memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase 8 dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya.
Menurut penelitian Girl dan Mantu 1992, secara keseluruhan dari 95 kasus hernia inguinalis lateralis yang diteliti di RSU Dadi, Ujung Pandang dari bulan Januari 1988 sampai
bulan Desember 1991 pada penderita yang berumur sampai 14 tahun, terdapat 75 laki-laki dan 20 perempuan. Dan jumlah ini didapatkan 78,9 kasus laki-laki, 42,1 kelompok umur
0-1 tahun; 52,6 hernia inguinalis lateralis dekstra; 31,6 hernia inguinalis inkarserata, terbanyak pada kelompok umur 0-1 tahun 50.
Hernia sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Itu disebabkan karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Pada
janin laki-laki, testis buah pelir turun dari rongga perut menuju skrotum kantung kemaluan pada bulan ketujuh hingga kedelapan usia kehamilan. Lubang yang berupa saluran
itu akan menutup menjelang kelahiran atau sebelum anak mencapai usia satu tahun. Ketika dewasa, daerah itu dapat menjadi titik lemah yang potensial mengalami hernia. Wijayanti,
2008. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mengambil judul tentang
“Prevalensi Hernia Inguinalis pada Anak di RSUP Adam Malik Medan”. Penulis akan meneliti berapa banyak hernia inguinalis pada anak di RSUP Adam Malik. Penulis
menentukan lokasi penelitian di RSUP Adam Malik karena merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di Sumatera Utara.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan suatu penelitian terhadap penyakit hernia inguinalis pada anak di RSUP Adam Malik Medan untuk menjawab pertanyaan
penelitian, yaitu: “Berapa prevalensi penyakit hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Universitas Sumatera Utara
Mengetahui prevalensi penyakit hernia inguinalis pada anak di RSUP Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis kelamin terbanyak yang menderita hernia inguinalis pada anak
di RSUP H. Adam Malik Medan. 2.
Mengetahui usia terbanyak yang menderita hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Mengetahui lokasi terbanyak yang menderita hernia inguinalis pada anak di RSUP
H. Adam Malik Medan. 4.
Mengetahui jenis terbanyak yang menderita hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.
5. Mengetahui isi kantong terbanyak yang menderita hernia inguinalis pada anak di
RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, 1.
Bagi pemerintah dan dinas kesehatan a.
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penanggulangan dan pencegahan terjadinya komplikasi hernia inguinalis pada masyarakat sebagai
wujud kepedulian dalam mengurangi angka morbiditas dan mortalitas. b.
Memberikan informasi tambahan serta sebagai perbandingan terhadap laporan cakupan hernia inguinalis.
c. Menyediakan informasi untuk langkah-langkah strategis bagi penatalaksanaan
hernia inguinalis.
2. Bagi masyarakat
a. Sebagai pengetahuan dan masukan tentang hernia inguinalis.
b. Dapat mencegah komplikasi hernia inguinalis sedini mungkin.
3. Bagi peneliti
a. Dapat mengaplikasikan ilmu dan metode penelitian tentang kesehatan.
b. Menambah pengetahuan peneliti mengenai hernia inguinalis.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hernia
2.1.1. Definisi Hernia
Hernia Latin merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang abnormal. Dorland,1998. Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Jong, 2004.
2.1.2. Herniasi Fisiologis
Perkembangan gelung usus primer ditandai oleh pertambahan panjang yang cepat, terutama di bagian kranial. Sebagai akibat pertumbuhan yang cepat ini dan membesarnya hati
yang terjadi serentak, rongga perut untuk sementara menjadi terlampau kecil untuk
Universitas Sumatera Utara
menampung semua usus, dan gelung-gelung ini masuk ke rongga selom ekstraembrional di dalam tali pusat selama perkembangan minggu ke-6 atau disebut dengan hernia umbilikalis
fisiologis. Sadler, 2000.
2.1.3. Klasifikasi Hernia
Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal, umbilikal, dan femoral. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluha nyeri atau gejala obstruksi usus dan jika isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, maka disebut
hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta perleketan karena fibrosis. Tidak ada
keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Dan disebut dengan hernia inkarserata atau hernia strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap
dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Jong, 2004.
2.2. Hernia inguinalis
2.2.1. Etiologi Hernia Inguinalis
Hernia inguinal adalah hernia ke dalam kanalis inguinal. Dorland,1998. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena yang didapat.
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak lelaki daripada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
itu. Jong, 2004. Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia
transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia. Jong, 2004.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis, antara lain: kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, prosesus vaginalis yang terbuka baik
Universitas Sumatera Utara
kongenital maupun didapat, tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, kelemahan otot dinding perut karena usia, defisiensi otot, dan
hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik. Jong, 2004 dan Schwartz, 2000
2.2.2. Klasifikasi Hernia Inguinalis 2.2.2.1.Hernia Inguinalis Direk Medialis
Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15 dari semua hernia inguinalis. Kantong
hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior kanalis inguinais medial terhadap arteria, dan vena epigastrika inferior, karena adanya tendo
conjunctivus tendo gabungan insersio musculus obliquus internus abdominis dan musculus transversus abdominis yang kuat, hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa,
oleh karena itu leher kantong hernia lebar. Snell, 2006. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar bersifat bersifat
bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan kelemahan otot dinding abdomen. Snell, 2006.
Gambar 1. Anatomis Hernia Inguinalis
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Hernia Inguinalis Indirek dan Hernia Inguinalis Direk
2.2.2.2.Hernia Inguinalis Indirek Lateralis
Hernia inguinalis indirek merupakan bentuk hernia yang paling sering ditemukan dan diduga mempunyai penyebab kongenital. Snell, 2006.
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastric inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke
rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Mansjoer, 2000. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penutunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan. Mansjoer, 2000. Bila prosesus terbuka terus karena tidak mengalami obliterasi, akan timbul hernia
inguinalis kongenital. Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Mansjoer, 2000.
2.2.3. Manifestasi Klinis Hernia Inguinalis
Universitas Sumatera Utara
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren. Jong, 2004. Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat inspeksi
saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial bawah. Kantong hernia yang kosong
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera, tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium. Dengan jari
telunjuk atau dengan jari kelingking, pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan cara mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga
dapat ditentukan apakah hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan.
Kalau ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis lateralis, dan bagian sisi jari yang menyentuhnya adalah hernia inguinalis medial. Jong, 2004.
2.2.4. Penatalaksanaan Hernia Inguinalis
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi
tidak dilakukan pada hernia strangulata kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual dimana tangan kiri memegang isi hernia dengan membentuk corong dan tangan
kanan mendorong isi hernia ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkaserasi sering terjadi pada umur kurang dari dua
tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena cincin hernia pada anak-anak
masih elastis dibanding dewasa. Reposisi dilakukan dengan cara menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil maka anak
akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya. Jika reposisi tidak berhasil dalam waktu enam jam maka harus dilakukan operasi sesegera mungkin. Jong, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar menahan hernia yang sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh dan harus dipakai seumur hidup. Cara ini
mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang ditekan sedangkan strangulasi tentang mengacam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis. Jong, 2004.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip pengobatan hernia
adalah herniotomi dan hernioplasti. Jong, 2004. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Jong, 2004.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik dalam mencegah residif
dibandingkan dengan herniotomi. Dikenalnya berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat
fasia tranversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus abdominis internus dan m. internus abdominis yang dikenal dengan cojoint tendon ke ligamentum inguinal poupart menurut
metode basinni atau menjahit fasia tranversa, m.tranversa abdominis, m.oblikus internus ke ligamentum cooper pada Mc Vay. Jong, 2004.
Teknik herniorafi yang dilakukan oleh basinni adalah setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekontruksi lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus oblikus
internus, muskulus tranversus abdominis dan fasia tranversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale, teknik ini dapat digunakan pada hernia direk maupun hernia indirek.
Jong, 2004.
2.2.5. Komplikasi Hernia Inguinalis
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel: ini dapat terjadi kalau isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia
tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata inkarserasi yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
Universitas Sumatera Utara
kaku seperti pada hernia hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jong, 2004 ; Girl dan Mantu, 1992.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia
dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudant berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Jong, 2004. Akibat penyumbatan usus terjadi aliran balik berupa muntah-muntah sampai dehidrasi dan shock
dengan berbagai macam akibat lain. Girl dan Mantu, 1992.
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
3.2. Definisi Operasional
Sesuai dengan masalah, tujuan, dan model penelitian, maka yang menjadi variabel dalam penelitian beserta dengan definisi operasionalnya masing-masing sesuai dengan yang
dicatat oleh petugas rumah sakit sebagai berikut : 1.
Penderita Hernia Inguinalis, yaitu: penderita yang dikatakan sakit berdasarkan hasil diagnosa dokter yang tercatat dalam rekam medik.
2. Usia, yaitu: usia saat responden pertama kali datang ke RS dan didiagnosis
menderita hernia inguinalis yang tercatat dalam rekam medik. 3.
Jenis kelamin, yaitu: jenis kelamin responden saat didiagnosis hernia inguinalis yang tercatat dalam data rekam medik.
4. Lokasi, yaitu: letak bagian tubuh pasien yang mengalami hernia inguinalis.
5. Jenis hernia, yaitu: jenis hernia responden saat didiagnosis hernia inguinalis
6. Isi kantong hernia, yaitu: isi kantong hernia saat responden didiagnosis hernia
inguinalis yang tercatat dalam rekam medik.
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur Usia
Usia saat responden pertama kali
didiagnosis menderita
hernia inguinalis.
Data rekam
medik -
0 hari – 28 hari -
lebih 1 bulan - 12 bulan -
lebih 1 tahun - 5 tahun -
lebih 5 tahun - 12 tahun -
lebih 12 tahun - 18 tahun Numerik
Jenis Jenis kelamin
Data - laki-laki
Nominal Penderita
Hernia Inguinalis Yang tercatat dalam
Rekam Medik - Usia
- Jenis Kelamin - Lokasi
- Jenis Hernia - Isi Kantong Hernia
Universitas Sumatera Utara
kelamin respoden saat
didiagnosis menderita hernia
inguinalis dalam rekam medik.
rekam medik
- perempuan
Lokalisasi lokasi bagian tubuh pasien yang
mengalami hernia inguinalis.
Data rekam
medik - sinister kiri
- dextra kanan - bilateral
Nominal
Jenis hernia
jenis hernia responden saat
didiagnosis hernia inguinalis yang
tercatat dalam rekam medik.
Data rekam
medik - lateralis
- medialis Nominal
Isi kantong
hernia isi kantong hernia
saat responden didiagnosis hernia
inguinalis yang tercatat dalam rekam
medik. Data
rekam medik
- usus - omentum
- kosong - tidak ada keterangan
Nominal
Table 1. Definisi Operasional BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian