warung. Pengkajian riwayat alergi didapati data bahwa tidak ada riwayat alergi yang dialami oleh klien. Pukul 11.00 WIB ditegakkan diagnosa keperawatan pertama yaitu Ketidakseimbangan nutrisi. Kemudian dilakukan intervensi keperawatan pada pukul 11.30 WIB kepada pasien. Pukul 14.00 dilakukan evaluasi kepada pasien dengan intervensi keperawatan yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasil masalah belum teratasi. Tanggal 20 Mei 2015 pukul 08.30-10.00 WIB dilakukan pemeriksaan fisik kepada pasien. Keadaan umum pasien didapati Ny. S tampak lemas, kepala pusing, dan kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tubuh TD: 150100 mmHg; Nadi: 100 xmenit; Pernafasan: 20 xmenit; T: 37 C; KGD: 300 mgdL. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan, kebersihan kepala terjaga dengan baik tidak ada ketombe. Rambut tumbuh merata, bewarna hitam dan ada terdapat rambut putih, kulit kepala bersih dan tidak berminyak. Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak kuning langsat dengan struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra terlihat pembengkakan, konjungtiva anemis, sklera putih, pupil normal dan coklat muda, kornea bulat merata, iris simetris berbatas jelas, ketajaman penglihatan baik tekanan bola mata baik. Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum nasi simetris, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada pernafasa cuping hidung. Bentuk daun telingan normal, dan simetris, ukuran telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik. Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir kering, dan keadaan gigi lengkap . Posisi trachea normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara normal. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba. Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen terjaga dengan baik. Akral hangat, warna kulit kuning langsat, tidak ada cianosis, turgor kulit baik, CRT 2 detik, kelembaban kulit tidak baik. Pemeriksaan thoraksdada normal, simetris, pernafasan frekuensi, irama 20xmenit . Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal, suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara nafas terdengar suara ronchy. Pada pemeriksaan jantung tidak didapati sianosis, pulsasi teraba, suara dullnes saat perkusi, bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan. Abdomen terlihat normal, simetris, tidak ditemukan benjolan, saat dipalpasi ada nyeri saat di tekan, tidak ada benjolan atau massa pada abdomen, tidak ada pembesaran pada hepar , perut kembung dan agak keras. Dari pengkajian tersebut maka pada pukul 10.30 ditegakkan diagnosa keperawatan kedua yaitu gangguan pola tidur. Pukul 11.00 WIB dilakukan intervensi kembali kepada pasien dengan diagnosa keperawatan pertama dan Pukul 13.00 WIB dilakukan intervensi keperawatan juga kepada pasien dengan diagnosa gangguan pola tidur. Pukul 14.30 WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dan diperoleh hasil masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi sebagian dan gangguan pola tidur teratasi sebagian. Pada tanggal 21 Mei 2015 pukul 10.00 WIB dilakukan pengkajian kembali kepada pasien melalui wawancara dengan pasien tentang kebiasaan makan sehari-hari dan pola eliminasi pasien. Pola kebiasaan makan sehari-hari pasien makan 2 kali sehari pagi dan sore, Nafsu makan klien tetap nafsu makan berkurang. Ny. S tidak mengalami mual dan muntah. Pada pagi hari klien makan pada pukul 10.00 WIB dengan menu nasi dan lauk pauk , pada sore hari klien makan pada pukul 16.00 WIB dengan menu nasi dan lauk pauk. Berat badan pasien saat ditimbang BB= 54 kg. Pola eliminasi pasien selama frekuensi BAB sebanyak 1 kali sehari dengan karakter feses lunak dan berwarna coklat kekuningan. Tidak ada perdarahan yang terjadi pada klien. Dan frekuensi BAK pasien sebanyak 5-7 kali sehari, karakter urine klien adalah berwarna kuning terang dan tidak berbau. Pengkajian keadaan lingkungan juga dilakukan , didapati hasil pengkajian lingkungan tempat tinggal klien kurang rapi, suhu ruangan panas dan ventilasi sedikit . Pukul 12.00 WIB dilakukan intervensi kepada pasien dengan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi dengan hasil masalah teratasi sebagian dan Pukul 13.30 dilakukan intervensi keperawatan kepada pasien dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur. Pukul 14.30 WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dan diperoleh hasil masalah teratasi sebagian. 2. Analisa Data dan Rumusan Masalah keperawatan

Dokumen yang terkait

asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di Jln. Bajak II H Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas Kota Medan

0 29 56

Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di bajak IV barat Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas

0 0 7

Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di bajak IV barat Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas

0 0 3

Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di bajak IV barat Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas

0 0 21

Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di bajak IV barat Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas

0 0 1

Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di bajak IV barat Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas

0 0 1

Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di bajak IV barat Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas

0 0 14

asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di Jln. Bajak II H Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas Kota Medan

0 0 7

asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di Jln. Bajak II H Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas Kota Medan

0 0 4

asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di Jln. Bajak II H Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas Kota Medan

0 0 2