Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV

(1)

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA

PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

IZWAR MUNANDAR 070308019

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN


(2)

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA

PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

SKRIPSI Oleh :

IZWAR MUNANDAR 070308019

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(3)

ANALISIS KEHILANGAN CRUDE PALM OIL PADA

PABRIK KELAPA SAWIT BAH JAMBI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

SKRIPSI Oleh :

IZWAR MUNANDAR

070308019/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar sarjana diProgram Studi Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN


(4)

Judul Skripsi : Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV

Nama : Izwar Munandar Nim : 070308019

Program Studi : Keteknikan Pertanian Fakultas : Pertanian

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Achwil Putra Munir, STP, M.Si Ketua

Ainun Rohanah, STP, M.Si Anggota

Mengetahui

Ir. Edi Susanto, M.Si


(5)

ABSTRAK

IZWAR MUNANDAR:Analisis Kehilangan Crude Palm OilPada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan AINUN ROHANAH.

Dalam pengolahan buah kelapa sawit sering terjadi kehilangan minyak akibat proses pengolahan yang kurang baik sehingga diperlukan suatu tindakan untuk mencegah kehilangan minyak tersebut. Penelitian ini menggunakan diagram pencar dan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor-faktor penyebab kehilangan minyak sawit. Parameternya adalah karakteristik kehilangan minyak sawit pada stasiun kempa dan rendemen minyak sawit.

Hasil penelitian ini (Januari 2010-Maret 2011) menunjukkan bahwa kadar air ampas kempa memberi pengaruh korelasi terbesar (0,222) terhadap kehilangan minyak pada ampas kempa dan kadar minyak pada biji ampas kempa memberi pengaruh korelasi terkecil (0,028) terhadap kehilangan minyak pada ampas kempa. Kadar biji pecah pada ampas kempa memberi pengaruh korelasi terbesar (-0,147) terhadap rendemen minyak dan kadar minyak pada biji ampas kempa memberi pengaruh korelasi terkecil (-0,091) terhadap rendemen minyak. Dari hasil penelitian tersebut, dibuat suatu diagram sebab-akibat untuk mengindentifikasi urutan permasalahan yang menyebabkan kehilangan minyak pada proses pengolahan.

Kata Kunci : Kehilangan Minyak, Rendemen, Stasiun Kempa, Korelasi, Diagram Sebab-Akibat

ABSTRACT

IZWAR MUNANDAR:The Analysis of Crude Palm OilLosses at the Palm Oil

Factory of PTPN IV, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and AINUN

ROHANAH.

In processing of palm oilfruits, there was oil losses due to poor processing, therefore an actionis needed to prevent oil losses. This research used scatter diagram and correlation analysis to see the relationship between the oil losses factors. The parameters were characteristic of oil losses in the pressing station and the palm oil yield.

Results of the research (January 2010 until March 2011) showed that moisture content in press cake had the biggest correlation effect (0,222) for oil losses in press cake and oil losses of nut press cake had the smallest correlation effect (0,028) for oil losses in press cake. Crake nuts in press cake hadthe biggest correlation effect (-0,147) for the palm oil yield and the oil losses of nut press cake had the smallest correlation effect(-0,091) for palm oil yield. A cause-effect diagram was made from the results to identify sequence problems that cause oil losses in processing.

Keyword : Oil Losses, Yield, Pressing Station, Correlation, Cause-effect Diagram.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Izwar Munandar, dilahirkan di Binjai pada tanggal 18 Desember 1988 dari ayah (Alm) Anwar dan ibu (Almh) Sri Muliani. Penulis merupakan putra ke dua dari tiga bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Binjai dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai pengurus tahun 2010/2011. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi ATM sebagai anggota.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dari tanggal 21 Juni 2010 hingga 21Juli 2010.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kehilangan Crude Palm Oil pada Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjanadi Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Achwil Putra Munir, STP, M.Si dan Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna demi penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli2011


(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

Batasan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Gambaran Umum Kelapa Sawit ... 4

Pengolahan Kelapa Sawit ... 5

Standar Mutu ... 12

Karakteristik Kehilangan Crude Palm Oil ... 12

Penyebab Kehilangan Crude Palm Oil ... 15

Ekstraksi Minyak Sawit ... 17

Ekstraksi dengan sentrifugasi ... 17

Ekstraksi dengan cara screw press ... 17

Ekstraksi dengan bahan pelarut ... 18

Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis ... 18

Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi ... 18

Tipe screw press ... 18

Tekanan kerja screw press ... 18

Air pengencer ... 19

Rendemen ... 20

Pendekatan Sistem ... 21

Pengendalian Proses Statistik ... 22

Diagram Pencar ... 25

Diagram Sebab-Akibat ... 28

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

Bahan dan Alat ... 31

Metode Penelitian ... 31

Prosedur Penelitian ... 33

Parameter ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi ... 35

Lokasi Pabrik ... 36

Analisis Data dengan Diagram Pencar ... 37


(9)

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah ... 39

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa 41 Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar air ampas kempa ... 42

Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah ... 43

Kadar biji pecah dengan kadar air ampas kempa... 44

Rendemen ... 45

Rendemen dengan kadar minyak ampas kempa ... 45

Rendemen dengan kadar air ampas kempa... 46

Rendemen dengan kadar biji pecah... 47

Rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa ... 48

Penyusunan Diagram Sebab-Akibat ... 49

Kehilangan minyak pada ampas kempa ... 49

Kadar air pada ampas kempa ... 50

Kadar biji pecah pada ampas kempa ... 51

Kehilangan minyak pada biji ampas kempa ... 52

Rendemen ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54

Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. ... Hal. 1. Derajat kematangan buah ... 7 2. Standar mutu minyak sawit, minyak inti sawit dan inti sawit ... 12 3. Standar kehilangan minyak dan inti (%) terhadap TBS ... 13


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal. 1. Bagan alir proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit... 6 2. Interpretasi dari diagram pencar ... 26 3. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar air

ampas kempa ... 38 4. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji

pecah pada ampas kempa ... 39 5. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak

pada biji ampas kempa ... 41 6. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas dengan kempa kadar air ampas kempa ... 42 7. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa ... 43 8. Diagram pencar hubungan kadar biji pecah pada ampas kempa dengan kadar

air ampas kempa ... 44 9. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar minyak ampas kempa.... 45 10. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar air ampas kempa ... 46 11. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar biji pecah pada ampas

kempa ... 47 12. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan alir penelitian ... 58

2. Data parameter ... 59

3. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 79

4. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 80

5. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 81

6. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak pada biji ampas dengan kempa kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011)... 82

7. Koefisien korelasi hubungan kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah (Januari 2010-Maret 2011)... 83

8. Koefisien korelasi hubungan kadar biji pecah pada ampas kempa dengan kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011)... 84

9. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar minyak ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 85

10. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar air ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 86

11. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar biji pecah pada ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 87

12. Koefisien korelasi hubungan rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa (Januari 2010-Maret 2011) ... 88

13. Standar toleransi kehilangan minyak PKS Bah Jambi ... 89

14. Bagan material balance... 90

15. Spesifikasi screw press di PKS Bah Jambi ... 91


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (ElaeisGuineensis Jacq) adalah salah satu dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut dengan Palmae). Nama Genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama species

guinensis berasal dari Guinea, yaitu tempat pertama kalinya ditemukan kelapa

sawit oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Portugis yang bernama “Jacquin” di pantai Guinea. Tanaman ini berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia (Pahan, 2006).

Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara.

Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crudepalmoil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain.Kegagalan


(14)

karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.

Pada proses pengolahan kelapa sawit, pengempaan adalah salah satu bagian dari tahapan pengolahan yang memisahkan minyak dari serat ampas dan biji dengan cara dikempa. Buah yang berasal dari proses perebusan kemudian ditebah untuk memisahkan brondolan buah dari tandannya.Selanjutnya dilumatkan dalam digester kemudian dilakukan pengempaan untuk mengambil minyak dari massa bubur buah di dalam mesin pengempaan secara bertahap. Hasil kempa berupa minyak kasar ditampung di sebuah talang dan dialirkan ke crude oil

tank melalui vibrating screenuntuk proses pemurnian.

Pada proses pengempaan sering terjadi kehilangan minyak hasil kempa. Hal ini bisa disebabkan karenabuah yang belum matang, proses perebusan yang kurang sempurna dan juga disebabkan dari mesin kempa itu sendiri. Pada mesin kempa, kehilangan minyak dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya proses pengolahan yang tidak sesuai, alat yang sudah aus, dan penambahan air yang tidak sesuai, dan operator.

Berdasarkan proses pada stasiun pengempaan dan beberapa hal yang mempengaruhi kehilangan minyak pada ampas kempa, maka perlu dilakukan suatu analisis terhadap kehilangan CPO untuk mengetahui apakah kadar kehilangan CPO masih dalambatas toleransi yang ditetapkan di pabrik dan mengetahui keterkaitan hubungan antara faktor yangmempengaruhi kehilangan CPO dari stasiun kempadengan menggunakan diagram pencar. Selanjutnya faktor-faktor tersebut diformulasikan kedalam bentuk diagram sebab-akibatatau diagram tulang ikan (fishbone diagram). Sehingga hubungan sebab-akibat ini dapat


(15)

digunakan untuk mengindentifikasi permasalahan yang menyebabkan kehilangan minyak pada proses pengolahan kelapa sawit.

Tujuan Penelitian

1. Mengevaluasi kehilangan CPO(kadar minyak dalam ampas kempa,kadar air, kadar biji pecah, kadar minyak pada biji dalam ampas kempa)dan rendemen pada suatu periodedi Pabrik Kelapa Sawit Bah JambiPT. Perkebunan Nusantara IV

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan CPO yang terjadi selama periode tersebut.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk melaksanakan ujian sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak manajemen

pabrik sebagai informasi lebih lanjut dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengolahan produksi CPO di Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV

3. Sebagai input informasi bagi pihak yang membutuhkan. BatasanPenelitian

Penelitian dibatasi untuk menganalisiskehilangan CPO yang dihasilkan berdasarkan parameter kadar minyak dalam ampas, kadar air, kadar biji pecah, kadar minyak pada biji dalam ampas kempa dan rendemen yang terjadi pada suatu periodedi dalam ruang lingkup Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit di Kebun Raya Bogor ini dianggap sebagai nenek moyang tanaman kelapa sawit di Asia Tenggara (Setyamidjaja, 2006).

Minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena merupakan bahan baku untuk pembuatan minyak goreng. Sementara, minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok bangsa Indonesia. Permintaan akan minyak goreng di dalam dan luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa (Pahan, 2006).

Secara umum terdapat dua macam minyak kelapa sawit, yaitu minyak kelapa sawit yang berasal dari ekstraksi daging buah (sabut) dan minyak kelapa sawit yang berasal dari ekstraksi inti buah (kernel). Hasil ekstraksi daging buah disebut minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO), sedangkan hasil ektraksi inti buah disebut minyak kernel atau Kernel Palm Oil (KPO) (Hadi, 2004).

Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis yang masih memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk


(17)

mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing maupun skala perkebunan rakyat (Sastrosayono, 2003).

Sejalan dengan permintaan yang terus meningkat, harga minyak sawit dalam negeri pun menunjukkan kecenderungan peningkatan. Namun, perlu diketahui bahwa harga minyak sawit dalam negeri sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama harga minyak goreng dari bahan lain di dunia (Fauzi dkk, 2006).

Pengolahan Kelapa Sawit

Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak sawit dan inti sawit merupakan masalah yang cukup rumit, sehingga perlu mendapat penanganan khusus oleh tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan tinggi. Selain itu, perlu instalasi yang baik dan memadai untuk memperolah minyak sawit dan inti sawit yang bermutu baik (Sunarko, 2007).

Pengolahan TBS (tandan buah segar) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari TPH (tempat pemungutan hasil) ke pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit dan hasil sampingnya. Pada dasarnya ada dua macam olahan utama pengolahan TBS di Pabrik, yaituminyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit (Fauzi dkk, 2006).


(18)

Gambar 1. Bagan alir proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Tandan Buah Segar

Jembatan Timbang Screw Press Loading Ramp Sterilizer Thresser Digester Condensat Abu Janjang Incinerator Hopper Janjang Kosong ke lapangan Depericarper Polishing Drum Nut Silo Nut Cracker Pneumatic Separating Column Clay Bath Kernel Silo Kernel (IKS) Boiler Power House Vibrating Screen Sluge Tank Crude Oil Tank

Sludge Separator/

Decanter

Effluent Clarifier Tank

Pure Oil Tank

Oil Tank

Vacuum Drier

Crude Palm Oil

BPV

Steam (3-4 kg/cm2)

Uap

Uap

Uap ke proses pengolahan Air panas Minyak Ampas Biji Serabut Oil

Steam 20 kg/cm2 Cangkang Loose fruits Cangkang Kernel Sludge + Oil Janjang kosong


(19)

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam presentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperolehnya juga rendah. Disinilah, pengetahuan mengenai kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan jatuh berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah (Tim Penulis PS, 2000).

Agar proses di PKS dapat berjalan dengan efektif dan efesien maka perlu diterapkan standar kematangan buah yang dipanen. Derajat kematangan buah yang telah distandarkan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Derajat kematangan buah

No Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fisik Jumlah Brondolan 1 Fraksi 00 (F-00) 0,00 % Sangat Mentah Tidak ada

2 Fraksi 0 (F-0) < 5,00 % Mentah 1 – 12,5 % buah luar 3 Fraksi 1 (F-1) 0,00 % Kurang mentah 12,5 – 25 % buah luar 4 Fraksi 2 (F-2) > 90,00 % Matang 25 – 50 % buah luar 5 Fraksi 3 (F-3) 0,00 % Matang 50 -75 % buah luar 6 Fraksi 4 (F-4) < 3,00 % Lewat matang 75 – 100 % buah luar 7 Fraksi 5 (F-5) < 2,00 % Terlalu matang Buah dalam ikut

membrondol 8 Brondolan 9,50 %

9 Tandan kosong 0,00 % 10 Panjang tangkai

TBS

< 2,5 cm (Pahan, 2006).

TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah. Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan sangat penting dilakukan terutama untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja dan perhitungan rendeman minyak sawit (Fauzi dkk, 2006).


(20)

TBS yang telah ditimbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang (dump) langsung dari truk.Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 450. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir,kerikil, dan sampah yang terikut dalam TBS. Kotoran yang jatuh melalui kisi-kisi ditampung oleh dirt conveyor sehingga memudahkan dalam pembuangannya (Pahan, 2006).

Perebusan dilakukan untuk melunakkan buah sehingga daging buah mudah lepas dari biji sewaktu diaduk dalam bejana peremas. Rebusan berupa bejana silindris mendatar dengan pintu pada kedua atau salah satu ujungnya.TBS dimasukkan dalam rebusan dalam keranjang, yang dindingnya berperforasi untuk penyaluran uap (steam) diantara buah, dan ditempatkan di atas lori yang rendah. Tiap rebusan memuat 9-10 lori dan tiap keranjang umumnya memuat 2,5 ton TBS (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Proses perebusan memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mematikan enzim-enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi penguraian minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserin.

2. Mengkoagulasikan zat putih telur yang terdapat dalam daging buah agar tidak ikut serta dengan minyak kasar dari hasil pengempaan karena dapat menyebabkan emulsi.

3. Menguraikan zat lendir dengan cara hidrolisis. Lendir akan menyulitkan pemisahan air dengan minyak dalam klarifikasi.

4. Melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukan di ketel pengadukan.


(21)

6. Merenggangkan buah inti dengan cangkang untuk memudahkan pemecahan biji pada mesin pemecah (cracker).

7. Menurunkan kadar air daging buah. 8. Memperbaiki proses penjernihan minyak (Sunarko, 2007).

Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak (calyx) dari tandan yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang sedikit miring dengan kisi-kisi yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran berondolan. Teromol berputar dengan putaran sedemikian sehingga tandan akan mengalami gaya sentrifugal yang cukup untuk mengangkat sampai titik tertinggi pada dinding teromol, biasanya kecepatan putaran 22 rpm. Tandan setelah terjatuh kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Pada proses ini kehilangan minyak masih mungkin terjadi karena buah terbanting dan mengeluarkan minyak yang akan diserap oleh janjang kosong. Pemasukan buah yang terlalu banyak akan menyebabkan kontak yang lebih banyak dengan janjang kosong yang belum sempat keluar sehingga akan memperbanyak minyak yang diserap oleh janjang kosong. Banyaknya buah balen (tandan yang direbus ulang) mencerminkan kurang sempurnanya perebusan atau buah mentah cukup banyak. Hal ini mungkin disebabkan tekanan dan suhu pada perebusan kurang (Lubis, 1992).

Buah yang sudah terpisah dari tandannya dimasukkan ke dalam mesin digester. Bentuk mesin ini berupa ketel yang berdinding dua lapis. Setiap dinding


(22)

dipisahkan oleh suatu ruang. Ruang antara dua dinding diberi uap panas yang bertekanan 3 atm. Uap panas berfungsi untuk memanaskan buah yang ada di ruang dalam teromol sehingga minyak yang dikandungnya mudah keluar (Sastrosayono, 2003).

Digester adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengaduk brondolan

buah sawit berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi lengan-lengan pencacah yang berputar dengan kecepatan tertentu dan digerakkan oleh motor listrik (Risza, 1994).

Tangki pengadukan sebaiknya diisi penuh, sedikitnya ¾ bagian. Bila tidak penuh, pengadukan menjadi lebih cepat sehingga dapat mengurangi efisiensi mesin kempa(press), karena banyak minyak terserap dalam serat-serat. Pengendalian suhu tangki pengaduk juga penting, karena suhu yang terlalu rendah akan meningkatkan viskositas minyak sehingga mengurangi efisiensi mesin kempa. Suhu terlalu tinggi dapat manyebabkan bubur mendidih sehingga terjadi emulsi minyak dengan air yang juga menyulitkan dalam proses penjernihan (Sianturi, 2001).

Massa minyak yang berbentuk bubur yang diperoleh dari tangki pengadukan kemudian dikempa agar minyak terpisah dari ampasnya. Alat yang dipakai adalah screw press yang menghasilkan tekanan oleh kerja dua ulir yang berputar berlawanan arah. Pada setiap pabrik terdapat beberapa unit, tiap unit memiliki kapasitas tertentu misalnya 10 ton TBS/jam. Tekanan sangat menentukan keberhasilan proses ini. Tekanan yang sesuai harus dapat menghasilkan atau memisahkan minyak yang tinggi dari ampas (serabut) dan sedikit biji pecah (Lubis, 1992).


(23)

Cairan minyak yang masuk ke ketel penampungan terdiri dari 30% minyak, 60% air, dan 10% kotoran. Ampas yang keluar dari ujung ketel terdiri dari gumpalan serat, serabut, daging buah, butiran biji serta kotoran lainnya. Biji-biji ini dipisahkan dari ampasnya dengan mesin separator (Sastrosayono, 2003).

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masihberupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu dialirkan dalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, akan menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air dalam minyak (Fauzi dkk, 2006).

Ampas (sludge) yang berasal dari tangki pemisah dikumpulkan dalam

sludge tank dan masih mengandung minyak. Di sludge tank, ampas ini dipanaskan

sampai 95oC kemudian dialirkan ke self cleaning strainer, yaitu tabung penyaring minyak dari serabut halus yang terdapat pada ampas. Dari sini, ampas diteruskan ke desanding cyclone untuk memisahkan pasir berdasarkan prinsip sentrifugal di dalam bejana atau tabung yang bagian bawahnya berbentuk konis. Karena adanya arus putar (cyclone) ini, maka gaya sentrifugal terjadi dan pasir dapat dipisahkan dari ampas. Ampas yang bebas pasir dialirkan ke constant flow sludge tank sebelum ke sludge separator. Sekali lagi, disini terjadi pemisahan minyak dengan kotoran dan air yang juga menggunakan gaya sentrifugal. Karena perbedaan berat jenis terjadi pemisahan. Minyak dialirkan ke reclaimed oil tank, sedangkan air dan kotoran dialirkan ke fat pit. Selanjutnya, minyak dikirim ke continous setling


(24)

tankuntk diproses ulang sampai dihasilkan minyak kasar (crude oil), sedangkan

air dan kotoran dari fat pit dialirkan ke kolam limbah (Setyamidjaja, 2006). StandarMutu

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu, ada beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan standar mutu minyak sawit seperti dalam tabel berikut.

Tabel 2. Standar mutu minyak sawit, minyak inti sawit dan inti sawit Karakteristik Minyak

Sawit

Inti Sawit Minyak Inti Sawit

Keterangan Asam lemak bebas 5,00% 3,50 3,50 Maksimal Kadar kotoran 0,50% 0,02 0,02 Maksimal Kadar zat menguap 0,50% 7,50 0,20 Maksimal Bilangan peroksida 6 meq - 2,20 meq Maksimal Bilangan iodine 44-58 mg/gr - 10,5-18,5 -

Kadar logam (Fe, Cu) 10 ppm - - -

Lovibond 3-4 R - - -

Kadar minyak - 47,00 - Minimal Kontaminasi - 6,00 - Maksimal Kadar pecah - 15,00 - Maksimal (Fauzi dkk, 2006).

Karakteristik Kehilangan Crude Palm Oil

Ekstraksi atau pengutipan minyak dari buah kelapa sawit tidak akan pernah mencapai 100%. Kehilangan minyak pasti terjadi, tetapi harus diusahakan sekecil mungkin atau pada batas-batas yang telah ditolerir. Salah satu parameter untuk menentukan apakah suatu PKS dapat dikatakan bekerja efektif dan efisien yaitu angka-angka kehilangan minyak dan inti yang sudah distandarkan. Jika pada suatu proses pengolahan pabrik ternyata angka-angka kehilangan minyak yang terjadi melebihi dari angka-angka yang telah distandarkan maka dapat dikatakan pabrik tersebut kurang efisien dan efektif.


(25)

Tabel 3. Standar kehilangan minyak dan inti (%) terhadap TBS

No Karakteristik Batasan Minyak Sawit (MKS)

1 Drab akhir fat pit (% NOS) <14,00 2 Drab akhir fat pit (% sampel) 0,40-0,90

3 Serabut (%NOS) 6,42-9,00

4 Serabut (% sampel) 4,00-6,00 5 Tandan kosong (JJK) (% NOS) 3,00-3,75 6 Tandan kosong (JJK) (% sampel) < 2,00 7 Buah ikut tandan kosong (JJK) (% NOS) 2,30-2,50 8 Buah ikut tandan kosong (JJK) (% sampel) 0,50-3,75

9 Nut (% sampel) < 0,50

10 Decanter solid(% NOS) < 10,00 11 Decanter solid (% sampel) <2,50 Total PKS Baru (< 10 tahun) (%) < 1,65 Total PKS Lama (> 10 tahun) (%) < 1,90 Inti Sawit (IKS)

1 Serabut (% sampel) < 15,00 2 LTDS I (% sampel) < 2,00 3 LTDS II (% sampel) < 1,00

4 Hydrocyclone(%) < 5,00

5 Clay bath (%) < 1,50

Total PKS (%) 0,60

(Pahan, 2006).

Kehilangan minyak sawit diperiksa pada contoh tandan kosong, ampas kempa, biji dan air drab.

- Tandan kosong, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS. Tujuan pengujian adalah menetapkan kehilangan minyak dalam TBK, sekaligus memberi petunjuk mengenai siklus rebusan dan kematangan panen, karena keduanya mempengaruhi fluktuasi kehilangan minyak dalam TBS.

- Ampas kempa, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS dalam serabut. Jika ada peningkatan menyolok harus dicari penyebabnya dan segera diperbaiki, atau segera berpindah ke kempa yang baik, atau mengurangi putarannya.


(26)

- Biji dalam ampas kempa, dikumpulkan data mengenai komposisi atau perbandingan serabut, biji, biji utuh, biji pecah, inti utuh, biji pecah dan cangkang dalam ampas kempa. Informasi ini diperlukan untuk mengetahui perbandingan serabut terhadap ampas kempa untuk perhitungan jumlah minyak dalam ampas kempa terhadap TBS.

- Air drab, data yang diperlukan adalah % minyak, % air dan % NOS. tujuan pengujian untuk menentukan kadar minyak terhadap NOS dalam air buangan untuk memeriksa efisiensi sentrifus drab dan perhitungan pengutipan minyak.

Kehilangan minyak dalam ampas kempa adalah minyak yang melekat pada ampas yang keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung oleh suhu peremas, suhu kempa dan tekanan kempa. Yang terakhir ini juga mempengaruhi jumlah biji dan inti yang pecah dalam ampas kempa, yang sebagian besarnya hilang dalam cangkang atau debu pemecah biji. Dengan demikian harus ada kompromi antara kehilangan minyak yang rendah dalam ampas dengan persentase biji pecah yang tinggi dalam ampas kempa atau sebaliknya. Kehilangan minyak yang wajar dalam ampas untuk kempa ulir adalah 7-7,5 % terhadap zat kering.

Kehilangan minyak pada biji adalah minyak yang melekat pada biji yang keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung kondisi pengempaan, seperti untuk kehilangan minyak ampas kempa.

Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi antara kedua hal tersebut. Korelasi antara kehilangan


(27)

minyak dalam ampas kempa dan persentasi biji pecah terhadap jumlah biji tergantung pada banyak faktor. Sehubungan dengan ini terdapat hubungan yang jelas antara komposisi ampas kempa, gaya atau torque (posisi konus), kehilangan minyak dalam serabut, tebal cangkang, dan persentasi biji pecah.

Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:

a. Pada torque konstan, jumlah biji pecah bertambah menurut persentase biji dalam ampas kempa.

b. Pada komposisi buah konstan kehilangan minyak dalam serabut berkurang menurut kenaikantorque, dan pada waktu yang sama jumlah biji pecah akan meningkat.

c. Pada torque konstan jumlah biji pecah bertambah menurut persentase ini terhadap terhadap biji (cangkang lebih tipis).

d. Pada pengumpanan yang kurang, sehingga kapasitas terlalu rendah dibandingkan dengan putaran ulir (memperbesar slip dari ampas), biji pecah meningkat.

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Penyebab Kehilangan Crude Palm Oil

Kehilangan produksi minyak sawit dan inti sawit dapat terjadi pada tiga tahap dalam proses produksi, yaitu :

a. Penyerbukan tak sempurna, terlihat dari banyaknya buah partenokarpi atau tandan yang jarang buahnya. Hasilnya adalah tandan berkurang dari seharusnya.


(28)

b. Panen tak sempurna, tandan terlalu mentah atau lewat matang dan berondolan hilang diantara tanaman kacangan. Hasilnya adalah rendemen hasil yang rendah dan atau kadar ALB minyak yang tinggi.

c. Pengolahan tak sempurna, kondisi proses tak terpenuhi, keausan dan kerusakan mesin olah. Hasilnya adalah koefisien pengutipan minyak yang rendah dan kenaikan kadar ALB yang besar dalam pengolahan

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Screw press adalah mesin kempa yang digunakan untuk memeras lumatan

brondolan matang dengan sistem tekan dan digunakan untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (mesocarp) dengan cara diperas.Pengambilan cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di screw press terjadi :

1. Silinder press tersumbat akibat jarang dikosongkan

2. Air panas (air pengencer) diberikan pada adonan tidak cukup 3. Tekanan screw press dibawah ketentuan

4. Buah yang tidak matang direbus

5. Fraksi buah yang berbeda-beda dan juga jenis buah yang berbeda 6. Screw press yang telah aus

(Aryadi, 2011).

Putaran screw di sebagian besar PKS ternyata lebih tinggi dari yang biasa 9 rpm untuk kapasitas 10 ton TBS/jam. Dengan putaran yang lebih tinggi kapasitas kempa lebih tinggi, tetapi di lain pihak kehilangan minyak dalam ampas kempa menjadi tinggi pula. Pada putaran yang sama ternyata capaian kapasitas tidak sama, dan dari data harian masing-masing PKS terlihat kapasitas bervariasi cukup besar. Selain faktor putaran screw, kehilangan minyak dalam ampas kempa


(29)

juga ditentukan oleh faktor suhu digester, tekanan konus, perbandingan serabut/biji, kepenuhan digester, kondisi pisau digester dan wormscrew. Dalam hal ini tekanan konus disesuaikan untuk mendapatkan kandungan minyak dalam ampas yang berimbang dengan jumlah biji yang pecah dalam ampas kempa (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Ekstraksi Minyak Sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi untuk mengambil minyak dari masa adukan. Ada beberapa cara dan alat yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak.

Ekstraksi dengan sentrifugasi

Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan ke dalam tabung, lalu diputar. Dengan adanya gaya sentrifugasi, maka minyak akan keluar melalui lubang-lubang pada dinding tabung.

Ekstraksi dengan cara screw press

Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur secara elektris, dan tergantung dari volume bahan yang akan dipress. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan menyebabkan banyak biji yang pecah.


(30)

Ekstraksi dengan bahan pelarut

Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambah pelarut tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel yang lain.

Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis

Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan tekanan hidrolis (Fauzi dkk, 2006).

Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Ekstraksi Tipe screw press

Kontinuitas adonan yang masuk ke dalam screw press mempengaruhi volume worm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan kehilangan minyak dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping pengisian yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw

press, karena kandungan minyak telah berkurang yang sering mengganggu dalam

pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan. Tekanan kerja screw press

Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikan dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan persentase biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press, bahkan dapat menyebabkan kebakaran electromotor screw press. Tekanan kerja

cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi


(31)

screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang

diakibatkannya.

Tekanan yang terlalu bervariasi akan mengakibatkan pengaruh negatif terhadap proses pengempaan dan terhadap alat kempa. Untuk menstabilkan tekanan kerja dan tekanan lawan pada screw press dilakukan dengan cara mengganti “geardrive” dengan “hydraulic transmissi” sehingga ganjalan– ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan ketidaksamaan bahan baku dapat diatur secara automatic. Alat ini sudah banyak dikembangkan pada

screw press. Keuntungan dari alatini ialah dapat mengatur sendiri tekanan

tertinggi dan tekanan terendah dalam screw press, serta dapat diatur arah putaran

screw sehingga cake yang berbeda dalam cylinder press dapat dikeluarkan.

Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :

a. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.

b. Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam

screw press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.

c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti screw,cylinder

press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan

elektrik dan mekanis. Air pengencer

Air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat. Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam


(32)

pressan dari atas bagian tengah dan atau di chute screw press. Jumlah air pengecer yang diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air pengencer yang terlalu banyak dapat berakibat terhadap :

a. Kandungan air cake

Kandungan air cake yang tinggi dapat menyebabkan proses :

1. Pemecahan cake yang lebih sulit dalam cake breaker converyor (CBC). Hal ini sering menyebabkan beban CBC yang terlalu berat. 2. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan

semakin menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler.

3. Pemeraman biji berkadar air tinggi dalam silo biji akan lebih dan dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekstraksi biji yang lebih rendah. b. Penurunan kapasitas screw press akibat bertambahnya kandungan air dan

kecepatan gerak cake dalam worm.

Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada beberapa alat screw press yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut, misalnya jika rendeman minyak 22% dengan kapasitas screw

press 10 ton TBS/jam maka air yang disemprotkan sebagai air pengencer

sebanyak 1,1 – 1,65 m3 (Naibaho, 1996). Rendemen

Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan, untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen minyak yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan


(33)

buah, dimana buah berubah warna dari hitam menjadimerah oranye hingga terjadi kematangan penuh (Sianturi, 2001).

Rendemen minyak dan inti sawit ditentukan oleh jenis bahan tanaman dan umurnya, kesempurnaan penyerbukan, kematangan tandan, dan kehilangan di lapangan (berondolan yang tidak terkutip) dan kehilangan dalam pengolahan di pabrik. Angka rendemen yang diperoleh dapat dikoreksi atau disesuaikan dengan pengaruh faktor-faktor lainnya jika diperkirakan akan ada penyimpangan yang berarti dari keadaan sebelumnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Perawatan pabrik minyak sawit bukan saja menjadi faktor penentu dalam pencapaian kapasitas dan efisiensi olah, tetapi juga turut menentukan pencapaian rendemen dan mutu hasil minyak dan inti sawit.Secara umum pengendalian pengolahan adalah pengendalian efisiensi. Efisiensi adalah perbandingan antara masukan (input) yang diberikan dan keluaran yang diperoleh (output). Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi mesin olah atau pabrik. Biasanya yang menjadi acuan adalah efisiensi jalan mesin kempa dan efisiensi jalan pabrik. Pada pabrik yang dikendalikan dengan semestinya efisiensi jalan kempa minimum adalah 90% dan efisiensi jalan pabrik minimum adalah 95%. Efisiensi tersebut dapat diukur dengan mencatat jam berhenti kempa, baik karena kerusakan atau kemacetan mesin kempa maupun karena kerusakan atau kerusakan di stasiun lain (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah. Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu masalah berdasarkan berpikir kesisteman. Pendekatan sistem terhadap suatu


(34)

masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan tersebut. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan secara menyeluruh (sistematik) (Tunas, 2007).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada tujuh langkah yang perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan alat utama yang ilmiah, langkah-langkah itu adalah :

1. Mengetahui inti dari persoalan yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan perihal yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya

2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan 3. Mengolah fakta dan data tersebut

4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh

5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang

6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan

7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat dari keputusan yang telah diambil

(Eriyatno, 2003).

Pengendalian Proses Statistik

Suatu proses dikatakan beroperasi dalam pengendalian statistikal apabila variasi-variasi yang timbul hanya bersumber dari penyebab umum. Fungsi utama dari sistem pengendalian proses statistikal adalah memberikan signal statistikal; apabila terdapat variasi penyebab khusus dalam proses itu, dan tentu saja untuk


(35)

menghindarkan memberikan sinyal yang salah apabila variasi penyebab khusus itu tidak ada dalam proses (Gasperz, 2001).

Pengendalian proses statistik merupakan penerapan metode-metode statistik untuk pengukuran analisis variasi proses. Teknik ini menerapkan parameter-parameter pada proses dan analisis proses. Sasaran pengendalian proses statistik terutama adalah mengadakan pengurangan terhadap variasi atau kesalahan-kesalahan proses. Selain itu, tujuan utama dalam pengendalian proses statistik adalah mendeteksi adanya penyebab khusus (assignable cause atau

special cause) dalam variasi atau kesalahan proses melalui analisis data dari masa

lalu maupun masa mendatang (Ariani, 2004).

Proses dikatakan dalam pengendalian statistik apabila penyebab khusus dari penyimpangan atau variasi tersebut seperti penggunaan alat, kesalahan operator, kesalahan dalam persiapan mesin, kesalahan penghitungan, kesalahan bahan baku, dan lain sebagainya tidak tampak dalam proses. Apabila stabilitas proses tercapai, kemampuan proses dapat diperbaiki dengan mengurangi penyimpangan karena sebab umum seperti penyimpangan dalam bahan baku, kondisi emosional operator, penurunan kinerja mesin, penurunan suhu udara, naik turunnya kelembapan udara dan sebagainya (Indranata, 2008).

Mean (µ) adalah nilai tengah. Nilai ini dihitung dengan membagi jumlah nilai terpisah dengan jumlah pengamatan.

………(1) dimana Xn = jumlah nilai-nilai hasil pengamatan

µ = nilai tengah


(36)

Standar deviasi adalah sebuah ukuran penyebaran nilai di sekeliling mean. Standar deviasi ini dihitung dengan menjumlahkan kuadrat selisih antara setiap nilai yang diukur dan mean tersebut, membagi jumlah ini dengan jumlah pangamatan dan kemudian menghitung akar pangkat dua hasil kali itu.

………...(2) dimana σ = standar deviasi dari populasi pengamatan

Standar deviasi merupakan sebuah parameter kunci dalam menentukan batas-batas pengawasan untuk tujuan Statistical Process Control (SPC) karena sebuah perbandingan populasi yang diketahui terletak diantara suatu deretan yang ditentukan oleh deviasi mean tersebut :

a. Sekitar 68,3 % nilai-nilai dalam populasi terletak diantara satu deretan yang ditentukan oleh “mean ± satu standar deviasi”

b. Sekitar 95,4 % nilai terdapat di dalam sebuah deretan yang ditentukan oleh “mean ± dua standar deviasi”

c. Sekitar 99,7 % dari nilai (misalnya semua nilai yang sesungguhnya) terdapat dalam deretan yang ditentukan “mean ± tiga standar deviasi”. Deretan ini menentukan apa yang dinamakan “kemampuan proses biasa”

dari proses tersebut. Dimana proses itu menghasilkan keluaran antara ± tiga standar deviasi dari nilai tengah yang sesungguhnya sepanjang

waktu.

Nilai-nilai ini digunakan untuk memperkirakan titik dimana proses akan memproduksi keluaran yang tidak sesuai sehingga operator dapat melakukan tindakan pencegahan dan menjaga proses tetap di dalam batas-batasnya (Munro-Farue dan Munro-Farue, 1996).


(37)

Diagram Pencar

Diagram pencar atau scatter diagramadalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel. Walaupun terdapat hubungan, namun tidak berarti bahwa satu variabel menyebabkan timbulnya variabel yang lain. Diagram pencar biasanya menjelaskan adanya hubungan antara dua variabel dan menunjukkan keeratan hubungan tersebut yang diwujudkan sebagai koefisien korelasi (Nasution, 2005).

Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram pencar, dapat berupa: 1. Karakteristik kualitas dan faktor yang mempengaruhinya.

2. Dua karakteristik kualitas yang saling berhubungan.

3. Dua faktor yang saling berhubungan yang mempengaruhi karakteristik kualitas

(Indranata, 2008).

Langkah-langkah sederhanayang mungkin bisa dicoba dalam membuat diagram pencar:

1. Pilih faktor terikat dan faktor bebas. Faktor terikat mungkin menjadi penyebab suatuakibat dan efek diagram, suatu spesifikasi, atau sebuah perhitungan dari kualitas. Faktor bebasdipilih karena memiliki hubungan yang potensial terhadap faktor terikat.

2. Atur lembar pemasukan untuk data.

3. Pilih fungsi dari faktor bebas untuk diamati selama analisis.

4. Untuk fungsi yang dipilih dari faktor bebas, buatlahpengamatanuntukfaktor terikat dan tulis pada lembar data.


(38)

5. Tandai titik-titik pada diagram pencar, gunakan garis horizontal untuk faktor bebas dan garis vertikal untuk faktor terikat.

6. Analisa diagram tersebut. (Oakland, 2003).

Gambar berikut menunjukkan lima tipe dari pola yang dapat disusun dengan mengolah data dan penjelasannya.

a. Korelasi positif d. Korelasi negatif mungkin terjadi

b. Korelasi positif mungkin terjadi e. Korelasi negatif

c. Tidak ada korelasi

Gambar 2. Interpretasi dari diagram pencar

Diagram pencar pertama menunjukkan suatu arti hubungan linier yang positif, yang mana ketikafungsi dari x yang meningkat begitu juga dengan fungsi


(39)

linieryang positif. Dengan kata lain, fungsi x yang meningkat, fungsi y juga cenderung hampir meningkat. Bagaimana pun, fungsi dari x terlihat dipengaruhi oleh faktor dari variabel lain. Diagram ketiga menunjukkan suatu pola acak yang mana tidak ada pengaruh hubungan antara kedua variabel. Diagram keempat menunjukkan bukti dari kemungkinan hubungan linier yang negatif. Fungsi y terlihat menurun ketika fungsi dari x meningkat. Walaupun hubungan antara kedua variebel tidak kuat, tetapi masih terdapat suatu pola yang mempengaruhi hubungan ini. Diagram kelima menunjukkan suatu arti hubungan linier yang negatif. Diagram ini menunjukkan ketika x meningkat, y menurun (Messina, 1987).

Dengan metode diagram pencar, kita hanya dapat mengambil secara sederhana dan relatif kasar, apakah antara dua variabel mempunyai hubungan (korelasi) atau tidak. Jika ada, tidak memperdulikan seberapa erat hubungan tersebut. Dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi, kita dapat menggambarkan hubungan dua variabel tersebut dalam bentuk persamaan linier (garis lurus) dan dapat mengetahui keeratan hubungan tersebut dari besarnya koefisien korelasi dan determinasinya. Kemudian, berdasarkan angka besaran koefisien korelasi dan determinasinya, kita dapat mempertimbangkan apakah persamaan regresinya (dalam hal ini persamaan garis lurus) akan dipakai atau tidak dalam penarikan kesimpulan, peramalan dan lain-lain (Kuswadi dan Mutiara, 2004).

Analisis korelasi sederhana dilakukan menggunakan formula berikut: …….(3)


(40)

Dimana:

n = banyaknya pasangan data x dan y ∑ x = jumlah nilai-nilai dari variabel x ∑ y = jumlah nilai-nilai dari variabel y ∑ x2

= jumlah kuadrat nilai-nilai dari variabel x ∑ y2

= jumlah kuadrat nilai-nilai dari variabel y

∑ xy = jumlah hasil kali nilai-nilai dari variabel x dan y (Indranata, 2008).

Koefisien korelasi r mempunyai nilai -1<r<1. Ini berarti bahwa korelasi positif yang kuat mempunyai nilai r mendekati +1. Demikian juga korelasi negatif yang kaut mempunyai nilai r mendekati -1. Apabila nilai r mendekati nol, berarti korelasi antara dua variabel adalah lemah. Sebaliknya, apabila nilai r = 1, data akan terletak pada garis lurus. Diagram pencar dapat digunakan untuk mengecek kebenaranfishbone diagram or cause and effect diagram (Nasution, 2005).

Diagram Sebab-Akibat

Diagram sebab-akibat adalah sejumlah garis dan simbol yang menggambarkan hubungan antara akibat (atau persoalan yang telah dipilih) dan penyebabnya. Diagram arus mencapai tujuan yang sama dengan membuat serangkaian langkah atau kotak. Diagram sebab akibat juga dikenal dengan nama analisis tulang ikan atau diagram Ishikawa (menurut nama profesor Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo, yang pertama kali menggunakan metode ini pada pabrik baja Fukiai pada tahun 1953) (Croker dkk, 1995).


(41)

Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menemukan penyebab timbulnya persoalan serta apa akibatnya. Diagram ini penting untuk mengidentifikasi secara tepat hal-hal yang menyebabkan persoalan kemudian mencoba menanggulanginya (Gasperz, 1992).

Menurut Indranata (2008) pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:

- Untuk menyimpulkan sebab-sebab variasi dalam proses - Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah - Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah

- Untuk memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang perlu dikumpulkan

- Membantu dalam penyelidikan/pencarian fakta lebih lanjut.

Dalam pembuatan diagram tulang ikan, akibat atau permasalahan digambarkan dalam bagian kepala ikan, sedangkan faktor-faktor penyebab diletakkan sebagai tulang ikan. Pertama, permasalahan biasanya digolongkan menjadi beberapa golongan besar, kemudianpenjabaran selanjutnya yang lebih terperinci dapat dibuat dengan mengajukan pertanyaan ”mengapa” secara terus-menerus. Penggolongan garis besar faktor-faktor penyebab dimaksud biasanya dibagi atas :

- Bahan

- Alat (machine) - Manusia (man) - Cara (method), dan - Lingkungan (enviroment).


(42)

(Kuswadi dan Mutiara, 2004).

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kemudian dilakukan kegiatan seperti berikut:

1. Gambarkan diagram sebab akibat.

2. Tetapkan penyebab-penyebab pada cabang yang sesuai.

3. Bertanya”mengapa” pada setiap penyebab yang mungkin. Demikian pula pertanyaan mengapa secara berulang-ulang dapat diajukan untuk penyebab lain guna menemukan akar penyebab masalah tersebut.

4. Interpretasikan diagram sebab-akibat tersebut.

5. Tetapkan hasil-hasil dengan mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif yang efektif serta memonitor hasil-hasil setelah dilakukan tindakan korektif guna menjamin bahwa masalah yang dihadapi telah dapat diselesaikan.


(43)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi PT. Perkebunan Nusantara IV. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data informasi bulanan kehilangan CPO dan rendemen selama periode lima belas bulan terakhir (Januari 2010-Maret 2011) dan data lainnya yang diperlukan selama penelitian.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, komputer dan

Software Minitab 14.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara sistematis yakni mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media (bibliografi) dan juga dari para stakeholders (baik staf maupun karyawan pabrik). Sehingga dapat mempermudah dan menjaga alur penelitian dan mampu menjawab beberapa tujuan yang diinginkan dari penelitian ini. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data variabel karakteristik kehilanganCPO yaitukadar minyak dalam ampas, kadar air, kadar biji pecah, kadar minyak pada biji dalam ampas kempa dan rendemen. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut :


(44)

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori yang berhubungan dengan kelapa sawit khususnya mengenai penyebab kehilangan CPO pada pengolahan kelapa sawit, serta teori-teori yang berhubungan dengan masalah pengendalian kualitas statistik.

b. Pengamatan (observasi)

Tahap observasi merupakan tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai objek penelitian. Data yang dibutuhkan adalah karakteristik kehilangan CPO yaitu kadar minyak dalam ampas, kadar air, kadar biji pecah,kadar minyak pada biji dalam ampas kempa dan rendemen.

c. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab dengan stakeholders yang terkait. Stakeholders disini meliputi baik dari tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi ataupun dengan tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Metode ini digunakan untuk mendukung akurasi data.

2. Analisisdata

Penyusunan diagram pencar dari masing-masing data yang diamati dengan menggunakan Software Minitab 14. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan diagram pencar tersebut untuk mengetahui hubungan antara variabel terhadap kehilangan CPO dari stasiun kempa pada suatu periode di Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi. Apabila data memiliki keterkaitan


(45)

hubungan maka selanjutnya diteliti korelasi pengaruh variabel tersebut terhadap kehilangan CPO. Kemudian dilakukan penelusuran informasi dari data-data lain yang mendukung dan juga melalui wawancara atau tanya jawab dengan pihak-pihak yang bersangkutan (stakeholders). Selanjutnya akan diperoleh informasi yakni berupa urutan pentingnya masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada dan diinterprestasikan ke dalam model diagram sebab-akibat, untuk mencari akar persoalan dari masalah penyimpangan kadar kehilangan CPO tersebut.

Prosedur Penelitian

Dalam tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan tahapan sebagai berikut :

1. Melakukan tahap pengumpulan data yang sudah tersedia dari lapangan yang relevan dengan penelitian.

2. Menganalisis datakehilangan CPO yang diperoleh menggunakan diagram pencar untuk mengetahui hubungan karakteristik kehilangan CPO dan rendemen selama periode lima belas bulan terakhir (Januari 2010-Maret 2011)

3. Menentukan hubungan karakteristik kehilangan CPO terhadap batas toleransi kehilanganCPO yang ditetapkan di PKS Bah Jambi.

4. Menghitung nilai korelasikehilangan CPO pada kadar minyak dalam ampas, kadar air, kadar biji pecah, kadar minyak pada biji dalam ampas kempa dan rendemen,selama periode lima belas bulan terakhir


(46)

(Januari 2010-Maret 2011) untuk mengetahui pengaruhhubungan antar tiap variabel.

5. Melakukan evaluasi terhadap data kehilangan CPO yang memiliki hubungan menyimpang.

6. Memformulasikan masalah/faktor-faktor penyebab utama yang menyebabkan penyimpangan tersebut dan menentukan ruang lingkup permasalahan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait.

7. Mentransformasikan masalah atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyimpangan kehilangan CPO tersebut ke dalam suatu model diagram tulang ikan (fishbone diagram).

Parameter

Parameter yang diamati :

1. Karakteristik kehilangan CPO pada ampas kempa : - Kadar minyak dalam ampas kempa

- Kadar air

- Kadar biji pecah

- Kadar minyak pada biji ampas kempa 2. Rendemen


(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Singkat Pabrik Kelapa Sawit Bah Jambi

Kebun Bah Jambi adalah salah satu Unit Usaha dari PT. Perkebunan Nusantara IV berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dan berkantor pusat di Jl. Letjend. Suprapto, Medan. Bergerak dibidang Usaha Perkebunan dan Pengolahan Kelapa sawit yang menghasilkan minyak (CPO) dan inti (PK).

Pada mulanya Kebun Bah Jambi adalah milik Swasta Asing HVA (Handle

Veroniging Amsterdam) dari Negeri Belanda, komoditinya Budidaya Sisal (Agave

Sisalana).

Tanggal 2 Mei 1959 diambil alih oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Nomor 19 dalam Lembaran Negara nomor 31, tahun 1959 dengan peralihan status menjadi PPN Baru sampai dengan tahun 1963.

Pada tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1963, Perusahaan Perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka Tanaman (Antan) I s.d XIII dan Kebun Bah Jambi masuk dalam PPN Sumut III selanjutnya berubah nama PPN Antan III sampai dengan tahun 1968.

Tahun 1968 sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1968 dalam regrouping perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN Karet V dan PPN Serat Sumut menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VII (PN. Perkebunan VII).

Tanggal 14 Januari 1985, PN. Perkebunan VII diperserokan menjadi PT. Perkebunan VII (PTP VII).


(48)

Sumatera Utara dan PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT. Perkebunan VIII dilebur menjadi satu Badan Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dengan akte notaris Harun Kamil, SH nomor 37 tanggal 11 Maret 1996 dan Keputusan Menteri Kehakiman No. C2.8335 HT.01.01 Tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996 yang dicantumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 81 tanggal 8 Oktober 1996.

Lokasi Pabrik

Lokasi Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalunggun. Jarak dengan Kota Medan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara berkisar 147 kilometer, dan dari Kota Pematang Siantar 19 kilometer.

Keadaan topografi tanah di Kebun Bah Jambi sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podsolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC). Kebun Bah Jambi memiliki luas HGU 8.060,5 Ha, terdiri dari 8 Afdeling Tanaman Kelapa Sawit, Emplasmen, Pembibitan, Pabrik dan Kolam Limbah.

Pada tahun 1998 dilaksanakan pembenahan tata letak, tata ruang serta penyempurnaan mesin-mesin PKS dari kapasitas 50 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam menjadi 60 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam.

PKS Unit Kebun Bah Jambi mengolah buah kelapa sawit menjadi Crude

Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) yang merupakan bahan setengah jadi yang

selanjutnya dikirim ke PT. SAN Belawan, PAMINA Belawan dan sejak tahun 2000 PK diolah ke PPIS Pabatu menjadi Palm Kernel Oil dan Palm Kernel Meal.


(49)

Analisis Data dengan Diagram Pencar

Analisis dilakukan berdasarkan pada penghimpunan data dan pengamatan yang dilakukan di PKS Bah Jambi terhadapkadar kehilangan minyak pada ampas kempa, kadar air pada ampas kempa, kadar biji pecah, kadar kehilangan minyak pada biji ampas kempa dan rendemen mulai dari periode Januari 2010 sampai dengan Maret 2011.Selanjutnya analisisdilakukan dengan menggunakan diagram pencar untuk mencari keterkaitan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.Diagram pencar tersebut dibuat dengan bantuan software minitab 14.

Penggunaan diagram pencar dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara faktor yang bersifat khusus terhadap faktor yang bersifat umumatau hubungan antarasatu faktor terhadap faktor yang lain. Setelah menggunakan diagram pencar, jika diketahui terdapat hubungan antara faktor-faktor tersebut, kemudian dilakukan analisis korelasi terhadap hubungan tersebut untuk melihat besarnya pengaruh antara satu faktor terhadap faktor yang lain.

Selanjutnya hasil dari analisis dengan diagram pencar dan analisis korelasitersebut digunakan dalam penyusunan diagram sebab-akibat. Dimana faktor-faktor yang memiliki korelasi yang lebih besar akan diprioritaskan menjadi penyebab yang lebih dominan terhadap suatu akibat. Sehingga akan mempermudah penggunaan dari diagram sebab-akibat dalam menentukan urutan prioritas penyebab yang mempengaruhi kinerja proses dalam teknik pengendaliandan perbaikan kualitas.


(50)

Karakteristik Kehilangan CPO pada Ampas Kempa

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Gambar 3. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 3 menunjukkan bahwaada kecenderungan titik-titik terpusat pada satu bagian dari pola yang terbentuk. Namun, apabila diperhatikan lebih lanjut dari keseluruhan pola yang terbentuk terlihat hubungan kenaikan kadar air berbanding lurus dengan kenaikankadar kehilangan minyak pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnyaapabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,222. Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 3. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang cukup lemah antara kadar minyak pada ampas kempa dengan kadar air pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga

KADAR AI R ( % )

L O S S IS A M P A S K E M P A ( % ) 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 4.0 3.9 3.8


(51)

dapat dikatakan pengaruh kadar air pada ampas kempa tidak terlalu besar terhadap kadar minyak pada ampas kempa.

Pengaruh kadar air juga berdampak terhadap kapasitas dari ruang pembakaran. Dimana bila kadar air yang diberikan terlalu banyak maka ampas kempa akan akan basah karena mengandung air yang lebih banyak sehingga akan mengurangi nilai kalor untuk proses pembakaran dalam boiler. Hal ini sesuai dengan pernyataan Naibaho (1996) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin menurun yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi boiler.

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah

Gambar 4. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 4 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik tersebar merata membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola

BI JI PECAH ( % )

L O S S IS A M P A S K E M P A ( % ) 16 14 12 10 8 6 4 2 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 4.0 3.9 3.8


(52)

kenaikankadar minyak pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang negatif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,203. Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 4. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang lemah antara kadar minyak dengan kadar biji pecah pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Akan tetapi nilai koefisien ini lebih kecildaripada nilai koefisien korelasi antara kehilangan minyak dengan kadar air pada ampas kempa. Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar biji pecah lebih kecil daripada kadar air pada ampas kempa terhadap kadar minyak pada ampas kempa.

Pengaruh biji pecah terhadap kehilangan CPO pada ampas kempa biasanya berhubungan dengan tekanan kempa yang diberikan. Apabila tekanan kempanya tinggimaka akan terjadipersinggungan antara biji-biji tersebut sehingga kadar inti yang pecah akan tinggi. Namun hal tersebut akan mengurangi kadar minyak yang hilang pada proses pengempaan karena minyak diperas secara optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) yang menyatakan bahwa kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan tekanan kempa adalah kompromi antara kedua hal tersebut.


(53)

Kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa

Gambar 5. Diagram pencar hubungan kadar minyak ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 5 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik tersebar merata membentuk pola yang menaik. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar kehilangan minyak pada biji ampas kempa berbanding lurus dengan kenaikankadar minyak pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,028.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 5. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang sangat lemah antara kadar minyak pada ampas kempa dengan kadar minyak pada biji ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0).

LOSSI S BI JI ( % )

L O S S IS A M P A S K E M P A ( % ) 0.60 0.55 0.50 0.45 0.40 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 4.0 3.9 3.8


(54)

Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar minyak pada biji ampas kempa sangat kecil terhadap kadar minyak pada ampas kempa.

Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Gambar 6. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas dengan kempa kadar air ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 6 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik tersebar membentuk pola yang sedikit menaik. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikankadar air pada ampas kempa berbanding lurus dengan kenaikankadar minyak pada biji ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,008.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 6. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang sangat lemah antara kadar air dengan kadar minyak pada biji ampas kempa,

KADAR AI R ( % )

L O S S IS B IJ I (% ) 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 0.60 0.55 0.50 0.45 0.40


(55)

karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar air pada ampas kempa sangat kecil atau hampir tidak ada pengaruh terhadapkadar minyak pada biji ampas kempa.

Kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadarbiji pecah

Gambar 7. Diagram pencar hubungan kadar minyak pada biji ampas kempa dengan kadar biji pecah pada ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 7 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik tersebar merata membentuk pola yang mendatar. Namun, bila diperhatikan pola yang terbentuk sedikit menurun. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikankadar minyak pada biji ampas kempa berbanding terbalik dengan kenaikankadar biji pecahpada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang negatif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut

BI JI PECAH ( % )

L O S S IS B IJ I (% ) 16 14 12 10 8 6 4 2 0.60 0.55 0.50 0.45 0.40


(56)

dari hasil perhitungan pada Lampiran 7. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang sangat lemah antara kadar biji pecahdengan kadar kehilangan minyak pada biji ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar biji pecah pada ampas kempa sangat kecil atau hampir tidak ada pengaruh terhadap kadar minyak pada biji ampas kempa.

Kadar biji pecah dengan kadar air ampas kempa

Gambar 8. Diagram pencar hubungan kadar biji pecah pada ampas kempa dengan kadar air ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 8 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik yang tersebar membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar air berbanding terbalik dengan kenaikan kadar biji pecah pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang negatif.

KADAR AI R ( % )

B IJ I P E C A H ( % ) 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 16 14 12 10 8 6 4 2


(57)

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,107.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 8. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang lemah antara kadar air dengan kadar biji pecah pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar air kecil terhadap kadar biji pecah pada ampas kempa.

Rendemen

Rendemen dengan kadar minyak ampas kempa

Gambar 9. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar minyak ampas kempa

Hasil visualisasi dari Gambar 9 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik yang tersebar membentuk pola yang menaik. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar rendemen berbanding lurus dengan kenaikankadar minyak pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik

LOSSI S AMPAS KEMPA ( % )

R E N D E M E N ( % ) 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 4.0 3.9 3.8 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0


(58)

yang positif. Namun demikian, hubungan ini tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan, dimana seharusnya kehilangan minyak pada ampas kempa menyebabkan rendemen minyak menjadi berkurang. Diduga ada faktor-faktor penyebab lain yang lebih dominan yang dapat mempengaruhi rendemen minyak di pabrik. Sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut dalam pemecahan masalah ini.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,108.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 9. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang lemah antara rendemen dengan kehilangan minyak pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar minyak pada ampas kempa cukup kecil terhadap rendemen minyak.

Rendemen dengan kadar air ampas kempa

Gambar 10. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar air ampas kempa

KADAR AI R ( % )

R E N D E M E N ( % ) 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0


(59)

Hasil visualisasi dari Gambar 10 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik yang tersebar membentuk pola yang menaik. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar rendemen berbanding lurus dengan kenaikankadar air pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang positif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,038.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 10. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang sangat lemah antara rendemen dengan kehilangan minyak pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar air pada ampas kempa sangat kecil terhadap rendemen minyak. Rendemen dengan kadar biji pecah

Gambar 11. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar biji pecah pada

BI JI PECAH ( % )

R E N D E M E N ( % ) 16 14 12 10 8 6 4 2 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0


(60)

Hasil visualisasi dari Gambar 11 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik tersebar merata membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar rendemen berbanding terbalik dengan kenaikankadar biji pecah pada ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang negatif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,147.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 11. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang cukup lemah antara rendemen dengan kadar biji pecah pada ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar biji pecah pada ampas kempa cukup kecil terhadap rendemen minyak. Rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa

Gambar 12. Diagram pencar hubungan rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa

LOSSI S BI JI ( % )

R E N D E M E N ( % ) 0.60 0.55 0.50 0.45 0.40 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0


(61)

Hasil visualisasi dari Gambar 12 menunjukkan bahwa ada kecenderungan titik-titik yang tersebar membentuk pola yang menurun. Sehingga dari pola tersebut terlihat hubungan kenaikan kadar rendemen berbanding terbalik dengan kenaikankadar minyak pada biji ampas kempa. Hal ini ditunjukkan dengan titik-titik yang tersebar membentuk suatu pola yang mengarah ke bentuk hubungan korelasi yang negatif.

Selanjutnya apabila dilakukan analisis korelasi dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,091.Adapun nilai tersebut diperoleh dari hasil perhitungan pada Lampiran 12. Ini menunjukkan bahwa hubungan yang lemah antara rendemen dengan kadar minyak pada biji ampas kempa, karena nilai koefisien korelasinya mendekati nol (0). Sehingga dapat dikatakan pengaruh kadar minyak pada biji ampas sangat kecil terhadap rendemen minyak.

Penyusunan Diagram Sebab-Akibat Kehilangan minyak pada ampas kempa

Kehilangan minyak pada ampas kempa adalah minyak yang melekat pada ampas yang keluar dari mesin kempa. Agar kehilangan minyak pada ampas kempa sedikit maka diperlukan tekanan kempa dan proses pengolahan yang baik, ini berhubungan dengan kondisi mesin pengolahan terutama mesin kempa di pabrik tersebut. Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka penyebab utama yang mempengaruhi kehilangan minyak pada ampas kempa adalah mesin pengolahan dan proses pengolahan.


(62)

Pada proses pengempaan, kehilangan minyak yang tinggi pada ampas kempa dikarenakan tekanan kempa yang tidak sesuai, silinder kempa yang rusak atau tersumbat akibat dari kondisi mesin kempa yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryadi (2011) yang menyatakan bahwa pengambilan cairan minyak menjadi kurang efektif apabila di screw press terjadi: silinder press tersumbat akibat jarang dikosongkan, air panas (air pengencer) diberikan pada adonan tidak cukup, tekanan screw press dibawah ketentuan.

Proses pengolahan juga mempengaruhi kehilangan minyak pada ampas kempa, dimulai dari proses penyortiran buah hingga sampai proses pelumatan buah. Siklus perebusan yang kurang baik mengakibatkan buah belum matang atau terlalu matangsehingga kehilangan minyak yang terjadi akan lebih banyak lagi. Selain itu, tidak optimalnya kinerja mesin kempa dapat terjadi karena kelalaian operator dalam mengawasi proses pengolahan.

Kadar air pada ampas kempa

Kadar air adalah jumlah kandungan air (%) yang terdapat dalam ampas kempa. Dalam pembahasnya tentang masalah kadar air dalam ampas kempa, maka sudah pasti dipengaruhi oleh proses pengolahan di pabrik yang nyatanya banyak menggunakan air selama proses pengolahan terutama pada proses perebusan dan pelumatan buah.

Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka penyebab utama yang mempengaruhi kadar air ampas kempa adalah proses pengolahan. Kadar air yang tinggi pada umumnya disebabkan karena proses perebusan dan pelumatan yang tidak


(63)

sempurna. Pada proses pelumatan, air yang diberikan disesuaikandengan massa lumatan yang akan dikempa. Air digunakan untuk mengencerkan massa lumatan agar mempermudah proses pengempaan.Jumlah air diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, apabila terlalu sedikit dapat menyebabkan kerusakan pada screwpress dan apabila terlalu banyak akan menyebabkan ampas terlalu basah. Hal ini dapat terjadi akibat kelalaian operator ataupun akibat kinerja mesin yang rendah.

Kadar biji pecah pada ampas kempa

Kadar biji pecah adalah banyaknya perbandingancangkang, biji pecah dan inti yang pecahdengan jumlah keseluruhan biji yang terdapat pada ampas kempa, biasanya berbanding terbalik dengan kehilangan minyak pada ampas kempa, semakin tinggi ampas kempa maka semakin rendah kadar biji pecahnya. Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka penyebab utama yang mempengaruhi kadar biji pecahadalah bahan baku dan kondisi mesin kempa.

Agar kandungan biji pecah pada ampas rendah, maka buah kelapa sawit yang diolah di pabrik haruslah buah yang benar-benar matang karena bila buah tersebut mentah maka intinya akan lebih mudah pecah dibandingkan dengan buah matang. Selain itu, ukuran biji yang tidak seragam juga menyebabkan kadar biji pecah yang tinggi. Tinggi kadar inti pecah dapatmenyebabkan terserapnya minyak pada cangkang dan biji yang pecah sehingga perlu ada penyesuaian antara kadar kehilangan minyak dengan kadarbiji pecah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) yang menyatakan bahwa tekanan kempa juga mempengaruhi jumlah biji dan inti yang pecah dalam ampas kempa, yang


(64)

sebagian besarnya hilang dalam cangkang atau debu pemecah biji. Dengan demikian harus ada kompromi antara kehilangan minyak yang rendah dalam ampas dengan persentase biji pecah yang tinggi dalam ampas kempa atau sebaliknya.

Kehilangan minyak pada biji ampas kempa

Kehilangan minyak pada biji ampas kempa adalah minyak yang melekat pada biji dari ampas yang keluar dari mesin kempa. Sama halnya dengan kehilangan minyak pada ampas kempa,kehilangan minyak pada biji jugaberhubungan dengan kondisi mesin pengolahan terutama mesin kempa di pabrik tersebut. Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka penyebab utama yang mempengaruhi kehilangan minyak pada ampas kempa adalah mesin pengolahan dan proses pengolahan.

Pada proses pengempaan, kehilangan minyak pada biji yang tinggi dikarenakan tekanan kempa yang tidak sesuai, silinder kempa yang rusak atau tersumbat akibat dari kondisi mesin kempa yang kurang baik. Proses pengolahan juga mempengaruhi kehilangan minyak pada biji ampas kempa, dimulai dari proses penyortiran buah hingga sampai proses pelumatan buah. Selain itu, tidak optimalnya kinerja mesin kempa dapat terjadi karena kelalaian operator dalam mengawasi proses pengolahan.

Rendemen

Rendemen adalah perbandingan produksi CPO yang diperoleh dengan banyaknya tandan buah segar (TBS) yang diolah dalam persen. Apabila kita


(65)

membahas tentang masalah rendemen produksi CPO, maka sudah pasti dipengaruhi oleh mutu bahan baku dan erat kaitannya dengan kinerja setiap unit mesin pengolahan mulai dari awal proses sampai dihasilkannya CPO.

Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka rendahnya rendemen produksi CPO umumnya disebabkan oleh pengaruh bahan baku dan proses pengolahan.

Jika dilihat dari bahan bakunya, rendahnya rendemen CPO yang dihasilkan disebabkan karena kondisi TBS yang telah menginap lebih dari 24 jam (buah restan), tingkat kemasakan buah (umur buah), panenbuah, dan komposisi kandungan buah. Selain itu, proses pengangkutan dan penyortiran buah juga harus diperhatikan, buah yang dipanen harus segera diolah agar kandungan asam lemak bebas (ALB) tidak meningkat. Proses penyortiran dilakukan agar kotoran yang melekat pada TBS dapat dikurangi karena banyaknya kotoran pada TBS dapat mempengaruhi proses pengolahan, disamping dapat merusak mesin juga mengurangi mutu dari CPO yang dihasilkan.

Pada proses pengolahan, turunnyarendemen juga disebabkan karena kinerja mesin yang masih rendah, alat yang kurang memadai, umur mesin di pabrik sawit yang relatif tua, dan juga kurangnya pengawasan pada proses pengolahan. Banyaknya kehilangan minyak pada proses pengolahan dapat menyebabkan rendahnya rendemen. Sehingga agar rendemen tidak rendah perlu dilakukan pengawasan dan perawatan alat dan mesin pengolahan di pabrik.


(66)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kehilangan minyak pada ampas kempa memiliki hubungan korelasi positif terhadap kadar air ampas kempa dan kadar minyak pada biji ampas kempa, serta memiliki hubungan korelasi negatif terhadap kadar biji pecah pada ampas kempa.

2. Kadar air ampas kempa memberi pengaruh korelasi terbesar terhadap kehilangan minyak pada ampas kempa dan kadar minyak pada biji ampas kempa memberi pengaruh korelasi terkecil terhadap kehilangan minyak pada ampas kempa.

3. Rendemen minyak memiliki hubungan korelasi positif terhadap kehilangan minyak pada ampas kempa dan kadar air ampas kempa, serta memiliki hubungan korelasi negatif terhadap kadar biji pecah pada ampas kempa dan kadar minyak pada biji ampas kempa.

4. Kadar biji pecah pada ampas kempa memberi pengaruh korelasi terbesar terhadap rendemen minyak dan kadar minyak pada biji ampas kempa memberi pengaruh korelasi terkecil terhadap rendemen minyak.

5. Kehilangan minyak pada ampas kempa dan kehilangan minyak pada biji ampas kempa dipengaruhi oleh mesin pengolahan dan proses pengolahan. 6. Kadar air pada ampas kempa dipengaruhi oleh proses pengolahan.

7. Kadar biji pecah pada ampas kempa dipengaruhi oleh bahan baku dan mesin pengolahan.


(67)

Saran

1. Agar kehilangan minyak dapat dihindari seminimal mungkin perlu dilakukanpeningkatkan pengawasan terhadap proses pengolahan dan perawatan peralatan dan mesin pabrik sehingga kinerja proses pengolahan menjadi optimal.

2. Agar lebih memperhatikan kualitas bahan baku, baik dari awal penanaman, pemanenan maupun penanganan pascapanenserta pengawasan kualitas TBS dari pihak ketiga.

3. Agar hasil analisis terhadap kehilangan minyak lebih akurat maka kalibrasi terhadap alat dan mesin yang digunakan dalam analisis di laboratorium lebih diintensifkan.

4. Analisis ini masih dapat dilanjutkan untuk periode yang lebih lama agar dapat ditemukan hubungan korelasi yang lebih akurat.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)