Karakteristik Pasien Kanker Nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan pada Juli 2008 – Juli 2011

(1)

KARAKTERISTIK PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PADA JULI 2008 – JULI 2011

Oleh :

YIAW YEONG HUEI

080100275

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

KARAKTERISTIK PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PADA JULI 2008 – JULI 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

YIAW YEONG HUEI

NIM : 080100275

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 1


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karakteristik Pasien Karsinoma Nasofaring di RSUP H. Adam

Malik Medan Pada Juli 2008-Juli 2011

Nama : Yiaw Yeong Huei

NIM : 080100275

Pembimbing

Penguji I

(dr. Farhat, Sp. THT-KL(K))

(dr. Ilhamd, Sp. PD)

Penguji II


(4)

KARAKTERISTIK PENDERITA KARSINOMA NASOFARING DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA JULI 2008 – JULI 2011

Abstrak

Pendahuluan: Karsinomanasofaring (KNF) adalah karsinoma sel skuamosa yang berasal dari sel epitel yang melapisi nasofaring. KNF merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia dan menduduki urutan pertama keganasan kepala-leher. Prevalensinya adalah 4,7 penduduk setiap tahun. Laki-laki lebih sering mendapatkan penyakit ini (kira-kira 3:1) dan onset penyakit ini banyak dijumpai pada usia 30-40 tahun dan 50-60 tahun. Pada stadium awal KNF, jarangdijumpaigejala yang spesifik.Usia, stadium penyakit, ukuran dan pembesarannodulleher dan jenis kelamin pasien merupakan faktor prognosis KNF.

Tujuan: Mengetahuikarakteristik karsinoma nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juli 2008 – Juli 2011.

Metode:Jenispenelitian yang

digunakanadalahpenelitiandeskriptifdengandesaincross sectional study, di manapenelitianmenjalankanpengumpulan data satu kali berdasarkanpengamatanrekammedispasienkarsinomanasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan pada Juli 2008 – Juli 2011.

Hasil: Penderita karsinoma nasofaring paling sering ditemukan pada kelompok usia 40 – 49 tahun (28,6%), laki-laki (74,7%), suku Batak (56,5%), keluhan pembesaran kelenjar getah bening (87,7%), stadium klinis IV (63,6%) dan gambaran histopatologis tipe III (WHO) - undifferentiated cell carcinoma (41,9%).


(5)

CHARACTERISTICS OF PATIENTS WITH NASOPHARYNGEAL CARCINOMA IN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN IN

JULY 2008 – JULY 2011

Abstract

Introduction: Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is a tumor arising from the epithelial cells which cover the surface and line the nasopharynx. NPC is one of the most seen tumor in Indonesia. NPC is sitting first from the tumors at head-neck. Annually, 4.7/100,000 person are diagnosed with this disease. It is known that males are more commonly diagnosed with NPC (about 3:1) and the onset of this disease is usually within the age of 30 – 40 years old and 50 – 60 years old. Obvious signs are rarely seen at the early stage of NPC. The prognostic factors of NPC include age, stadium of disease, size and degree of neck lymph nodes fixation and gender.

Objective: To acquire data about the proportion of nasopharyngeal carcinoma in RSUP H. Adam Malik Medan in July 2008 – July 2011.

Method: This is a descriptive cross sectional study based on the data collected from medical records of the patients in RSUP H. Adam Malik Medan in July 2008 – July 2011.

Result: Patients with NPC are most prevalent in men (74,7%), age group 40-49 years (28,6%), Batak ethnic group (56,5%),with the most complaint as enlargement of lymph nodes (87,7%), stage IV (63,6%) and type III (WHO) from histopathological aspect – undifferentiated cell carcinoma (41,9%).


(6)

KATA PENGANTAR

PujidanSyukurpenulispanjatkankehadiratTuhan yang MahaEsa yang telahmelimpahkanrahmatdankarunia-Nya, sehinggapenulisdapatmenyelesaikan penelitiankaryatulisilmiahinidenganjudul “KarakteristikPasienKankerNasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan pada Juli 2008 – Juli 2011”.

Penulismengucapkanribuanterimakasihkepadadosenpembimbing, dr. Farhat, Sp.THT-KL yang telahmeluangkanwaktuuntukmendukung, membimbingdanmengarahkanpenulisdalam menyelesaikan penelitianinisehinggadapatdiselesaikandalamwaktu yang telahditetapkan.

Selain itu, penulisan hasil penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Siregar, Sp. PD (KGEH), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan sarjana kedokteran di FakultasKedokteraan USU.

2. Dosen penguji I, dr. Ilhamd, Sp. PD, dan dosen penguji II, dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp. KJ, yang telah memberikan kritikan dan banyak masukan sehingga hasil penelitian ini lebihsempurna.

3. Dosen dan civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orangtua, Ayahanda Yiaw Chin Tang, Ibunda Tan Teck Juan, dan Adinda Yiaw Meei Huey serta anggota keluarga lainnya yang telah memberikan banyak sokongan dan semangat kepada penulis selama penelitian ini.

5. Teman-teman stambuk 2008 dan senior yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan pendapat dan bantuan kepada penulis.


(7)

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih ada kekurangannya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini.Semoga karya tulis ini memberi manfaat kepada kita semua.

Medan, 21 Desember 2011 Penulis,

(YiawYeongHuei) 080100275


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAH PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv-v DAFTAR ISI ... vi-viii DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.LatarBelakang ... 1

1.2.RumusanMasalah ... 2

1.3.TujuanPenelitian ... 2

1.4.ManfaatPenelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3-13 2.1. Nasofaring ... 3

2.1.1 AnatomiNasofaring ... ... 3

2.2. Karsinoma Nasofaring (KNF) ... 4

2.2.1. Definisi... ... 4

2.2.2. Epidemiologi ... 4

2.2.3. Etiologi dan Faktor Resiko ... 5

2.2.4. Klasifikasi dan Histopatologi ... 6

2.2.5. Gejala Klinis ... 8

2.2.6. Stadium KNF ... 9

2.2.7. Diagnosis ... 11

2.2.8. Terapi ... 12

2.2.9. Prognosis dan Komplikasi ... 13

2.2.10.Pencegahan ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…….. .. 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 15

3.2. Variabel dan Definisi Operasional... 16

3.3. Cara Ukur ... 18

3.4. Alat Ukur ... 18


(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1. Jenis Penelitian ... 19

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 20

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21-30 5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 21

5.1.2 Proporsi Gambaran Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring ... ... 21

5.1.3 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Umur ... ... 22

5.1.4 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 23

5.1.5 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Suku... ... 24

5.1.6 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Gejala Klinis... ... 25-28 5.1.7 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium Penyakit... ... 29

5.1.8 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Tipe Histopatologis... ... 30

5.2. Pembahasan ... 31-39 5.2.1 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring BerdasarkanKelompokUmur... ... 31

5.2.2 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 32

5.2.3 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Karsinoma NasofaringBerdasarkanSuku... ... 33-34 5.2.4 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring BerdasarkanGejalaKlinis... ... 34-37 5.2.5 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium Penyakit... ... 38

5.2.6 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Tipe Histopatologis... ... 39


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 40-41 6.1. Kesimpulan ... 40 6.2. Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA ... 42-46 LAMPIRAN ... 47-59


(11)

DAFTAR TABEL Nomor JudulHalaman

Tabel 1 GejalaKlinisKarsinomaNasofaring 8

Tabel 2 Tabel Stadium KNF 10

Tabel 3 Metode Diagnosis 11

Tabel 5.1 DistribusiFrekuensiPenderitaKarsinomaNasofaring

BerdasarkanUmur 22

Tabel 5.2 DistribusiFrekuensiPenderitaKarsinomaNasofaring

Berdasarkan Jenis Kelamin 23

Tabel 5.3 DistribusiFrekuensiPenderitaKarsinomaNasofaring

Berdasarkan Suku 24

Tabel 5.4 DistribusiFrekuensiPenderitaKarsinomaNasofaring

Berdasarkan Gejala Klinis 25

Tabel 5.5 DistribusiFrekuensiPenderitaKarsinomaNasofaring

Berdasarkan Gangguan pada Telinga 26

Tabel 5.6 DistribusiFrekuensiPenderitaKarsinomaNasofaring

Berdasarkan Gangguan pada Hidung 27

Tabel 5.7 DistribusiFrekuensiPenderitaKarsinomaNasofaring

Berdasarkan Pembesaran Kelenjar Limfe 27

Tabel 5.8 DistribusiFrekuensiPenderitaKarsinomaNasofaring

Berdasarkan Gangguan pada Mata 28

Tabel 5.9 DistribusiFrekuensiPenderitaKarsinomaNasofaring

Berdasarkan Stadium 29

Tabel 5.10 DistribusiFrekuensiPenderitaKarsinomaNasofaring


(12)

DAFTAR GAMBAR Nomor JudulHalaman

Gambar 1.1 AnatomiNasofaring 3

Gambar 1.2 Cara Penatalaksanaan KNF menurut NCCN 13

Gambar 1.3 JalurScreening KNF 14

Gambar 3.1 KerangkaKonsepGambaranKarakteristikPenderita

KarsinomaNasofaring 15

Gambar 5.1 DistribusiFrekuensikelompokumurpenderita KNF 31 Gambar 5.2 DistribusiFrekuensijeniskelaminpenderita KNF 32 Gambar 5.3 Distribusisukupenderita KNF Juli 2008-Juli 2011 33 Gambar 5.4 DistribusiGejalaKlinisPenderita KNF 34 Gambar 5.5 DistribusiFrekuensiPenderita KNF Berdasarkan

GangguanpadaTelinga 35

Gambar 5.6 DistribusiFrekuensiPenderita KNF Berdasarkan

GangguanpadaHidung 36

Gambar 5.7 DistribusiFrekuensiPenderita KNF Berdasarkan

PembesaranKelenjarLimfe 36

Gambar 5.8 DistribusiFrekuensiPenderita KNF Berdasarkan

Gangguanpada Mata 37

Gambar 5.9 DistribusiFrekuensiPenderita KNF Berdasarkan

Stadium 38

Gambar 5.10 DistribusiFrekuensiPenderita KNF Berdasarkan


(13)

DAFTAR ISTILAH / SINGKATAN Singkatan Penerangan

AJCC American Joint Committee on Cancer

Ca Kalsium

CT Computed tomography

DNA Deoxyribonucleic acid

EBV Epstein-Barr virus

HLA Histocompatibility locus antigens

KNF Kanker/karsinomanasofaring

MRI Magnetic resonance imaging

N Nervus

NCCN National Comprehensive Cancer Network

PO4 Fosfat

RSUPH. RumahSakitUmumPusat Haji

SNHL Sensorineural Hearing Loss

SPSS Statistical Product for the Social Sciences

Tc99 Technetium-99

THT-KL TelingaHidungTenggorokandanBedahKepalaLeher


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DaftarRiwayatHidup LAMPIRAN 2 Ethical Clearance

LAMPIRAN 3 SuratIzinPenelitian di RSUP H. Adam Malik Medan LAMPIRAN 4 DaftarTabulasi Data


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah karsinoma sel skuamosa yang berasal dari sel epitel yang melapisi nasofaring.Penyakit ini ditemukan pertama kali oleh

Regaund dan Schmincke pada tahun 1921 (Brennan, 2006).

Terdapat penelitian yang mengatakan bahwa pasien karsinoma nasofaring adalah di bawah 1/100.000 (Beena, 2004). Menurut Hsien et al. (2009) dan Amal

et al. (2011), kanker nasofaring sering terdapat di negara Asia Tenggara, sebagian Afrika utara dan Artic. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada bangsaChinese. Pada sumber yang lain juga mengatakan bahwa kebanyakan pasien karsinoma nasofaring terdapat di China dan Asia Tenggara. Insiden pada bangsa Chinese

yang tinggal di daerah utara adalah lebih dari 20 per 100.000 orang setiap tahun (Li-Minet al., 2005). Keganasan ini sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 2-3:1 dan paling banyak terjadi pada usia tua (Ganguly et al., 2003).

Karsinoma nasofaring (KNF) di Indonesia mempunyai insidensi yang tinggi, kira-kira 5,7 di kalangan laki-laki dan 1,9 di kalangan perempuan per 100.000, sedangkan insidensi sedunia adalah 1,9 pada laki-laki dan 0,8 pada perempuan. Departement THT Rumah Sakit Dr. Sardjito mendapat 200 kasus baru KNF setiap tahun (Fles et al., 2010).KNF menduduki urutan pertama keganasan kepala-leher dan urutan keempat setelah keganasan serviks, payudara dan kulit di Indonesia. Prevalensinya adalah 4,7/100.000 penduduk setiap tahun (Lubis et al., 2005). Dari tahun 1998-2002, RSUP H. Adam Malik Medan menemui 130 penderita KNF dari 1370 kasus baru tumor kepala dan leher (Munir

et al., 2010).

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui karakteristik KNF di RSUP. H. Adam Malik Medan.


(16)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimanakah karakteristik pasien kanker nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juli 2008 – Juli2011?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik karsinoma nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juli 2008 –Juli 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

• Mengetahui distribusi usia terhadap karsinoma nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan.

• Mengetahui distribusi ras/suku terhadap karsinoma nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan.

• Mengetahui distribusi jenis kelamin terhadap karsinoma nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan.

• Mengetahui keluhan pada pasien karsinoma nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan.

• Mengetahui stadium pada pasien karsinoma nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan.

• Mengetahui distribusi tipe histopatologis pada penderita karsinoma nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

- Didapatkan gambaran karakteristik pasien karsinoma nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan.

- Sebagai rujukan dan pengembang keilmuan di bidang Ilmu KesehatanTelinga Hidung Tenggorakan Bedah Kepala Leher.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nasofaring

2.1.1 Anatomi Nasofaring

Nasofaring adalah bagian superior pada faring di antara choanae

rongga nasal dan sudut palatum lunak inferior. Nasofaring terbagi atas tiga bagian: dinding lateral (termasuk fossa Rosenműller, torus tuberis dan orifice tuba Eustachian), Vault of roof dan dinding posterior.The fossa of Rosenműller merupakan tempat yang paling sering dijumpai karsinoma nasofaring.Sistem limfa dari nasofaring berjalan dari arah antero-posterior menuju ke basis tengkorak dimana nervus kranial IX (nervus

glossopharyngeal) dan XII (nervus hypoglossal) berada.Perjalanan limfatik yang lain adalah pengaliran ke noda limfa servikal posterior and noda jugulodigastric(Lee, 2008; Anil, 2008).


(18)

2.2 Karsinoma Nasofaring 2.2.1 Definisi

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah karsinoma sel skuamosa yang berasal dari sel epitel yang melapisi nasofaring.Penyakit ini disebutkan kali pertama oleh Regaund dan Schmincke pada tahun 1921 (Brennan, 2006).Biasanya, patologis KNF bermulai dari sel epitel yang berada di bagian lateral nasofaring (fossa of Rosenműller)(Davidet al., 2008).

2.2.2 Epidemiologi

Tumor ganas yang paling sering ditemukan di bidang Telinga Hidung TenggorokandanBedah Kepala Leher (THT-KL) adalah kanker nasofaring, angka kejadian KNF ±85-95% (Rakhmatet al., 2010). Setiap tahun, insiden KNF kira-kira <1 per 100.000 di seluruh bagian di dunia namun dapat mencapai 50 per 100.000 di sebagian negara di Southeast Asia. Menurut sumber yang lain, KNF tipe II atau III (klasifikasi WHO) banyak dijumpai di provinsi China Selatan, Asia Tenggara, populasi

Mediterranean tertentu, dan juga termasukthe Aleut Native Americans.Sumber yang lain mengatakan bahwa masyarakat di China Selatan, Taiwan dan Indonesia lebih cendurung untuk mendapat kanker ini (Dhingra, 2010). Sebanyak 20% KNF berkembang pada pasien yang berusia 30tahun (Lee, 2008).Laki-laki lebih sering mendapatkan penyakit ini (kira-kira 3:1) dan onset penyakit ini banyak dijumpai pada usia 30-40 tahun dan 50-60 tahun (David et al., 2008).

Karsinoma nasofaring (KNF) menduduki urutan pertama keganasan kepala-leher dan urutan keempat setelah keganasan serviks, payudara dan kulit di Indonesia. Prevalensinya adalah 4,7/100.000 penduduk setiap tahun. Dari tahun 1998-2002, RSUP H. Adam Malik Medan menemui 130 penderita KNF dari 1370 kasus baru tumor kepala dan leher (Munir et al., 2010).


(19)

2.2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Kanker nasofaring adalah karsinoma sel skuamosa yang sentiasanya berkembang di sekitar ostium dari tuba Eustachian di sisi dinding lateral nasofaring (Jiadeetal., 2009). Kanker nasofaring disebabkan oleh tiga faktor yaitu: (1) individual yang disertai predisposisi genetik (A2, B17 dan Bw46, Cantonese Chinese), (2) faktor kebiasaan diet, sebagai contoh, konsumsi ikan dan daging yang telah diawet dengan garam, (3) faktor lingkungan (asap rokok, pencemaran udara dan kebiasaan konsumsi alkohol), serta (4) infeksi oleh virus Epstein-Barr

(EBV) (Clifton, 2001; David et al., 2008).

2.2.3.1 Kerentanan Genetik

Beberapa laporan penelitian menduga adanya peranan

histocompatibility locus antigens (HLA) dengan karsinoma nasofaring terutama pada ras Chinese (Ganguly et al., 2003). Bagi

Chinese yang telah migrasi ke negara lain tetap mempunyai insidensi yang lebih tinggi (Dhingra, 2010).

2.2.3.2 Infeksi Virus Epstein-Barr (EBV)

Deteksi antigen nuklear yang berasosiasi dengan virus Epstein-Barr dan DNA viral pada KNF tipe 2 dan 3 menunjukkan EBV dapat menginfeksi sel epitel serta terkait dengan transformasinya. Menurut Lo et. al., DNA EBV dapat dideteksi pada sampel plasma di antara 96% pasien KNF non-keratinizing.Selain itu, jumlah DNA EBV berkorelasi dengan respons terhadap tindakan pengobatan dan dapat digunakan untuk mencegah penyakit, disarankan bahwa ini mungkin boleh dipakai sebagai indikator prognosis (Brennan, 2006).


(20)

2.2.3.3 Faktor Lingkungan

Eksposisi nonviral yang paling konsisten dan terasosiasi yang kuat dengan resiko KNF adalah konsumsi ikan asin. Membandingkan individu yang mengkonsumi ikan asin pada mereka yang tidak, resiko relative KNF berkisar di antara 1,7 – 7,5 (Ellen et al., 2006). Pada sumber yang lain juga mengatakan insidensi KNF meningkat pada populasi yang banyak mengkonsumsi ikan asin. Penelitian sebelumnya mendapat bahwa di China Selatan, ditunjukkan hubungan sosioekonomi dengan KNF di mana ikan asin merupakan makanan yang paling murah untuk dikonsumsi bersama nasi (Li-Min et al., 2005).

Faktor lingkungan yang juga berasosiasi dengan KNF adalah paparan terhadap debu kayu, debu besi dan debu perindustrian; oli dan bahan bakar mobil; bahan cat; asap tertentu; dan asap rokok (kebiasaan merokok) (Armstrong et al., 2000).Resiko terjadinya KNF meningkat sebanyak 2 – 6 kali dengan kebiasaan merokok. Sebuah penelitian di Amerika Syarikat mengestimasi 2/3 KNF berasosiasi dengan kebiasaan merokok (Ellen et al.,2006).

2.2.4 Klasifikasi dan Histopatologi

Secara makroskopis, tumor ini dapat dipresentasikan dengan 3 bentuk, yaitu proliferasi – gejala penyumbatan nasal akan timbul apabila sesuatu tumor polipoid mengisi ruangan nasofaring; ulseratif – epistaksis merupakan simtom yang paling sederhana; dan infiltrative – pertumbuhan kanker menginfiltrasi jaringan submukosa.


(21)

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan KNF kepada tiga subtipe, yakni:

2.2.4.1 Tipe 1 – Karsinoma sel skuamosa (25%)

Biasanya dijumpai pada populasi dewasa tua (Brennan, 2006).KNF ini terkait dengan eksposisi terhadap tembakau dan alkohol.KNF tipe ini juga disebutkan sebagai KNF sporadik (Lee, 2008).

2.2.4.2 Tipe 2 – Karsinoma non-keratinizing (12%)

Tipe ini juga dibagi kepada dua yaitu stroma yang tanpa disertai dengan limfoid dan stroma yang disertai dengan limfoid.

2.2.4.3 Tipe 3 – Karsinoma undifferentiated (63%)

Tipe ini paling sering terjadi pada anak dan remaja.Tipe 2 dan 3 berasosiasi dengan peningkatan titer EBV.Tipe 2 dan 3 dapat disertai dengan infiltrat limfosit inflamatori, sel plasma, dan eosinophil yang banyak, disebut lymphoepithelioma(Brennan, 2006).KNF Tipe 2 dan 3 juga disebutkan sebagai KNF endemik (Lee, 2008; Dhinga, 2010).

Dua bentuk histologi yang dapat terjadi adalah: (a) Tipe Regaud

Pengumpulan sel epitel yang dikelilingi oleh limfosit dan jaringan ikat.

(b)Tipe Schmincke

Sel tumor tersebar secara difus dan bercampuran dengan sel inflamatori.

Kedua bentuk tersebut dapat dijumpai bersamaan pada satu tumor (Brennan, 2006).


(22)

2.2.5 Gejala Klinis Karsinoma Nasofaring(Dhingra, 2010)

Lokasi Gejala Jenis Gejala

Hidung Obstruksi hidung, pengeluaran cairan dari hidung, denasal speech (rhinolalia clausa) dan epistaksis.

Telinga Disebabkan oleh obstruksi pada tuba Eustachian, gejala yang timbul adalah tuli konduktif, otitis media serosa atau suppuratif. Tinitus dan kepusingan juga boleh terjadi.

Mata Gejala ini timbul karena penyebaran tumor ke region di sekitar. Hampir semua saraf kranial akan terlibat. Antara gejala yang timbul adalah mata juling dan diplopia (N VI), oftalmoplegia (N III, IV dan VI), nyeri pada wajah dan penurunan reflex kornea (invasi pada N V melalui foramen lacerum). Kanker juga boleh menginvasi orbit secara langsung sehingga mengakibatkan eksoftalmos dan buta. Kanker nasofaring dapat menyebabkan ketulian konduktif, neuralgia temporoparietal ipsilateral dan paralisis palatal (N X) – disebutkan sebagai Trotter’s triad.

Metastase nodal servikal

Gejala pada nodal servikal mungkin merupakan satu-satunya manifestasi KNF. Suatu benjolan nodus dapat dijumpai di antara sudut rahang dan mastoid serta beberapa nodus di sekitar aksesori spinal pada segi tiga leher posterior. Metastase nodal terjadi sebanyak 75% pada pasien pada kali pertama dikunjungnya, setengah daripada itu disertakan nodus bilateral. Metastase jauh Penyebaran kanker termasuk tulang, paru-paru, hati dan situs

yang lain.

Sering kali, gejala pertama yang dijumpai pada pasien adalah penyumbatan hidung atau tuba Eutachian yang kronis sehingga menimbulkan rasa penuh atau nyeri dalam telinga dan juga kehilangan kedengaran, secara spesifik pada satu sisi telinga. Apabila tuba


(23)

Eutachiantersumbat maka cairan akan terakumulasi dalam telinga tengah. Seseorang pasien boleh mempunyai discharge pus dan darah dari hidung (epistaxis). Pada kasus tertentu, tetapi jarang, sebagian wajah atau satu mata pasien menjadi paralise. Kanker ini selalu menyebar ke noda limfa pada leher (Mark, 2003).

2.2.6 Stadium KNF

Menurut American Joint Committee on Cancer’s AJCC Cancer Staging Manual (2011), stadium penyakit KNF ditentukan dengan pembahasan di bawah:

Tumor Primer (T)

TX - Tumor primer tidak dapat dinilai. T0 - Tidak terbukti ada tumor primer. Tis - Karsinoma in situ.

T1 - Tumor terbatas di nasofaring, atau tumor meluas ke orofaring dan/atau rongga nasal tanpa perluasan ke parafaring.

T2 - Tumor disertakan dengan perluasan ke parafaring.

T3 - Tumor melibatkan struktur tulang dasar tenggorak dan/atau sinus paranasal.

T4 - Tumor dengan perluasan ke intrakranial dan/atau terlibatnyasaraf kranial, hipofaring, orbita, atau disertai perluasan ke fossa infratemporal/ruang mastikator.

Nodus Limfa Regional (N)

NX - Nodus limfa regional tidak dapat dinilai. N0 - Tidak ada metastasis ke nodus limfa regional.

N1 - Metastase unilateral di nodus(satu atau beberapa) limfa servikal, ≤6 cm pada diameter yang paling besar, di atas fossa supraklavikular, dan/atau unilateral atau bilateral,


(24)

nodus limfa retrofaring, ≤6 cm pada diameter yang paling besar.

N2 - Metastase bilateral pada nodus (satu atau beberapa) limfa servikal, ≤6 cm pada diameter yang paling besar, di atas fossa supraklavikular.

N3 - Metastase pada nodus (satu atau beberapa) limfa servikal,

˃6cm dan/atau ke fossa supraklavikular.

N3a - ˃6cm pada diameter.

N3b - Meluas ke fossa supraklavikular.

Metastase Jauh (M)

M0 - Tidak ada metastasis jauh. M1 - Metastasis jauh.

Tabel Stadium KNF

Stage T N M

0 Tis N0 M0

I T1 N0 M0

II T1 N1 M0

T2 N0 M0

T2 N1 M0

III T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N0 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

IVA T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

IVB Any T N3 M0

IVC Any T Any N M1

2.2.7 Diagnosis

Gejala pada stadium awal jarang dijumpai. Gejala yang lebih umum adalah pertumbuhan massa leher (biasanya level II atau V), aural fullnessi,dan disfungsi nasal.Neuropati kranial (nervus kranial III-VI) juga sering dijumpai dan mengindikasi invasi pada orbital dan/atau tapak


(25)

tengkorak.Ekstensi yang lebih berat terhadap nervus kranial XII pada foramen hipoglosal atau rantai simpatetik servikal, mengakibatkan sindrom Horner (Lee, 2008).

Pada dasarnya, diagnosis KNF harus termasuk biopsi positif, terlihat massa pada MRI atau CT, massa pada leher, epistasis atau nasal discharge, otitis media refraktori dan nyeri pada telinga atau hilang pendengaran (Anil, 2008).

Metode diagnosis KNF dari Brennan (2006) seperti berikut Metode Diagnosis

1. Evaluasi ukuran dan lokasi noda limfa servikal secara klinis. 2. Mengakses ke tumor primer menggunakan indirect

nasopharyngoscopy.

3. Pemeriksaan nervus kranial.

4. Melakukan pemeriksaan Computer tomography (CT) / Magnetic resonance imaging(MRI) pada kepala dan leher sehingga ke bawah clavicles untuk menilai erosi tapak tenggorak.

5. Radioterapi dada (anteroposterior dan lateral) untuk melihat apakah KNF sudah menyebar ke paru-paru.

6. Scintigraphy tulang dengan Tc 99 diphosphonate untuk menunjukkan apakah KNF telah menyebar ke tulang.

7. Pemeriksaan darah lengkap.

8. Urea, elektrolit, kretinin, fungsi hati, Ca, PO4 9. Antigen kaspid viral EBV dan DNA EBV.

, fosfat alkali.

10.Pemeriksaan histologi melalui biopsi noda limfa ataupun tumor primer.

Pada remaja, kira-kira 1/3 adalah tipe undifferentiated.

Sebanyak 5%pasien KNF telah mempunyai metastasis jauh pada saat presentasi.Limfa adenopati metastatik terdapat pada 60 – 80% pasien (Huanget al., 2010).


(26)

2.2.7.1 Diagnosis banding

Diagnosis banding untuk karsinoma nasofaring adalah infeksi,

Tornwaldt cysts, metastasis malignant dari situs primer yang lain, serta limfoma (Anil, 2008). Selain itu, diagnosa lain yang boleh dijadikan perbandingan adalah neuroblastoma olfaktorius, small-cell undifferentiated carcinoma, melanoma malignan, dan rhabdomyosarcoma. Teknik

immunohistochemical digunakan untuk membantu kerja diagnostik dengan mendeteksi fenotipe antigenik yang berbeda (Kamal, 2001).

2.2.8 Terapi

Penatalaksanaan KNF terdiri dari beberapa bentuk yaitu: radiasi, kemoterapi, pembedahan, atau kombinasinya.KNF tidak dapat diangkat melalui pembedahan disebabkan oleh lokasinya secara anatomis (berdekatan dengan basis tengkorak).Karena itu, radioterapi merupakan pilihan pertama untuk penanganan KNF.Namun, didapati bahwa sebanyak 30% pasien mempunyai metastasis jauh setelah dilakukan radioterapi definitive primer(Huang et al., 2010).

Gambar 1.2 : Cara penatalaksanaan KNF menurut National Comprehensive Cancer Network (NCCN)


(27)

2.2.9 Prognosis dan Komplikasi

Penyebab utama kematian pasien KNF adalah metastasis jauh (Huang et al., 2010).Pengaruh radiasi terhadap gangguan pendengaran sensorineural (SNHL) bersifat transien namun cenderung kronik dan progresif. Penelitian juga menunjukkan bahwa pasien KNF perempuan yang menjalani radiasi eksternal lebih resisten untuk terjadinya SNHL pascaradiasi (26,7%). Menurut Oh et al,.usia merupakan salah satu faktor prognosis. Hal itu kemungkinan karena perubahan degenerasi yang telah ada pada usia>30 tahun (Rakhmatet al., 2010).

Antara faktor prognosis yakni: stadium penyakit, ukuran dan derajat fiksasi nodus leher, jenis kelamin dan umur pasien, kemuncuran kelumpuhan nervus kranial dan gejala klinis pada telinga saat pasien diperiksa.Selain itu tipe histologi tumor dan dosis serta hasil radioterapi juga merupakan faktor prognostik independen yang signifikan (Baharudin, 2009).

2.2.10 Pencegahan

Berhenti merokok dan memodifikasi kebiasaan diet dengan mengurangki konsumsi ikan asin adalah faktor yang dapat menurunkan resiko terjadinya karsinoma nasofaring (Anil, 2008).Kebiasaan makan buah-buahan segar dan/atau sayur-mayur, terutama pada usia anak, mempunyai resiko KNF yang lebih rendah (Ellen et al., 2006). Hal utama untuk mencapai 5-year survival rates yang lebih baik tergantung pada diagnosis dini. Padahal, overall survival menurun dari 90% bagi stadium I ke <60% pada stadium lanjut (IV) penyakit.Screening mungkin dapat membantu mendeteksi sedini mungkin pada kelompok yang mempunyai resiko tinggi (dengan riwayat keluarga) (Ng, 2008).


(28)

Gambar 1.3: Jalur Screening KNF (Ng, 2008)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep untuk penelitian tentang karakteristik pasien karsinoma nasofaring (KNF) di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juli2008 – Juli2011 adalah seperti berikut:

PasienKarsinoma Nasofaring (KNF)

KarakteristikPenderitaKarsinomaNa sofaring

• Usia • Ras / Suku


(29)

Gambar 1.3: Jalur Screening KNF (Ng, 2008)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep untuk penelitian tentang karakteristik pasien karsinoma nasofaring (KNF) di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juli2008 – Juli2011 adalah seperti berikut:

PasienKarsinoma Nasofaring (KNF)

KarakteristikPenderitaKarsinomaNa sofaring

• Usia •


(30)

Gambar 3.1 Kerangka konsep gambaran karakteristik penderita karsinoma nasofaring

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Usia, ras atau suku, jenis kelamin, gambaran klinis / keluhan, dan stadium penyakit merupakan variabel yang ingin dikaji dalam penelitian ini.

3.2.1 Karakteristik usiadikaji dengan menggunakan golongan umur yang tertera di bawah:

a) Usia di bawah 30 tahun b) Usia antara 30 – 39 tahun c) Usia antara 40 – 49 tahun d) Usia antara 50 – 59 tahun e) Usia di atas 60 tahun


(31)

3.2.2 Ras atau Suku

Penelitian ini dilakukan juga untuk melihat ras atau suku yang mana lebih sering mendapat karsinoma nasofaring.

3.2.3 Jenis Kelamin

Variabel ini dimasukkan untuk mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin penderita KNF.

a) Laki-laki b) Perempuan

3.2.4 Gambaran Klinis / Keluhan

Variabel ini ditujukan untuk menilai gambaran klinis atau keluhan yang lebih sering terpapar pada pasien yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan. Gambaran Klinis tersebut tergolongkan seperti berikut:

a) Keluhan pada telinga (secara fisik dan fisiologis) b) Keluhan pada hidung

c) Keluhan pada kelenjar limfa d) Keluhan pada mata

3.2.5 Stadium

Stage T N M

0 Tis N0 M0

I T1 N0 M0

II

T1 N1 M0

T2 N0 M0

T2 N1 M0

III

T1 N2 M0

T2 N2 M0


(32)

T3 N1 M0

T3 N2 M0

IVA

T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

IVB Any T N3 M0

IVC Any T Any N M1

3.2.6 Tipe Histopatologis KNF menurut WHO

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan KNF kepada tiga tipe histopatologis:

a) Tipe 1 – Karsinoma sel skuamosa b) Tipe 2 – Karsinoma non-keratinizing

c) Tipe 3 – Karsinoma undifferentiated

3.3 Cara ukur

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengkaji lalu melakukan analisa berdasarkan data rekam medis dari RSUP H. Adam Malik, Medan.

3.4 Alat ukur

Penelitian ini menggunakan rekam medis sebagai alat ukur.

3.5 SkalaPengukuran 3.5.1 Skala Nominal


(33)

Skala ini tidak menunjukkan perurutan atau kesinambungan.Tiap variasi bersendiri secara terpisah (Pratiknya, 2008).

Skala nominal yang digunakan pada penelitian ini adalah ras atau suku, jenis kelamin, gambaran klinis atau keluhan,dan tipe histopatologis pada pasien KNF.

3.5.2 Skala Ordinal

Skala ini mempunyai batas yang tidak jelas antara satu variasi nilai dengan variasi nilai yang lain, sehingga yang dapat dibandingkan hanya perbedaan yang lebih tinggi, sama, atau lebih rendah.Namun, “jarak” atau interval antara nilai tersebut tidak terukur (Pratiknya, 2008).

Maka, skala ordinal yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor usia dan stadium KNF pada pasien di RSUP H. Adam Malik, Medan.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. JenisPenelitian

Jenispenelitian yangdigunakan adalah

penelitiandeskriptifdengandesaincross sectional study, dimana pada

penelitian dilakukan pengumpulan data satu kali

berdasarkanpengamatanrekammedispasienkarsinomanasofaring di RSUP


(34)

tersebutdigunakanuntukmenilaikarakteristikpasien.Dari segiwaktu, penelitianinidilakukansecararetrospektif.

4.2. LokasidanWaktuPenelitian 4.2.1. LokasiPenelitian

Penelitianinidilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2.2 WaktuPenelitian

Penelitianinidilaksanakanpadabulan Agustus - November 2011.

4.3. PopulasidanSampel 4.3.1. Populasi

Populasidalampenelitianiniadalahsemuapenderitakarsinomanasofar ing yang berobatke divisi onkologi DepartemenTelinga Hidung Tenggorak dan Bedah Kepala Leher (THT-KL) RSUP H. Adam Malik Medan dari Juli 2008 – Juli 2011.

4.3.2 Sampel

Sampeladalahsemuapopulasidaripenelitianini,

yaitupenderitakarsinomanasofaring yang berobatke divisi onkologi DepartemenTelinga Hidung Tenggorak dan Bedah Kepala Leher (THT-KL) RSUP H. Adam Malik Medan dari Juli 2008 – Juli 2011.

4.4. MetodePengumpulan Data

Pengumpulan data bagipenelitianinidiperolehdari data sekunder, yaiturekammedispenderitakarsinomanasofaring yang berobat di divisi onkologi departemen THT-KLRSUP H. Adam Malik Medan dari Juli

2008 – Juli 2011.Selainitu, hal-hal yang


(35)

4.5. PengolahandanAnalisis Data

Data yang telahdiperolehdiolahsecaradeskriptifdenganmengaplikasikan program computer yaituStatistical Product for the Social Sciences (SPSS). Seterusnya, data akandisusundandisajikandalambentuktabeldangrafik.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara.Alamat rumah sakit tersebut yalah: Jalan Bunga Lau, No. 17, Medan, 20136. RSUP H. Adam Malik


(36)

mulai berfungsi dengan pelayanan rawat jalan sejak tanggal 17 Juni 1991.Mulai tanggal 2 Mei 1992, rumah sakit ini turut menyediakan pelayanan rawat inap.

RSUP. H. Adam Malik Medan berdiri sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, RSUP.H. Adam Malik Medan juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.Pada tahun 1993, Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke rumah sakit ini secara resmi.

5.1.2. Proporsi Gambaran Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Informasi berikut ini menunjukkan karakteristik penderita karsinoma nasofaring di Bagian Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) RSUP. H. Adam Malik. Mulai bulan Juli 2008 sehingga Juli 2011, terdapat 308 pasien karsinoma nasofaring berobat ke bagian THT RSUP. H. Adam Malik.

5.1.3. Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Umur

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita karsinoma nasofaring berdasarkan umur tertera di tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Umur

Kelompok Umur n (%)

< 30 tahun 40 13,0

30 – 39 tahun 53 17,2


(37)

50 – 59 tahun 82 26,6

≥ 60 tahun 45 14,6

Total 308 100

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa kelompok usia tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah 40–49 tahun yaitu sebanyak 88 orang (28,6%) diikuti dengan kelompok umur 50–59 tahun yaitu sebanyak 82 orang (26,6%). Kelompok usia yang paling rendah adalah kelompok usia di bawah 30 tahun yaitu sebanyak 40 orang (13,0%) diikuti dengan kelompok usia lebih dari 60 tahun yaitu sebanyak 45 orang (14,6%).

5.1.4. Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini, distribusi frekuensi penderita karsinoma nasofaring berdasarkan jenis kelamin diuraikan di tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n (%)

Laki – laki 230 74,7

Perempuan 78 25,3


(38)

Dari tabel 5.2 dapat terlihat bahwa proporsi tertinggi penderita karsinoma nasofaring dijumpai pada laki–laki yaitu sebanyak 230 kasus (74,7%) sedangkan perempuan dijumpai sebanyak 78 kasus (25,3%).

5.1.5. Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Suku

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita karsinoma nasofaring berdasarkan suku diuraikan di tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Suku

Suku n (%)

Cina 1 0,3

Nias 4 1,3


(39)

Melayu 19 6,2

Aceh 33 10,7

Jawa 69 22,4

Batak 174 56,5

Total 308 100

Tabel 5.3 menunjukkan suku yang mempunyai proporsi tertinggi adalah suku Batak yaitu sebanyak 174 orang (56,5%) diikuti suku Jawa sebanyak 69 orang (22,4%), suku Aceh sebanyak 33 orang (10,7%) dan suku Melayu sebanyak 19 orang (6,2%). Suku Cina merupakan populasi yang terendah sebanyak 1 orang (0,3%), kemudian suku Nias, 4 orang (1,3%) dan suku Minang 8 orang (2,6%).

5.1.6. Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Gejala Klinis

Pada penelitian ini, distrubusi frekuensi penderita karsinoma nasofaring berdasarkan gejala klinis ditunjukkan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Gejala Klinis

Gejala Klinis n (%)

Gangguan pada Telinga 211 68,5

Gangguan pada Hidung 209 67,9

Pembesaran Kelenjar Limfe 270 87,7


(40)

Satu pasien bisa dengan gejala klinis lebih dari satu. Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa 211 orang (68,5%) dari 308 orang penderita mempunyai gangguan pada telinga dan 209 orang (67,9%) ada gangguan pada hidung. Gejala klinis yang paling banyak adalah pembesaran kelenjar limfe, 270 orang (87,7%). Gangguan pada mata terdapat 87 orang (28,2%), merupakan gejala klinis yang paling jarang.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Gangguan pada Telinga

Jenis n (%)

Berdenging 173 56,2

Pendengaran berkurang 16 5,2

Keduanya (berdenging dan

pendengaran berkurang)

12 3,9

Berair 5 1,6

Nyeri 2 0,6

Penuh 3 1,0

Tidak ada gangguan telinga

97 31,5


(41)

Dari 308 orang penderita, gangguan pada telinga yang paling sering adalah telinga berdenging, 173 orang (56,2%), diikuti dengan gejala pendengaran berkurang, 16 orang (5,1%). Terdapat 12 orang penderita (3,9%) mempunyai kedua gejala tersebut. Gejala yang paling dijumpai adalah pasien berasa nyeri pada telinga, 2 orang (0,6%), kemudian diikuti dengan telinga terasa penuh, 3 orang (1,0%) dan telinga yang berair, 5 orang (1,6%). Dalam penelitian ini, 97 orang penderita (31,5%) tidak ada gangguan pada telinga.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Gangguan pada Hidung

Jenis n (%)

Sumbat 61 19,8

Berdarah 63 20,5

Keduanya (Sumbat dan Berdarah) 83 26,9

Nyeri 2 0,6

Tidak ada 99 32,1

Total 308 100

Dari tabel di atas dapat dibaca bahwa gejala klinis pada hidung yang paling adalah hidung berdarah (epistaxis) dan hidung terasa sumbat, sebanyak 83 kasus (26,9%). Terdapat 63 orang (20,5%) mempunyai gejala


(42)

hidung berdarah sahaja dan 61 orang (19,8%) mendapat gejala hidung terasa sumbat sahaja. Gejala nyeri pada hidung terdapat 2 orang (0,6%). Sebanyak 99 orang (32,1%) tidak ada gangguan pada hidung.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Pembesaran Kelenjar Limfe

Pembesaran KGB N (%)

Ya 270 87,7

Tidak 38 12,3

Total 312 100

Tabel 5.7 menunjukkan 270 orang (87,7%) mempunyai pembesaran kelenjar getah bening (KGB). Daripada 308 kasus, 38 orang (12,3%) tidak ada pembesaran KGB.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Gangguan pada Mata

Jenis N (%)

Ganda 41 13,3

Mata kabur 20 6,5

Mata juling 7 2,3

Buta 5 1,6

Paralise kelopak mata 5 1,6

Berbayang 3 1,0

Keduanya (ganda dan mata kabur)

3 1,0

Anisiokor 1 0,3

Mata bengkak 1 0,3

Proptosis 1 0,3

Tidak adagangguan pada mata


(43)

Total 308 100

Dari tabel 5.8 dapat dilihat gejala pada mata yang paling sering adalah penglihatan ganda, 41 orang (13,3%), kemudian mata kabur, 20 orang (6,3%). Sebanyak 3 orang penderita (1,0%) mengeluhkan kedua gejala tersebut. Selanjutnya, gejala mata juling 7 orang (2,3%), buta dan paralise kelopak mata masing-masing 5 orang (1,6%) dan berbayang 3 orang (1,0%). Gejala yang paling jarang dijumpai terdapat tiga, yaitu anisiokor, mata bengkak dan proptosis, masing-masing 1 orang (0,3%). Dari 308 orang penderita, 221 orang (71,8%) tidak mengeluh gangguan pada mata.

5.1.7. Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium Penyakit

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita karsinoma nasofaring berdasarkan suku diuraikan di tabel 5.9.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium

Stadium Penyakit n (%)

Stadium I 8 2,6

Stadium II 27 8,8

Stadium III 77 25,0

Stadium IV 196 63,6


(44)

Dari tabel 5.9 dapat dilihat bahwa stadium penyakit yang tertinggi adalah stadium IV yaitu sebanyak 196 orang (63,6%) diikuti dengan stadium III yaitu sebanyak 77 orang (25,0%). Stadium penyakit yang paling jarang adalah stadium I yaitu sebanyak 8 orang (2,6%). Stadium II terdapat 27 pasien (8,8%).

5.1.8 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Tipe Histopatologis

Pada penelitian ini, distribusi frekuensi penderita karsinoma nasofaring berdasarkan tipe histopatologis diuraikan di tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Tipe Histopatologis

Tipe Histopatologis n (%)

Karsinoma Sel Skuamosa 55 17,9

Karsinoma Sel Skuamosa tanpa Keratinisasi 124 40,3

Karsinoma undiferentiasi 129 41,9

Total 308 100

Dari tabel 5.10 dapat dilihat bahwa tipe histopatologis yang paling sering dijumpai adalah karsinoma undiferentiasi yaitu sebanyak 129 orang


(45)

(41,9%) diikuti dengan karsinoma sel skuamosa tanpa keratinisasi sebanyak 124 orang (40,3%). Tipe histopatologis yang terendah adalah karsinoma sel skuamosa yaitu sebanyak 55 orang (17,9%).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Kelompok Umur


(46)

Gambar 5.1 Distribusi frekuensi kelompok umur penderita KNF Penelitian ini dilakukan pada 308 orang penderita Karsinoma Nasofaring (KNF) yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan pada Juli 2008 sehingga Juli 2011. Berdasarkan Gambar 5.1, penderita KNF terbanyak pada penelitian ini adalah pada kelompok umur 40–49 tahun, yaitu 28,6% dan kelompok umur 50–59 tahun, yaitu 26,6%. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian lain di RSUP H. Adam Malik, yaitu Lutan (2003) mendapat insiden penderita KNF tertinggi pada kelompok umur 40–49 tahun sebanyak 40%, Aliandri (2007) mendapatkan insiden penderita KNF tertinggi pada kelompok usia 41–50 tahun dan 51– 60 tahun masing-masing sebesar 30,4%. Hal ini hampir sama dengan Roezin (1995) yang mendapatkan kelompok umur 40 – 49 tahun (25,92%) dan 50–59 tahun (19,75%) serta Ibrahim (2007) di Medan menjumpai kelompok umur 40–49 tahun (24%) dan 50–59 (29,2%).

5.2.2 Gambaran Distribusi Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi jenis kelamin pada penderita KNF dapat dilihat pada gambar 5.2. 40 53 88 82 45 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

< 30 tahun 30 – 39 tahun 40 – 49 tahun 50 – 59 tahun ≥ 60 tahun

Fr e k ue nsi ( o ra ng ) Tahun

Penderita KNF


(47)

Gambar 5.2 Distribusi frekuensi jenis kelamin penderita KNF Pada gambar 5.2 menunjukkan bahwa selama periode 3 tahun, jenis laki-laki lebih banyak dijumpai sebesar 230 (74,7%) dibandingkan perempuan dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 2,9:1.

Hasil ini sesuai dengan sumber lain yang mengatakan bahwa keganasan ini

sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 2-3:1 (Ganguly et al., 2003). Penelitian lain di RSUP H.

Adam Malik yaitu Lutan (2003) mendapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan 2,3:1, Henry (2006) mendapatkan perbandingan 2,4:1,

Sihotang (2007) 3,4:1, Hidayat (2009) 2,1:1 dan Puspitasari (2011) 2,7:1.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian lain di Indonesia, seperti oleh Muyassaroh et al. (1999) di RSUP dr. Kariadi Semarang mendapatkan perbandingan 3:1. Soehartono et al (2007) di RSU dr. Syaiful Anwar Malang mendapatkan perbandingan 2,5:1.

5.2.3 Gambaran Distribusi Karateristik Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Ras / Suku

Distribusi frekuensi ras / suku Juli 2008 – Juli 2011 dapat dilihat pada gambar 5.3.

230 78

Jenis Kelamin

Laki – laki Perempuan


(48)

Gambar 5.3 Distribusi suku penderita KNF Juli 2008 – Juli 2011 Suku Batak merupakan kelompok yang terbanyak, 174 orang (56,5%), dapat dilihat pada gambar di atas, diikuti suku Jawa sebanyak 69 orang (22,4%) dan terendah dijumpai pada suku Cina sebanyak 1 orang (0,3%). Beberapa penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan mendapatkan hasil yang hampir sama seperti Lutan (2003) mendapatkan angka 43,1% pada suku Batak, Aliandri (2007) mendapatkan 51,9% penderita suku Batak, Zahara (2007) mendapatkan penderita suku Batak sebesar 54,2%, Harahap (2009) 42,9%, Astuty (2010) sebesar 44,4% dan Puspitasari (2011) 57,1 %.

Sebagai bandingan dengan hasil penelitian di sentra lain di Indonesia, Hadi dan Kusuma (1997) mendapatkan suku terbanyak adalah suku Jawa (73,6%) di RSUD dr. Soetomo Surabaya dan Punagi (2007) di Makassar mendapatkan angka 46,7% pada suku Bugis. Perbedaan yang didapat pada penelitian ini dibandingkan dengan sentra lain mungkin dipengaruhi oleh lokasi rumah sakit dan suku terbanyak di daerah tersebut. Pada suku Batak telah ditemukan alel gen yang potensial sebagai penyebab kerentanan timbulnya KNF yaitu alel gen HLA-DRB*08 (Munir, 2007).

5.2.4 Gambaran Distribusi Karateristik Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Gejala Klinis

33

174 1

69

19 8

4

Ras / Suku

Aceh Batak Cina Jawa Melayu Minang Nias


(49)

Distribusi frekuensi penderita karsinoma nasofaring berdasarkan gejala klinis ditunjukkan pada gambar 5.4.

Gambar 5.4 Distribusi Gejala Klinis Penderita KNF

Berdasarkan Gambar 5.4 tampak bahwa pembesaran kelenjar limfe merupakan gejala yang tersering dijumpai pada pasien KNF, sebanyak 270 orang (87,7%), diikuti dengan gangguan pada telinga 211 orang (68,5%) dan gangguan pada hidung, 209 orang (67,9%). Gangguan pada mata mempunyai kasus yang paling jarang, 87 orang (28,2%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain di Medan, Nurhalisah (2009) di RSU dr. Pirngadi mendapatkan hasil 88,9% dari 108

penderita, Dharishini (2010) di RSUP Adam Malik Medan mendapatkan hasil pembesaran kelenjar limfe sebesar 66,4%, merupakan keluhan utama pasien KNF. 211 209 270 87 0 50 100 150 200 250 300 Gangguan pada Telinga Gangguan pada Hidung Pembesaran Kelenjar Limfe Gangguan pada Mata Jum la h ( o ra ng ) Gejala Klinis


(50)

Gambar 5.5 Distribusi Frekuensi Penderita KNF Berdasarkan Gangguan pada Telinga

Dari Gambar 5.5 dilihat telinga berdenging merupakan gangguan pada telinga yang paling sering, 173 orang (56,2%), diikuti dengan pendengaran melemah, 16 orang (5,2%). Gejala lain seperti telinga berair, telinga terasa penuh dan telinga terasa nyeri terdapat 10 orang (3,2%), paling jarang dijumpai pada penelitian ini. Terdapat 12 orang penderita (3,9%) mendapat kedua gangguan telinga berdenging dan pendengaran melemah. Dalam penelitian ini, sebanyak 97 orang (31,5%) tidak ada gangguan pada telinga. Menurut Dhingra (2010), tinitis dan pendengaran melemah terjadi dapat disebabkan oleh obstruksi pada tuba Eustachian.

173 16

12 0 5

2 3

97

Berdenging

Pendengaran berkurang Keduanya

(berdenging dan pendengaran berkurang) Berair

Nyeri Penuh

Tidak ada gangguan telinga


(51)

Gambar 5.6 Distribusi Frekuensi Penderita KNF Berdasarkan Gangguan pada Hidung

Gambar 5.6 menunjukkan kasus yang paling banyak terjadi adalah penderita dengan kedua gangguan pada hidung yaitu epistaksis dan hidung sumbat, 83 orang (26,9%), diikuti dengan gejala epistaksis sahaja 63 orang (20,5%) dan hidung sumbat sahaja 61 orang (19,8%). Gejala nyeri pada hudung ada 2 kasus (0,6%). Sebanyak 99 orang (32,1%) tidak ada gangguan pada hidung. Gejala epistaksis timbul pada penderita KNF akibat permukaan tumor rapuh sehingga iritasi ringan dapat terjadi perdarahan (Cottrill dan Nutting, 2003).

Gambar 5.7 Distribusi Frekuensi Penderita KNF Berdasarkan Pembesaran Kelenjar Limfe

61

63

83 0

2

99 Sumbat

Darah Keduanya

(Sumbat dan Darah) Nyeri

Tidak ada

270 38

Ya Tidak


(52)

Dilihat dari Gambar 5.7 bahawa 270 orang (87,7%) mendapat gangguan pada pembesaran kelenjar limfe manakala 38 orang (12,3%) tidak ada gejala tersebut.

Gambar 5.8 Distribusi Frekuensi Penderita KNF Berdasarkan Gangguan pada Mata

Antara gangguan pada mata yang paling sering dijumpai dalam penelitian

ini dapat dilihar dari Gambar 5.8, yaitu penglihatan ganda, 41 orang (13,3%), diikuti dengan penglihatan kabur, 20 orang (6,5%). Sebanyak 3 orang (1,0%) mempunyai kedua gejala tersebut. Terdapat 26 kasus (7,4%) merupakan gangguan lain seperti anisiokor, mata bengkak,

proptosis, mata juling, berbayang, gangguan pada kelopak mata, tidak dapat menglihat (buta), dan paralise kelopak mata. Sebagian besar, 221 orang (71,8%) tidak ada gangguan pada mata.

Menurut Mark (2003), kanker ini selalu menyebar ke noda limfa pada leher. Namun, antara gejala klinis pada KNF boleh terjadi paralise pada sebagian wajah penderita dan mata penderita.

41

20 7

5 5 3 3 1 1 1

221

0 50 100 150 200 250


(53)

5.2.5 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Stadium Penyakit

Gambar 5.9 Distribusi Frekuensi Penderita KNF Berdasarkan Stadium

Pada Gambar 5.9 tampak bahwa stadium lanjut sebanyak 273 orang (88,6%) merupakan frekuensi tersering selama periode tiga tahun

yaitu stadium IV sebanyak 196 orang (63,6%) dan stadium III sebanyak 77 orang (25,0%) sedangkan stadium dini hanya sebesar 10,4%

yang terdiri dari stadium I, 8 orang (2,6%) dan stadium II, 27 orang (8,8%).

Pada awalnya, biasanya pasien mengeluh pilek biasa, kadang kadang disertai dengan rasa tidak nyaman di telinga, pendengaran sedikit menurun, lender dari hidung disertai dengan perdarahan yang berulang.Selain itu, pembesaran kelenjar leher sebagai pertanda penyebaran KNF ke daerah itu sering misdiagnosa sebagai tuberculosis kelenjar.Apabila pasien merasa bahwa kelenjar leher menjadi makin besar, maka dapat bahwa penyakitnya telah menjadi kian lanjut (Susworo, 2004).Diagnosa sulit dilakukan karena tanda dan gejala awal KNF tidak khas dan tidak spesifik sehingga KNF sering didiagnosa saat stadium lanjut (Plant, 2009).

8 27 77 196 0 50 100 150 200 250

Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV

Jum la h ( o ra ng )


(54)

5.2.6 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring Berdasarkan Tipe Histopatologis

Gambar 5.10 Distribusi Frekuensi Penderita KNF Berdasarkan Tipe Histopatologis

Dari gambar di atas dapat dilihat Tipe III merupakan jenis yang tersering sebanyak 129 orang (41,9%), kemudian Tipe II 124 orang (40,3%) dan Tipe I 55 orang (17,9%).

Hal ini sama dengan penelitian lain di RSUP H. Adam Malik Medan, Alindri (2007) mendapatkan hasil tipe III yang terbanyak (54,5%), diikuti tipe II (41,8 %) dan tipe I (3,8%), Zahara (2007) juga mendapatkan jenis histopatologis terbanyak tipe 3 (58,3%), diikuti tipe 2 (37,5%) dan tipe I (4,2%).

Tipe II dan III paling banyak dijumpai di daerah endemis KNF, seperti di Cina Selatan, Asia Tenggara dan Afrika Utara.Sementara tipe I lebih

sering dijumpai di Eropa dengan prognosis yang lebih buruk (Licitra et al., 2003; Guigay et al., 2006).

55

124 129

Karsinoma Sel Skuamosa (Tipe I)

Karsinoma Sel Skuamosa tanpa Keratinisasi (Tipe II)

Karsinoma undiferentiasi (Tipe III)


(55)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada penderita KNF mulai Juli 2008 – Juli 2011 didapatkan 308 orang penderita, dapat diambil kesimpulan seperti berikut:

6.1.1 Distribusi frekuensi penderita KNF menurut kelompok umur yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 40–49 tahun sebanyak 88 orang (28,6%) dan yang terendah pada kelompok umur di bawah 30 tahun sebanyak 40 penderita (13,0%).

6.1.2 Distribusi frekuensi penderita KNF paling banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 230 penderita (74,7%) dengan perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah 2,9:1.

6.1.3 Distribusi frekuensi penderita KNF berdasarkan suku dijumpai terbanyak pada suku Batak sebanyak 174 penderita (56,5%).

6.1.4 Distribusi frekuensi gejala klinis penderita KNF terbanyak adalah pembesaran kelenjar limfe sebanyak 270 orang (87,7%).

6.1.5 Distribusi frekuensi stadium klinis penderita KNF terbanyak adalah stadium IV sebanyak 196 penderita (63,6%) dan terendah pada stadium I yaitu 8 penderita (2,6%).

6.1.6 Distribusi frekuensi penderita KNF berdasarkan tipe histopatologis WHO adalah tipe III sebanyak 129 penderita (41,9%), tipe II 124 penderita (40,3%), dan tipe I 55 penderita (17,9%).


(56)

6.2 Saran

6.2.1 Data rekam medis perlu dilengkapkan dan dirapikan sehingga informasi yang ingin digali dapat dibaca dengan lebih mudah dan sempurna, misalnya yang berhubungan dengan faktor-faktor risiko KNF dan biodata penderita.

6.2.2 Pengetahuan masyarakat awam dan tenaga medis mengenai gejala klinis KNF harus dipertingkatkan supaya penderita KNF pada stadium rendah dapat dideteksi secara lebih dini.

6.2.3 Penelitian lanjutan yang berkaitan epidemiologi penyakit KNF harus dilakukan supaya penanganan terhadap penyakit ini lebih bagus sehingga pasien mempunyai prognosa yang lebih baik.

6.2.4 Penelitian lanjutan tentang karsinoma nasofaring boleh difokuskan pada suku Batak karena suku Batak merupakan suku yang paling sering dijumpai dalam penelitian ini. Masyarakat Batak juga harus diperingatkan supaya sentiasa mempunyai pola makan dan hidup yang sehat.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aliandri . 2007. Efek Samping Hematologis Pemberian Kemoterapi Pada Penderita Karsinoma Nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan, Tesis, Medan: FK USU.

Amal CK, Malcolm JS, Ashok KD, Kalpana SdanNarinder KM. 2011.Nasopharyngeal carcinoma in the Northeastern states of India, Chinese Journal of Cancer. 30(2): 106-113.

Anil KL. 2008. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology – Head & Neck Surgery. 2nd

Armstrong RW, Peter BI, Munn SL, Armstrong MJ, Yu MCdanSanl S. 2000.

Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian Chinese: occupational exposures to particles, formaldehyde and heat.International Journal of Epidermiology. 29: 991-998.

ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Astuty SJ. 2010. Hubungan LMP-1 dengan Berbagai Stadium Tumor dan Jenis Histopatologis pada KNF. Tesis, Medan: FK USU.

Baharudin A, Azila A, Shahid H. 2009. Challenges in the Management of Nasopharyngeal Carcinoma: A Review.Malaysian Journal of Medicial Sciences. 16(4): 50 – 54.

Beena CRD., Paola P, Tieng ST, et al. 2004. High Incidence of Nasopharyngeal Carcinoma in Native People of Sarawak, Borneo Island.Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention. 13(3): 482 – 486.

Brennan B. 2006. Nasopharyngeal carcinoma, Orphanet Journal of Rare Diseases. 1(23): 1 – 5.

Claudio P, Silvano G, Werner G, Cristina B, dan Carlo LV. 2006.Cancer Risk Associated with Alcohol and Tobacco Use: Focus on Upper Aero-Digestive Tract and Liver. 29(3): 193 – 198.


(58)

Clifton PTJr. 2001.High Incidence of Nasopharyngeal Carcinoma in Asia.Journal of Insurance Medicine. 33: 235 – 238.

Cottrill CP, Nutting CM. 2003. Tumours of the Nasopharynx. Evans PHR. Montgomery PQ, Gullance PJ (ed). Principles and Practice of Head and Neck Oncology. UK: Martin-Dunitz: 473-81

David M, James Kand Holger S, 2008.Recent Advances in Otolaryngology 8. United Kingdom: The Royal Society of Medicine Press Limited. 116 – 119. Dharishini P. 2010.Gambaran Karakteristik Penderita Karsinoma Nasofaring di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan dari Januari sampai Desember 2009. KTI: FK USU.

Dhingra PL, Dhingra S, Dhingra D. 2010. Diseases of Ear, Nose & Throat. 5th

Ellen TC dan Hans-OA. 2006.The Enigmatic Epidemiology of Nasopharyngeal Carcinoma.Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention. 15: 1765 – 1777.

ed. India: Elsevier.

Fles R, Wildeman MA, Sulistiono B, Haryana SM, Tan IB. 2010. Knowledge of general practitioners about nasopharyngeal cancer at the Puskesman in Yogjakarta, Indonesia.BMC Medical Education 2010. 10(81): 1 – 6.

Ganguly NK, Satyanarayana K, Srivastava VK, Padam S, Kant L, Shah. B, et. al.2003.Epidemiological and Etiological Factors Associated with Nasopharyngeal Carcinoma.Indian Council of Medical Research(ICMR) Bulletin.33(3).

Hadi, W. dan Kusuma, H. 1997.Aspek Klinis dan Histopatologis Karsinoma Nasofaring.Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres Nasional Perhati. Semarang. 1001-7.


(59)

Harahap MPH. 2009.Ekspresi Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) pada Karsinoma Nasofaring.Tesis. Medan: FK USU.

Henry F. 2006. Ekspresi Protein Mutan p53 pada Karsinoma Nasofaring. Tesis, Medan: FK USU.

Hidayat Benny. 2009. Hubungan antara Gambaran Timpanometri dengan Letak dan Stadium Tumor pada Penderita Karsinoma Nasofaring di Departemen THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis, Medan: FK USU

Hsien YC, Abdullah MS, Telesinghe PU, Ramasamy R. 2009.Nasopharyngeal carcinoma in Brunei Darussalam: low incidence among the Chinese and an evaluation of antibodies to Epstein-Barr virus antigens as biomarkers.Singapore Medical Journal.50(4): 371 – 377.

Huang PH, Shyng CY, Sloan P, Ou KL, Hsia YJ dan Devlin H. 2010.

Nasopharyngeal Carcinoma Metastatic to the Mandible.The Open Dentistry Journal. 4: 195 – 197.

Ibrahim Irsan Nasution. 2007. Hubungan Merokok dengan Karsinoma Nasofaring. Tesis, Medan: FK USU.

Jiade JL, Jay SC. 2010. Nasopharyngeal Cancer: Multidisciplinary Management. New York: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Kamal T, Kalman K. 2001.Diagnosis and Management of Pituitary Tumors. United States: Humana Press Inc.

Lee KJ. 2008.Essential Otolaryngology – Head and Neck Surgery. 9th

Li-Min S, MeiraE, Christopher IL, Thomas LV, dan Noel SW. 2005.Trends in the Incidence Rates of Nasopharyngeal Carcinoma among Chinese Americans Living in Los Angeles County and the San Francisco Metropolitan Area, 1992-2002.American Journal of Epidemiology. 162(12): 1174 – 1178.

ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.


(60)

Lubis B, Rosdiana N, Margaretha SL. 2005. Nasopharyngeal carcinoma in childhood. Paediatrica Indonesiana. 45(11-12): 280 – 284.

Lutan R. 2003.Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring. Kumpulan Naskah KONAS XIII. Bali: 16.

Mark HB. 2003. The Merck Manual of Medical Information – Home Edition. 2nd

Munir D, Lutan R, Zam-zam M dan Abdi C. 2010.Erosi Dasar Tengkorak dan Kelainan Saraf Kranial pada Penderita Karsinoma Nasofaring di RS. H. Adam Malik Medan. Cermin Dunia Kedokteran (CDK). 37(6): 415 – 418.

ed. New York: Merck & Co, Inc.

Munir D. 2007.Asosiasi Antara Alel Gen HLA-DRB1 dan HLA-DQB1 dengan Kerentanan timbulnya karsinoma nasofaring pada suku Batak. Disertasi, Medan: Sekolah Pascasarjana USU.

Muyassaroh, Samsudin, Soetedjo. 1999. Kelainan Semarang Tahun 1996-1998. Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres Nasional Perhati. Semarang: 1132-40 National Comprehensive Cancer Network. 2011.Practice Guidelines in Oncology

Head and Neck Cancers. In Head and Neck Cancer.Version 2.2011.

Ng WT dan Anthony CHY. 2008.Guidelines on Cancer Prevention, Early Detection & Screening Nasopharyngeal Carcinoma (NPC).The Hong Kong Anti-Cancer Society. 1 – 3.

Nurhalisah H. 2009. Karakterisitik Penderita KNF yang dirawat inap di RSU dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2007. Skripsi: FKM USU.

Plant RL. 2009. Neoplasms of the Nasopharynx. Snow JB, Wackym PA, Ballenger’s Ororhinolaryngology Head and Neck Surgery 17.

Pratiknya AW. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. 1st ed. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


(61)

Punagi AQ. 2007. Ekspresi Vascular Endothelial Growth Factor Receptor (VEGFR) danLatent Membrane Protein (LMP-1) pada Karsinoma Nasofaring. Otorhinolaryngologica Indonesia, Vol. XXXVII (4): 31-6.

Puspitasari, Dewi. 2011. Gambaran Penderita Karsinoma Nasofaring di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010. Tesis, Medan: FK USU.

RakhmatH, Ongka MS, Thaufiq SB. 2010.RadiasiEksternalKarsinomaNasofaringsebagaiPenyebabGangguanDen

gar Sensorineural.MajalahKedokteran Bandung (MKB). 42(3): 108 – 114. Roezin A. 1995. Deteksi dan Pencegahan Karsinoma Nasofaring.Pencegahan dan

Deteksi Dini Penyakit Kanker. Perhimpunan Onkologi Indonesia: 274-88. Sihotang ZB. 2007. Ototoksisitas Cisplatin pada Kemoterapi Tumor Ganas

Kelapa dan Leher di RSUP H. Adam Malik Medan.Tesis. Medan: FK USU. Soehartono, Rahaju P, Kentjono WA. 2007. Hubungan antara Ekspresi Latent

Membran Protein – 1 dengan Peningkatan Ekspresi Epidermal Growth Factor Receptor pada Karsinoma Nasofaring Jenis Undifferentiated. Otorhinolaryngological Indonesia. 37(3-4): 1-7.

Susworo R. 2004. Kanker Nasofaring – Epidemiologi dan Pengobatan Mutakhir. Cermin Dunir Kedokteran (CDK). 144(16): 16-9.

Zahara D. 2007. Ekspresi Epidermal Growth Factor Receptor(EGFR) pada Karsinoma Nasofaring. Tesis. Medan: FK USU.


(62)

Lampiran1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :Yiaw Yeong Huei

Tempat / Tanggal Lahir : Selangor, Malaysia / 25 Agustus 1991

Agama :Budha

Alamat :Jl. Dr. Mansyur, No.3A, 20155 Medan. Riwayat Pendidikan :

1. Tadika Jolly Land 1996-1997

2. SRJK (C) Pui Ying 1998-2002

3. SMK Taman KlangUtama 2003

4. SMJK KwangHua 2003-2007

5. Lincoln College Asia Pacific 2008

6. Fakultas Kedokteran USU Medan 2008-Sekarang RiwayatPelatihan :

1. Advanced – Cardio Pulmonary Resuscitation (A-CPR) 2010 2. Medan Pain Management for General Practitioner (GP) 2011

RiwayatOrganisasi :

1. Wakil Bendahari Kelab Kebudayaan Cina Malaysia (KKCM) 2010/2011 2. Exco Ekonomi Pewakilan Mahasiswa Malaysia USU (PMUSU) 2011 3. Anggota Departemen Mahasiswa Asing PEMA-USU 2011


(63)

(64)

(65)

≤30 <39 <49 <59 ≥60 L P Telinga Hidung Kelenjar Limfa Mata 0 I II III IVA IVB IVC 1 2 3 T. Histopatologis


(66)

Lampiran5

Kode Usia Ras Sex Telinga Hidung KGB Mata Stadium HTPL

145266 3 Jawa 1 5 5 1 7 2 3

284392 2 Nias 1 5 3 1 7 4 3

284951 3 Batak 1 5 5 1 1 4 3

301591 4 Batak 2 5 3 2 7 2 2

304798 3 Batak 1 5 5 2 7 4 2

305323 2 Batak 2 1 1 1 7 4 2

315869 1 Jawa 2 5 5 1 7 3 1

322750 2 Batak 1 1 3 1 7 4 3

331667 2 Batak 1 5 2 1 7 3 2

338657 3 Batak 2 5 1 1 7 3 2

348600 5 Batak 2 5 5 1 7 4 3

349782 4 Batak 2 5 5 2 10 4 3

350076 4 Jawa 2 1 5 2 7 4 2

350705 3 Jawa 1 1 2 1 7 4 2

351859 2 Melayu 2 5 3 1 7 2 2

352050 3 Minang 1 1 2 1 7 3 3

352712 3 Aceh 1 1 2 1 7 3 2 354330 1 Aceh 1 1 1 1 7 4 2

355037 4 Batak 1 5 5 1 2 4 1

356790 2 Batak 2 5 5 1 7 4 2

357494 4 Batak 1 1 3 2 7 2 2

359106 3 Batak 2 1 1 1 7 2 2

359332 3 Batak 1 1 2 1 7 4 2

359332 3 Batak 1 1 5 1 7 4 2

359700 4 Aceh 1 1 5 2 7 4 1

361143 1 Jawa 1 1 2 1 7 4 1

361348 2 Jawa 1 1 2 1 7 3 2

362200 3 Batak 1 2 5 1 7 4 1

363299 2 Jawa 2 5 5 1 9 4 1

364480 3 Batak 2 5 2 1 7 4 2

364573 3 Batak 2 6 5 1 7 3 2

365002 5 Jawa 1 1 2 1 7 3 1

365374 3 Batak 1 1 2 1 7 4 2

365712 5 Batak 1 5 5 1 7 4 3

365903 4 Batak 1 5 5 1 7 4 3

367652 3 Batak 1 5 5 1 7 1 2

367980 3 Batak 2 4 1 1 7 3 2

368531 3 Batak 1 2 5 1 7 4 1


(67)

369355 2 Batak 1 5 5 2 10 4 3

369519 4 Batak 1 5 1 1 7 3 3

369967 4 Batak 1 1 5 1 7 4 2

369987 2 Batak 1 5 5 1 7 3 3

370011 5 Batak 2 1 2 1 1 4 2

370185 3 Batak 1 1 5 1 7 4 1

370263 4 Batak 1 5 3 1 7 3 1

370424 3 Batak 1 1 1 1 7 1 1

370630 2 Batak 1 1 2 2 7 4 2

370639 4 Jawa 1 1 2 1 7 4 2

371254 5 Batak 2 2 3 1 7 4 2

371295 5 Batak 1 1 2 1 7 4 2

371362 3 Batak 1 1 1 1 1 4 2

371478 1 Aceh 2 5 5 1 2 3 2

371569 2 Batak 1 1 3 1 10 4 1

371964 5 Jawa 1 5 1 1 7 4 3

372302 3 Melayu 1 1 5 1 7 3 2

373331 4 Batak 1 1 5 1 7 3 2

373406 2 Melayu 1 1 5 1 2 3 1

373419 4 Batak 1 5 5 1 1 4 3

374120 4 Batak 1 1 3 1 6 4 2

374594 3 Minang 2 4 3 1 7 4 2

374656 3 Aceh 1 1 5 1 7 4 2

374687 2 Batak 1 4 3 1 2 4 2

374870 2 Jawa 2 1 2 1 7 3 1

374971 4 Aceh 2 5 1 2 7 2 1

375166 3 Minang 1 1 5 1 1 3 2

375848 1 Aceh 1 1 3 1 7 2 2

376394 2 Jawa 1 5 1 1 7 1 2

376487 4 Batak 1 1 1 1 7 4 2

376808 4 Melayu 1 1 3 1 7 4 1

376934 5 Minang 1 5 5 1 7 3 2

377519 1 Jawa 2 1 5 1 7 3 2

377670 4 Batak 1 1 1 1 7 4 3

377885 1 Batak 1 1 2 1 1 4 1

378111 3 Batak 2 1 1 1 12 4 3

378561 5 Aceh 1 1 1 1 7 4 2

378794 2 Batak 1 8 2 2 2 4 2

378962 2 Batak 2 6 5 1 7 4 3

379062 2 Batak 1 5 5 1 7 4 3


(68)

379266 5 Melayu 1 2 1 1 7 4 3

379302 1 Batak 1 5 5 1 7 4 1

379337 2 Batak 2 5 1 1 7 2 3

379508 3 Aceh 1 1 1 1 7 4 2

379558 4 Batak 1 5 5 1 7 3 3

380063 1 Batak 1 1 5 1 7 4 3

380233 2 Jawa 1 5 1 1 1 4 2

380270 3 Aceh 2 2 5 1 7 4 3 380307 4 Aceh 2 1 1 1 7 3 2

380378 3 Batak 1 1 3 1 7 4 2

380992 3 Melayu 1 1 5 1 7 2 2

381439 4 Aceh 2 5 5 1 7 2 2

381515 4 Batak 2 2 5 1 1 3 2

381973 2 Batak 2 5 2 1 7 2 2

382576 2 Melayu 1 1 3 1 7 4 3

382690 1 Batak 1 5 2 1 7 4 1

382858 3 Melayu 1 1 2 1 1 4 2

383290 4 Batak 1 5 5 1 8 3 2

383632 4 Aceh 2 5 5 1 7 3 2

383949 3 Jawa 1 6 3 1 7 4 3

383987 2 Jawa 1 1 3 1 7 3 3

384181 2 Melayu 2 5 5 1 7 4 3

384416 4 Melayu 1 1 3 2 8 1 2

384592 5 Batak 1 1 5 1 7 4 3

384946 5 Jawa 2 1 2 1 1 4 2

385195 4 Melayu 1 1 3 1 1 3 2

385444 3 Batak 1 1 3 2 7 4 1

385729 3 Jawa 2 5 1 1 2 4 2

386523 3 Batak 1 1 2 2 1 4 2

386560 3 Batak 1 1 5 1 7 4 2

386741 4 Batak 1 1 2 1 1 4 2

387718 1 Jawa 2 1 3 1 7 4 2

388354 1 Jawa 1 5 2 1 7 4 2

389009 1 Jawa 2 1 2 1 1 4 2

389031 4 Jawa 2 1 5 1 7 4 3

389112 3 Batak 1 1 2 1 1 4 2

390071 4 Cina 2 5 5 1 12 4 1

390314 1 Batak 2 5 1 1 7 3 3

390333 3 Melayu 1 1 2 1 11 4 3

391200 5 Batak 1 5 5 1 7 4 2


(69)

391251 4 Batak 1 4 3 2 2 2 3

391466 1 Batak 2 5 5 1 7 1 1

391681 1 Batak 1 5 5 2 7 4 1

392013 4 Jawa 2 1 2 1 2 4 1

392289 2 Jawa 1 5 5 1 7 4 3

392444 2 Batak 1 4 1 1 2 4 2

393600 3 Batak 2 1 3 2 7 1 1

394192 2 Nias 1 5 2 1 7 4 3

394420 4 Aceh 1 5 3 1 7 4 3

395595 3 Batak 1 1 3 1 7 4 1

395611 3 Batak 1 5 2 1 7 4 3

395811 4 Batak 1 1 2 1 7 4 1

396460 3 Batak 2 1 3 1 7 2 2

398154 5 Batak 2 1 3 2 7 4 1

398238 1 Batak 2 1 1 1 7 4 2

398415 2 Aceh 1 4 3 1 2 4 3

398850 1 Batak 2 1 3 1 7 4 3

399582 5 Batak 1 6 2 1 1 3 2

400208 3 Batak 1 5 5 1 7 4 3

400356 2 Batak 1 5 5 1 7 4 3

400635 3 Jawa 1 5 5 1 7 4 2

401152 2 Batak 1 1 3 1 7 3 2

401699 2 Batak 1 5 3 1 2 1 2

402215 3 Melayu 1 1 5 1 7 4 3

402216 4 Batak 1 1 5 1 12 3 3

402266 3 Batak 1 1 2 1 10 4 2

403947 5 Nias 1 2 3 2 10 2 1

404092 5 Jawa 1 5 3 1 7 4 3

405691 4 Aceh 1 4 1 1 8 3 3

406535 4 Batak 1 1 3 1 7 3 2

407847 5 Batak 1 7 5 1 7 4 2

408133 5 Melayu 1 1 3 2 7 3 1

409780 2 Batak 1 1 5 1 7 3 1

410231 3 Aceh 1 5 2 1 7 2 2

410530 1 Batak 2 4 5 1 7 4 2

410617 1 Melayu 1 1 5 1 7 2 2

410666 5 Melayu 1 5 5 1 7 3 3

411506 3 Batak 1 1 2 1 7 4 3

411732 1 Jawa 1 1 3 1 7 4 3

411886 5 Batak 2 5 1 1 1 3 3


(70)

412478 3 Batak 1 1 1 2 1 2 1

412851 3 Jawa 2 1 3 1 7 4 1

413009 3 Batak 1 1 5 1 7 3 3

413355 3 Batak 1 1 3 1 7 3 2

414474 4 Batak 1 2 2 1 7 4 1

414511 2 Melayu 1 1 3 1 10 4 1

414619 4 Batak 1 5 1 1 2 4 2

414620 2 Jawa 1 6 2 1 7 4 3

415359 1 Jawa 1 5 5 1 1 4 3

416052 1 Batak 1 5 5 1 7 4 3

416061 3 Aceh 1 1 3 1 7 4 3 416260 5 Aceh 1 1 5 1 7 3 2

417305 2 Jawa 1 5 2 1 1 3 3

417430 1 Aceh 1 1 1 1 7 3 1

417853 3 Melayu 1 8 2 1 7 4 2

418134 2 Aceh 1 1 3 2 7 3 3

418289 5 Batak 1 5 3 1 7 4 1

418351 3 Batak 1 5 5 1 7 3 3

418525 4 Jawa 1 5 2 1 11 4 3

418574 3 Jawa 1 1 3 1 7 3 1

418806 3 Batak 2 1 5 1 7 3 1

419239 4 Batak 1 5 3 1 12 4 1

419879 5 Jawa 1 1 1 1 7 3 2

420241 4 Batak 1 1 2 1 7 4 2

421028 4 Batak 1 1 5 1 1 3 2

421455 5 Batak 1 5 5 1 7 4 1

421732 3 Batak 1 1 6 1 1 4 3

422260 5 Jawa 1 1 2 1 7 3 3

422622 1 Jawa 1 1 1 1 1 3 3

422867 1 Aceh 1 1 1 1 7 2 3

423270 3 Batak 1 2 2 1 7 3 3

423838 2 Minang 1 1 5 1 7 3 2

426227 4 Batak 1 1 3 2 7 4 1

426835 4 Jawa 1 1 5 1 7 4 2

427586 3 Jawa 1 1 2 1 7 4 3

427758 4 Batak 2 1 1 1 7 2 3

428088 5 Batak 1 1 1 1 1 3 2

429635 4 Jawa 1 1 3 1 7 4 2

429963 4 Batak 2 1 3 1 7 4 2

431387 4 Batak 1 4 3 2 7 4 3


(1)

391251 4 Batak 1 4 3 2 2 2 3

391466 1 Batak 2 5 5 1 7 1 1

391681 1 Batak 1 5 5 2 7 4 1

392013 4 Jawa 2 1 2 1 2 4 1

392289 2 Jawa 1 5 5 1 7 4 3

392444 2 Batak 1 4 1 1 2 4 2

393600 3 Batak 2 1 3 2 7 1 1

394192 2 Nias 1 5 2 1 7 4 3

394420 4 Aceh 1 5 3 1 7 4 3

395595 3 Batak 1 1 3 1 7 4 1

395611 3 Batak 1 5 2 1 7 4 3

395811 4 Batak 1 1 2 1 7 4 1

396460 3 Batak 2 1 3 1 7 2 2

398154 5 Batak 2 1 3 2 7 4 1

398238 1 Batak 2 1 1 1 7 4 2

398415 2 Aceh 1 4 3 1 2 4 3

398850 1 Batak 2 1 3 1 7 4 3

399582 5 Batak 1 6 2 1 1 3 2

400208 3 Batak 1 5 5 1 7 4 3

400356 2 Batak 1 5 5 1 7 4 3

400635 3 Jawa 1 5 5 1 7 4 2

401152 2 Batak 1 1 3 1 7 3 2

401699 2 Batak 1 5 3 1 2 1 2

402215 3 Melayu 1 1 5 1 7 4 3

402216 4 Batak 1 1 5 1 12 3 3

402266 3 Batak 1 1 2 1 10 4 2

403947 5 Nias 1 2 3 2 10 2 1

404092 5 Jawa 1 5 3 1 7 4 3

405691 4 Aceh 1 4 1 1 8 3 3

406535 4 Batak 1 1 3 1 7 3 2

407847 5 Batak 1 7 5 1 7 4 2

408133 5 Melayu 1 1 3 2 7 3 1

409780 2 Batak 1 1 5 1 7 3 1

410231 3 Aceh 1 5 2 1 7 2 2

410530 1 Batak 2 4 5 1 7 4 2

410617 1 Melayu 1 1 5 1 7 2 2

410666 5 Melayu 1 5 5 1 7 3 3

411506 3 Batak 1 1 2 1 7 4 3

411732 1 Jawa 1 1 3 1 7 4 3

411886 5 Batak 2 5 1 1 1 3 3


(2)

412478 3 Batak 1 1 1 2 1 2 1

412851 3 Jawa 2 1 3 1 7 4 1

413009 3 Batak 1 1 5 1 7 3 3

413355 3 Batak 1 1 3 1 7 3 2

414474 4 Batak 1 2 2 1 7 4 1

414511 2 Melayu 1 1 3 1 10 4 1

414619 4 Batak 1 5 1 1 2 4 2

414620 2 Jawa 1 6 2 1 7 4 3

415359 1 Jawa 1 5 5 1 1 4 3

416052 1 Batak 1 5 5 1 7 4 3

416061 3 Aceh 1 1 3 1 7 4 3 416260 5 Aceh 1 1 5 1 7 3 2

417305 2 Jawa 1 5 2 1 1 3 3

417430 1 Aceh 1 1 1 1 7 3 1

417853 3 Melayu 1 8 2 1 7 4 2

418134 2 Aceh 1 1 3 2 7 3 3

418289 5 Batak 1 5 3 1 7 4 1

418351 3 Batak 1 5 5 1 7 3 3

418525 4 Jawa 1 5 2 1 11 4 3

418574 3 Jawa 1 1 3 1 7 3 1

418806 3 Batak 2 1 5 1 7 3 1

419239 4 Batak 1 5 3 1 12 4 1

419879 5 Jawa 1 1 1 1 7 3 2

420241 4 Batak 1 1 2 1 7 4 2

421028 4 Batak 1 1 5 1 1 3 2

421455 5 Batak 1 5 5 1 7 4 1

421732 3 Batak 1 1 6 1 1 4 3

422260 5 Jawa 1 1 2 1 7 3 3

422622 1 Jawa 1 1 1 1 1 3 3

422867 1 Aceh 1 1 1 1 7 2 3

423270 3 Batak 1 2 2 1 7 3 3

423838 2 Minang 1 1 5 1 7 3 2

426227 4 Batak 1 1 3 2 7 4 1

426835 4 Jawa 1 1 5 1 7 4 2

427586 3 Jawa 1 1 2 1 7 4 3

427758 4 Batak 2 1 1 1 7 2 3

428088 5 Batak 1 1 1 1 1 3 2

429635 4 Jawa 1 1 3 1 7 4 2

429963 4 Batak 2 1 3 1 7 4 2

431387 4 Batak 1 4 3 2 7 4 3


(3)

432136 3 Batak 2 5 3 1 7 2 3

432297 4 Batak 1 5 5 2 7 4 2

432735 1 Batak 1 1 1 1 7 4 3

433113 2 Jawa 1 1 3 1 7 4 3

433204 3 Batak 1 1 1 1 7 4 3

433438 1 Minang 2 5 5 1 7 4 3

433455 1 Jawa 1 1 1 1 7 4 3

433565 3 Batak 1 5 3 1 1 3 3

433807 2 Jawa 1 1 2 1 1 2 2

434022 3 Jawa 1 1 1 1 7 2 3

434300 5 Minang 1 1 5 1 7 3 3

434393 2 Jawa 1 1 2 1 7 4 3

434578 4 Batak 1 8 3 1 7 4 3

435283 1 Jawa 2 5 2 1 7 4 3

435877 4 Batak 1 1 6 1 7 2 3

436240 1 Jawa 1 5 3 1 7 3 3

436363 1 Jawa 1 1 1 1 1 4 2

436544 4 Batak 1 1 3 1 2 4 1

437289 2 Aceh 1 1 1 1 7 4 3

438160 5 Batak 1 1 5 2 7 3 2

438925 4 Batak 1 1 3 1 1 4 2

439053 3 Batak 2 1 1 1 7 4 3

439328 4 Batak 1 2 5 1 1 3 3

439613 2 Aceh 1 5 1 2 7 4 1

439898 2 Nias 2 1 3 1 7 3 3

440697 1 Jawa 1 1 3 1 7 4 3

441331 3 Batak 1 1 3 1 7 4 3

441409 4 Jawa 1 1 2 2 6 4 3

442228 4 Aceh 2 1 3 1 1 3 1

442354 3 Batak 1 1 2 1 7 4 2

442531 2 Batak 2 1 1 1 7 4 3

443739 3 Batak 1 5 5 1 7 3 2

443955 2 Batak 2 1 2 1 7 3 2

443980 1 Jawa 1 1 1 1 7 2 3

443984 3 Batak 1 1 2 1 7 4 2

444035 4 Batak 2 2 3 1 1 4 3

444039 4 Batak 1 5 1 1 13 4 3

445197 3 Batak 2 1 5 1 7 3 3

445916 4 Batak 2 1 3 1 7 4 1

445992 4 Jawa 1 1 5 1 7 4 2


(4)

446733 5 Batak 1 1 3 2 7 2 3

447080 5 Batak 1 2 5 2 7 4 2

447234 4 Batak 1 1 3 1 6 4 3

447366 4 Batak 1 5 3 1 7 3 2

447454 1 Jawa 2 5 5 1 7 4 3

447802 3 Jawa 1 1 3 1 1 4 3

449135 4 Batak 2 5 5 1 7 3 3

449644 4 Aceh 2 1 2 1 4 4 3 449790 5 Aceh 1 5 5 1 7 4 3

450305 4 Batak 2 1 5 1 7 4 2

451029 3 Batak 1 4 3 1 2 4 3

451424 1 Batak 1 1 5 1 7 4 3

451488 4 Batak 2 1 2 1 2 3 2

451944 4 Batak 1 1 3 1 2 3 2

452382 2 Jawa 1 5 5 1 7 2 2

452767 2 Batak 2 1 1 1 7 4 2

453308 3 Batak 1 1 1 1 7 4 1

453308 3 Batak 1 1 1 1 7 4 2

453943 4 Jawa 1 2 3 1 2 4 2

454575 3 Batak 1 1 1 1 10 4 3

454933 3 Jawa 1 1 2 1 7 4 2

455222 2 Jawa 1 5 1 2 2 4 3

455240 2 Batak 1 1 5 1 7 4 2

456708 5 Batak 1 5 5 2 7 4 1

457481 1 Batak 1 1 3 2 1 4 2

457603 4 Jawa 2 5 1 2 2 4 3

457681 3 Jawa 1 1 5 1 1 4 3

457770 3 Aceh 1 1 3 1 1 4 2

458933 2 Batak 2 7 1 2 1 3 3

460162 3 Batak 2 1 5 1 7 4 3

461234 5 Batak 1 2 2 1 7 4 2

461294 5 Batak 1 1 2 1 7 4 2

461358 5 Jawa 1 1 2 1 7 4 3

462157 4 Batak 1 4 1 1 12 4 1

462464 1 Jawa 1 1 3 1 7 4 3

462596 3 Batak 1 5 5 1 7 3 1

463118 5 Batak 1 1 1 1 1 4 3

463458 3 Batak 1 1 2 1 1 4 3

463870 4 Aceh 1 5 5 1 7 4 3

464085 4 Jawa 2 5 1 1 7 4 1


(5)

464842 1 Melayu 1 5 5 1 7 4 3

465030 5 Batak 2 5 5 1 8 4 3

465284 4 Batak 1 5 1 1 7 4 3

466024 4 Batak 1 4 3 1 7 4 2

466228 4 Batak 1 5 3 1 1 4 1

466364 3 Batak 1 5 1 1 7 2 2

466739 3 Jawa 1 1 3 1 7 3 2

467803 3 Batak 1 5 3 1 7 3 3

468051 5 Batak 2 1 1 1 7 4 3

468051 5 Batak 2 1 3 1 7 4 3

470936 2 Batak 2 1 2 2 1 4 3

471249 3 Batak 1 1 1 1 8 4 1

471639 5 Jawa 1 1 3 1 7 4 3

472692 3 Batak 1 2 2 1 11 4 3

472791 5 Jawa 1 1 3 1 1 4 2

473682 3 Batak 1 1 5 1 7 3 3

474006 4 Aceh 1 1 3 1 7 3 3

475205 5 Jawa 1 2 2 1 7 3 2

475376 4 Aceh 1 5 5 1 7 3 3

477171 3 Batak 1 1 2 1 2 4 3

477393 4 Batak 1 1 3 2 7 1 3

478965 5 Batak 1 1 2 1 7 4 3


(6)

Catatan:

a) KelompokUsia:

1. </= 30 tahun 2. </= 39 tahun 3. </= 49 tahun 4. </= 59 tahun 5. >/= 60 tahun b) JenisKelamin:

1. Laki-laki 2. Perempuan

c) GejalapadaTelinga:

1. Berdenging

2. Pendengaran berkurang 3. Lain-lain

4. Berdenging dan

Pendengaran berkurang 5. Tidak ada

6. Berair 7. Nyeri 8. Penuh

d) GejalapadaHidung:

1. Sumbat 2. Berdarah

3. Sumbat dan Berdarah 4. Nyeri

5. Tidak ada 6. Nyeri

e) PembesaranKelenjarGetahBeni

ng: 1. Ya 2. Tidak

f) Gejalapada Mata:

1. Ganda 2. Mata Kabur 3. Isokor 4. Anisiokor 5. Lain-lain

6. Ganda dan Mata Kabur 7. Tidak ada

8. Paralise Kelopak Mata 9. Bengkak

10. Juling 11. Berbayang 12. Buta 13. Proptosis

g) Stadium Penyakit: 1. Stadium I 2. Stadium II 3. Stadium III 4. Stadium IV h) TipeHistopatologis:

1. Squamous Cell Carcinoma

2. Non keratinizing SCC 3. Undifferentiated