Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

dicapai sebenarnya masih relatif rendah. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan dengan rata- rata nasional. • Daerah relatif tertinggal low growth and low income adalah daerah yang masih mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita lebih rendah dari pada rata- rata nasional.

2.4 Penelitian Terdahulu

Danastri, S dan Hendarto, R 2011 melakukan penelitian dengan judul Analisis Penetapan Pusat-Pusat Pertumbuhan Baru Di Kecamatan Harjamukti, Cirebon Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang pemandirian daerah sekitar pusat kota agar tidak bergantung pada kegiatan perekonomian pusat kota utama serta adanya ketimpangan pembangunan atau pembangunan yang tidak merata antara kawasan Cirebon Utara dan Cirebon Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis skalogram, dapat dilihat kondisi saat ini tiap-tiap kelurahan dengan fasilitas terlengkap adalah Kelurahan Kecapi, Kelurahan Harjamukti, Kelurahan Kalijaga, Kelurahan Larangan, dan Kelurahan Argasunya sebagai kelurahan yang jumlah fasilitasnya paling sedikit. Berdasarkan hasil analisis gravitasi,semua daerah di kecamatan Harjamukti memiliki interaksi yang kuat dengan daerah pusat kecamatan, yaitu Kelurahan Kalijaga. Ardila, Refika 2012 melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa daerah kecamatan yang ada pada tiap kota atau kabupaten memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai Universitas Sumatera Utara pusat pertumbuhan. Selain itu juga diharapkan adanya pemerataan pembangunan antar kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis tipologi klassen dengan menggunakan data PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 di masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, diperoleh empat keadaan ekonomi daerah. Kategori pertama adalah daerah maju dan cepat tumbuh adalah kecamatan Banjarnegara, Madukara dan Batur. Kategori kedua adalah daerah maju tapi tertekan adalah \Kecamatan Purwareja Klampok, Sigaluh, dan Pejawaran, Kategori ketiga adalah derah berkembang cepat adalah Kecamatan Susukan, Mandiraja, Bawang Rakit dan Punggelan. Kategori keempat adalah daerah relatif teringgal adalah Kecamatan Purwanegara, Pagedongan, Banjarmangu, Wanadadi, Karangkobar, Pagentan, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum. Berdasarkan hasil analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas pada 20 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, diperoleh 6 kecamatan pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Madukara, Kecamatan Purwanegara, Kecamatan Mandiraja, Kecamatan Purwareja Klmpok, Kecamatan Susukan. Arifin, Zainal 2008 melakukan penelitian dengan judul Penetapan Kawasan Andalan dan “Leading Sector” Sebagai Pusat Pertumbuhan Pada Empat Koridor Di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang adanya ketimpangan pertumbuhan daerah sehingga diperlukan pemicu pusat-pusat pertumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan daerah-daerah disekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis Tipologi Klassen di empat koridor di Jawa Timur yang termasuk daerah berkembang cepat adalah Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kota Universitas Sumatera Utara Madiun, Kota Probolinggo, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Bojonegoro. Yang tergolong daerah maju tapi tertekan adalah Kabupaten Sidorajo, Kabupaten Mojokerto, Kota Baru, Kediri, Kabupaten Nganjuk, KabupatenMadiun, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lamongan, KabupatenTuban dan Kabupaten Sumenep. Yang tergolong daerah berkembang cepat adalah Kabupaten Gresik, Kabupaten Malang, Kota Blitar, Kota Pasuruan, Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Bangkalan. Yang tergolong daerah relatif tertinggal adalah Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor yang paling banyak menjadi unggulan adalah pertanian disusul listrik, gas dan air bersih, bangunan, jasa-jasa, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, angkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan, serta pertambangan dan penggalian. Pujiati, A. 2009 melakukan penelitian dengan judul Analisis Kawasan Andalan Di Jawa Tengah. Penelitian ini memiliki latar belakang tidak optimalnya pertumbuhan perekonomian khususnya PDRB dan PDRB per kapita kawasan andalan dibandingkan daerah lainnya sehingga perlu dilakukan evaluasi kembali penetapan kawasan andalan sebagai pusat pertumbuhan dan penggerak ekonomi wilayah. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan hasil analisis tipologi klassen dapat disimpulkan terdapat tujuh kabupatenkota yang termasuk klasifikasi cepat maju dan cepat tumbuh, empat kabupatenkota yang termasuk klasifikasi daerah maju tapi tertekan, sembilan kabupatenkota yang termasuk klasifikasi Universitas Sumatera Utara berkembang cepat dan limabelas kabupatenkota yang termasuk klasifikasi relatif teringgal. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor unggulan dikawasan andalan cenderung didominasi sektor skunder dan tersier . Hasil analisis indeks spesialisasi regional menunjukkan bahwa kabupatenkota yang termasuk kawasan andalan relatif cenderung lebih tinggi daripada kawasan bukan andalan. Razak, AR. 2009 dalam Economis Journal of Emerging Markets melakukan penelitian dengan judul EconomicGrowth And Regional Development Disparity in South Sulawesi. Penelitian ini memiliki latar belakang adanya tingkat disparitas pembangunan ekonomi pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil klasen tipologi menunjukkan bahwa daerah yang termasuk klasifikasi cepat maju dan cepat tumbuh adalah kota Makassar, daerah yang termasuk klasifikasi daerah maju tapi tertekan yaitu Kota Parepare, kota Palopo, dan Kabupaten Luwu Utara, daerah yang termasuk klasifikasi berkembang cepat yaitu Kabupaten Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Takalar, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, dan Luwu, daerah yang termasuk klasifikasi daerah tertinggal yaitu Jeneponto, Gowa, Bone, Tana Toraja, dan Luwu Timur. Christofakis dan Athanasios 2011 melakukan penelitian dengan judul The Growth Poles Strategy in Regional Planning : The Recent Experience of Greece. Penelitian ini dilatar belakangi o;eh upaya untuk merangsang peran perkembangan pusat-pusat kota di Yunani dalam konteks perencanaan wilayah dan tata ruang. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pada tingkat pemrograman, pelaksanaan baru-baru ini pemrograman daerah di Yunani Universitas Sumatera Utara menunjukkan relatif kelemahan dalam merancang dan menerapkan kebijakan pembangunan perkotaan sebagai bagian dari program regional. Adapun masalah utama adalah tidak adanya spesialisasi aktual dalam Program Operasional Daerah, serta sebagai pembentukan atau adaptasi dan implementasi selanjutnya kebijakan tambahan yang diperlukan seperti kebijakan sektoral, jaringan kebijakan, mengangkut kebijakan, dll untuk realisasi kutub pertumbuhan strategi. Secara khusus, pembentukan kebijakan sektoral khusus untuk menarik kegiatan pendorong, berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan potensi masing-masing konsentrasi polar, dianggap dari besar penting, seiring dengan promosi proyek khusus di bidang infrastruktur yang strategis, tergantung pada potensi perkembangan dari masing-masing konsentrasi.

2.5 Kerangka Konseptual