a. pH-tanah
Dari hasil pengukuran pH tanah pada masing-masing jenis penggunaan lahan memberikan perbedaan yang nyata. Hasil pengkuran, analisis sidik ragam,
dan uji beda rataan pH tanah disajikan pada Lampiran 11, rataan pengukuran pH tanah dari masing-masing jenis penggunaan lahan pada Tabel 9. pH tanah dari
masing-masing jenis penggunaan lahan tergolong masam sampai agak masam Hardjowigeno, 1995.
Tabel 13. pH tanah dari masing-masing jenis penggunaan lahan
Penggunaan Lahan pH-tanah
Jati Bero
Rotasi Tebu Rotasi Palawija
5,73 b 5,67 b
5,22 a
5,19 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji Duncan
Lahan jati dengan pH 5,73 dan pada lahan bero dengan pH 5,67 memiliki nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan dengan rotasi penggunaan lahan tebu dan
palawija. pH tanah sangat berkorelasi terhadap pengolahan tanah dan kandungan bahan organik tanah, dimana pH berkorelasi negatif terhadap pH tanah dan
kandungan bahan organik tanah. Semakin aktif pengolahan tanah dan semakin rendah kandungan bahan organik akan memberikan pH tanah yang rendah
masam Hardjowigeno, 1995. Hubungan pH dengan ke empat jenis penggunaan lahan dilukiskan pada Gambar 8.
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
5 , 7 3 b 5 , 6 7 b
5 , 2 2 a 5 , 1 9 a
J a t i B e r o
T e b u P a la w i j a
J e n i s P e n g g u n a a n L a h a n
1 , 0 0 2 , 0 0
3 , 0 0 4 , 0 0
5 , 0 0
P H
-ta n
a h
Gambar 8. Hubungan pH dengan masing-masing jenis penggunaan lahan b. C-organik,,Kandungan Bahan Organik, dan N-Total Tanah
Hasil pengukuran C-organik dari masing-masing jenis penggunaan lahan tergolong sangat rendah sampai rendah Hardjowigeno, 1995. Terdapat
perbedaan yang sangat nyata dari ke empat jenis penggunaan lahan terhadap C- organik tanah Lampiran 12, rataan hasil pengukuran C-organik pada Tabel 10.
Rataan kandungan C- organik untuk lahan jati adalah 1,73 dan lahan bero 1,74 , adalah lebih tinggi dibandingkan dengan lahan rotasi tebu 1,48 dan
palawija 0,89 . Hal ini berhubungan erat dengan suumbangan bahan organik terhadap tanah dimana lahan jati dan bero lebih tinggi. Ditinjau dari sisi
pengolahan tanah, lahan tebu dan palawija pengolahan tanahnya sangat intensif sehingga mempercepat proses pelapukan dan terjadinya degradasi kandungan
bahan organik, oleh sebab ini maka kandungan C-organik untuk lahan rotasi tebu dan palawija lebih kecil. Hubungan C-organik dengan ke empat jenis rotasi
penggunaan lahan dilukiskan pada Gambar 9.
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
Tabel 14. C-organik tanah dari masing-masing jenis penggunaan lahan
Penggunaan Lahan C-organik
Jati Bero
Rotasi Tebu Rotasi Palawija
1,73 c 1,74 c
1,48 b 0,89 a
Keterangan :
Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji Duncan
Kandungan karbon dalam tanah merupakan komponen utama dalam bahan organik yang mempengaruhi sifat tanah baik secara fisik dan kimia maupun
biologi. Lahan jati dan bero mempunyai sifat fisik yang lebih baik dibandingkan dengan lahan rotasi tebu dan palawija. Hubungan kandungan bahan organik tanah
dengan ke empat jenis penggunaan lahan pada Lampiran 13 dan Tabel 15. Tabel 15. Kandungan bahan organik tanah dari masing-masing jenis penggunaan
lahan
Penggunaan Lahan Bahan Organik tanah
Jati Bero
Rotasi Tebu Rotasi Palawija
2,98 c 3,00 c
2,56 b 1,54 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji Duncan
Hubungan kandungan bahan organik tanah dengan ke empat jenis penggunaan lahan berbeda sangat nyata. Penggunaan lahan jati mengandung
bahan organik tanah sebesar 2,98 dan lahan bero 3,00 lebih tinggi dibandingkan dengan lahan rotasi tebu 2,56 dan rotasi palawija 1,54 . Hal
ini erat kaitannya dengan kandungan C-organik tanah di atas dimana penggunaan lahan jati dan bero lebih tinggi kandungan C-organiknya dibandingkan dengan
penggunaan lahan rotasi tebu dan palawija. Hubungan diantara ke empat jenis penggunaan lahan dengan kandungan bahan organik tanah dilukiskan pada
Gambar 10.
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
1,73 c 1,74 c
1,48 b
0,89 a
Jati bero
T ebu P alawija
Jenis P enggunaan L ahan
0,00 0,50
1,00 1,50
C -O
rgan ik
Gambar 9. Hubungan masing-masing jenis penggunaan lahan dengan C-organik
2,98 c 3.00 c
2,56 b
1,54 a
Jati bero
Tebu Palawija
Jenis Penggunaan Lahan
0,00 1,00
2,00 3,00
Ba ha
n Org a
nik
Gambar 10. Hubungan masing-masing jenis penggunaan lahan dengan kandungan bahan organik tanah
Hasil pengukuran N-total tanah juga berkorelasi positif dengan kandungan C-organik tanah dimana lahan jati 0,18 dan bera 0,18 lebih tinggi
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
dibandingkan dengan lahan tebu 0,16 dan lahan palawija 0,15 . Hasil pengukuran N-total pada masing-masing jenis penggunaan lahan terdapat pada
Lampiran 14 dan Tabel 12. Tabel 16. N-total tanah dari masing-masing jenis penggunaan lahan
Penggunaan Lahan N-total
Jati Bero
Rotasi Tebu Rotasi Palawija
0,18 b 0,18 b
0,16 a 0,15 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji Duncan
Hasil akhir dekomposisi bahan organik adalah bentuk-bentuk N yang
dapat digunakan tanaman, sehingga apabila C-organik tanah tinggi di dalam tanah akan mineralisasi ini akan memberikan N-total tanah yang tinggi. Dari rataan N-
total pada ke empat jenis penggunaan lahan kandungannya tergolong rendah. Hardjowigeno, 1995. Hubungan ke empat jenis penggunaan lahan dengan N-
total tanah dilukiskan pada Gambar 11.
0 ,1 8 b 0 ,1 8
b 0 ,1 6
a 0 ,1 5 a
J a ti b e ro
T e b u P a la w ija
J e n is P e n g g u n a a n L a h a n
0 ,0 0 0 ,0 5
0 ,1 0 0 ,1 5
N- T
o ta
l
Gambar 11. N-total dari ke empat jenis penggunaan lahan
c. P-Tersedia
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
Kandungan P-tersedia tanah pada ke empat jenis rotasi penggunaan lahan tergolong sedang Hardjowigeno, 1995. Hasil pengukuran P-tersedia pada
masing-masing jenis penggunaan lahan terdapat pada Lampiran 15 dan Tabel 13. Tabel 17. P-tersedia tanah dari masing-masing jenis penggunaan lahan
Penggunaan Lahan P-tersedia ppm
Jati Bero
Rotasi Tebu Rotasi Palawija
14,65 a 14,71 a
24,42 c
23,60 b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji Duncan
Rataan P-tersedia untuk lahan jati adalah 14,65 ppm dan lahan bero 14,71 ppm, lebih rendah dibandingkan dengan lahan rotasi tebu yaitu 24,42 ppm dan
palawija 23,60 ppm. Hal ini disebabkan kerena lahan tebu untuk penanamannya diperlukan hara P yang relatif besar sehingga residu P dimungkinkan masih tinggi
di dalam tanah, begitu juga halnya dengan lahan palawija. Akibat dari pengolahan tanah yang intensif, maka mineral alofan yang ada di dalam tanah akan
termineralisasi sehingga P yang tadinya dijerap oleh mineral ini akan lepas ke dalam larutan tanah yang mengakibatkan P akan besar di dalam larutan tanah
Tan, 1998. Hubungan P-tersedia dari ke empat jenis penggunaan lahan dilukiskan pada Gambar 12.
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
2 4 , 4 2 c 2 3 , 6 0 b
1 4 , 6 7 a 1 4 , 7 1 a
J a t i b e r o
T e b u P a l a w i j a
J e n i s P e n g g u n a a n L a h a n
5 , 0 0 1 0 , 0 0
1 5 , 0 0 2 0 , 0 0
2 5 , 0 0
P-tersedi a
p p
m
Gambar 12. Hubungan P-tersedia ppm dengan ke empat jenis penggunaan lahan
d. Kation Tukar Tanah K, Ca, Mg, dan Na Hasil pengukuran kandungan K-dapat dipertukarkan K-dd dari ke empat
jenis penggunaan lahan terdapat pada Lampiran 16 dan Tabel 14 dimana kandungan K-dd tergolong rendah sampai sedang Hardjowigeno, 1995. Lahan
jati 0,47 me100 g, bero 0,42 me100 g, tebu 0,20 me100 g, dan palawija 0,21 me100 g. Hubungan kandungan K-dd tanah dengan ke empat jenis
penggunaan lahan berbeda sangat nyata. Kandungan K-dd rendah bisa dihubungkan dengan kandungan
mineral yang ada pada tanah lokasi penelitian. Menurut Puslittanak 1993, tanah di Kebun Klambir Lima mengandung mineral campuran antara mineral 2 : 1 dan
alofan sedikit imogulit. Mineral 2 : 1 yang dominan di tanah ini adalah illit, montmorilonit dan mineral lainnya. Diketahui bahwa mineral illit kuat memfiksasi
K di antara kisi-kisi mineralnya. Oleh sebab ini walaupun dilakukan pemupukan K namun K yang dapat dipertukarkan di dalam tanah rendah. Pada Gambar 13
dilukiskan hubungan antar masing-masing jenis penggunaan lahan dengan kandungan K-dd tanah.
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
Tabel 18. K-dd tanah dari masing-masing jenis penggunaan lahan
Penggunaan Lahan K-dd me100 g
Jati Bero
Rotasi Tebu Rotasi Palawija
0,47 d 0,36 c
0,15 b 0,08 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji Duncan
0 , 4 7 b
0 , 4 2 b
0 , 2 0 a 0 , 2 1 a
J a t i b e r o
T e b u P a l a w ij a
J e n i s P e n g g u n a a n L a h a n
0 , 0 0 0 , 1 0
0 , 2 0 0 , 3 0
0 , 4 0
K-dd m
e 1
00 g
Gambar 13. Hubungan diantara ke empat jenis penggunaan lahan dengan kandungan K-dd me100 g.
Hasil pengukuran kandungan Ca-dapat dipertukarkan Ca-dd dari ke empat jenis penggunaan lahan tergolong tinggi sampai sangat tinggi dan
kandungan Mg-dapat dipertukarkan Mg-dd rendah sampai sedang Hardjowigeno, 1995. Hubungan Ca-dd dan Mg-dd dengan ke empat jenis
penggunaan lahan berbeda sangat nyata Lampiran 17 dan Tabel 15. Tabel 19. Ca-dd dan Mg-dd tanah dari masing-masing jenis penggunaan lahan
Penggunaan Lahan Ca-dd me100 g Mg-dd me100 g
Jati Bero
Rotasi Tebu Rotasi Palawija
1,36 a 0,32 a 4,22 c 1,29 d
4,56 c 1,22 c 2,88 b 1,03 b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji Duncan
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
Tingginya kandungan Ca-dd berhubungan dengan pengapuran yang terus dilakukan apabila akan dimulai penanaman baik pada penanaman tembakau
maupun tebu. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit dan kiserit. Oleh sebab itu kandungan Mg tinggi dari residu pengapuran tersebut. Kandungan Ca-dd lebih
tinggi pada lahan bero dan lahan rotasi tebu dibandingkan dengan lahan jati dan lahan rotasi palawija serta berbeda nyata diantaranya. Hal ini disebabkan karena
lahan bero dan lahan rotasi tebu tetap dilakukan pengapuran setiap musim tanamnya sedangkan lahan jati tidak dilakukan pengapuran. Lahan rotasi palawija
pengapuran dilakukan pada saat akan dimulainya penanaman tembakau setelah itu tidak dilakukan lagi pengapuran. Hubungan ke empat jenis penggunaan lahan
dengan kandungan Ca-dd dan Mg-dd dilikiskan pada Gambar 14 dan 15.
2 5 , 3 7 c 2 3 , 8 9
c 1 7 , 9 7
b 1 4 , 0 7
a
J a t i b e r o
T e b u P a l a w i j a
J e n i s P e n g g u n a a n L a h a n
5 , 0 0 1 0 , 0 0
1 5 , 0 0 2 0 , 0 0
2 5 , 0 0
Ca- d
d m
e100 g
Gambar 14. Hubungan antara Ca-dd me100 g dengan masing-masing jenis penggunaan lahan
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
1 , 2 9 d 1 , 2 2 c
1 , 0 3 d
0 . 3 9 a
J a t i b e r o
T e b u P a l a w i j a
J e n i s P e n g g u n a a n L a h a n
0 , 0 0 0 , 5 0
1 , 0 0
M g
.d d
m e10
0 g
Gambar 15. Hubungan dari masing-masing jenis penggunaan lahan dengan Mg-dd me100 g.
Hasil pengukuran Na-dd dari masing-masing jenis rotasi penggunaan lahan tergolong rendah Hardjowigeno, 1995 dimana lahan jati 0,10 me100 g,
bera 0,18 me100 g, tebu 0,11 me100 g, palawija 0,12 me100 g. Hubungan di antara ke empat jenis penggunaan lahan dengan kandungan Na-dd tanah tidak
berbeda nyata Lampiran 19 dan Tabel 16. Tabel 20. Na-dd tanah dari masing-masing jenis penggunaan lahan
Penggunaan Lahan Na-dd me100 g
Jati Bero
Rotasi Tebu Rotasi Palawija
0,10 0,11
0,10 0,11
0 , 1 1 0 . 1 0 0 . 1 1
0 , 1 0
J a t i b e r o
T e b u P a l a w i j a
J e n i s P e n g g u n a a n L a h a n
0 , 0 2 0 , 0 4
0 , 0 6 0 , 0 8
0 , 1 0
Na-d d m
e 10
0 g
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
Gambar 16. Hubungan antar ke empat jenis penggunaan lahan dengan kandungan Na-dd me100 g
e. Kapasitas Tukar Kation KTK Tanah Kapasitas tukar kation merupakan suatu ukuran kapasitas tanah yang
berhubungan dengan kemampuan menyediakan hara kepada tanaman. Sifat ini selalu digunakan sebagai indeks kesuburan tanah. Hasil pengukuran KTK tanah
dari ke empat jenis rotasi penggunaan lahan tergolong sangat rendah sampai rendah Hardjowigeno, 1995. Lahan jati memberikan nilai 6,45 me100 g, lahan
bero 5,72 me100 g, lahan rotasi tebu 4,54 me100 g, dan lahan rotasi palawija 4,73 me100 g. Hubungan antara ke empat jenis penggunaan lahan dengan KTK
tanah adalah berbeda sangat nyata Lampiran 20 dan Tabel 17. Tabel 20. Na-dd tanah dari masing-masing jenis penggunaan lahan
Penggunaan Lahan Na-dd me100 g
Jati Bero
Rotasi Tebu Rotasi Palawija
0,10 0,11
0,10 0,11
Tabel 17. Kapasitas tukar kation tanah dari masing-masing jenis penggunaan lahan
Peubah Amatan Penggunaan Lahan
Rata-rata Perlakuan
KTK me100 g Jati
Bero Rotasi Tebu
Rotasi Palawija 6,45 c
5,72 b 4,73 a
4,54 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji Duncan
Rendahnya nilai KTK ini adalah disebabkan kandungan bahan organik dari ke empat jenis penggunaan lahan tergolong sangat rendah sampai rendah.
Hal ini sejalan dengan KTK tanah dimana kandungan bahan organik tanah berkorelasi positif dengan KTK tanah. Hubungan diantara keempat jenis rotasi
penggunaan lahan dengan KTK tertera pada Gambar 17.
Ratna Mauli Lubis : Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Akibat Berbagai Sistem Rotasi Penggunaan Lahan Tembakau Deli. USU e-Repository © 2008.
6 , 4 5 c 5 , 7 2 b
4 , 7 3 a 4 , 5 4 a
J a t i b e r o
T e b u P a l a w i j a
J e n i s P e n g g u n a a n L a h a n
0 , 0 2 , 0
4 , 0 6 , 0
KT K T
a n
a h
m e
10 g
Gambar 17. Hubungan KTK me100 g dengan ke empat jenis lahan
f. Kejenuhan Basa KB Tanah