Museum dan Pusat Komunitas Seni Tembakau Deli
“
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI
TEMBAKAU DELI
”
(ARSITEKTUR KONTEKSTUAL)
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
OLEH
(FITRI A N SINAGA)
(110406043)
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
(2)
“
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI
TEMBAKAU DELI
”
(ARSITEKTUR KONTEKSTUAL)
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
OLEH
(FITRI A N SINAGA)
(110406043)
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
(3)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU
DELI
(ARSITEKTUR KONTEKSTUAL)
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar sarjana teknik
Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH :
(FITRI A N SINAGA)
(110406043)
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
(4)
PERNYATAAN
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 23 Juli 2015
(5)
Judul Skripsi : Museum dan Pusat Komunitas Seni Tembakau Deli Nama Mahasiswa : Fitri A N Sinaga
Nomor Pokok : 110406043
Departemen : Arsitektur
Menyetujui Dosen Pembimbing
(Ir. N. Vinky Rahman, M.T)
NIP. 196606221997021001
Dosen Koordinator, Ketua Program Studi,
(Ir.N.Vinky Rahman,M.T) (Ir.N.Vinky Rahman,.M.T ) NIP. 196606221997021001 NIP. 196606221997021001
(6)
Tanggal Lulus :
Telah diuji pada Tanggal : Juli 2015
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Ir. N.Vinky Rahman, M.T Anggota Komisi Penguji : 1. Chichi Asda, S.T, M.T
(7)
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR
(SHP2A)
Nama : Fitri A N Sinaga
NIM : 110406043
Judul Proyek Tugas Akhir : Museum dan Pusat Komunitas Seni Tembakau Deli
Tema : Arsitektur Kontekstual
Rekapitulasi Nilai :
A B+ B C C+ D E
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No. Status
Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing Koordinator RTA - 4231
1. Lulus Langsung
2. Lulus Melengkapi
3. Perbaikan Tanpa
Sidang
4. Perbaikan Dengan
Sidang
5. Tidak Lulus
Medan, 23 Juli 2015
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N Vinky Rahman, MT __________________________
Koordinator Tugas Akhir
Ir. N Vinky Rahman, MT __________________________
(8)
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Berkat, dan Kasih KaruniaNya yang telah diberikan, untuk menyelesaikan Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera utara ( USU ) Medan.
Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih banyak dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, selaku Dosen Pembimbing, Dosen Koordinator sekaligus Ketua Departemen Arsitektur yang telah memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Chichi Asda, ST. MT. dan Bapak Agus Jhonson,S.T, M.T selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak Bimbingan dan Arahan untuk Kesempurnaan Skripsi ini.
3. Kedua Orangtua serta Ketiga Saudara saya Wina Sinaga, Eidelbret Sinaga, Agustina Sinaga yang telah memberikan, semangat dan juga dorongan, untuk menyelesaikan skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara ( USU ) Medan.
4. Kelompok VI, Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli, Risma Indah Sihite, Gunario Sihombing, Try Apriliasih S, Tim Solid yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam penulisan skripsi ini, juga Kelompok satu bimbingan skripsi, Kelompok V, Debora Sianturi,
(9)
Ivonda, Futry Amanda, Esra Aruan, M.Fadillah Sidiq, terimakasih atas dukungannya.
5. Kelompok Kecil ku, Bang Tumpal Tampubolon, Noni Sinaga, Robert Simbolon yang Menguatkan penulis dan memberikan semangat dan dukungan.
6. Tata Usaha Arsitektur Universitas Sumatera Utara, Kak Reni Ardila Sinaga, yang banyak membantu proses pengerjaan Skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan Stambuk 2011, abang kakak 2010, adik-adik 2012, 2013,2014 terimakasih banyak atas dukungannya.
8. Dan seluruh pihak yang banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juli 2015
Penulis
Fitri A N Sinaga
(10)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
ABSTRAK ... xvii
ABSTRACT ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Kerangka Berpikir... Error! Bookmark not defined. I.3 Sistematika Bahasan ... 4
BAB II ISU KAWASAN ... 6
II.1 Rumusan Masalah ... 6
II.2 Maksud dan Tujuan ... 6
II.3 Metode ... 7
II.3.1 Pendekatan Masalah ... 7
II.3.2 Asumsi... 7
II.3.3 Lingkup dan Batasan Perancangan ... 8
BAB III DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN ... 10
III.1 Judul ... 10
III.2 Tema ... 11
III.3 Study Banding ... 14
III.4 Data ... 22
III.5 Analisa... 25
III.6 Konsep... 43
BAB IV HASIL PERANCANGAN ... 49
(11)
BAB V PENGANTAR FUNGSI ... 52
BAB VI MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI53 VI.1 Rumusan Masalah ... 53
VI.3 Metode ... 54
VI.3.1 Pendekatan Masalah... 54
VI.3.2 Asumsi ... 54
VI.3.3 Lingkup dan Batasan Perancangan ... 55
BAB VII DESKRIPSI MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI ... 56
VII.1 Judul ... 56
VII.2 Tema ... 59
VII.3 Study Banding ... 59
VII.4 Data ... 72
VII.5 Analisa ... 76
VII.6 Program Ruang ... 88
VII.7 Zoning ... 98
VII.7.1 Flow Chart ... 98
VII.7.2 Matriks ... 99
VII.8 Konsep ... 100
BAB VIII HASIL PERANCANGAN MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI ... 105
VIII.1 Hasil Perancangan ... 105
BAB IX ... 116
KESIMPULAN ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 117
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Site Plan East Wing, Nationa 1 ... 15
Gambar 3.2 Pyramide du Louvre, Paris 1 ... 16
Gambar 3.3 Ponte Vecchio, Florence, Italia ... 18
Gambar 3.4 While Singapore River dulunya ... 18
Gambar 3.5 While Singapore river setelah direvitalisasi ... 19
Gambar 3.6 Sungai Malaka dulunya ... 20
Gambar 3.7. Sungai Malaka setelah direvitalisasi ... 21
Gambar 3.8. Peta Lokasi Eks Pemeraman Tembakau PTPN II ... 24
Gambar 3.9 Gedung Eks Pemeraman Tembakau PTPN II ... 27
Gambar 3.10 Rumah Manager ... 27
Gambar 3.11 Gedung Community Center ... 28
Gambar 3.12 Diorama ... 29
Gambar 3.13 Penginapan ... 30
Gambar 3.14 Pasar ... 30
Gambar 3.15 Taman Rekreasi ... 31
Gambar 3.16. Plaza ... 32
Gambar 3.17. Area Promenade ... 32
Gambar 3.18. Analisa Aksesbilitas ... 33
Gambar 3.19. Analisa Kebisingan ... 33
Gambar 3.20. Analisa View ... 37
Gambar 3.21. Analisa Sirkulasi ... 39
Gambar 3.22. Proses Analisa ... 41
Gambar 3.23. Matriks ... 42
Gambar 3.24. Konsep Zoning ... 43
Gambar 3.25. Konsep Sirkulasi ... 44
Gambar 3.26. Konsep Bentukan Bangunan ... 45
Gambar 3.27. Konsep RTH ... 46
Gambar 3.28. Konsep Orientasi Bangunan ... 47
Gambar 4.1 Master Plan ... 49
Gambar 7.1. Museum Kretek Kudus ... 60
Gambar 7.2. Museum Angkut Malang ... 62
Gambar 7.3. Master plan ... 67
Gambar 7.4. Denah ... 67
Gambar 7.5. Potongan ... 67
Gambar 7.6. Ruang Olahraga ... 68
Gambar 7.8. Pani Community Center ... 68
Gambar 7.9. Denah ... 69
Gambar 7.10.Potongan ... 69
Gambar 7.11. Komunitas Salihara ... 70
Gambar 7.12. Data Museum ... 72
Gambar 7.13. Data Pusat Komunitas Seni ... 73
(13)
Gambar 7.15. Analisa Struktur Museum... 76
Gambar 7.16. Analisa Akses, View, dan Kebisingan Pusat Komunitas ... 84
Gambar 7.17. Flow Chart Museum ... 98
Gambar 7.18. Flow Chart Pusat Komunitas... 98
Gambar 7.19. Matris Museum ... 99
Gambar 7.20. Matris Pusat Komunitas Seni ... 99
Gambar 7.21. Program Aktivitas Museum ... 100
Gambar 7.22. User Museum ... 100
Gambar 7.23. Bentukan Massa Museum ... 101
Gambar 7.24. Konsep Sirkulasi Luar Museum ... 102
Gambar 7.25. Konsep Sirkulasi dalam Bangunan ... 102
Gambar 7.26. Program aktivitas pusat Komunitas... 103
Gambar 7.27. User Pusat Komunitas ... 103
Gambar 7.28. Bentukan Massa Pusat Komunitas ... 104
Gambar 7.29. Sirkulasi dalam Bangunan Pusat Komunitas ... 104 Gambar 7.30. Sirkulasi luar bangunan ... Error! Bookmark not defined.
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.Analisa Aksesibilitas ... 34
Tabel 3.2. Analisa Kebisingan disebabkan ... 36
Tabel 3.3. Analisa Kebisingan disebabkan ... 37
Tabel 3.4. Analisa View dari Dalam ... 38
Tabel 3.5. Analisa View dari Dalam ... 39
Tabel 3.6. Analisa Sirkulasi ... 40
Tabel 3.7 Zoning ... 42
Tabel 7.1. Penilaian study Banding Museum ... 66
Tabel 7.2 . Penilaian Study Banding Pusat Komunitas ... 72
Tabel 7.3. Data Komunitas diKota Medan... 75
Tabel 7.4. Analisa Pengguna Museum ... 83
Tabel 7.5. Analisa pengguna Pusat Komunitas ... 88
Tabel 7.6 . Program Ruang Museum ... 93
(15)
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined. Diagram 3.1 Analisa Fungsi ... 27 Diagram 3.2. Skenario Kawasan Perancangan ... 48
(16)
ABSTRAK
Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli, merupakan salah satu kawasan wisata bersejarah diKota Medan, dengan mengangkat kembali cerita yang dulu berkembang disepanjang Kota Medan. Gedung Pemeraman Eks. PTPN II Medan, merupakan salah satu Bangunan bersejarah yang terdapat dilokasi Eksisting, bangunan ini direvitalisasi ulang, dan dijadikan Museum Tembakau Deli, untuk mengangkat kembali nilai historis bangunan ini. Selain bangunan Museum, terdapat juga perancangan fungsi bangunan lain, salah satunya adalah Pusat Komunitas Seni yang dapat digunakan oleh masyarakat Lokal, untuk belajar dan memproduksi barang kerajian dan Seni lainnya. Perancangan kawasan dan juga fungsi menggunakan metode yang terdiri dari pendekatan Masalah, asumsi serta lingkup dan Batasan Perancangan. Setelah itu tahap selanjutnya menganalisa kawasan seperti analisa view, sirkulasi, kebisingan dan yang lainnya yang melahirkan konsep perancangan sehingga timbulnya Desain akhir Perancangan Museum dan Pusat Komunitas Tembakau Deli. Penerapan tema Kontekstual harmoni dan Gaya Arsitektur Artdeco pada tiap fungsi bangunan dikawasan ini, diharapkan dapat meningkatkan dan membangkitkan kembali kawasan, untuk peningkatan perekonomian, pendidikan dan industri Pariwisata diKota Medan.
(17)
ABSTRACT
History of Tobacco Deli, is one of the tourist areas of the historic city of Medan, by lifting the back story that had grown along the city of Medan. Ex Ripening building. PTPN II field, is one of the historic buildings that are Existing location, the building was revitalized again, and used as Museum Tobacco Deli, to revive the historical value of this building. In addition to the Museum building, there are also design other building functions, one of which is the Community Center of Art which can be used by the local community, to learn and produce goods handicraft and other art. The design of the area and also functions using a method that consists of problem approaches, assumptions and limits the scope and design. After that the next stage of analyzing the region such as the analysis of view, circulation, noise and others who gave birth to the concept of the design so that the onset of the final design Design Museum and Community Center Deli Tobacco. Application of Contextual theme of harmony and Style Architecture Artdeco each building function of this region, is expected to improve and revive the region, for improving the economy, education and tourism industry in the city of Medan.
(18)
ABSTRACT
History of Tobacco Deli, is one of the tourist areas of the historic city of Medan, by lifting the back story that had grown along the city of Medan. Ex Ripening building. PTPN II field, is one of the historic buildings that are Existing location, the building was revitalized again, and used as Museum Tobacco Deli, to revive the historical value of this building. In addition to the Museum building, there are also design other building functions, one of which is the Community Center of Art which can be used by the local community, to learn and produce goods handicraft and other art. The design of the area and also functions using a method that consists of problem approaches, assumptions and limits the scope and design. After that the next stage of analyzing the region such as the analysis of view, circulation, noise and others who gave birth to the concept of the design so that the onset of the final design Design Museum and Community Center Deli Tobacco. Application of Contextual theme of harmony and Style Architecture Artdeco each building function of this region, is expected to improve and revive the region, for improving the economy, education and tourism industry in the city of Medan.
(19)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar BelakangMedan merupakan salah satu Kota di Indonesia dengan berbagai potensi kekayaan Alam dan Sumberdaya manusia, potensi kekayaan alam tersebut diantaranya adalah banyaknya industri perkebunan yang berdiri dikota Medan, salah satunya industri perkebunan tersebut adalah industri perkebunan Tembakau Deli. Medan merupakan salah satu Kota bersejarah diIndonesia, dimana dahulunya kota ini dikenal dengan Deli, dan berkembangnya Deli disebabkan oleh Indusri Perkebunan yang telah berdiri sejak awal abad 19.
Salah satu Kawasan sejarah diKota Medan, yang perlu untuk direvitalisasi adalah Kawasan Pemeraman tembakau EKS.PTPN II Medan, kawasan ini dulunya digunakan sebagai kawasan pengolahan tembakau Deli, namun sekarang ini, kawasan ini sudah tidak digunakan lagi untuk pengolahan Tembakau, hanya tersisa Gedung dan Pabrik bekas pengolahan tembakau. Sehingga kawasan ini perlu dihidupkan kembali, untuk tetap menjaga kelestarian bangunan bersejarah diKota Medan, salah satunya adalah dengan perancangan kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli.
Perancangan Kawasan Wisata Tembakau Deli ini bertujuan untuk menghidupkan kembali bangunan bersejarah yang sudah lama di nonaktifkan dan juga untuk membuka kembali wawasan masyarakat maupun investor
(20)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
agar tetap mempertahankan nilai sejarah bangunan tersebut dan juga bertujuan untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan semakin hilangnya nilai – nilai sejarah Fungsional pada Komplek EKS. PTPN II dan juga mengusulkan konsep Revitalisasi yang dapat diterapkan dengan unsur bangunan kontekstual.
Bangunan Pemeraman Tembakau Deli yaitu EKS.PTPN II Medan sudah lama dinon-aktifkan, dimana bangunan ini sebenarnya memiliki nilai sejarah yang tinggi . Oleh karena itu bangunan EKS.PTPN II Medan direvitalisasi kembali dengan penggunaan fungsi baru yaitu Museum, dimana Museum ini mengoleksi Tembakau dan sejarah dari bangunan Pemeraman Tembakau EKS.PTPN II Medan. Selain itu Bangunan Museum juga menyediakan barang-barang souveinir dan karya kerajinan yang diproduksi oleh Pusat Komunitas Seni, dimana Pusat Komunitas Seni sendiri muncul karena banyaknya aktifitas dan kegiatan masyarakat yang semakin beragam, dengan Potensi Kota Medan yang memiliki banyak masyarakat yang penuh dengan Kreativitas, oleh karena itu dibutuhkan wadah yang bisa menyalurkan kreativitas masyarakat melalui adanya Pusat Komunitas Seni .
(21)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
I.2 Kerangka Berpikir
PERMASALAHAN
- Bagaimana merancang suatu kawasan agar terbentuk satu kesatuan.
- Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan banguna
diinginkan.
- Bagaimana pengolahan ruang dalam satu kawasan yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi de
- Bagaimana menerapkan tema arsitektur kontekstual dalam rancangan master plan kawasan lokasi
-Bagaimana merencanakan sirkulasi pencapaian/aksebilitas yang mudah untuk dilalui berbagai trans
TUJUAN DAN SASARAN
-
Menyediakan Kawasan Wisata Edukasi bagi Masyarakat Kota Medan, dalam bidang Pengelolaan da
- Merancang dan Mengembangkan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli.
PRA DESAIN
KONSEP
ANALISA
KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI
LATAR BELAKANG
STUDI BANDING KAWASAN
SURVE
DESAIN
PERENCANAAN MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TE
PERMASALAHAN
- Bagaimana merancang bangunan Museum dan Pusat Komunitas Seni agar te
- Bagaimana mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan y
PENGUMPULAN DATA
TUJUAN DAN SASARAN KAWASAN
Sebagai Media yang memberikan Informasi kepada masyarakat tentang Varietas Temb
KONSEP
(22)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
I.3 Sistematika Bahasan BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar belakang, Kerangka Berpikir dan Sistematika Bahasan BAB II : ISU KAWASAN
Berisi tentang Rumusan Masalah, Maksud dan tujuan, Metode yang terdiri dari Pendekatan Masalah, Asumsi serta Lingkup dan Batasan Perancangan BAB III : DESKRIPSI PERANCANGAN
Berisi tentang Judul perancangan, Tema perancangan, Studi Banding, Data, Analisa Serta Konsep Perancangan
BAB IV : HASIL PERANCANGAN
Berisi Gambar Hasil Perancangan Kawasan berupa Gambar Kerja BAB V : PENGANTAR FUNGSI
Berisi tentang pengantar dari Perancangan Kawasanan menuju Perancangan Fungsi.
BAB VI MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Berisi tentang Rumusan Masalah, Maksud dan tujuan serta Metode yang terdiri dari Pendekatan Masalah, Asumsi, dan Lingkup Pendekatan Masalah BAB VII : DESKRIPSI FUNGSI
Berisi tentang Judul perancangan, Tema perancangan, Studi Banding, Data, Analisa Serta Konsep Perancangan
BAB VIII : HASIL PERANCANGAN
Berisi Gambar Hasil Perancangan Fungsi berupa Gambar Kerja BAB IX : KESIMPULAN
Berisi tentang Kesimpulan Mulai dari Perancangan Kawasan hingga Perancangan Fungsi
(23)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
DAFTAR PUSTAKA
Berisi Pustaka-pustaka maupun sumber lainnya, yang digunakan sebagai Literatur, selama proses perencanaan dan perancangan.
LAMPIRAN
(24)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
BAB II
ISU KAWASAN
II.1 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam perencanaan proyek Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli Medan Sumatera Utara ini adalah :
1. Bagaimana merancang suatu kawasan agar terbentuk satu kesatuan. 2. Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan
rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan. 3. Bagaimana pengolahan ruang dalam satu kawasan yang saling
berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda. 4. Bagaimana menerapkan tema arsitektur kontekstual dalam rancangan
master plan kawasan lokasi proyek.
5. Bagaimana merencanakan sirkulasi pencapaian/aksebilitas yang mudah untuk dilalui berbagai transportasi dan pejalan kaki.
II.2 Maksud dan Tujuan
Menyediakan Kawasan Wisata Edukasi bagi Masyarakat Kota Medan, dalam bidang Pengelohan dan Sejarah Tembakau Deli.
Merancang dan Mengembangkan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli.
(25)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
II.3 Metode
II.3.1 Pendekatan Masalah
Adapun pendekatan perancangan yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah :
Studi banding Literatur dengan melakukan pendekatan permasalahan dan kasus yang memiliki kesamaan dalam proyek sejenis maupun tema dalam judul proyek ini yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, media cetak dan lainnya dan sumber-sumber yang dianggap penting.
Survey lapangan, survey langsung ke lokasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat dari data-data yang didapat di lokasi tersebut.
II.3.2 Asumsi
Lingkup dan batasan digunakan dalam menentukan sejauh mana kajian yang akan dilakukan. Lingkup dan batasan dalam perancangan ini adalah :
Kawasan difungsikan sebagai Kawasan Wisata Buatan.
Salah satu Kawasan yang menjadi titik revitalisasi oleh Pemerintah Lokasi yang menjadi lingkup pembahasan dalam Perancangan
Arsitektur VI ini adalah Kecamatan Labuhan Deli, Medan, Sumatera Utara dengan batasan wilayah ± 8,2 Ha.
(26)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Faktor pembiayaan, terkait dengan faktor kepemilikan. Dalam hal ini, pemilik proyek diasumsikan pihak pemerintah daerah Kota Medan yang telah dijual kepada pihak swasta.
Masalah sosial, budaya dan ekonomi dalam kasus ini tidak dibahas secara mendalam.
Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang berada dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran arsitektur apabila dianggap berperan dalam menemukan faktor-faktor perencanaan akan diusahakan untuk membahasnya dengan asumsi-asumsi, pemikiran-pemikiran, studi banding pada bangunan sejenis dengan melihat perkembangan teknologi serta menggunakan logika sederhana sesuai dengan kemampuan yang ada.
Asumsi Fisik
Lahan milik Pemerintah, dan dikelola oleh Pihak Swasta. Pelebaran jalan pada Gang Melati menjadi 12 Meter
Kondisi fisik sungai Deli dalam keadaan baik, bersih dan jernih Zona tengah Kawasan adalah Plaza
II.3.3 Lingkup dan Batasan Perancangan
Adapun pendekatan perancangan yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah :
Pemilihan lokasi, lokasi yang dipilih adalah kawasan pemeraman Tembakau Deli EKS.PTPN II Medan.
(27)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Studi banding dengan melakukan pendekatan permasalahan dan kasus yang memiliki kesamaan dalam proyek sejenis maupun tema dalam judul proyek ini yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, media cetak dan lainnya dan sumber-sumber yang dianggap penting.
Survey lapangan, survey langsung ke lokasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat dari data-data yang didapat di lokasi tersebut.
(28)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
BAB III
DESKRIPSI PERANCANGAN KAWASAN
III.1 JudulAdapun judul dari kasus Perancangan Arsitektur VI ini adalah “Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli”.Berikut merupakan penjelasan terhadap judul kasus:
• Kawasan wisata adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan (SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87). • Sejarah adalah bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lalu,
dan pengungkapannya dapat dilakukan melalui aktualisasi dan penetasan pengalaman masa lalu (Sartono Kartodirjo).
• Tembakau Deli adalah tembakau terbaik yang terkenal hingga tingkat mancanegara dengan masa kejayaan pada abad ke-19 ( Departemen Pertanian, 1994).
Berdasarkan pengertian di atas maka Kawasan Wisata Sejarah
Tembakau Deli adalah suatu kawasan yang bertujuan untuk menghidupkan
kembali sumber daya wisata berupa nilai historis Tembakau Deli dengan wujud kegiatan pariwisata yang rekreatif dan edukatif.
(29)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
III.2 Tema
Tema yang digunakan dalam Perancangan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli adalah Arsitektur Kontekstual. Arsitektur Kontekstual berasal
dari kata “Arsitektur” dan “Kontekstual” yang memiliki pengertian sebagai
berikut :
a. Arsitektur
“Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.”Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. (mengutip Vitruvius, De Arhcitectura)
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
b. Kontekstual
Kontekstual berarti sebuah situasi yang tidak memungkinkan sebuah objek ada di satu tempat tanpa mengindahkan objek-objek yang sudah ada di tempat itu lebih dahulu. Perancangan kontekstual memusatkan perhatian
(30)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
utama pada karakteristik objek-objek yang sudah ada tersebut pada objek yang akan dibuat. (menurut Agus Dharma) Kontekstualisme dalam arsitektur dan perancangan kota merupakan salah satu reaksi yang melawan prinsip-prinsip modernisme. Kontekstualisme sering disalah-artikan hanya sebagai suatu pola pemikiran yang mempertimbangkan konteks sebagai unsur pendekatan disain baru. Sebenarnya kontekstualisme mempunyai arti lebih spesifik dari itu sehingga bisa dikatakan bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri yang bisa berteriak "Lihatlah aku!" (Bob Cowherd, 1993).
Kontekstual berarti sebuah situasi yang tidak memungkinkan sebuah objek ada di satu tempat tanpa mengindahkan objek-objek yang sudah ada di tempat itu lebih dahulu. Perancangan kontekstual memusatkan perhatian utama pada karakteristik objek-objek yang sudah ada tersebut pada objek yang akan dibuat. (menurut Agus Dharma) Kontekstualisme dalam arsitektur dan perancangan kota merupakan salah satu reaksi yang melawan prinsip-prinsip modernisme.
Kontekstualisme sering disalah-artikan hanya sebagai suatu pola pemikiran yang mempertimbangkan konteks sebagai unsur pendekatan disain baru. Sebenarnya kontekstualisme mempunyai arti lebih spesifik dari itu sehingga bisa dikatakan bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri yang bisa berteriak "Lihatlah aku!" (Bob Cowherd, 1993).
Pendekatan desain arsitektur yang kontekstual dapat dilakukan dengan berbagai aspek.
(31)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Pendekatan kontekstualisme melalui kelanggengan.
Pendekatan kontekstualisme melalui struktur formal internal Pendekatan kontekstualisme melalui penjajaran reason dan memory Pendekatan kontekstualisme melalui type-image.
Pendekatan kontekstualisme melalui style.
Pendekatan kontekstualisme melalui regionalism. c. Penerapan kontektual dalam judul proyek Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara : Mengambil motif-motif desain setempat :
misalnya bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain pada kawasan Kesawan. Seperti bentuk :
Geometri : Berdasarkan standar geometri atau bentuk. Misalnya bentuk persegi, bulat, segitiga, kubus dll.
Kompleksitas : Derajat kesederhanaan atau daya tarik bangunan tersebut. Terbagi atas 2:
- Bentuk sederhana = regular - Bentuk kompleks = iregular
Orientasi : Berdasarkan hubungan bentuk secara vertikal maupun horizontal
Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama
Adapun dalam pengambilan bentuk dasar yang sama tetap melalui proses pengaturan kembali sehingga memiliki tampak yang berbeda.
(32)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Yakni dalam melakukan pencarian bentuk-bentuk baru dalam mendisain tetap memiliki efek visual yang sama atau mendekati yang lama.
Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras)
Dalam arsitektur kontekstual hubungan yang simpatik tidak selalu ditunjukkan dengan desain harmonis yang biasanya dicapai dengan penggunaan kembali elemen desain yang dominan yang terdapat pada bangunan lama. Hubungan yang harmonis tersebut bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentuk-bentuk asli pada bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda. III.3 Study Banding
II.3.1 Study Banding Tema Sejenis East Wing, National Gallery Lokasi : Washington, D.C.
Arsitek : I. M. Pei
Galeri East Wing merupakan galeri dengan benda-benda peninggalan patung dan kesenian di kota yang dianggap suci serta merawat dan memperbaiki peninggalan seperti aslinya. Struktur post-tension dengan batu pualam sebagai penutup luar dinding, serta kaca sebagai material bukaan gedung. Tapak berada di persilangan antara dua jalan, yaitu Pennsylvania dan Constitutions. Tapak berbentuk trapesium, diselesaikan dengan membagi bentuk trapesium menjadi dua buah segitiga dengan menarik garis diagonal. Hal ini dilakukan untuk mengelompokkan plan
(33)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
berdasarkan kegiatannya.
Gambar 3.1. Site Plan East Wing, Nationa 1 Sumber : Great Buildings.com
Pembentukan ruang didasarkan pada grid yang berbentuk segitiga. Konsep geometri bentuk dasar segitiga tidak hanya diterapkan pada pembentukan massa bangunan tetapi juga interior ruang dalamnya.
Pyramide du Louvre Lokasi : Paris, Prancis Arsitek : I.M. Pei
Pyramide du Louvre merupakan sebuah museum dengan bentuk piramida, terdapat tiga piramida kecil yang mengelilingi piramida utama. Piramida Utama merupakan pintu masuk utama ke museum. Ketinggian dari piramida ini mencapai 20,6 m dengan bagian dasar memiliki panjang sisi 35
(34)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
m. Tersusun atas 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca segitiga. Lobi bawah tanah dibangun sebagai pintu masuk utama.
Gambar 3.2 Pyramide du Louvre, Paris 1
Pengunjung yang masuk melalui Pyramide du Louvre akan memasuki lobi kemudian naik ke bangunan utamanya. Sebagian orang menganggap museum ini sangat kontras dengan bangunan di sekitarnya yang berlanggam arsitektur klasik. Namun sebagian orang berpendapat bahwa Pyramide du Louvre kontras sebagai penggabung antara bangunan lama dan baru.
Ponte Vecchio, Florence, Italia Lokasi : Florence, Italia
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam konteks arsitektur kontekstual adalah mengambil motif-motif desain setempat, seperti Gambar 3.3. Ponte Vecchio, Florence, Italia
(35)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain yang digunakan. Rumah-rumah Ponte Vecchio di Florence, Italia, merupakan bangunan baru yang mengadaptasi gaya Renaisans yang ingin menggantikan bangunan lama yang hancur saat Perang Dunia ke-2. Kontinuitas visual terlihat dari bentuk massa dan irama bukaan atau jendela.
Tanggapan : Penerapan elemen-elemen bangunan lama pada desainnya merupakan wujud dari kekontekstualan yang dibuat oleh arsitek. Dengan pendekatan arsitektur kontekstual yang harmonis, nilai-nilai bangunan lama yang pernah ada kembali dimunculkan secara visual pada bangunan baru.
III.3.2 Studi Banding Kawasan
Boat Quay Singapura
While Singapore River telah menjadi pusat pembangunan kota sejak abad ke-19. Sebelumnya, kondisi di area sepanjang tepi sungai ini sangat kumuh dan sudah tidak layak lagi untuk dilihat maupun digunakan sebagai fasilitas. Pemerintah Singapura sebelumnya berencana untuk merobohkan bangunan-bangunan tua di sepanjang Boat Quay dan Clarke Quay dan menggantinya dengan bangunan-bangunan modern yang baru. Namun atas desakan dan masukan beberapa perencana, maka diambillah sebuah kebijakan untuk melestarikan bangunan-bangunan tua yang sudah tidak layak huni
(36)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
(37)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Gambar 3.5 While Singapore river setelah direvitalisasi
Setelah mengalami revitalisasi dan tetap melestarikan bangunan-bangunan tua di sekitar site. Fungsi-fungsi bangunan lama dirubah menjadi fungsi baru tanpa harus mengubah
(38)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
identitasnya. Renovasi dan konversi ruko ke restoran, menciptakan promenade dan pedestrian serta festival dan budaya setempat. Aroma busuk dari sungai dan warna hitam dihilangkan dengan adanya program pembersihan dan pemeliharaan.
Revitalisasi Sungai Malaka Malaysia
Sungai Malaka merupakan sungai yang paling vital pada masa pemerintahan Kesultanan Melayu Malaka (1402-1511). Di sepanjang sungai ini dulunya terdapat kawasan kota, kawasan pemukiman, pemakaman, area bisnis dan pelabuhan. Karena tidak
ingin Sungai Malaka menjadi lahan “tidur” , Datuk Seri Mohd Ali
Rustam sebagai Ketua Menteri Malaka mengusulkan Sungai Malaka direvitalisasi kembali menjadi kawasan wisata.
Gambar 3.6 Sungai Malaka dulunya
Setelah diadakannya revitalisasi, maka sungai malaka lebih produktif, dan tertata dengan baik.
(39)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Gambar 3.7. Sungai Malaka setelah direvitalisasi Komponen revitalisasi sungai Malaka diantaranya :
Fasilitas pendukung seperti pusat rekreasi, restoran, boat yang mengarungi sungai Malaka,toko cenderamata, dll
(40)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Penataan bibir sungai dibuat begitu apik. Untuk menjaga kebersihan sungai, perangkap sampah dipasang si sepanjang sungai.
Rumah penduduk yang ditata apik dan semenarik mungkin sehingga meningkatkan kunjungan wisata.
Pedestrian, monorail, dan jalur sepeda yang aman dan sangat menarik pendatang dan menjadi kebanggaan penduduk lokal.
Komponen-komponen diatas merupakan referensi dalam pewujudan Deli Smart River pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
III.4 Data
Letak geografis site adalah sebagai berikut :
Lokasi : Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli Serdang Sumatera Utara
Nama Kawasan : Desa Helvetia
Tipe Kawasan : Pemukiman, Perkebunan
Luas Kawasan : 8,2 Ha
Luas Wilayah : 1027 Ha
Batas Wilayah :
a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Karang Berombak, Medan.
(41)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kel. Tanjung Mulia dan Pulo Brayan Medan.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Helvetia Sunggal dan Kelambir Lima Hamparan Perak.
Iklim : Suhu udara berkisar antara 25º - 33ºC dengan curah hujan 30mm/tahun
Lokasi Site
Lokasi : Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli Serdang Sumatera Utara
Luas Area : ± 8,2 Ha
Kasus Perancangan : Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli Status Perancangan : Fiktif
Kontur Lahan : Datar
Batas Site :
a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Karya dan Karya Ujung b. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Helvetia by Pass.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Gang Melati.
(42)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Gambar 3.8. Peta Lokasi Eks Pemeraman Tembakau PTPN II Sumber : Google Earth
(43)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
III.5 Analisa
Untuk menciptakan sebuah masterplan, diperlukan analisa sebagai bahan pertimbangan peletakan bangunan agar suasana yang akan terjadi sesuai dengan fungsi yang akan diletakkan. Analisa yang dipakai untuk menciptakan masterplan tersebut adalah :
1. Analisa Fungsi
Analisa fungsi ditujukan untuk mengetahui fungsi apa saja yang diperlukan dan nantinya akan diterapkan pada kawasan ini berdasarkan pertimbangan dari data yang ada beserta asumsi yang diambil.
2. Analisa peletakan fungsi bangunan
Analisa peletakan fungsi bangunan diperlukan untuk membuat beberapa kemungkinan yang akan diambil sebagai zona peletakan bangunan. Adanya zona peletakan bangunan ini berdasar kepada rekomendasi beberapa analisa seperti analisa view, kebisingan, aksesibilitas.
3. Analisa Sirkulasi
Analisa sirkulasi yang dimaksud adalah analisa yang berkaitan dengan sirkulasi yang terjadi di dalam site kawasan.
(44)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
III.5.1 Analisa Fungsi
Kawasan eks pemeraman tembakau PTPN II adalah merupakan kawasan yang dulunya terkenal dengan penghasilan tembakau yang sampai diekspor ke luar negeri, dan Kota Medan menjadi terkenal karena penghasil tembakau dengan mutu tinggi. Namun, semakin lama ketenaran akan tembakau memudar dan kini yang tinggal hanyalah bangunan lama yang berdiri dengan kokoh namun tidak ada kegiatan lagi didalamnya. Karena nilai kawasan ini sangat tinggi, tentu saja kawasan ini butuh penyegaran dan hidup kembali walaupun bukan merupakan tempat perindustrian tembakau seperti yang dahulu tetapi sudah menjadi kawasan wisata sejarah bagi pengguna.
Fungsi yang ditawarkan juga berkenaan dengan fungsi wisata. Karena nilai historis yang menjadi ciri khas dari kawasan ini maka perlunya bangunan seperti museum dan diorama untuk mempertahankan historis dari perkebunan dan bangunan peninggalan dari zaman dulu. Kemudian didukung oleh fasilitas komunitas untuk mengembangkan nilai kawasan ini dan faktor penginapan juga penting untuk para pengunjung yang ingin berlama-lama menikmati kawasan ini.
Fungsi wisata air dan kuliner juga mendukung fasilitas yang ada dan juga untuk menambah variasi fungsi bangunan yang ada di kawasan ini.
(45)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Diagram 3.1 Analisa Fungsi
MUSEUM
Museum dijadikan salah satu fungsi dalam kawasan ini karena adanya bangunan bersejarah yang masih berdiri pada kawasan ini yaitu bangunan gedung pemeraman tembakau dan rumah manager dari perkebunan ini. Nilai sejarah tinggi terlihat dari eksterior bangunan yang sudah kelihatan berumur puluhan tahun dan juga teknologi bangunan yang
masih dipakai pada zaman kolonial. Hal ini yang membuat fungsi museum layak untuk dijadikan fungsi
Gambar 3.10 Rumah Manager Gambar 3.9 Gedung Eks Pemeraman Tembakau PTPN II
(46)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
bangunan pada kawasan ini sehingga bangunan ini bisa menjadi beroperasi dan terus menerus dapat digunakan.
PUSAT KOMUNITAS
Pusat komunitas cukup banyak berkembang di Kota Medan contohnya adalah komunitas Medan Heritage, Medan Berkebun, komnuitas fotografi, komunitas art dan pertunjukan dan lai sebagainya. Sebagai kawasan yang akan dijadikan kawasan wisata bersejarah maka pusat komunitas perlu diletakkan pada kawasan ini dikarenakan ini menjadi wadah para komunitas untuk belajar banyak tentang sejarah dan juga kebun tembakau atau tanaman lainnya. Selain itu adanya komunitas membuat kawasan ini menjadi wisata masyarakat untuk melihat komunitas yang ada di Medan dan berkesempatan ikut dalam komunitas tersebut.
Gambar 3.11 Gedung Community Center
DIORAMA
Diorama menjadi salah satu fungsi wisata yang diterapkan pada kawasan ini. Fungsi ini perlu karena kawasan ini berada pada daerah perindustrian perkebunan. Namun, pada kawasan wisata sejarah ini, jenis dari
(47)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
diorama yang akan diterapkan nanti tidak seluruhnya akan memproduksi hasil perkebunan melainkan aka nada zona wisata seperti jalur wisata yang akan membawa pengunjung dapat menjalani proses dari produksi tembakau seperti adanya diorama berupa patung yang akan di didrikan pada kawasan ini. Hal ini akan menjadi daya tarik wisata bagi pengunjung untuk mengenal wisata perkebunan di kawasan ini.
Gambar 3.12 Diorama HOTEL
Hotel adalah fasilitas yang disiapkan pada kawasan ini untuk para pengunjung yang mau menetap sementara untuk lebih merasakan suasana wisata sungai dan bersejarah yang tidak dapat dirasakan ditempat yang lain. Penginapan nantinya akan berupa bangunan yang bertingkat banyak dan juga berupa cottage kecil sehingga keluarga sekalipun dapat menetap pada kawasan ini.
(48)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Gambar 3.13 Penginapan PASAR
Pasar merupakan fungsi yang diletakkan pada kawasan ini. Hal ini menjadi pertimbangan bahwa pada daerah lingkungan sekitar kawasan wisata ini tidak terdapat pasar bagi penduduk, sehingga fungsi pasar sangat diperlukan untuk menyediakan komoditi utama masyarakat. Selain itu, karena berada dikawasan wisata,maka pasar ini juga berfungsi menjadi pasar wisata yang menyediakan souvenir yang berkaitan dengan wisata sejarah dan hasil perkebunan.
(49)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
PUSAT REKREASI & KULINER
Pusat rekreasi dan kuliner menjadi fungsi wisata terakhir yang berada di kawasan ini. Fungsi ini diharapkan menjadi factor pemasukan juga selain fungsi – fungsi wisata lainnya. Taman rekreasi yang berupa tempat pemandian atau waterpark dibuat untuk menambah daya tarik wisata bagi pengunjung yang hadir dikawasan ini. Fungsi lainnya adalah fungsi wisata kuliner yang dipertimbangkan karena banyaknya masyrarakat yang hadir memerlukan wadah untuk menikmati bermacam kuliner yang ada di kawasan ini dengan suasana kolonial dan suasana alam terbuka.
Gambar 3.15 Taman Rekreasi RTH / PLAZA
RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah lahan yang difungsikan untuk kegiatan publik tanpa ada bangunan tinggi di dalamnya. Lahan ruang terbuka hijau memang berupa lahan dengan taman-taman.
(50)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Gambar 3.16. Plaza AREA PROMANADE
Area promenade adalah area yang difungsikan berjalan-jalan. Fungsi ini muncul karena adanya fungsi sungai Deli yang berada di sekitar kawasan. Area ini berjarak 15 meter dari pinggiran sungai sesuai dengan ketetapan garis sempadan sungai. Area ini akan dimanfaatkan dengan aktivitas bersantai dan berolahraga seperti jogging track dan bicycle track. Selain itu, terdapat
(51)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Gazebo yang berada dipinggiran sungai sebagai tempat duduk bagi pengunjung yang ingin beristirahat sambil melihat pemandangan sungai Deli.
III.5. 2 Analisa Perletakan Bangunan
Analisa peletakan bangunan yang diperlukan untuk mendapatkan zona peletakan fungsi didalam siteberdasarkan pertimbangan dari analisa aksesibilitas, view dan kebisingan.
III.5.3 Analisa Aksesibilitas
Analisa aksesibilitas diperlukan untuk mengetahui jalur untuk mencapai kawasan site. Data yang terdapat pada kawasan adalah terdiri dari 3 sirkulasi yang dapat dilalui oleh kendaraan yaitu jalan Helvetia By Pass, Gg. Melati, jalan
Gambar 3.18. Analisa Aksesbilitas
Karya dan pinggiran sungai. Keeempat jalur tersebut memiliki potensi untuk dijadikan jalur masuk kedalam kawasan.
ZONA POTENSI REKOMENDASI
Helvetia By Pass
(1)
Merupakan jalan dengan lalu lintas
2 arah.
Lebar jalan sangat mendukung
sebesar 8 meter.
Jarang terjadi kemacetan pada
jalur ini Museum Penginapan Community Center Pusat Rekreasi
(52)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI Jalan Karya (2) Gg.Melati (3) Pinggiran Sungai (4)
Banyak kendaraan umum
melewati jalan ini
Jalan dengan lalu lintas 2 arah
Jarang menjadi sumber kemacetan
Banyak kendaraan umum
melewati jalan ini
Jalan dengan lalu lintas 2 arah
Jarang terjadi kemacetan karena
tidak ada aktivitas angkutan kota pada jalan ini.
Tidak dilalui oleh pengguna
kendaraan
Jalan cukup lebar
Pasar Penginapan
Diorama Taman Rekreasi
Pasar Community Center Penginapan Tabel 3.1.Analisa Aksesibilitas
(53)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
III.5. 4 Analisa Kebisingan
Analisa kebisingan diperlukan untuk mengetahui peletakan kawasan dengan mempertimbangkan fungsi yang menyebabkan kebisingan tinggi dengan fungsi yang menyebabkan kebisingan rendah.
Ada 2 jenis analisa kebisingan yang menjadi pertimbangan yaitu analisa Gambar 3.19. Analisa Kebisingan kebisingan yang disebabkan oleh bangunan sekitar dan analisa kebisingan yang disebabkan oleh antar fungsi yang berada di dalam kawasan.
ANALISA KEBISINGAN YANG DISEBABKAN BANGUNAN SEKITAR
ZONA POTENSI REKOMENDASI
Helvetia By Pass (1) Jalan Karya (2) Gg. Melati (3) Sungai
Kebisingan yang disebabkan
dijalan ini cukup tinggi karena akses lalu lintas yang padat dan banyak di lewati oleh truk besar.
Kebisingan yang disebabkan
dijalan ini cukup tinggi karena akses lalu lintas yang padat dan
banyak pemukiman padat
penduduk Museum Pusat Komunitas Pasat Taman Rekreasi Diroama Penginapan
(54)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
(4) Tingkat kebisingan rendah karena
tidak ada aktivitas di area ini
Area Promanade RTH
ANALISA KEBISINGAN DISEBABKAN OLEH FUNGSI DALAM SITE
FUNGSI POTENSI REKOMENDASI
Museum Penginapan Diorama & RTH Pasar Taman
Potensi kebisingan pada museum rendah karena tidak banyaknya aktivitas yang mengeluarkan suara.
Potensi kebisingan pada museum rendah karena aktivitas yang terjadi adalah aktivitas privat untuk bertempat tinggal.
Potensi kebisingan yang dihasilkan cukup rendah karena aktivitas yang ada didalamnya melihat diorama-diorama aktivtas perkebunan
Potensi kebisingan yang dihasilkan tinggi karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas
jual beli dan ramai akan
(55)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Rekreasi
Area Promanade
pengunjung.
Potensi kebisingan yang dihasilkan tinggi karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas permainan dan banyak wahana yang menimbulkan bunyi.
Potensi kebisingan yang dihasilkan rendah karena aktivitas yang ada didalamnya melakukan aktivitas
jual beli dan ramai akan
pengunjung.
Analisa diaatas menjadi bahan pertimbangan fungsi apa yang akan dibuat saling berdekatan dalam kawasan site untuk menciptakan kenyamanan di dalam site
III.5. 5 Analisa View
Analisa view diperlukan untuk
mengetahui potensi peletakan fungsi
berdasarkan pada potensi view yang breada di sekitar lingkungan site. Ada 2 jenis analisa view yang menjadi pertimbangan yaitu view dari
(56)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
dalam ke luar dan analisa view dari luar ke dalam.
ANALISA VIEW DARI DALAM KELUAR
ZONA POTENSI REKOMENDASI
Helvetia By Pass (1) Jalan Karya (2) Gg.Melati (3) Pinggiran Sungai (4)
Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Sungai dan pemukiman penduduk
Museum Diorama Taman Rekreasi Community Center Pasar Penginapan
ANALISA VIEW DARI DALAM KELUAR
ZONA POTENSI REKOMENDASI
Helvetia By Pass
(1)
Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Museum Community
Center Tabel 3.4. Analisa View dari
(57)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI Jalan Karya (2) Gg.Melati (3) Pinggiran Sungai (4)
Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Sungai dan pemukiman penduduk
Diorama Taman Rekreasi Community Center Pasar Penginapan
III.5. 6 Analisa Sirkulasi
Analisa sirkulasi diperlukan untuk mengetahui potensi bentukan sirkulasi yang ada di dalam site. Sirkulasi yang ada didalam site sudah terbentuk dan memiliki potensi untuk dipertahankan namun ada juga yang berpotensi untuk diubah karena tidak sesuai dengan analisa yang telah dilakukan.
Gambar 3.21. Analisa Sirkulasi
Data Potensi Rekomendasi
Sudah terdapat
jalur sirkulasi pada
Jalur sirkulasi yang
berada pada
Sirkulasi didalam
site sebaiknya
(58)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
eksisting
Lebar sirkulasi
didalam site cukup baik.
eksisting dapat menghubungkan
langsung jalan
Helvetia By Pass dan jalan Karya
Pohon Beringin
yang sudah berusia cukup tua dapat dijadikan titik pusat sirkulasi karena berada ditengah kawasan
Dijadikan kawasan
dengan sistem jalur sirkulasi pejalan kaki.
merupakan sirkulasi yang dapat dilalui dengan berjalan kaki karena jarak tempuh yang tidak jauh
Jalur sirkulasi
diperlebar untuk
memberi kesan
nyaman saat
berjalan kaki.
Opsi konsep
sirkulasi muncul
karena adanya
pohon beringin
yang ada ditengah kawasan
III.5. 7 Proses Analisa
Berdasarkan hasil yang didapat pada ketiga analisa tersebut, maka dapat diketahui bahwa ada 4 zona peletakan yang dapat dilakukan terhadap fungsi –fungsi yang akan dibuat dalam kawasan ini ditambah 1 zona peletakan yang berada di tengah dari kawasan.
(59)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Gambar 3.22. Proses Analisa
Tiga zona publik yang dimaksud adalah zona Helvetia By Pass, zona Gg. Melati, zona jalan Karya dan satu zona privat yaitu zona pinggiran sungai. Fungsi massa bangunan yang berada pada zona publik adalah museum, community center, pasar, taman rekreasi, dan diorama. Fungsi privat antara lain adalah fungsi penginapan dan fungsi pusat adalah fungsi ruang terbuka hijau.
Namun ini gambar diatas masih belum menunjukkan peletakan yang sebenarnya sehingga masih terjadi banyak kemungkinan yang bisa dibuat terhadap peletakan bangunan pada setiap zona. Maka dari pada itu perlu dilakukan perhitungan terhadap rekomendasi yang diberikan oleh seriap analisa kepada setiap fungsi dan juga adanya matriks keterkaitan fungsi bisa menjadi pertimbangan untuk dapat mengetahui fungsi apa yang seharusnya bisa saling berdekatan dan juga tidak berdekatan.
(60)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
N
o
Fungsi Helvetia
By Pass
Gg.
Melati
Jl.. Karya Pinggi
ran sungai Pusat 1 2 3 4 5 6 7 8 Museum Penginapan P. Rekreasi Pasar Diorama Community center RTH Promanade 3 1 2 1 1 3 2 2 1 1 2 2 1 1
Gambar 3.23. Matriks
Tabel diatas merupakan akumulasi dari rekomendasi yang dihasolkan oleh analisa untuk dijadikan pedoman perletakan bangunan, diperkuat dengan tabel matriks untuk memperlihatkan hubungan antar fungsisatu dengan yang lain bagaimana interaksi bangunan apakah hubungan antar fungsi tersebut bersifat dekat, sedang ataupun jauh.
(61)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
III.6 Konsep
III.6.1 Konsep Zoning
Konsep Perancangan Zoning pada “Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli” dibagi atas 3 Zona yaitu :
Zona Publik
Zona Centre (Publik)
Zona Privat
(62)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
III.6.2 Konsep Sirkulasi (Circle pedestrians way)
Konsep sirkulasi dimulai pada peletakan pintu masuk ke dalam kawasan site. Berdasarkan hasil analisa, pintu masuk kedalam kawasan berada di jalan Helvetia By Pass dan jalan Gg. Melati karena aktivitas lalu lintas yang tidak sering terjadi kemacetan.
Gambar 3.25. Konsep Sirkulasi
Sirkulasi yang terjadi pada kawasan ini adalah sirkulasi pejalan kaki, tidak ada aktivitas lalu lalang dengan menggunakan kendaraan bermotor, sehingga masyarakat dapat merasakan suasana segar dengan banyaknya zona hijau dan juga suasana kolonial yang terdapat pada kawasan ini. Jenis sirkulasi menggunakan konsep sirkulasi radial seperti rekomendasi yang dihasilkan oleh analisa sirkulasi. Zona tengah menjadi pusat pertemuan dari pengunjung yang berada di kawasan ini jadi jika ada yang merasa tersesat zona ini dapat menjadi tempat bertemu.
(63)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
III.6.3 Konsep Bentukan Bangunan
Gambar 3.26. Konsep Bentukan Bangunan
Konsep bentukan bangunan yang diterapkan adalah konsep bangunan sesuai dengan tema arsitektur kawasan ini adalah kontekstual harmoni. Bangunan bersejarah rumah manager dan gedung eks pemeraman tembakau menjadi contoh bangunan untuk diterapkan kepada bangunan yang lain sehingga kawasan ini semakin kental dengan nilai sejarahnya.
Bangunan bersejarah tersebut menggunakan bentukan simetris yaitu bentukan persegi panjang dan persegi, namun untuk menambah variasi bentukan akan ditambah bentukan bangunan yang digabung atau di coak.
(64)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
III.6. 4 Konsep RTH
Gambar 3.27. Konsep RTH
Konsep ruang terbuka hijau yang berada di kawasan ini adalah konsep ruang terbuka yang menanggapi vista yang telah ada sebelumnya pada posisi eksisting. Untuk menanggapi hal tersebut maka dibuat beberapa zona untuk melengkapi vista yang ada menjadi vista yang baru. Bentukannnya diambil dari daun tembakau yang menjadi ciri khas dari kawasan ini. Satu helai daun tembakau dibuat menjadi sebuah bunga dan menciptakan ruang pada titik tengahnya yang menjadi inti dari kawasan ini. Konsep RTH juga menyajikan tanaman tanaman atau tumbuhan hijau sehingga bisa menjadi tempat peristirahatan sementara oleh masyarakat
(65)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
III.6. 5 Konsep Orientasi
Gambar 28. Konsep Orientasi Bangunan
Kawasan ini menggunakan satu titik sebagai orientasi utama pada bangunan lainnya, yaitu zona center atau ruang terbuka hijau kawasan ini. Setiap bangunan harus punya orientasi yang diarahkan menuju area ruang terbuka hijau, sehingga pada titik ini pengunjung dapat melihat sekeliling bangunan dan merasakan atmosfer yang berbeda seperti berada di sebuah tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka. Namun, walaaupun setiap bangunan memiliki satu orientasi yang sama, setiap bangunan juga harus menanggapi bangunan sekitar mereka ataupun lingkungan diluar daripada kawasan sejarah tersebu
III.6.6 Konsep Skenario Kawasan
Kawasan ini memiliki 2 skenario untuk masuk kedalam kawasan wisatanya. Dua scenario itu diambil dari dua jalur masuk yang berada pada kawasan ini yaitu melalui pintu gerbang selatan dan pintu gerbang utara.
(66)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
(67)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
BAB IV
HASIL PERANCANGAN
IV.1 Hasil Perancangan(68)
(69)
(70)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
BAB V
PENGANTAR FUNGSI
Hasil analisa yang telah dilakukan Berkaitan dengan jenis fungsi yang akan diterapkan, peletakan setiap bangunan didalam kawasan serta opsi konsep sirkulasi diterapkan pada kawasan perancangan. Hubungan antar bangunan menjadi pedoman untuk memperkuat sehingga peletakan fungsi bangunan itu bisa sesuai dengan suasana dan aktivitas yang ada di dalamnya.
Dan hasil dari proses analisa adalah berupa zoning peletakan kawasan karena merupakan perancangan daripada masterplan sehingga tidak ada lagi opsi peletakan lainnya karena ini sudah sesuai analisa yang diolah berdasarkan data yang ada, yang dilanjutkan dengan perancangan konsep Zoning, Sirkulasi, Bentukan Bangunan, Konsep RTH, serta konsep Orientasi sampai lahirnya Master Plan. Dari hasil perancangan Master Plan didapatkan fungsi untuk bangunan Kawasan yang beragam seperti Museum, Hotel, Pasar, Diorama, Pusat Komunitas Seni, dan Pasar. Proses perancangan dilanjutkan ketahap fungsi dan fungsi yang akan dibahas dalam laporan ini adalah Museum dan Pusat Komunitas Seni Tembakau Deli.
(71)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
BAB VI
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU
DELI
VI.1 Rumusan Masalah
Bagaimana merancang bangunan Museum dan Pusat Komunitas Seni agar terbentuk satu kesatuan
Bagaimana mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan.
VI.2 Maksud dan Tujuan
Sebagai Media yang memberikan Informasi kepada masyarakat tentang Varietas Tembakau Deli
Memberikan wadah pembelajaran, dan pengetahuan bagi masyarakat terkait dengan sejarah, budaya dan kekayaan lokal .
Mendayagunakan bangunan sejarah Lokal yang sudah Non aktif Menyediakan Wadah untuk Anggota Komunitas DiKota Medan untuk
menyelenggarakan Kegiatan Komunitas
Membantu Pemerintah dalam hal peningkatan kualitas generasi muda Merancang Fasilitas menarik, yang dapat mendukung segala aktifitas
(72)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
VI.3 Metode
VI.3.1 Pendekatan Masalah
Untuk menyelesaikan berbagai Masalah Perancangan pada “ Museum
dan Pusat Komunitas Seni Tembakau Deli “, maka dilakukan pendekatan -pendekatan :
1. Study Literatur
Memperlajari pemahaman mengenai pengertian dan teknis perancangan dan mencari contoh kasus-kasus sejenis. Mencari data teoritis mengenai standar – standar perancangan
2. Studi Lapangan
Melakukan Observasi dan analisis langsung dilokasi perancangan, mencakup potensi tapak dan sekitar tapak
3. Study Banding
Membuat analisis terhadap hasil study banding dengan cara mempelajari karakteristik dari masing – masing fasilitas sebagai bahan perbandingan untuk proses perancangan.
VI.3.2 Asumsi
Lahan milik Pemerintah, dan dikelola oleh Pihak Swasta. Pelebaran jalan pada Gang Melati menjadi 12 Meter
(73)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
VI.3.3 Lingkup dan Batasan Perancangan
Seluruh aspek fisik yang berhubungan dengan pembahasan dan perancangan mengenai bangunan Museum dan Pusat Komunitas Seni, yang menyangkut lingkungan tapak, massa bangunan dan pembentukan ruang
Perencanaan fasilitas untuk para komunitas Seni dan Pecinta Sejarah, terutama Tembakau Deli
Bangunan menggunakan teknologi tepat guna, efisien dan fleksibel seta ramah lingkungan
(74)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
BAB VII
DESKRIPSI MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI
TEMBAKAU DELI
VII.1 Judul
Pengertian Museum dan Pusat Komunitas Tembakau Deli
Museum dan Pusat Komunitas Tembakau Deli merupakan judul pada proyek Perancangan ini, yang terdiri dari beberapa kata yaitu :
Museum
Museum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gedung yg digunakan sbg tempat untuk pameran tetap benda-benda yg patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno
Pusat Komunitas
Pusat Komunitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kelompok organisme (orang dsb) yg hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu, masyarakat, paguyuban.
Seni
Seni menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan kedalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa,
(75)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
nada, syair, yang mengandung unsur - unsur keindahan dan memperngaruhi perasaan orang lain.
Tembakau
Tembakau adalah hasil bumi yang diproses dari daun tanaman yang juga dinamai sama. Tanaman tembakau terutama adalah Nicotiana
tabacum dan Nicotiana rustica, meskipun beberapa
anggota Nicotiana lainnya juga dipakai dalam tingkat sangat terbatas.
Tembakau adalah produk pertanian semusim yang bukan termasuk komoditas pangan, melainkan komoditas perkebunan. Produk ini dikonsumsi bukan untuk makanan tetapi sebagai pengisi waktu luang atau "hiburan", yaitu sebagai bahan baku rokok dan cerutu. Tembakau juga dapat dikunyah. Kandungan metabolit sekunder yang kaya juga membuatnya bermanfaat sebagai pestisida dan bahan baku obat.
Tembakau telah lama digunakan sebagai entheogen di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara memopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang. Kepopuleran ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian selatan. Setelah Perang Saudara Amerika Serikat, perubahan dalam permintaan dan tenaga kerja menyebabkan perkembangan industri rokok. Produk baru ini dengan cepat berkembang menjadi perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi kontroversi ilmiah pada pertengahan abad ke-20.
(76)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Dalam Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome de Las Casas, 1552) atau bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It. tobacco) umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang berasal dari Bahasa Arab "tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika.
Deli
Deli dalam bahasa Indonesia tidak memiliki arti khusus, Deli disini diambil dari nama tanah Deli, yang selalu dikaitkan dengan Medan ( Sebagai Kota dimana Lokasinya terletak ). Deli erat juga kaitannya dengan jenis tanaman Tembakau yang sangat terkenal pada saat Zaman Penjajahan. Tembakau memiliki peranan penting, dalam sejarah budaya dan pengembangan wilayah Deli, yaitu Tembakau Deli.
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa “Museum dan
Pusat Komunitas Tembakau Deli “ adalah Gedung yang digunakan untuk memamerkan dan memaparkan sejarah, proses, jenis olahan, atau apapun
(77)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
yang berhubungan dengan Tembakau, khususnya Tembakau Deli, guna dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan penambah pengetahuan. Beserta didalam Kawasan Museum Terdapat Pusat Komunitas Seni yang berfungsi sebagai wadah untuk anggota komunitas maupun masyarakat yang memiliki ketertarikan terhadap Seni .
VII.2 Tema
Tema Museum dan Pusat Komunitas Seni Tembakau Deli adalah Arsitektur Kontekstual, dengan Spesifikasi Arsitektur Kontekstual Mirip, dimana antar fungsi bangunan Museum dan Pusat Komunitas Seni, memiliki keselarasan tema, dan Konteks dengan bangunan yang satu dengan yang lain. Penerapan Arsitektur Kontekstual mirip ini , diterapkan pada bangunan dengan adanya pengulangan motif gaya Arsitektur Artdeco pada Massa bangunan.
VII.3 Study Banding
VII.3.1 Study Banding Museum
Museum Kretek Kudus
Museum kretek didirikan bertujuan untuk menunjukan bahwa kretek berkembang sangat pesat di tanah jawa khususnya di kota kudus. Di museum ini diperkenalkan mulai dari sejarah tentang kretek hingga proses produksi rokok kretek, mulai dari pembuatan secara manual sampai menggunakan
(78)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
teknologi modern. Di sana juga bisa ditemukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan besar dalam memajukan bisnis rokok di Indonesia.
Gambar 7.1. Museum Kretek Kudus
Interior museum dipenuhi dengan patung-patung dan berbagai macam perlengkapan pembuatan rokok. Patung-patung itu adalah hasil karya seniman-seniman Kudus, khususnya dari kalangan pendidik. Museum ini didirikan atas prakarsa dan diresmikan oleh Soepardjo Roestam, Gubernur Jawa Tengah, pada 3 Oktober 1986. Gagasan ini bermula sewaktu Beliau berkunjung ke Kudus dan menyaksikan potensi kontribusi usaha rokok kretek dalam menggerakkan perekonomian daerah. Museum Kretek didirikan di atas lahan seluas 2,5 ha, dengan pembiayaan dari Persatuan Pengusaha Rokok Kudus (PPRK).
Fasilitas :
(79)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Gerai souvenir Mushola
Taman bermain anak-anak Kantin dan kios kuliner Area parkir
Fasilitas hiburan :
Waterboom Ember tumpah Mini movie
Rumah Adat Kudus
Fasilitas Lain :
Taman Bermain anak-anak Mushola
Kios Kuliner dan Souvenir Kantin
Area Parkir
Museum Angkut Malang
Museum Angkut merupakan wahana wisata baru yang ada di kota Batu Malang ini. menghadirkan perpaduan tempat wisata yang unik yang
(80)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
berisi sejarah dan perkembangan dunia angkutan, dipadu dengan legenda
Movie Stars atau para bintang film di jamannya dengan latar belakang
kota-kota dan bangunan eksotis yang ada di Batavia, Eropa, Amerika. Desain yang apik dan detil membuat kita seolah-olah berada dalam wilayah yang nyata sesuai lokasi/tema masing-masing.
Gambar 7.2. Museum Angkut Malang
Zona Museum Angkut
1. Zona Hall Utama
Ruangan ini adalah ruangan pertama yang akan dikunjungi setelah melewati garis Entrance oleh pengunjung. Diruangan ini terdapat berbagai koleksi alat angkut dari berbagai negara dan berbagai masa yang didukung dengan hiasan lampu sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan elegan.
(81)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Sesuai misi visi Jawa Timur Park Group sebagai penggagas Wisata Edukasi, di zona seluas 900 m2 ini dapatkan informasi tentang sejarah berbagai angkutan dari masa ke masa baik di Indonesia maupun di dunia. Temukan cara baru belajar tentang angkutan dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.
3. Zona Sunda Kelapa & Batavia
Masuk ke zona ini kita serasa ditarik kembali ke Jakarta tempo dulu saat menjadi pelabuhan terkenal di jaman Belanda. Temukan nuansa Batavia, tiruan menara Syahbandar dan berbagai jenis angkutan didalamnya.
4. Zona Gangster Town & Broadway Street
Di zona ini Al Capone sebagai gangster tersohor di tahun 1970an beraksi dan siap membawa anda terlibat didunia gangster. Broadway street yang menjadi tempat impian para artis tersohor dunia ditampilkan bersama dengan berbagai model angkutan didalamnya.
5. Zona Eropa
Italy, Perancis, Jerman, dan London yang merupakan kota tersohor di eropa kami sajikan dalam nuansa malam dipadu dengan berbagai angkutan dari Eropa yang melengkapi situasi kota.
(82)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Inggris sebagai Negara Kerajaan paling tersohor di dunia dan terbukti menghasilkan berbagai angkutan berkelas seperti Blackburn, Triumph, Matchless, Royal Enfield, Raligh, Fillir, Francis Barnett, Austin, Mini Cooper, Rolls Royce, dll kami hadirkan di sini. Kami juga menampilkan mobil LandRover yang pernah digunakan oleh Queen Elizabeth saat parade di Australia lengkap dengan situasi Kota London di malam hari dan kemegahan Istana Buckingham.
7. Zona Las Vegas
Nuansa Amerika yang akan mewarnai malam Anda dengan gerbang Las Vegas.
8. Zona Hollywood
Ayoo movie mania. Di Zona ini kalian akan menemukan berbagai mobil yang dipakai dalam film Hollywood.
9. Zona Pasar Apung
Berbagai souvenir dan merchandise Museum Angkut serta oleh- oleh khas Nusantara UKM Batu ada disini. Makanan khas tradisional turut meramaikan suasana pasar tempo dulu dan nuansa pasar apung. Berbagai kerajinan dan lukisan gaya seniman Kota Batu seperti seni batik, lukis, ukir, karikatur, dan lain-lain dapat dipelajari sekaligus berinteraksi langsung dengan para seniman dan membawa hasil karya seni anda pulang kerumah.
(83)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
10.Zona D’topeng Kingdom
Museum warisan budaya Indonesia. Penuh sensasi pesona dan kekayaan warisan bangsa Indonesia.
Koleksi Museum :
1. Sarana transportasi lokal asli Indonesia, baik bermesin maupun tidak (becak, pedati, dokar, sepeda onthel, perahu).
2. Sarana transportasi import, (incl. Pesawat Terbang, Kapal dsb). 3. Sarana transportasi original, idem.
4. Sarana transportasi replika ataupun modifikasi.
5. Sarana transportasi mini (buatan yang dikecilkan dengan skala tertentu). 6. Photo-photo lama maupun baru.
7. Sparepart kendaraan lama. 8. Dan lain lain
Fasilitas Pendukung Museum:
Tempat Istirahat & Area Merokok
Ruang Ibu dan Anak
Toilet Umum
Toilet untuk penyandang cacat
Kursi Roda
(84)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Study Banding Museum Kretek Kudus Museum Angkut Malang
Kelebihan -Fasilitas Museum
Beragam
- Fasilitas Museum
Beragam
Kekurangan -Bangunan Multi Massa Bangunan Multi Massa
Penerapan Study Banding
-Fasilitas pada Museum dijadikan sebagai study banding perancangan bangunan
- Fasilitas pada Museum
dijadikan sebagai study
banding perancangan
bangunan
Tabel 7.1. Penilaian study Banding Museum
VII.3.2 Studi Banding Pusat Komunitas Seni
Gleneagles Community Center
Gleneagles community centre adalah tempat untuk aktif, kreatif dan bersantai, proyek ini mengambil pendekatan holistik, Mengintegrasikan struktural, mekanikal dan elektrikal elemen untuk menciptakan sebuah fasilitas yang sehat dan nyaman lingkungan bagi pengunjung dan staf.
Arsitek :Patkau Architects
Lokasi : West Vancouver Kanada
Klien : Corporation of the District of West Vancouver Tim Proyek : Omer Arbel, Greg Boothroyd
(85)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Awards : Lieutenant Governor Certificate of Merit 2006 Governor General's Medal in Architecture 2008
Gambar 7.3. Master plan Denah
Gambar 7.4. Denah Potongan
(86)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Interior
Gambar 7.6. Ruang Olahraga Gambar 7.7 T aman Bermain
Pani Community Center
Pani Community Center adalah pusat komunitas orang-orang dari daerah, untuk usia balita sampai dewasa, proses desain bangunan ini difokuskan pada bahan lokal seperti bambu, batu bata serta material lain yang dapat didaur ulang dan kondisi cuaca. Bangunan ini juga menekankan prinsip sustainable yang juga diedukasi pada masyarakat setempat.
(87)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Fasilitas bangunan :
• Ruang Kelas
• Plaza
• Ruang Publik
• Ruang Penyimpanan
• Workshop
• Courtyard
Gambar 7.9. Denah
Gambar 7.10.Potongan Komunitas Salihara Jakarta
Bangunan Komunitas Salihara merupakan salah satu bangunan hijau yang ada di Indonesia. Dibangun pada tahun 2008, bangunan yang berupa kompleks ini
(88)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
dirancang oleh tiga arsitek Indonesia, Adi Purnomo, Marco Kusumawijaya, dan Andra Matin, yang masing-masing merancang tiga bangunan yang berbeda: teater, galeri, dan kantor.
Gambar 7.11. Komunitas Salihara
Konsep ramah lingkungan diterapkan pada perancangan Salihara ini. Di sisi lain, Komunitas Salihara, yang termasuk pengguna tetap bangunan, memiliki berbagai program kegiatan yang diselenggarakan tiap tahunnya dengan tema berbeda. Sebagai pusat kesenian dan kebudayaan swadaya, Komunitas Salihara memiliki visi-misi untuk terus memelihara kebebasan berpikir dan berekspresi di masyarakat.
(89)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI Study Literatur 1.Victoria Community Center 2.Gleneagles Community Center
3. Pani Community Center 4. Komunitas Salihara
Kelebihan -Bangunan
Heritage
-Bergaya
Arsitektur
Kolonial
-Konsep Landscape
yang tertata baik
-Bangunan Kontekstual Harmony -Fasilitas komunitas beragam -Konsep bangunan sustainable -Pemanfaatan material Lokal -Bangunan didesain didaerah tropis -Konsep ramah Lingkungan pada desain bangunan
Kekurangan -Fasilitas
komunitas kurang -Luas Bangunan kecil -Bangunan tidak didaerah tropis -Bangunan tidak Heritage -Bangunan tidak
berada didaerah tropis
-Bangunan tidak Heritage -Fasilitas Komunitas kurang -Bangunan tidak Heritage Penerapan Study Banding -Gaya Arsitektur colonial dan bangunan heritage dijadikan sebagai study banding perancangan
- Fasilitas bangunan
yang beragam,
dijadikan sebagai
acuan untuk program
ruang, dan penerapan
kontekstual Harmony pada Site. -Bangunan menerapkan konsep sustainable,
yang juga akan
diterapkan pada Community Center dan emanfaatan -Fasilitas bangunan yang beragam, dijadikan sebagai acuan untuk program
(90)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
material Lokal
untuk desain
bangunan
ruang
Tabel 7.2 . Penilaian Study Banding Pusat Komunitas
VII.4 Data
VII.4.1 Data Museum
Gambar 7.12. Data Museum
Site berbatasan langsung dengan Jalan Helvetia By Pass, Gang Melati dan juga Sungai Deli. Dengan peruntukan Kawasan adalah untuk Pemukiman dan juga Industri.
GSB Site : Utara : 6,5 Meter Selatan: 4,2 Meter Timur : 15 Meter Barat : 3,5 Meter
(91)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
VII.4.2 Data Pusat Komunitas Seni
Gambar 7.13. Data Pusat Komunitas Seni
Site berbatasan langsung dengan jalan Helvetia By Pass dan juga Gang Melati, serta fungsi Pasar yang merupakan salah satu perancangan fungsi Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli.
GSB Site : Utara : 6,5 Meter Selatan: 4,2 Meter Timur : 15 Meter Barat : 3,5 Meter
KDH Bangunan : 1,75 Ha KLB Bangunan : 4 Lt KDB Bangunan : 4,2 Ha
(92)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
(93)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
(94)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
VII.5 Analisa
VII.5.1 Analisa Museum
VII.5.1.1 Analisa Akses, View, dan Kebisingan
Gambar 7.14. Analisa Akses, View dan Kebisingan Museum Analisa Akses Museum :
1. Jalan Helvetia By Pass
Jalan ini berpotensi sebagai entrance utama, karena jalan ini dilalui banyak angkutan kota, dan tingkat keramaian yang tinggi.
(95)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
2. Gang Melati Jalan ini digunakan oleh Pengendara, sebagai jalan potong menuju jalan karya, dari jalan Helvetia by Pass atau sebaliknya, jalan ini juga berpotensi sebagai jalan utama.
Analisa View Museum :
1. Jalan Helvetia By Pass
View kearah jalan ini lumayan bagus, dengan vegetasi yang tertata lumayan rapi, namun view menjadi kurang bagus karena Ruko yang berjejer disepanjang jalan.
2.Sungai Deli
View kearah sungai lumayan bagus dengan vegetasi, yang lumayan banyak, dan pandangan kearah sungai.
3.Gang Melati
View kearah jalan ini kurang bagus, karena bangunan mengarah kepemukiman penduduk disekitar.
Analisa Kebisingan Museum :
1. Jalan Helvetia By Pass
Tingkat Kebisingan dijalan ini relative tinggi, karena jalan yang dilalui banyak kendaraan, Vegetasi dijalan ini juga sangat sedikit.
(96)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
2.Gang Melati
Tingkat Kebisingan dijalan ini tidak terlalu tinggi, Karena Vegetasi yang banyak terdapat diJalan ini.
VII.5.1.2 Analisa Struktur Bangunan Disekitar Site
Gambar 7.15. Analisa struktur Museum
Bangunan Museum dirancangan menggunakan Site Eksisting Bangunan Lama, yaitu bangunan Pemeraman Tembakau EKS.PTPN II Medan, dimana bangunan ini terdiri dari dua lantai, dan menggunakan struktur bangunan rendah, dimana unit bangunan terspisah anatara 1 unit bangunan dan unit bangunan lainnya, namun masih memiliki satu kesatuan.
(97)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Pada umumnya bangunan ini memiliki struktur yang sama, hanya penggunaan atap yang berbeda-beda seperti :
1. Atap Gergaji 2. Atap Pelana 3. Atap Tenda
(98)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
(99)
(100)
(1)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
(2)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli
(3)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli
(4)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
Museum Tembakau Deli
(5)
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
(6)