Perancangan Alat Pengriman Data Temperatur Secara Wireless Dengan Menggunakan Infra Merah Berbasis Mikrokontroler AT89S51

(1)

PERANCANGAN ALAT PENGRIMAN DATA

TEMPERATUR SECARA WIRELESS DENGAN

MENGGUNAKAN INFRA MERAH BERBASIS

MIKROKONTROLER AT89S51

TUGAS AKHIR

SUCI WIDYA RAHMI 072408034

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

Judul : PERANCANGAN ALAT PENGRIMAN DATA TEMPERATUR SECARA WIRELESS DENGAN MENGGUNAKAN INFRA MERAH BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : SUCI WIDYA RAHMI

Nomor Induk Mahasiswa : 072408034

Program Studi : D3 FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan, Agustus 2010 Diketahui oleh :

Ketua Program Studi Pembimbing

D3 Fisika Instrumentasi

Drs. Syahrul Humaidi,M.Sc

Nip. 196505171993031009 Nip.

195507061981021002

Drs. H.Nasruddin MN,M Eng,Sc


(3)

PERANCANGAN ALAT PENGRIMAN DATA

TEMPERATUR SECARA WIRELESS DENGAN

MENGGUNAKAN INFRA MERAH BERBASIS

MIKROKONTROLER AT89S51

LAPORAN TUGAS AKHIR

Kami mengakui bahwa laporan proyek ini adalah hasil kerja kami sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan disumbernya.

Medan, Agustus 2010

072408034


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia_Nya serta perlindungan penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Dan tak lupa pula shalawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Laporan Tugas Akhir ini merupakan kerja dari Proyek yang penulis buat dengan judul PERANCANGAN ALAT PENGRIMAN DATA TEMPERATUR SECARA WIRELESS DENGAN MENGGUNAKAN INFRA MERAH BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51, meskipun dalam proses penulisan banyak menemui hambatan dan rintangan namun dengan usaha maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya laporan Tugas Akhir ini dapat selesai.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, Dekan Fakultas Mipa dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc, Pudek I Fakultas Mipa dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Dr. Marhaposan Situumorang, M.Sc, Ketua Departeman Fisika Fakultas Mipa dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc, Ketua Program Studi D3 Fisika Instrumentasi Fakultas Mipa dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Bapak Dr. H. Nasruddin MN, M Eng.Sc selaku Dosen Pembimbing Proyek ini yang banyak memberi masukan baik dalam pembuatan proyek maupun dalam penyusunan laporan ini.

6. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan, yang membuka cakrawala berfikir.

7. Ayahanda Drs.H. Kamaluddin dan Ibunda Hj.Purnima Dewi S.pd yang telah banyak memberikan dorongan baik moril maupun materil.


(5)

8. Adik, Aditya Rahman dan Azrina Hudaya yang sudah memberikan saya semangat untuk menyelesaikan Laporan ini.

9. Rekan – rekan di Fisika Instrumentasi, Dwi Rossa Karunia Al-Wassin, M Hunaifi, Ary Arizky, Hendy Firolis, Joehendra, Feri Akbar, Widya Ananda P, Gatot Triardi P, Wiwik Saraswati, Yessi Guswinanda, dan seluruh rekan – rekan yang ada di Fisika Instrumentasi, mereka semua telah membantu saya dalam penilisan laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan laporan ini

Medan, Agustus 2010


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PERNYATAAN

PENGHARGAAN I

ABSTRAK II

DAFTAR ISI III

DAFTAR TABEL

IV

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1.

Latar Belakang Masalah

1

1.2.

Rumusan Masalah

1

1.3.

Tujuan Pelaksanaan

2

1.4.

Batasan Masalah

3

1.5.

Sistematika Penulisan Laporan

3

BAB II LANDASAN TEORI

4

2.1. Perangkat Keras

4

2.1.1. Mikrokontroler AT89S51

4

2.1.2. Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S51

5

2.1.3. Bit Name Bit Address Alternatif Function

6

2.2 . Perangkat Lunak

7


(7)

2.2.1. Software Editor 8051 7

2.2.2. PSEN (Program Store Enable)

10

2.3. Komponen

12

2.3.1. Transistor

12

2.3.2. Cara menentukan kaki basis transistor 13

2.3.3. Ragam (mode) kerja transistor

13

2.3.4. LM35

14

2.3.5. Seven Segmen

16

2.3.6. Peragaan LED tujuh segmen

17

2.3.7. Pengkodean

18

2.3.8. ADC (analog digital converter)

20

2.3.9. Cara kerja analog digital to converter 21

2.3.10. Infra Merah

22

2.3.11. Sensor TSOP 1738

24

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 26

3.1. Diagram Blok Rangkaian 26

3.2. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

27

3.3. Rangkaian ADC

28

3.4. Rangakaian Display Seven Segmen

29

3.5. Rangkaian Pemancar Infra Merah

30


(8)

BAB VI PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 33

4.1. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

33

4.2. Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen

35

4.3. Pengujian Rangkaian ADC ( Analog to Digital Converter) 38

4.4. Pengujian Sensor LM35

39

4.5. Pengujian Rangkaian Pemancar Infra Merah

41

4.6. Pengujian Rangkaian Penerima Infra Merah

46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50

5.1. Kesimpulan

50

5.2. Saran

51

DAFTAR PUSTAKA

52


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tabel Masukan ADC

22

Tabel 4.1. Tabel data display seven segmen

36

Tabel 4.2. Tabel data hasil pengujian ADC 39

Tabel 4.3. Tabel pengjian LM35 40


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Diagram Bok Mikrokontroler At89S51

5

Gambar 2.2. Konfigurasi Pin AT89S51

5

Gambar 2.3. Gambar Assembler untuk bahasa

assembly arsitektur 8051 10

Gambar 2.4. Gambar compiler C untuk 8051

11

Gambar 2.5.Gambar 8051 Editor, Assembler, simulator 11

Gambar 2.6. Gambar Transistor NPN

12

Gambar 2.7. Gambar Transistor PNP

12

Gambar 2.8. Gambar LM35

15

Gambar 2.9. Gambar tampilan Seven segment

17

Gambar 2.10. Gambar karakteristrik ADC ( analog digital control )

21

Gambar 2.11. Gambar Infra Merah

24

Gambar 2.12. Gambar sensor TSOP1738

25

Gambar 3.1 Diagram blok rangkaian

26

Gambar 3.2 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

28

Gambar 3.3 Rangkaian ADC (analog digital control)

29

Gambar 3.4 Rangkaian display seven segmen

30

Gambar 3.5 Rangkaian pemanacar Infra merah

31

Gambar 3.6 Rangkaian penerima Infra Merah

32


(11)

Gambar 4.2 Pengujian rangkaian display seven segmen

35

Gambar 4.3 Rangkaian pengujian ADC (analog digital control)

38

Gambar 4.4 Rangkaian pengujian sensor LM35

40

Gambar 4.5 Rangkaian pengujian pengiriman data melalui infra merah 41


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia terhadap peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara otomatis semakin meningkat, disamping cara kerjanya yang teliti juga peralatan ini tidak perlu dipantau setiap saat, tetapi mengaktifkan peralatan tersebut dan kemudian mengaturnya sesuai keinginan, maka peralatan tersebut akan mengerjakan tugasnya sesuai dengan program yang telah diberikan

Untuk merancang sebuah peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara otomatis tersebut, dibutuhkan alat/komponen yang dapat menghitung, mengingat, dan mengambil pilihan. Kemampuan ini dimiliki oleh sebuah computer (PC), namun tidaklah efisian jika harus menggunakan computer hanya untuk keperluan tersebut diatas. Untuk itu computer dapat digantikan dengan sebuah mikrokontroler. Mikrokontroler merupakan sebuah chip atau IC yang di dalamnya terdapat sebuah prosesor dan flash memori yang dapat dibaca/tulis sampai 1000 kali,sehingga biaya pengembangan menjadi murah karena dapat dihapus kemudian diisi kembali dengan program lain sesuai kebutuhan.

Salah satu alat cerdas yang dibutuhkan oleh manusia adalah Perancangan alat pengiriman data temperatur secara wireless dengan menggunakan infra merah berbasis mikrokontroler AT89S51. Alat ini akan mengirimkan data dari jarak tertentu melalui transmitter dan akan diterima oleh receiver pada jarak tertentu juga.

Alat seperti ini dibutuhkan untuk mengefisienkan dalam hal pengiriman data karena dengan adanya alat ini kita tidak perlu lagi menggunakan dua computer atau dua alat yang saling terhubung untuk pengiriman data.


(13)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di rumuskan masalah yang dibahas dalam tugas proyek ini, yaitu :

1. 2 buah Mikrokontroler AT89S51 yang masing – masing berfungsi sebagai pemancar infra merah dan penerima sinar infra merah.

2. Seven Segmen berfungsi sebagai display atau tampilan dari data yang dikirim dan data yang diterima.

3. Pemancar Infra Merah berfungsi untuk mengirimkan data ke rangkaian penerima, begitu juga sebaliknya dengan infra merah penerima, berfungsi untuk menerina data yang telah dipancarkan oleh pemancar.

1.3Tujuan Penulisan

Ada pun tujuan dari tugas proyek ini adalah :

1. Memanfaatkan Mikrokontroler sebagai alat pengiriman dan penerima data secara wireless, dengan menggunakan infra merah.

2. Membuat alat sederhana yang dapat mengirimkan data secara jarak jauh. 1.4Batasan Masalah

Dalam perencanaan penulisan ini terdapat beberapa batasan masalah seperti berikut: 1. Mengetahui cara kerja mikrokontroler AT89S51 sebagai pusat semua

informasi.

2. Infra merah yang di gunakan sebagai media pengiriman data, dan mengunakan IC TSOP1738 sebagai penerima sinar infra merah.

3. Untuk menampilkan data yang dikirin oleh Mikrokontroler dan di terima oleh Sensor TSOP1738.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman, maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja alat yang dapat mengontrol temperatur ke tempat lain, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut:


(14)

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Landasan teori dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian teori pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 ( Hardware and Software), bahasa program yang digunakan.

BAB III PEANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari rangkaian, diagram alir dari pogram yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S51.

BAB IV ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan system kerja alat, penjelasan mengenai rangkaian – rangkaiaan yang digunakan penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari tugas laporan proyek , apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembngkan perakitannyaa pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.


(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perangkat Keras

2.1.1 Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler tipe AT89S51 merupakan mikrokontroler keluarga MCS-51 dengan konfigurasi yang sama persis dengan AT89C51 yang cukup terkenal, hanya saja AT89S51 mempunyai fitur ISP (In-System Programmable Flash Memory). Fitur ini memungkinkan mikrokontroler dapat diprogram langsung dalam suatu sistem elektronik tanpa melalui Programmer Board atau Downloader Board. Mikrokontroler dapat diprogram langsung melalui kabel ISP yang dihubungkan dengan paralel port pada suatu Personal Computer.

Adapun fitur yang dimiliki Mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai berikut : 1. Sebuah CPU (Central Processing Unit) 8 bit yang termasuk keluarga MCS51. 2. Osilator internal dan rangkaian pewaktu, RAM internal 128 byte (on chip). 3. Empat buah Programmable port I/O,masing-masing terdiri atas 8 jalur I/O 4. Dua buah Timer Counter 16 bit.

5. Lima buah jalur interupsi (2 interupsi external dan 3 interupsi internal ) 6. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART.

7. Kemampuan melaksanakan operasi perkalian, pembagian dan operasi Boolean (bit) 8. Kecepatan pelaksanaan instruksi per siklus 1 microdetik pada frekuensi clock 12 MHz

9. 4 Kbytes Flash ROM yang dapat diisi dan dihapus sampai 1000 kali 10. In-System Programmable Flash Memory.


(16)

Dengan keistimewaan diatas, pembuatan alat menggunakan AT89S51 menjadi lebih sederhana dan tidak memerlukan IC pendukung yang banyak. Sehingga mikrokontroler AT89S51 ini mempunyai ke istimewaan dari segi perangkat keras.

Gambar 2.1. Blok diagram dari mikrokontroler AT89S51 2.1.2. Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S51

Susunan pin mikrokontroler AT89S51 diperlihatkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Konfigurasi Pin AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 memiliki pin berjumlah 40 dan umumnya dikemas dalam DIP (Dual Inline Package). Masing-masing pin pada mikrokontroler AT89S51 mempunyai kegunaan sebagai berikut:


(17)

Port0

Port 0 merupakan port dua fungsi yang berada pada pin 32-39 dari AT89S51. Dalam rancangan sistem sederhana port ini sebagai port I/O serbaguna. Untuk rancangan yang lebih komplek dengan melibatkan memori eksternal jalur ini dimultiplek untuk bus data dan bus alamat.

Port1

Port 1 disediakan sebagai port I/O dan berada pada pin 1-8. Beberapa pin pada port ini memiliki fungsi khusus yaitu P1.5 (MOSI), P1.6 (MISO), P1.7 (SCK) yang digunakan untuk jalur download program.

Port 2

Port 2 ( pin 21-28 ) merupakan port dua fungsi yaitu sebagai I/O serbaguna, atau sebagai bus alamat byte tinggi untuk rancangan yang melibatkan memori eksternal. Port 3

Port 3 adalah port dua fungsi yang berada pada pin 10-17, port ini memiliki multi fungsi, seperti yang terdapat pada tabel 1.1 berikut ini :

2.1.3. BIT NAME BIT ADDRESS ALTERNATE FUNCTION

P3.0 RXD B0h Receive data for serial port P3.1 TXD B1h Transmit data for serial port P3.2 INT0 B2h External interrupt 0

P3.3 INT1 B3h External interrupt 1

P3.4 T0 B4h Timer/counter 0 external input P3.5 T1 B5h Timer/counter 1 external input P3.6 WR B6h External data memory write strobe P3.7 RD B7h External data memory read strobe


(18)

2.2. Perangkat Lunak 2.2.1. Software Editor 8051

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51 merupakan jumlah instruksi, pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Dari instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10 instruksi, instruksi tersebut adalah :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung. Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Perintah diatas berarti : isikan nilai 20 heksadesimal ke register 0 (R0). Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai. Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h ………… ………… MOV R0,20h

Perintah diatas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil

pengurangannya belum nol. Contoh ,

MOV R0,#80h

Loop: …………

………… DJNZ R0,Loop …………


(19)

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memangggil suatu rutin tertentu. Contoh : …………. ACALL TUNDA …………. TUNDA : ………….. 4. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan.

Contoh : ACALL TUNDA …………. TUNDA: …………. RET

5. Instruksi JMP (JUMP)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh:

Loop:

………. ………. JMP Loop

6. Instruksi JB (JUMP IF BIT)

Instruksi ini merupakan perintah untuk melompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika high (1).

Contoh : Loop:

JB P1.0,Loop ………


(20)

7. Instruksi JNB (JUMP IF NOT BIT)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika low (0).

Contoh : Loop:

JNB P1.0,Loop …………

8. Instruksi CJNE (COMPARE JUMP IF NOT EQUEL)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan suatu nilai tertentu.

Contoh : Loop:

………

CJNE R0,#20h,loop ………

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop.

Jika nilai R0 sama dengan 20h, maka program akan melanjutkan instruksi selanjutnya.

9. Instruksi DEC (DECREMENT)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud dengan 1. contoh :

MOV R0,#20h R0 = 20h ……..

DEC R0 R0 = R0 – 1

…….

10.Instruksi INC (INCREMENT)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud dengan 1.

Contoh:

MOV R0,#20h R0 = 20h ………….


(21)

INC R0 R0 = R0 + 1 ………….

2.2.2. PSEN (Program Store Enable)

Adalah sebuah sinyal keluaran yang terdapat pada pin 29. Fungsinya adalah sebagai sinyal kontrol untuk memungkinkan mikrokontroler membaca program (code) dari memori eksternal. Biasanya pin ini dihubungkan ke pin EPROM. Jika eksekusi program dari ROM internal atau dari flash memori (ATMEL AT89SXX), maka berada pada kondisi tidak aktif (high).

Setelah di artikel sebelumnya saya membahas mengenai programmer/downloader AT89S51/AT89S52 kini kita akan membahas mengenai compiler dan simulator yang digunakan dalam membantu para desainer mikrokontroler. Compiler adalah sebuah software yang digunakan untuk menerjemahkan kode program yang kita tulis ke dalam bahasa mesin (yang dimengerti mesin). Untuk itu demi mempermudah belajar mikrokontroler saya akan membahas beberapa kompiler yang akan saya pakai pada tutorial-tutorial selanjutnya.

2.3 Gambar assembler untuk bahasa assembly arsitektur 8051


(22)

2.4. Gambar compiler C untuk 8051

IDE untuk ASEM51 tidak ada yang terpadu, namun kita dapat mengunduh

TS Controls Emulator 8051.


(23)

2.3 KOMPONEN 2.3.1. Transistor

Transistor adalah sebuah komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal. Terminal itu disebut emitor, basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari penggabungan dengan cara menyambungkan salah satu sisi dioda yang senama. Dengancara penggabungan seperti ini dapat diperoleh dua buah dioda sehingga menghasilkan transistor NPN. Gambar di bawah ini memperlihatkan penggabungan dua dioa sehingga menghasilkan transistor NPN.

2.6. Gambar Transistor NPN.

Gambar berikut ini memperlihatkan penggabungan dua buah dioda sehingga menghasilkan transistor PNP. Lapisan yang ada di tengah selalu basisnya.

2.7. Gambar Transistor PNP

Bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P adlah silikon dan germanium. Oleh karena itu, Dikatakan:

• Transistor germanium PNP; • Transistor silikon NPN;


(24)

• Transistor silikon PNP; • Transistor germanium NPN.

Semua komponen di dalam bagan rangkaian transistor dinyatakan dengan simbol. Anak panah yang terdapat di dalam simbol menunjukkan arah yang melalui transistor.

Catatan :

1) Transistor PNP : anak panah di dalam simbol paa hubungan emitor menunjuk ke dalam.

2) Transistor NPN : anak panah di dalam simbol padda hubungan emitor menunjuk keluar.

Anak panah di dalam simbol transistor memberi banyak keterangan. Adapun keterangan tersebut adalah sebagai berikut.

 Untuk transistor PNP basis harus negatif terhadap emitor ( atau kurang positif terhadap emitor).

 Emitor harus positif terhadap kolektor. Arusnya mengalir dari plus (+) ke minus (-).

 Untuk transistor NPN, basis harus positif terhadap emitor ( atau kurang negatif terhadap emitor).

 Kolektor harus positif terhadap emitor.

Satu hal yang penting dalam menentukan kaki basis transistor dengan ( multimeter) adalah pada posisi ohm meter, yaitu

2.3.2. Cara Menentukan Kaki Basis Transistor

• Kabel hitam ( terminal -) adalah (+) baterai ohmmeter;

• Kabel merah (terminal +) adalah (-) baterai ohmmeter.( teknik elektronika 44-48)

2.3.3. Ragam (mode) Kerja Transistor

Tergantung pada terminal umum antara rangakaiaan masukan dan keluaran dari transistor, transistor apat bekerja menurut salah satu dari tiga raga berikut:


(25)

Ragam basis umum (common base, CB): Dalam hal ini, terminal basis umum, baik ke rangkaiaan masukan maupun ruangan ke rangkaiaan keluaran. Ragam ini juga dinamakan konfigurasi basis dibumikan.

Ragam emiter umum ( common-emitter, CE): Dalam hal terminal emiter umum baik terhadap rangkaian ,asukan maupun rangkaian keluaran, ragam kerja dinamakan ragam emitterumum, comon-emiter atau konfigurasi emitter dibumikan dari transistor.

Ragam kolektor umum (common-colector,CC): Kalau terminal kolektor dari transistor dibuat umum baik terhadap rangkaiaan masukan maupun rangkaiaan keluaran ragam kerja tersebut dinamakan ragam kolektor umum (common-collector) atau konfigurasi kolektor dibumikan.(dasar elektronika-141).

2.3.4. LM35

Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.

Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µ A hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC .


(26)

2.8. Gambar LM35

Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak bawah. 3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5

Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :

VLM35 = Suhu* 10 mV

Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 ºC karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya .

Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan sehingga dapat bertindak sebagai suatu antenna penerima dan simpangan didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada kasus yang sedemikian, dengan mengunakan metode bypass kapasitor dari Vin untuk ditanahkan.


(27)

1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.

2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC seperti terlihat pada gambar 2.2.

3.Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC. 4.Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.

5.Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.

6.Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.

7.Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA. 8.Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.

2.3.5. SEVEN SEGMENT

Seven-segment, lebih sedikit biasanya dikenal sebagai suatu seven-segment indikator, adalah suatu format dari alat tampilan yang suatu alternatif ke dot-matrix tampilan yang semakin kompleks. Seven-Segment adalah biasanya digunakan di dalam elektronika sebagai metoda dari mempertunjukkan umpan balik klasifikasi sistim desimal dengan operasi yang internal tentang alat.

Jenis tampilan ini terdii dari tujuh segment terpisah yang diberi label a sampai g seperti disajikan pada gambar di bawah ini.


(28)

2.9. Gambar tampilan seven segmen

Tujuh segment merupakan cacah segment minimum yang diperlukan untuk menampilkan angka 0 sampai 9 seperti diilustrasikan pada gambar 2.9. Sejumlah karakter alfabet juga bisa disajikan menggunakan tampilan tujuh-segment ini. Secara khusus, karakter heksadesimal dapat ditampilkan seperti gabar yang tersaji di atas. 2.3.6. Peraga LED Tujuh Segment

Tampilan tujuh segment mempunyai 2 tipe: light-emitting diode (LED) dan liquid-crystal display (LCD). Tipe LCDmerupakan daya yang sangat kecil ntuk mengoperasikan dibanding dengan tipe LED, sehingga banyak digunakan untuk perangkat-perangkat portabel dimana kebutuhan daya merupakan pertimbangan utama. Tetapi, tampilan LED dapat dilihat dalam kegelapan sedangkan LCD memerlukan cahaya yang cukup di sekitarnya.(teknik digital-183).

Peraga tujuh segment dapat disususn dengan masing-masing segment beupa suatu bilangan tipis yang menyala. Jenis unit ini disebut peragaan pijar dan sama dengan lampu biasa. Penayangan jenis lainadalah lubang lucut gas(gas-discharge tube), yang beroperasi pada tegangan tinggi. Tabung ini memancarkan caaya berwarna merah jingga. Suatu peraga yang berpendar mengeluarkan cahaya warna hijau bila menyala dan beroperasi pada tegangan rendah. Peraga kristal cairan (LCD, luquid-crystal display) yang lebih baru, menghasilkan anggka dengan warna hitam atau warna perak. Peraga LED yang biasa, mengeluarkan kerakteristrik sinar yang berwarna merah bila dalam keadaan menyala.


(29)

Suatu peraga LED tujuh segment diperlihatkan paga gambar 2.9. Masing – masing segment (a sampai g ) berisi suatu LED,seperti yang diperlihatkan oleh simbo tersebut. Peraga yangdiperlihatkan, semua anoda digabungkan satu sama lain dan keluaraanya pada sisi kanan sebagai hubugan tunggal (anoda biasa). Masukan pada sisi sebelah kiri enjadi segment-segment dari peraga. Peralatantersebut sering dikatakan LED tujuh-segmen anoda-common. Ini juga dapat dibeli dala bentuk katoda-common

2.3.7. Pengkodean

Seperti pengkodean pengkodean juga merupakan suatu penerjemahan kode. Pengkodean menerjemahkan kode BCD 8421 ke suatu kode peraga tujuh-segment sehingga segment yang tepat menyala pada peraga. Penayangan akan menampilkan bilangan desimal.

Pengkodean lain yang tersedia adalah penguah BCD, pengubah BCD ke biner, 4 ke 16 baris pengkodean, dan2 ke 4 baris pengkode. Pengkode lain yang tersedia adalah bilangan desimal ke oktal 8 ke 3 baris utama pengkode. Pengkode, seperti halnya pengkode, juga merupakan rangkaian logika gabungan dengan beberapa masukan dan keluaran. Kebanyakan pengkode berisi 20 sampai 50 gerbang. Kebanyakan pengkode dan pengkode dipaketkan dalam paket IC tunggal.(elektronika digital 115-117).

2.3.8. ADC (Analog Digital Converter)

Pengubah analoh ke digital mengambil masukan analog, mencupliknya, kemudian mengubah amplitudo dari setiap cuplikan menjadi sandi digital. Berbagai sandi dapat digunakan untuk enyajikannya, dan yang paling populer adalah sandi biner yang akan digunakan pada seluruh bab ini.

Sebelum pengubahan terjadi gerbang akan menutup untuk waktu yang pendek, yang disebut waktu apertur(apertur time), untuk mencuplikan pada nilai yang tetap selama waktu yang cukup supaya pengubah dapat elakukan proses pengubahan. Waktu aperature dibatasi oleh dua pertimbangan yang saling bertolak belakang. Di satu sisi waktu aperture yang pendek diperlukan jika isyarat analog berubah denga


(30)

cepat. Waktu aperture yang lama akan menyebabkan perbedaan amplitudonya pada awal dan akhir dari sebuah cuplikan. Disisi lain, untuk aju pencuplikanlebih besar dari 3 Khz, waktu aperture yang diperlukan untuk proses pengubahan yang sempurna terlalu besar dibandingkan frekuensi pencuplikan sehingga tidak dapat dipenuhi pada selang waktu antara cuplikan.

2.3.9. Rangkaian Analog

Sinyal analog, yaitu sinyal berubah kontinyu menurut waktu. Berlainan dengan sinyal digital yang hanyaa merupakan sinyal “tinggi” (1) atau “rendah” (0), yang dibahas dalam buku – buku lain.

Dari sejak rangkaiaan diode sampai rangkaian-pemrosesan sinyal, semuanya merupakan rangkaiaan dengan sinyal-sinyal analog. Dalam teknik hampir semua sinyal, misalnya sinyal radio, sinyal dari sensor suhu (termokopel), merupakan sinyal analog, walaupun dalam frekuensi radio pun pada saat ini sudah banyak sinyyal-sinyal digital dipancarkan untuk komunikasi digital.

Keluaran dari dioda dan transistor yang merupakan komponen dasar elektronika merupakan sinyal-sinyal analog. Sehingga keluarannya dari penyearah merupakan sinyal-sinyal analog dan rangkaiaan-rangkaiaan penyearah merupakan rangkaiaan analog.(rangkaiaan elektronika – 3)

2.3.10. Rangkaiaan digital

Penggabungan rangkaian anlog dan digital dalam satu serpih sudah dapat dilakukan, terutama setelah dilakukan penggabungan proses [erpaduan skala sangat besar (VLSI) CMOS (yang rendah konsumsi dayanya) dan proses bipolar (yang kecepatannya tinggi). Materi penggabungan ini dapat dipelajari dalam bagian kedua dari buku ini. Proses pengabungan ini dikenal dengan teknologi BiCMOS. .(rangkaiaan elektronika – 3)

Proses Pengubahan

Langkah terakhir dalan ADC adalah proses pengubahan. Sejumlah aras, Misalnya 0.25, 0.5, 0.75, 1.0, dan seterusnya, disusun dengan sandi binernya. Langkah


(31)

ini disebut kuantisasi (quantising). Cacah aras kuantum ini ditentukan oleh cacah bit pada keluaran pengubah.

Kuantum sebesar 250 mV menunjukkan resolusi pengubah yang didefinisikan sebagai langkah terkecil dari teganagn masukan yang dapat dikenal dan secara akurat diubah menjadi keluaran digital.

Metode pengubahan analog ke digital

Ada beberapa metode untuk mengukur aras tegangan cuplikan dan mengubahnya ke dalam hal ketepatannya dankecepatan pngubahannya, yang ditunjukkan oleh waktu pengubahan. Waktu pengubahan adalah selang waktu antara dimulainya proses pengubahan dan munculnya sandi biner pada keluaran. Pengubah bervariasi mulai dari tipe pencacah-undak lamban (waktu pengubahan dalam orde milidetik) yang digunakan peralatan penunjukan digital sampai paralel sangatcepat atau tipe perbandingan langsung (waktu pengubahan dalam orde nanodetik) yang banyak digunakan dalam instrumentasi dan kontrol. Dalam bab ini akan dijelaskan dua jenis ADC: successive-approximation dan pengubah pencacah undak(counter-ramp converter).

2.3.8. ADC Successive Approximation

Pada ADC tipe ini masukan cuplikan dibandingkan dengan tegangan-tegangan berurutan yang dibangkitkan oleh succeccive approximation register (SAR) programmer. Proses akan dimulai pada skala separuh penuh (MSB = 1)dan jika berbedadengan tegangan masukan cuplikan, SAR akan mengatur keluaran digital sesuai kebutuhan.

Pengubahan dimulai dari bit signifikan terbesar dari keluaran biner. Keadaan ini dinyatakan sebagai logika 1, diumpamakan ke pengubahnya menjadi bentuk analog yang akan dibandingkan dengan aras tegangan masukan cuplikan. Jika 1 pada MSB menunjukkan nilai yanglebih besar dibanding masukannya, logika 1 akan diubah menjadi 0. Jika logika 1 pada MSB menunjukkan nilai lebih kecil dibanding masukann,status pada MSB menunjukkan nilai lebih kecil dibanding masukannya, status dipertahannka. Proses ini diulang untuk bit berikutnya, sampai tegangan keluaran DAC sama dengan aras masukan kira – kira separuh bit signifikan terkecil.


(32)

Perbedaan yang adad disebabkan adanya kesalahan kuitansi yang muncul pada pengubah digital.(teknik digital 129-134).

2.3.9. Cara kerja analog Digital to Converter

Analog To Digital (ADC) digunakan untuk mengkonversi besaran analog menjadi besaran digital yang dimengerti oleh mikrokontroler. ADC yang digunakan adalah ADC 0809 dari National Semiconductor. ADC tipe ini merupakan komponen akuisisi data dengan 8 bit A/D converter, 8 bit channel multiplexer dan kompatibel dengan control logika mikroprosessor. Dengan adanya fasilitas 8 channel multiplexer memungkinkan untuk mengakses secara langsung 8 buah sinyal atau masukan analog. Adapun gambar dan karekteristik dari ADC 0809 dapat dilihat di bawah ini.

2.10. Gambar karakteristrik ADC

Pada dasarnya Analog To Digital Converter (ADC) memiliki 2 bagian yaitu, bagian multiplexer dan bagian converter. Bagian multiplexer ini mempunyai 8 buah masukan. Setiap masukan memilki alamat sendiri sehingga dapat dipilih secara terpisah melalui address A0, A1 dan A2. Table dibawah ini menunjukkan alamat dari


(33)

2.1. Tabel masukan ADC

2.3.10. INFRA RED

Infra merah (infra red) ialah sinar elektromagnet yang panjang gelombang nya lebih daripada cahaya nampak yaitu di antara 700 nm dan 1 mm. Sinar infra merah merupakan cahaya yang tidak tampak. Jika dilihat dengan dengan spektroskop cahaya maka radiasi cahaya infra merah akan nampak pada spectrum elektromagnet dengan panjang gelombang di atas panjang gelombang cahaya merah. Dengan panjang gelombang ini maka cahaya infra merah ini akan tidak tampak oleh mata namun radiasi panas yang ditimbulkannya masih terasa/dideteksi. Infra merah dapat dibedakan menjadi tiga daerah yakni:

* Near Infra Merah………0.75 - 1.5µm * Mid Infra Merah..………...1.50 - 10 µm * Far Infra Merah……….10 - 100 µm

Sinar matahari Langsung terkandung 93 lumens per watt flux radian yang termasuk di dalamnya infrared (47%), cahaya tampak (46%), dan cahaya ultra violet ( 6%) . Sinar infrared terdapat pada pada cahaya api,cahaya matahari, radiator kendaraan atau pantulan jalan aspal yang terkena panas.Saraf pada kulit kita dapat menginderai perbedaan suhu permukaan kulit ,namun kita tidak dapat merasakan sinar infrared.


(34)

Sinar infrared bahkan digunakan untuk memanaskan makanan. Misalnya pada restauran cepat saji.

Bagaimana prinsip kita memanfaatkan infrared untuk melihat benda?

Kita memanfaatkan detektor infra red setiap benda yang dipancarkan infra red akan memantulkan dan atau nyerap infra red sehingga detektor menangkap panjang gelombang yang berbeda sesuai suhu yang dikeluarkan benda.

"Karena sumber utama sinar infra red merupakan radiasi termal ataupun radiasi panas, setiap benda memiliki suhu panas tertentu bahkan yang kita kira tidak cukup panas untuk meradiasikan cahaya tampak dapat mengeluarkan energi dan terlihat pada infrared.

Semakin panas sesuatu semakin dapat dia meradiasikan radiasi infrared".

Inilah yang menjadi dasar pendeteksian suhu badan manusia dan pendeteksian sensor untuk mengidentifikasikan orang yang terserang firus flu burung atau flu babi di bandara-bandara internasional.

Banyak benda menyerap radiasi infra red namun ada juga yang memantulkan khususnya sinar near infrared, sinar near infra red tidak berhubungan dengan suhu bendanya kecuali benda tersebut sangat panas suhunya.

Infrared film (detector infrared) pada kamera dapat melihat object dibantu oleh cahaya matahari dan sumber cahaya lain yang mengeeluarkan sinar infra red darinya kemudian dipantulkan dan diserap oleh objek.Kita dapat mendapatkan warna objek dengan bantuan pantulan dan infrared yang diserap objek , warna dari objek adalah kombinasi dari warna merah biru , hijau (RGB) dan infra red.


(35)

2.11. Gambar Infra Red

Infra red dapat digunakan juga sebagai gelombang cariier yang dapat memperpanjang jarak batas penerimaan gelombang ,namun gelombang yang ditransmisikan harus line of sight (LOS) atau lurus infrared tidak dapat berbelok jika radius pancar vertikal sinar ter halang oleh suatu benda walaupun benda itu transparan. Teori ini kita aplikasikan pada modulasi gelombang digital pada remote tv. Handphone saat ini telah diintegrasikan dengan perangkat infrared dan bluetooth untuk berkomunikasi dengan pc .

Contoh aplikasi nya yaitu pengiriman aplikasi handphone dari pc atau sebaliknya ,memberikan catatan nomor telpon dari pc yang sangat banyak sehingga tidak dapat disimpan di memory hp biasanya dipakai untuk membroadcast sms.

Apa perbedaan sinar infrared dengan bluetooth ?

pertama ,infrared menggunakan sinar untuk memancarkan sinyal ,seperti tv remote ,sedangkan blue tooth menggunakan frekuensi radio (RF) (2,4 GHz) untuk membroadcast sinyal.

kedua , infra red tidak dapat tembus benda yang menghalanginya untuk menjangkau receiver atau butuh pantulan ,karena sifatnya cahaya .Namun Bluetooth dapat menembus benda seperti dinding sejauh tidak memiliki skin depth yang tinggi.

2.1.11. Sensor TSOP1738

Pada alat ini, logika yang di gunakan logika high, setela logika low sesaat dan itulah yang dijadikan sebagai data, sehingga dengan mengatur lebar pulsa high (1) tersebut dengan suatu nilai tertentu dan menjadikan nilai tersebut sebagai datanya, Maka pengiriman data dapat dilakukan.


(36)

2.12. Gambar sensor tsop 1738

IC ini mempunyai karakteristrik yaitu akan mengeluarkan logika high(1) atau tegangan ± 4,5 volt pada outputnya jika IC ini mendapatkanpancaran sinar infra merah dengan frekuensi antara 38 – 40 Khz, dan IC ini akan mengeluarkan sinya Low (0) atau tegangan ± 0.109 volt jika pancaran sinar infra merah dengan frekuensi antara 38 – 40 KHz berhenti, namun logika low tersebut hanya sesaat yaitu sekitar 1200µ s. Setela itu, outputnya kan kembali menjadi high. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai pengiriman data. Output dari IC ini dihubungkan ke P3.7 pada Mikrokontroler. Sehingga setiap kali IC ini mengeluarkan logika low atau high pada outputnya, maka mikrokontroler dapat langsung mendeteksinya.


(37)

BAB III

PERANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT

3.1 Diagram Blok

Analog to Digital Converter (ADC) Sensor Suhu LM35 uC AT89S51 Display 7 Segment Infra red TSOP 1738 uC AT89S51 Display 7 Segment

3.1. Diagram Blok Rangkaian

Secara Umum, pada perancangan alat pengiriman data temperature jarak jauh dengan menggunakan infra merah ini terdiri dari delapan (8) blok diagram utama. Sensor suhu LM35 bersungsi untuk menangkap keadaan suhu disekitar / di dalam ruangan. Dalam keadaan normal (suhu kamar) sensor suhu LM35 akan menghasilkan tegangan sebesar ½ Vcc (2,5V), dan akan semakin bertambah tegangan outnya apabila badan sensor dikenai kenaikan suhu. Out data sensor yang berupa tegangan merupakan data analog. Tegangan analog ini tidak dapat di olah oleh mikrokontroller karena mikrokontroller hanya dapat mengolah data berupa data digital yang diinputkan kepadanya. Agar mikrokontroller dapat membaca data dari sensor maka data sensor terlebih dahulu dikonversi menjadi data - data digital dengan


(38)

menggunakan ADC. Setelah dikonversi menjadi data digital oleh ADC maka mikrokontroller sudah dapat membaca data yang diinputkan oleh sensor.

Data yang masuk ke mikrokontroler akan di olah dan dibandingkan nilainya untuk kemudian ditampilkan datanya melalui display 7 segment dan data tersebut akan dikirimkan secara jarak jauh dengan menggunakan metode pengiriman infra merah. Infra merah di sini berfungsi sebagai system pemancar, dimana infra merah ini merupakan jembatan data kepada receiver.karena agar dapat menerima data yang telah diberikan oleh pemancar, maka data yang telah dipancarkan tersebut akan diterima oleh IC TSOP1738. IC TSOP1738 ini merupakan IC khusus yang dirancang untuk menerima data dari pancaran infra red. Setelah diterima, data tersebut akan dimasukkan ke dalam mikrokontroller untuk di olah dan dibandingkan kembali sebelum hasilnya ditampilkan melalui display 7 segment.

3.2 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar dibawah. Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroller AT89S51. Dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi).


(39)

Gambar.3.2 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm. Resistor 4k7 ohm yang dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up( penaik tegangan ). Pin 1 sampai 8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan + 5 volt dari power supplay.

3.3 Rangkaian ADC

Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh sensor suhu LM35 menjadi bilangan digital. output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler. Sehingga mikrokontroler dapat mengetahui perbedaan suhu yang dibaca oleh sensor. Dengan demikian proses pembacaan suhu dapat dilakukan. Gambar rangkaian ADC ditunjukkan pada gambar di bawah ini :


(40)

Gambar 3.3. Rangkaian ADC

Input ADC dihubungkan ke sensor LM35, sehingga setiap perubahan tegangan pada sensor LDR akan dideteksi oleh ADC. Agar output yang dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada ADC akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC.

Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan refrensi ADC tetap 5 volt.

3.4. Display seven segmen.

Untuk menampilkan nilai suhu yang terukur oleh sensor diperlukan suatu rangkaian display yang dapat menampilkan nilai suhu tersebut. Rangkaian display yang digunakan untuk menampilkan nilai suhu yang terukur oleh sensor terlihat pada ganbar berikut:


(41)

Gbr .3.4. Rangkaian Display Seven Segmen.

3.4. Gambar rangakaian display seven segment

Display ini menggunakan 3 buah seven segment yang dihubungkan ke IC HEF 4094BP yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8 bit data serial yang masuk menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1 AT89S51. P3.0 merupakan fasilitas khusus pengiriman data serial yang disediakan oleh mikrokontroler AT89S51. Sedangkan P3.1 merupakan sinyal clock untuk pengiriman data serial. Pada rangkaian display ini digunakan dua buah dioda yang berfungsi untuk menurunkan tegangan supply untuk seven segment. Satu buah dioda dapat menurunkan tegangan sekitar 0,6 volt. Jadi, apabila dioda yang digunakan dua buah maka tegangan yang dapat diturunkannya adalah 1,8 volt. Tegangan ini diturunkan agar umur seven segment lebih tahan lama dan karena tegangan maksimum seven segment adalah 3,7 volt.

3.5. Rangkaian Pemancar Infra Merah

Data temperatur yang yang telah diolah mikrokontroler AT89S51, selain ditampilkan pada display seven segmen, data tersebut juga dikirimkan ke rangkaian penerima dengan menggunakan LED infra merah. Rangkaiannya seperti gambar di bawah ini :


(42)

Gambar 3.5. Rangkaian Pemancar Infra Merah

Pada rangkaian di atas LED infra merah akan menyala jika basis pada transistor C945 diberi tegangan yang lebih besar dari 0,7 volt, ini akan sama artinya jika salah satu pin pada uC AT89S51 yang terhubung ke rangkaian di atas diberi logika high (1), karena pin yang diberi logika high agan mempunyai tegangan 4 s/d 5 volt, cukup untuk mengaktipkan transistor. Sedangkan untuk mematikan LED infra merah, maka pin pada uC AT89S51 yang terhubung ke rangkaian di atas harus diberi logika low (0), karena dengan memberikan logika low pada pin uC AT89S51 yang terhubung ke rangkaian pemancar tersebut maka pin tersebut akan memiliki tegangan 0 s/d 0,009 volt, tegangan ini akan menyebabkan transistor tidak aktif.

Untuk pengiriman data agar data dapat dikirimkan dari jarak yang jauh (secara wireless), maka LED infra merah harus dipancarkan dengan frekuensi 38 KHz karena frekuensi ini bebas dari gangguan frekuensi infra merah alam. Jika LED infra merah dipancarkan dengan frekuensi selain 38 KHz, maka pancarannya akan terganggu oleh frekuensi-frekuensi infra merah dari alam, seperti frekuensi infra merah yang dipancarkan oleh matahari, tumbuhan, bahkan badan manusia. Dengan menggunakan frekuensi 38 KHz, maka pancaran LED infra merah yang dihasilkan oleh rangkaian tidak terganggu oleh pancaran infra merah dalam, sehingga jarak pengiriman data akan semakin jauh.


(43)

3.6. Rangkaian Penerima Infra Merah

Rangkaian penerima infra merah ini terdiri sebuah IC khusus yang berfungsi sebagai penerima infra merah. IC yang digunakan sebagai penerima infra merah adalah IC TSOP 1738. IC ini sering digunakan sebagai penerima/receiver remote control dari TV atau VCD. Rangkaiannya tampak seperti dibawah ini:

TSOP1738

Gambar 3.6 Rangkaian Penerima Infra Merah

Pada rangkaian diatas digunakan resistor 100 ohm untuk membatasi arus yang masuk pada rangkaian, sedangkan kapasitor 10 μF digunakan agar arus yang masuk ke IC TSOP 1738 lebih stabil.

IC ini mempunyai karakteristik yaitu akan mengeluarkan logika high (1) atau tegangan ± 4,5 volt pada outputnya jika IC ini mendapatkan pancaran sinar infra merah dengan frekuensi antara 38 – 40 KHz, dan IC ini akan megeluarkan sinyal low (0) atau tegangan ± 0,109 volt jika pancaran sinar infra merah dengan frekuensi antara 38 – 40 KHz berhenti, namun logika low tersebut hanya sesaat yaitu sekitar 1200 μs, setelah itu outputnya kan kembali menjadi high. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai penerimaan data dari pemancar infra merah.

Output dari IC ini dihubungkan ke salah satu pin pada uC AT89S51, sehingga setiap kali IC ini mengeluarkan logika low atau high pada outputnya, maka mikrokontroller dapat langsung mendeteksinya. Dan mengeksekusinya sebagai data.


(44)

BAB IV

PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM

4.1 pengujian rangkaian mikrokontroller AT89S51

Pengujian pada rangkaian mikrokontroler AT89S51 ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian minimum mikrokontroler AT89S51 dengan power suplay sebagai sumber tegangan. Kaki 40 dihubungkan dengan sumber tegangan 5 Volt, sedangkan kaki 20 dihubungkan dengan ground. Rangkaian pengujian mikrokontroller AT89S51 dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini :

Gambar 4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Dari rangkaian, tegangan pada kaki 40 diukur dengan menggunakan Voltmeter. Dari hasil pengujian didapatkan tegangan pada kaki 40 sebesar 4,9 Volt. Langkah selanjutnya adalah dengan cara menghubungkan pin 39 ( P0.0 ) dan pin 37 ( P0.2 ) dengan sebuah LED indikator. LED indikator pada rangkaian berfungsi sebagai


(45)

output dari program yang diisikan ke dalam mikrokontroller AT89S51. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa mikrokontroller AT89S51 dapat mengesekusi program dengan baik.

Selanjutnya program sederhana diisikan pada mikrokontroler AT89S51. Program yang diisikan adalah sebagai berikut :

Loop:

Setb P0.0 Clr P0.2 Call delay Clr P0.0 setb P0.2 Call delay Jmp loop Delay:

Mov r7,#255 Dly:

Mov r6,#255 Djnz r6,$ Djnz r7,dly Ret

end

Program di atas bertujuan untuk menyalakan / mematikan LED yang terhubung ke P0.0 dan P0.2 Secara bergantian (flip - flop). Perintah Setb P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika high yang menyebabkan LED tidak mendapat hubungan


(46)

dengan ground sehingga LED akan mati. Perintah Clr P0.2 akan menjadikan P0.2 berlogika low yang menyebabkan LED terhubung dengan ground sehingga LED akan menyala.

Call delay akan menyebabkan LED ini menyala dna mati selama beberapa saat. Perintah jmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut menyala secara bergantian (flip - flop).

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian minimum mikrokontroller AT89S52 telah bekerja dengan baik.

4.2. Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial dari mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common anoda, dimana semen akan menyala jika diberi logika 0 dan sebaliknya segmen akan mati jika diberi logika.

4.2. Penguji Rangkaian Display Seven Segmen 4.2. Gambar rangkaian display seven segmen


(47)

Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut:

ANGKA DATA YANG DIKIRIM

1 0ECH

2 18H

3 88H

4 0C4H

5 82H

6 02H

7 0E8H

8 0H

9 80H

0 20H

4.1. Tabel data display sevev segment

Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:

bil0 equ 20h bil1 equ 0ech bil2 equ 18h bil3 equ 88h bil4 equ 0c4h bil5 equ 82h bil6 equ 02h bil7 equ 0e8h


(48)

bil8 equ 0h bil9 equ 80h Loop:

mov sbuf,#bil0 Jnb ti,$

Clr ti sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen. Sedangkan untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah dengan mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen. Programnya adalah sebagai berikut :

Loop:

mov sbuf,#bil1 Jnb ti,$

Clr ti

mov sbuf,#bil2 Jnb ti,$

Clr ti

mov sbuf,#bil3 Jnb ti,$

Clr ti sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen ketiga, angka 2 pada seven segmen kedua dan angka 3 pada seven segmen pertama.


(49)

4.3. Pengujian Rangkaian ADC ( Analog to Digital Converter )

Untuk mengetahui tingkat ketelitian ADC dalam mengkonversi input analog yang diberikan maka terlebih dahulu ADC tersebut harus di uji ketelitiannya. Langkah yang digunakan untuk menguji tingkat ketelitian ADC adalah dengan cara memberikan tegangan yang bervariasi pada input ADC. Setiap perubahan tegangan yang diberikan merupakan input bagi ADC dan akan diubah menjadi data digital. Proses perubahan tegangan input menjadi data digital dilakukan dengan cara:

faktor ADC

V Vin

Output = ……….…………..pers. (3.1)

sedangkan Vfaktor adalah : Vfaktor Vcc 5Volt 0,0196Volt

255 1 255

1 × = × =

=

dengan data output dapat dihitung, misalnya jika Vin ADC = 0,3 Volt, maka: 55 , 127 0196 , 0 5 , 2 = = Volt Volt Output

Data yang diubah ke bilangan biner hanya bilangan bulatnya saja. Berarti bilang biner yang dihasilkan oleh tegangan input ADC sebesar 0,3 Volt adalah (0111 1111).pada rangkaian pengujian, Output ADC melalui kaki DB0-DB7 dihubungkan dengan delapan buah led untuk mempermudah dalam pembacaan data.

Gambar 4.3. Rangkaian Pengujian ADC 4.3. Gambar rangkaiaan ADC


(50)

Pada tabel 4.1 berikut akan ditampilkan data biner yang di output-kan oleh ADC untuk setiap variasi tegangan yang di inputkan ke ADC, yang dihitung dengan cara yang sama seperti di atas

No. Vin (V) Data Out ADC Biner Dec

1 0 0 0000 0000 0

2 0.5 25.5 0001 1001 25

3 1 51 0011 0011 51

4 1.5 76.5 0100 1000 76

5 2 102 0110 0110 102

6 2.5 127.5 0111 1111 127

7 3 153 1001 1001 153

8 3.5 178.5 1011 0010 178

9 4 204 1100 1100 204

10 4.5 229.5 1110 0101 229

11 5 255 1111 1111 255

Tabel 4.2 Data hasil pengujian ADC 4.4. Pengujian Sensor LM35

Untuk dapat mengetahui tingkat ketelitian alat dalam penelitian ini maka harus dilakukan pengujian terhadap sensor. Adapun cara menguji sensor LM35 yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menghubungkan sensor dengan sumber tegangan dan mengukur output yang dihasilkan oleh sensor pada saat sensor mendeteksi kenaikan suhu. Rangkaian pengujian sensor LM35 dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini :


(51)

Gambar 4.4 Rangkaian pengujian sensor LM35

Agar dapat mengukur besar Output dari sensor LM35 pada saat mendeteksi kenaikan suhu, maka output sensor dihubungkan dengan multimeter. Dari hasil pengujian didapatkan hasil seperti yang ditampilkan pada tabel 4.2 berikut ini

Suhu Terukur Output LM35 Output ADC Tampilan Display

27 derajat 270 mili volt 00011011 027

28 derajat 280 miliVolt 00011100 028

29 derajat 290 miliVolt 00011101 029

30 derajat 300 miliVolt 00011110 030

31 derajat 310 miliVolt 00011111 031

32 derajat 320 miliVolt 00010000 032

33 derajat 330 miliVolt 00010001 033


(52)

4.5. Pengujian Rangkaian pemancar Infra Merah

Agar dapat mengetahui rangkaian pemancar infra merah bekerja dengan baik dan dapat mengirimkan data dengan baik maka dilakukan pengujian terlebih dahulu. Untuk dapat mengujinya, rangkaian pemancar infra merah dihubungkan dengan system minimum uCAT89S51. adapun rangkaiannya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.5. Rangkaian pengujian Pengirim Data Melalui Infra Merah Untuk dapat memancarkan frekuensi 38 KHz dari LED infra merah, langkah yang harus dilakukan adalah dengan mengedipkannya (menghidupkan dan mematikannya) dengan frekuensi tersebut, yaitu dengan memberikan logika high dan low pada P2.7 dengan selang waktu (perioda) :

1 1 13 0, 0000263 26, 3

38 38 10

T s s

f KHz x Hz µ

= = = ==

Untuk mendapatkan perioda tersebut, maka program yang harus diberikan pada mikrokontroler AT89S51 adalah:


(53)

38KHz: clr p3.7 nop

nop nop nop nop nop nop nop nop nop nop nop nop setb p3.7 nop nop nop nop nop nop nop nop nop nop


(54)

Mikrokontroler AT89S51 memerlukan 12 Clock setiap satu siklus mesin. Dengan demikian, jika digunakan kristal 12 MHz, maka waktu yang diperlukan untuk satu siklus mesin adalah :

6 12

1 10 1

12 Clock

x sekon s

MHz = = µ

Jika dihitung lamanya mikrokontroler AT89S51 mengerjakan perintah di atas :

Instruksi Siklus mesin Waktu (μS)

CLR NOP SETB SJMP 1 1 1 2 1 1 1 2

Berdasarkan tabel di atas, maka lamanya logika low (0) pada P3.7 adalah 13 μ dan lamanya logika high (1) adalah 13 μs, sehingga periodanya menjadi 26 μs.

13 μs 13 μs

Low High 26 μs

Dengan demikian frekuensi yang dihasilkan oleh P2.7 adalah : 6

6

1 1 1 1 10

38461 38, 461

26 26 10 26

x

f Hz KHz

T µs xs

= = = = = =

Jika LED infra merah dipancarkan dengan frekuensi ini, maka pancaran LED infra merah dari rangkaian tidak akan terganggu oleh frekuensi infra merah alam. Sebagai catatan frekuensi infra merah yang tidak dipengaruhi oleh frekuensi infra merah dari


(55)

alam adalah anatara 38 KHz s/d 40 KHz, frekuensi inilah yang digunakan sebagai frekuensi remote kontrol dari TV, VCD dan DVD di seluruh dunia.

Ketika penerima infra merah menerima pancaran infra merah dengan frekuensi 38 KHz dari rangkaian pemancar, maka output dari penerima akan berlogika high (1), jika pancaran infra merah ini dihentikan, maka penerima akan mendapatkan logika low (0) sesaat (± 1200 μs ) kemudian berubah menjadi high (1) kembali walaupun tidak ada pancaran infra merah dengan frekuensi 38 KHz. Ini sudah merupakan karakteristik dari penerima infra merah yang digunakan (TSOP 1738). Pada alat ini, logika high setelah setelah logika low sesaat itulah yang dijadikan sebagai data, sehingga dengan mengatur lebar pulsa high (1) tersebut dengan suatu nilai tertentu dan menjadikan nilai tersebut sebagai datanya, maka pengiriman data dapat dilakukan.

Pada alat ini, data yang dikirimkan sebanyak 3 data, yaitu data untuk nilai ratusan, nilai puluhan dan nilai. Setiap pengiriman masing-masing data dari ketiga data tersebut, didahului dengan pengiriman sinyal low, jadi ada 3 sinyal low dan ada 3 data. Akan terjadi masalah jika pengiriman data dilakukan seperti ini, yaitu data yang diterima urutannya tidak sesuai dengan data yang dikirimkan. Misalnya 3 data yang dikirimkan adalah 567, kemungkinan data yang diterima adalah: 675, dan 756. Sehingga hanya 1/3 kemungkinannya data yang dikirimkan benar.

Kesalahan pengambilan data oleh penerima disebabkan karena adanya penghalang atau karena kesalahan pengambilan data ketika alat pertama kali dihidupkan. Seharusnya penerima mengambil sinyal low dari data yang pertama, kemudian mengambil data pertama, setelah itu mengambil sinyal low dari data kedua, kemudian mengambil data kedua, dan demikian seterusnya, sehingga data tersebut sesuai dengan urutannya. Namun jika ada penghalang sesaat atau ketika pertama kali dihidupkan terjadi kesalahan pengambilan sinyal low, maka pengambilan data seterusnya akan salah. Misalnya jika ada penghalang sesaat, sehingga sinyal low yang diterima adalah sinyal low yang kedua, maka data kedua akan dianggap sebagai data pertama, dan data ketiga akan dianggap sebagai data kedua, demikian seterusnya, sehingga urutan data menjadi salah.

Untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan data, maka pada alat ini ditambahkan satu data yang berfungsi sebagai startbit atau data awal. Data awal ini


(56)

mempunyai nilai tertentu, jadi ketika penerima mendapatkan sinyal low, penerima akan mengambil 1 data setelah sinyal low tersebut dan membandingkannya apakah sesuai dengan data awal atau tidak. Jika tidak sama, maka penerima akan mengambil data berikutnya , kemudian membandingkan lagi sesuai atau tidak dengan data awal. Langkah ini dilakukan terus sampai didapat data awal. Ketika penerima mendapatkan data yang sesuai dengan data awal, maka penerima akan mengambil data pertama setelah data awal sebagai data pertama, data kedua setelah data awal sebagai data kedua, dan seterusnya hingga data ketiga. Dengan demikian tidak akan terjadi kesalahan urutan data, walaupun ada penghalang sesaat.

Setiap data mempunyai lebar pulsa high (1) tertentu. Untuk nilai data 0, maka lebar pulsa high yang dikirim adalah ± 1131 μ sekon. Programnya seperti berikut:

Mov 70h,#0 Inc 70h Kirim:

Mov r0,70h Acall data Sjmp kirim data:

acall pulsa djnz r0,data ret

pulsa:

Clr P0.0 ; 1μs Mov r7,#2 ; 1μs


(57)

mov r6,#255 ; 1μs djnz r6,$ ; 2x255=510μs djnz r7,pls ; 2μs =513x2=1026μs mov r7,#50 ; 1μs

djnz r7,$ ; 2x50=100μs

ret฀ ; 2μs Total 1131μs

Demikian juga seterusnya jika yang dikirimkan data 1 s/d data 9, maka data ini akan ditambah dengan nilai 1, dan kemudian hasil penjumlahannya digunakan sebagai banyaknya perulangan dalam pengiriman pulsa.

Sebagai contoh jika data yang dikirimkan adalah data 1, maka data ini akan ditambahkan 1 sehingga hasilnya menjadi 2. 2 inilah yang merupakan banyaknya perulangan pengiriman pulsa. Jadi lebar pulsa untuk data satu ± 2 x 1.131 μs = 2.262 μs. Demikian pula untuk data-data yang lainnya.

4.6. Rangkaian pengujian penerima infra merah

Untuk menguji rangkaian penerima infra merah, maka terlebih dahulu kita harus menghubungkan rangkaian penerima infra merah dengan system minimum µ C AT89S51 seperti yang terlihat pada gambar berikut ini:


(58)

Gambar 4.6. Rangkaian pengujian penerima data infra merah Output dari IC ini dihubungkan ke P2.0 pada mikrokontroler, sehingga setiap kali IC ini mengeluarkan logika low atau high pada outputnya, maka mikrokontroller dapat langsung mendeteksinya. Adapun Programnya sebagai berikut :

Utama:

mov 60h,#0h jb P3.7,$ nop jnb P3.7,$ nilai:

inc 60h acall hitung jb P3.7,nilai mov a,60h mov b,#10 div ab dec a


(59)

Awalnya mikrokontroler akan memasukkan nilai 0 pada alamat 60h, kemudian menunggu sinyal low dari P2.0 yang terhubung ke output dari IC TSOP 1738. Jika ada sinyal low, itu berarti ada data yang akan dikirim oleh pemancar, kemudian mikrokontroler akan mengabaikan sinyal low tersebut sampai datang sinyal high, sinyal high inilah yang dihitung oleh mikrokontroller sebagai data yang masuk. Data yang masuk akan dibagikan dengan nilai 10. Hal ini dilakukan karena lebar data pengirim 10 kali lebih besar daripada lebar data penerima, sehingga harus dibagi dengan 10. Kemudian hasilnya akan dikurangi dengan 1, hal ini karena pada saat pengiriman, setiap data telah ditambah dengan nilai satu. Selanjutnya lebar data akan dibandingkan, apakah sama dengan 10 atau tidak, jika sama dengan 10 maka data ini merupakan data startbit, dengan demikian 3 data setelah ini adalah merupakan data temperatur, dan akan diambil untuk ditampilkan nilainya. Namun jika data tersebut tidak sama dengan 10, maka data ini bukan merupakan data startbit, program akan kembali ke awal sampai mendapatkan start bit.

Setelah mendapatkan data startbit, maka mikrokontroler akan mengambil 3 data setelah data startbit tersebut, yang merupakan dara dari nilai temperatur yang dikirimkan oleh pemancar. Programnya sebagai berikut :

mov 61h,#0h jb P3.7,$ nop jnb P3.7,$ nilai1: inc 61h acall hitung jb P3.7,nilai1 mov 62h,#0h jb P3.7,$ nop jnb P3.7,$ nilai2: inc 62h acall hitung


(60)

jb P3.7,nilai2 mov 63h,#0h jb P3.7,$ nop jnb P3.7,$ nilai3:

inc 63h acall hitung jb P3.7,nilai3

Pada program di atas data nilai satuan akan disimpan di alamat 61h, data untuk nilai puluhan akan disimpan pada alamat 62h, sedangkan data untuk nilai ratusan akan disimpan pada alamat 63h . Kemudian data ini akan masing-masing akan dibagi dengan nilai 10 dan dikurangi dengan 1 seperti data pada starbit, kemudian ditampilkan pada display.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada Mikrokontroler setiap kali IC ini mengeluarkan logika low atau high pada outputnya, maka mikrokontroler dapat langsung mendeteksinya.

2. Alat tersebut dapat digunakan pada suatu ruangan – ruangan seperti penetasan telur, inkubator, ruangan pembuatan tape dan lain

sebagainya.

3. Penerima (receiver) dapat menerima sinyal yang di kirim oleh pemancar (transmiter), jika kedua sensor saling berhadapan. 4. Pemancar (transmiter), dapat mengirimkan sinyal ke penerima


(62)

5.2 Saran

1. Perlunya beberapa pengembangan dan penyempurnaan sistem dari alat ini, sehingga kualitasnya akan lebih baik lagi dan diharapkan dapat membuat alat yang bisa mengatur suhu ruangan secara otomatis sesuai yang kita inginkan.

2. Penambahan beberapa jenis sensor dalam perancangan alat pengiriman dan penerimaan data temperature ini akan membuat alat tersebut lebih kompleks dan mendeteksi, serta lebih jauh jarak pegirimannya. 3. Diharapkan penggunaaan alat tersebut akan mempermuda h kita dalam


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Chattopadhay.D, rakshit.P.C, saha.B, purkait.N.N, 1989. Dasar Elektronika. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.

Daryanto. 2000. Pengetahuan Teknik Elektronika. Jakarta. Penerbit : PT Bumi Aksara.

dan simulator.

digital-converter.html

Santosa.P.Insap.1996. Teknik Digital. Edisi Pertama. Yogyakarta. Penerbit: ANDI

Sutanto.2006. Rangkaian Elektronika Analog dan Terpadu. Jakarta. Penerbit : Universitas Indonesia.

Tokheim. Roger L.1995. Elektronika Digital. Edisi kedua. Jakarta. Penerbit: Erlangga.


(1)

Gambar 4.6. Rangkaian pengujian penerima data infra merah

Output dari IC ini dihubungkan ke P2.0 pada mikrokontroler, sehingga setiap kali IC ini mengeluarkan logika low atau high pada outputnya, maka mikrokontroller dapat langsung mendeteksinya. Adapun Programnya sebagai berikut :

Utama:

mov 60h,#0h jb P3.7,$ nop jnb P3.7,$ nilai:

inc 60h acall hitung jb P3.7,nilai mov a,60h mov b,#10 div ab dec a


(2)

Awalnya mikrokontroler akan memasukkan nilai 0 pada alamat 60h, kemudian menunggu sinyal low dari P2.0 yang terhubung ke output dari IC TSOP 1738. Jika ada sinyal low, itu berarti ada data yang akan dikirim oleh pemancar, kemudian mikrokontroler akan mengabaikan sinyal low tersebut sampai datang sinyal high, sinyal high inilah yang dihitung oleh mikrokontroller sebagai data yang masuk. Data yang masuk akan dibagikan dengan nilai 10. Hal ini dilakukan karena lebar data pengirim 10 kali lebih besar daripada lebar data penerima, sehingga harus dibagi dengan 10. Kemudian hasilnya akan dikurangi dengan 1, hal ini karena pada saat pengiriman, setiap data telah ditambah dengan nilai satu. Selanjutnya lebar data akan dibandingkan, apakah sama dengan 10 atau tidak, jika sama dengan 10 maka data ini merupakan data startbit, dengan demikian 3 data setelah ini adalah merupakan data temperatur, dan akan diambil untuk ditampilkan nilainya. Namun jika data tersebut tidak sama dengan 10, maka data ini bukan merupakan data startbit, program akan kembali ke awal sampai mendapatkan start bit.

Setelah mendapatkan data startbit, maka mikrokontroler akan mengambil 3 data setelah data startbit tersebut, yang merupakan dara dari nilai temperatur yang dikirimkan oleh pemancar. Programnya sebagai berikut :

mov 61h,#0h jb P3.7,$ nop jnb P3.7,$ nilai1: inc 61h acall hitung jb P3.7,nilai1 mov 62h,#0h jb P3.7,$ nop jnb P3.7,$ nilai2: inc 62h acall hitung


(3)

jb P3.7,nilai2 mov 63h,#0h jb P3.7,$ nop jnb P3.7,$ nilai3:

inc 63h acall hitung jb P3.7,nilai3

Pada program di atas data nilai satuan akan disimpan di alamat 61h, data untuk nilai puluhan akan disimpan pada alamat 62h, sedangkan data untuk nilai ratusan akan disimpan pada alamat 63h . Kemudian data ini akan masing-masing akan dibagi dengan nilai 10 dan dikurangi dengan 1 seperti data pada starbit, kemudian ditampilkan pada display.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada Mikrokontroler setiap kali IC ini mengeluarkan logika low atau high pada outputnya, maka mikrokontroler dapat langsung mendeteksinya.

2. Alat tersebut dapat digunakan pada suatu ruangan – ruangan seperti penetasan telur, inkubator, ruangan pembuatan tape dan lain

sebagainya.

3. Penerima (receiver) dapat menerima sinyal yang di kirim oleh pemancar (transmiter), jika kedua sensor saling berhadapan. 4. Pemancar (transmiter), dapat mengirimkan sinyal ke penerima


(5)

5.2 Saran

1. Perlunya beberapa pengembangan dan penyempurnaan sistem dari alat ini, sehingga kualitasnya akan lebih baik lagi dan diharapkan dapat membuat alat yang bisa mengatur suhu ruangan secara otomatis sesuai yang kita inginkan.

2. Penambahan beberapa jenis sensor dalam perancangan alat pengiriman dan penerimaan data temperature ini akan membuat alat tersebut lebih kompleks dan mendeteksi, serta lebih jauh jarak pegirimannya. 3. Diharapkan penggunaaan alat tersebut akan mempermuda h kita dalam


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Chattopadhay.D, rakshit.P.C, saha.B, purkait.N.N, 1989. Dasar Elektronika. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.

Daryanto. 2000. Pengetahuan Teknik Elektronika. Jakarta. Penerbit : PT Bumi Aksara.

dan simulator.

digital-converter.html

Santosa.P.Insap.1996. Teknik Digital. Edisi Pertama. Yogyakarta. Penerbit: ANDI

Sutanto.2006. Rangkaian Elektronika Analog dan Terpadu. Jakarta. Penerbit : Universitas Indonesia.

Tokheim. Roger L.1995. Elektronika Digital. Edisi kedua. Jakarta. Penerbit: Erlangga.