Penetapan Kadar Air Pada Jamu Gemuk Sehat Untuk Pria Dan Wanita Secara Destilasi Toluen

(1)

PENETAPAN KADAR AIR PADA JAMU GEMUK

SEHAT UNTUK PRIA DAN WANITA SECARA

DESTILASI TOLUEN

TUGAS AKHIR

Oleh:

JUNITA SARI DEPARI

062410045

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN

MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR AIR PADA JAMU GEMUK SEHAT

UNTUK PRIA DAN WANITA SECARA DESTILASI

TOLUEN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

JUNITA SARI DEPARI 062410054

Medan, Mei 2009

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

NIP. 130 535 834

( Drs. Panal Sitorus , MSi. Apt )

Disahkan Oleh:Dekan

NIP 131 283 716


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan Berkat dan Kasih-nya sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat terlaksana dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Diploma III (Amd) Analis Farmasi di University Sumatera Utara.

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada orang tua yang sangat saya cintai yaitu ayahnda Sada Perarih Depari dan Ibunda Marhaeni Kristina yang telah memberikan saya doa restu dan kepercayaan sehingga Tugas Akhir ini selesai dan untuk kakanda Ruth Armayanti dan Listra Debora dan adinda Sagita Latersia dan Rio Febriyanta Depari, yang telah memberikan saya motivasi.

Dan Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, saya mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dengan ini saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App. Sc. Apt., selaku coordinator program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

3. Dosen pembimbing, bapak Drs. Panal Sitorus, M. Si, Apt., yang telah membimbing dan mengarahkan saya dalam pembuatan Tugas Akhir ini.


(4)

4. Bapak dan ibu dosen beserta seluruh staf Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Univrsitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf dan karyawan balai besar POM Medan yang telah membantu kami selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL), sebagai tempat melaksanakannya percobaan.

6. Rekan-rekan satu kelompok pada masa praktik kerja lapangan dibalai besar POM Medan yaitu Elliya Siswanti dan Melda Wati.

7. Untuk temen saya Nain Felix yang teleh memberikan saya motivasi.

8. Dan semua Mahasiswa Analis Farmasi fakultas Farmasi dan Makanan USU, khususnya angkatan 2006 yang turut memberikan saran dan dukungan dalam menyelesaikan laporan.

Penulis berharap Tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. akhirnya semoga Tuhan yang Maha Kuasa melimpahkan Berkat-Nya kepada kita semua.

Medan, Juni 2009 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... 1

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 MANFAAT DAN TUJUAN ... 3

1.2.1 MANFAAT ... 3

1.2.2 TUJUAN ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 PENETAPAN KADAR AIR ... 4

2.2 OBAT TRADISIONAL ... 6

2.3 TANAMAN OBAT ... 9

2.4 BENTUK SEDIAAN OBAT ... 11

2.4.1 LARUTAN ... 12

2.4.2 SERBUK ... 12

2.4.3 TABLET ... 13

2.4.4 PIL ... 13

2.4.5 KAPSUL ... 13

2.5 SIMPLISIA YANG TERDAPAT DALAM JAMU ... 14

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ... 16

3.1 ALAT ... 16

3.2 BAHAN ... 16

3.3 PEREAKSI ... 16

3.4 PEMBUATAN PEREAKSI ... 16

3.5 PROSEDUR ... 16

3.6 PERSYARATAN ... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19


(6)

4.2 PEMBAHASAN ... 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1 KESIMPULAN ... 21

5.2 SARAN ... 21


(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan tersebut yang secara turun-temurun yang telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Pada umumnya obat tradisional diracik dari ramuan bahan tumbuhan, yang sering disebut dengan tanaman obat. Pada awalnya, bahan tumbuh-tumbuhan tersebut dikonsumsi langsung dalam bentuk segar, rebusan, atau racikan namun pada perkembangannya, obat tradisional di konsumsi lebih praktis dalam bentuk pil, kapsul, sirup, tablet, sehingga memudahkan konsumen dalam penggunaanya.

Badan pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) mengeluarkan Public Warning/peringatan tentang obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat nomor: KH.00.01.1.5116 tanggal 4 desember 2006 yang berisi: Berdasarkan sampling dan pengujian laboratorium tahun 2006. Badan POM telah menemukan sebanyak 93 produk obat tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat seperti coffein, fenilbutason, metampiron, CTM, deksametason dan parasetamol. Bahan kimia obat tersebut adalah bahan kimia obat keras yang harus digunakan melalui resep dokter karena memiliki efek samping dan resiko yang


(8)

berbahaya apabila digunakan tanpa resep dokter. Hal ini sangat penting karena banyak sediaan obat tradisional tanpa adanya resep dari dokter.

Banyak tumbuhan obat dan ramuan khas obat tradisional/obat asli Indonesia dimiliki oleh setiap suku bangsa di Indonesia. Ramuan ini ada yang telah di produksi dan di pasarkan oleh industri obat tradisional yang sebagian besar untuk tujuan pengobatan. Penggunaan obat tradisional atau obat asli Indonesia terus mengalami peningkatan, Baik untuk pemeliharaan kesehatan, Maupun untuk pengobatan gangguan kesehatan. Bersamaan dengan itu obat tradisional atau obat asli Indonesia yang terbukti berkhasiat dan aman secara alamiah atau bermanfaat secara klinik didorong penggunaannya pada pelayanan kesehatan.

Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetri yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan, Dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi.

Penetapan kadar air dapat dilakukan terhadap simplisia atau sediaan obat tradisional bentuk serbuk, rajangan, kapsul, tablet dan sebagainya. Pada pengujian sampel jamu gemuk badan bentuk pil di BPOM ternyata ditemukan adanya kandungan air yang lebih dari 10%.


(9)

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

- Untuk mengetahui kandungan air yang terdapat di dalam simplisia atau sediaan obat tradisional.

- Untuk mengetahui apakah jamu yang telah diuji memenuhi persyaratan

atau tidak memnuhi syarat.

1.2.2 Manfaat

- Dapat mengetahui sistem pengawasan mutu dan keamanan pada

laboratorium obat tradisional BPOM.

- Untuk menambah pengetahuan tentang pengujian-pengujian yang

dilakukan untuk menjamin mutu dan keamanan dari sediaan obat tradisional .

- Untuk menambah pengalaman kerja di laboratorium pengawasan mutu


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penetapan Kadar Air

Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetri yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan , dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000).

Penetapan kandungan air dapat dilakukan beberapa cara, hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-1100C selama 3 jam atau didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang -kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai

pengering, hingga mencapai berat yang konstan .

Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap ( volatile ) seperti sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluen, xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Contoh (sample) dimasukkan


(11)

dalam tabung bola (flask), kemudian dipanaskan. Air dan pelarut menguap, diembunkan, dan jatuh pada tabung Aufhauser yang berskala. Air yang mempunyai berat jenis lebih besar ada di bagian bawah, sehingga jumlah air yang diuapkan dapat dilihat pada skala tabung aufhauser tersebut.

Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan refraktometer di samping menentukan padatan terlarutnya pula. Dalam hal ini, air dan gula dianggap sebagai komponen-komponen yang mempengaruhi indeks refraksi.

Di samping cara-cara fisik, adapula cara-cara kimia untuk menentukan kadar air. Mc. Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas asetilen yang dihasilkan dari reaksi kalsium karbonat dengan bahan yang akan diperiksa. Cara ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti sabun, tepung, bubuk biji vanili, mentega dan sari buah. Karl fischer pada tahun 1935 mengunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan basah dengan larutan iodin, sulfur dioksida, dan piridina dalam metanol. Perubahan warna menunjukan titik akhir titrasi (Winarno ,1992 ).

Pereaksi dan larutan yang digunakan peka terhadap air, hingga harus dilindungi dari pengaruh kelembaban udara.

Pereaksi Karl fischer disimpan dalam botol yang diperlengkapi dengan buret otomatik. Untuk melindungi dari pengaruh kelembaban udara, buret dilengkapi dengan tabung pengering. Labu titrasi kapasitas lebih kurang 60 ml, dilengkapi dengan 2 elektroda platina, sebuah pipa pengalir nitrogen, sumbat berlubang untuk


(12)

ujung buret dan sebuah tabung pengering. Zat yang diperiksa dimasukkan ke dalam melalui pipa pengalir nitrogen atau melalui pipa samping yang dapat disumbat. Pengadukan dilakukan dengan mengalirkan gas nitrogen yang telah dikeringkan atau dengan mengaduk magnit. Petunjuk titik akhir terdiri dari betere kering 1,5 volt atau 2 volt yang diihubungkan dengan tahanan variabel lebih kurang 2.000 ohm. Tahanan diatur sedemikian rupa sehingga arus utama yang cocok yang melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan mikrometer.

Setelah setiap kali penembahan pereaksi Karl fischer, penunjuk mikrometer menyimpang akan tetapi segera kembali kedudukkan semula. Pada titik akhir, penyimpangan akan tetap selama waktu yang lebih lama.

Untuk zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan, maka pada umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi maka penetapan kadar air dilakukan dengan titrasi langsung (MMI, 1989).

2.2 Obat Tradisional

Obat Tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Obat Tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan


(13)

kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bias dicerna oleh tubuh.

Obat Tradisional yang diperlukan oleh masyarakat obat tradisional yang mengandung bahan atau ramuan bahan yang dapat memelihara kesehatan, mengobati gangguan kesehatan, serta dapat memulihkan kesehatan.

Obat Tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit.

Keamanan dan mutu obat tradisional tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan, peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional.

Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa memenuhu persyaratan yang berlaku (Dirjen POM, 1994).


(14)

Bahan-bahan ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat sebagai obat, dalam pengertian umum kefarmasian bahan yang digunakan sebagai obat disebut simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (MMI, 1995).

Menurut Materia Medika Indonesia (1995), simplisia dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:

1. Simplisia hewan

Simplisia hewan adalah simplisia yang berupa hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

2. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.

3. Simplisia pelikan (mineral)

Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Zat kimia berkhasiat (obat) tidak diperbolehkan digunakan dalam campuran obat tradisional karena obat tradisional diperjualbelikan secara bebas. Dengan sendirinya apabila zat berkhasiat (obat) ini dicampurkan


(15)

dengan ramuan obat tradisional dapat berakibat buruk bagi kesehatan (Dirjen POM, 1986).

2.3 Tanaman Obat

Menurut para ahli tanaman obat didefenisikan sebagai jenis tanaman

yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan.

Para ahli tersebut mengelompokkan tanaman obat berkhasiat menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

1. Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

2. Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibukt ikan telah mengandung senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan secara klinis.

3. Tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah media sebagai bahan obat.


(16)

Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat yang di Simplisia dari bahan tumbuhan terdiri dari:

a. Kulit (cortex)

Korteks adalah kulit bagian terluar dari tanaman tingkat tinggi yang berkayu.

b. Kayu (lignum)

Simplisia kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.

c. Daun (folium)

Folium merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan sebagai baku ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri.

d. Herba

Simplisia herba pada umumnya berupa produk tanaman obat dari jenis herbal yang bersifat herbaceous.

e. Bunga (flos)

Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk, bagian dari bunga majemuk serta komponen penyusun bunga.

f. Akar (radix)

Akar tanaman yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari tanaman yang umumnya berbatang lunak dan memiliki kandungan air yang tinggi.


(17)

g. Umbi (bulbus)

Bulbus atau bulbi adalah produk berupa potongan rajangan umbi lapis, umbi akar, atau umbi batang. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari jenis tanamannya.

h. Rimpang (rhizoma)

Rhizoma atau rimpang adalah produk tanaman obat berupa potongan-potongan atau irisan rimpang.

i. Bunga (flos)

Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang lunak akan menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda, khususnya bila buah masih dalam keadaan segar. j. Kulit buah (perikarpium)

Sama halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada lunak, keras bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi. k. Biji semen

Semen (biji-bijian) diambil dari buah yang telah masak sehingga

umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam tergantung dari jenis tanaman (Widyastuti, 2004). 2.4 Bentuk sediaan Obat Tradisional

Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat diminum atau ditempelkan pada permukaan kulit. Tetapi tidak tersedia dalam bentuk suntikan atau aerosol.


(18)

Dalam bentuk sediaan obat-obat tradisional ini dapat berbentuk serbuk yang menyerupai obat modern, kapsul tablet, larutan ataupun pil (BPHN, 1993).

2.4.1 Larutan

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu

cairan, maka padatan tadi terbagi sacara molekuler dalam cairan tersebut. Zat cair atau cairan biasanya ditimbang dalam botol yang digunakan sebagai wadah yang diberikan. Cara melarutkan zat ada 2 cara yakni zat-zat yang mudah larut dilarutkan dalam botol dan zat-zat yang agak sukar larut dilarutkan dalam pemanasan. Contoh jamu akar dewa (Anief, 2000).

2.4.2 Serbuk

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang

diserbukan.Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simlisia nabati, digerus lebih dahulusampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 500 C. Serbuk obat yang mengandung bagian yang mudah menguap dikeringkan dengan pertolongan bahan pengering yang cocok, setelah itu diserbuk dengan jalian digiling, ditumbuk dan digerus sampai diperoleh serbuk yang mempunyai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk. Contohnya yaitu macho M. (Anief, 2000)


(19)

2.4.3 Tablet

Tablet adalah sediaan padat, disebut secara kempa-cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah. Contohnya yaitu tablet antalgin.

2.4.4 Pil

Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng

mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg. Untuk membuat pil diperlukan zat tambahan seperti seperti zat pengisi untuk memperbesar volume, zat pengikat dan zat pembasah dan bila perlu ditambah penyalut. Contohnya pil ginseng (Anief, 2000).

2.4.5 Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut . Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati dan bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomo paling besar (000), dan ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan panjang memanjang (dikenal sebagai usuran OE), yang memberikan kapasitas isi yang lebih besar tanpa peningkatan diameter (Farmakope IV, 1995).


(20)

2.5. Simplisia Yang Terdapat Dalam Jamu

- Andrographis Herba

Tanaman sambiloto adalah Andrografis peniculata suku Acanthaceae. Mengandung flavonoid,alkane, keton, aldehid, dan beberapa mineral seperti

kalium,kalsium , dan natrium.

Tanaman ini berkhasiat sebagai anti radang, analgetik, dan penawar racun. - Curcuma Rhizoma

Temulawak adalah Curcuma xanthorrhiza suku Zingirberaceae. Mengandung pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri.

Temulawak berkhasiat sebagai antiradang, anti sembelit, tonikum, dan diuretik.

- Coriandri Fruktus

Ketumbar adalah Coriandrum sativum suku Apiaceae.

Ketumbar berkhasiat untuk meredakan pusing, muntah-muntah, influensa, Wasir, radang lambung, campak, masuk angin, tekanan darah tinggi dan lemah syahwat.

- Myristicae Semen

Buah pala adalah Myristica fragrans suku Myristicaceae. Mengandung minyak atsiri, zat samak, dan zat pati.


(21)

Buah pala berkhasiat sebagai obat diare, kembung, mual serta untuk menetapkan daya cerna dan selera makan, yang kaya akan vitamin C, Kalsium, dan posfor.

Senyawa kimia buah pala tersebut terdapat dikulit, daging, biji pala hingga bunganya.

- Piperis Nigri Fruktus

Lada hitam adalah Piper nigrum suku Piperaceae

Mengandung saponin, flavonoida ,minyak atsiri, kavisin, resin, amilum. Lada hitam berkhasiat untuk memperlancar menstruasi, meredakan serangan asma, meringankan gejala ramatik, mengatasi perut kembung, serta me- nyembuhkan sakit kepala (Prapta Utama, 2003).


(22)

BAB III

METEDOLOGI

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat destilasi, Gelas ukur 100 ml, Corong pisah.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel jamu, Toluena yang telah dijenuhkan dengan air dan sampel (simplisia/sediaan obat tradisional).

3.3 Pereaksi

Toluene

3.4 Pembuatan Pereaksi

Sejumlah toluen P dikocok dengan sedikit air, biarkan memisah, buang lapisan

air.

3.5 Prosedur

3.5.1 Penetan Kadar Air Dalam Pil Jamu Gemuk Badan Secara Destilasi


(23)

- Sejumlah jamu yang ditimbang seksama yang diperkirakan

mengandung 2 s/d 4 ml air dimasukkan kedalam labu, jika jamu berupa rajangan atau pil dihaluskan terlebih dahulu.

- Untuk jamu yang menyebabkan gejala mendadak ditambahkan batu

didih agak banyak.

- Sejumlah 200 ml toluene jenuh air dimasukan kedalam labu, alat

dihubungkan. Toluene dituangkan kedalam tabung penerima melalui alat pendingin. Tabung penerima melalui alat pendingin labu dipanasakan hati-hati selama 15 menit, setelah toluene mulai mendidih, disuling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes taip detik, hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik.

- Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan

toluene, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada sebuah batang gelas atau kaca dan ttelah dibasahi dengan toluene penyulingan dilanjutkan 5 menit.

- Tabung penerima dibiarkan dingin hingga suhu kamar, jika pada tetesan air yang melekat pada dinding penerima digosok dengan sikat tabung yang telah dibasahi toluen hingga tetesan air turun setelah air dan toluen memisah sempurna volume air dibaca dan dihitung kadar air dalam %.


(24)

3.6. Persyaratan

Kadar air pada pil jamu tidak boleh lebih dari 10% penetapan dilakukan


(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Perhitungan: Kadar air (%)

=

Keterangan: V : Volume air pada skala (ml) B : berat sampel yang ditimbang (gr)

Diketahui: Berat sampel = 0,4961 gr

Berat kertas + berat sampel yang ditimbang = 10,4946 gr Berat sampel (W) = 10,4946 – 0,4961 = 10,0015 gr

Jawab: % Penatapan kadar air =

= 10,998 %

4.2 Pembahasan

Setelah dilakukan uji Destilasi Toluen dengan memakai sampel jamu

Tradisional GEMUK SEHAT untuk pria dan wanita dengan memakai pelarut toluen pekat dikocok dengan sedikit air, dan biarkan memisah, lapisan air dibuang, lalu masukan lebih kurang 200 ml toluen jenuh kedalam labu, hubungkan alat hati-hati.


(26)

selama 15 menit, setelah Toluen mulai mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik, biarkan tabung penerima mendingin hingga suhu kamar. Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima, gosok dengan karet yang diikat pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan toluen hingga tetesan air turun, lalu hitung kadar air dalam %.

Dengan memakai rumus sebagai berikut: Kadar air (%) = Keterangan: V = Volume air pada skala

B = Berat sample yang ditimbang. Maka diperoleh: V = 1,1 ml

B = 10,0015 gr

Berdasarkan persyaratan yang sesuai dengan Materia Medika Jilid VI tahun 1995 dan PerMenKes RI No. 661/MenKes/Sk/VII/1994 bahwa, kadar air kurang dari 10% maka, Jadi Tradisional GEMUK SEHAT untuk pria dan wanita tidak memenuhi persyaratan karena mengandung air lebih dari 10% yakni 10,998%.


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada pemeriksaan jamu tidak memenuhi persyaratan karena terdapat kadar air yang lebih dari 10% yakni 10,998%.

5.2 Saran

Diharapkan agar pada praktek kerja lapangan selanjutnya dilakukan pengujian

kembali terhadap Jamu Tradisional GEMUK SEHAT untuk pria dan wanita dan dilakukan penarikan apabila ternyata tetap tidak memenuhi persyaratan.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Cetakan ke 9.Yogjakarta: Penerbit gajah Mada Univercity-Press. Hal:

Dirjen POM, (1986) “ Pengujian Bahan Kimia Sintetik Dalam Obat Tradisional”, Jakarta.

Dirjen POM, (1994) “ Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB)”, Jakarta.

Dirjen POM, ( 2000) “ Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat” Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes RI, (1995) “Farmakope Indonesia, Edisi IV” Departemen Kesehatan, Jakarta.

Dirjen RI, (1989) “ Materia Medika Indanesia”, jilid V-VI 1989. Dirjen RI,(1995) “ Materia Medika Indonesia”, Jilid IV 1995. GBHN.Ketepatan MPR RI No.11/MPR/1988, Armas Duta Jaya, 1988.

Prapta Utama, (2003) “ Tanaman Obat Untuk Mengatasi Rematik dan Asam Urat”, Cetakan- 1, PT, AgroMedia Pustaka, Tangerang.

Winarno, F.G., (1992) “ Kimia Pangan dan Gizi”, Pt,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widyastuti, Yuli, (2004) “ Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersil”, Edisi Revisi, Surabaya


(1)

- Sejumlah jamu yang ditimbang seksama yang diperkirakan mengandung 2 s/d 4 ml air dimasukkan kedalam labu, jika jamu berupa rajangan atau pil dihaluskan terlebih dahulu.

- Untuk jamu yang menyebabkan gejala mendadak ditambahkan batu didih agak banyak.

- Sejumlah 200 ml toluene jenuh air dimasukan kedalam labu, alat dihubungkan. Toluene dituangkan kedalam tabung penerima melalui alat pendingin. Tabung penerima melalui alat pendingin labu dipanasakan hati-hati selama 15 menit, setelah toluene mulai mendidih, disuling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes taip detik, hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik.

- Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluene, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada sebuah batang gelas atau kaca dan ttelah dibasahi dengan toluene penyulingan dilanjutkan 5 menit.

- Tabung penerima dibiarkan dingin hingga suhu kamar, jika pada tetesan air yang melekat pada dinding penerima digosok dengan sikat tabung yang telah dibasahi toluen hingga tetesan air turun setelah air dan toluen memisah sempurna volume air dibaca dan dihitung kadar air dalam %.


(2)

3.6. Persyaratan

Kadar air pada pil jamu tidak boleh lebih dari 10% penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada FI Edisi ke-IV atau MMI Edisi ke-V-VI.


(3)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Perhitungan: Kadar air (%)

=

Keterangan: V : Volume air pada skala (ml) B : berat sampel yang ditimbang (gr)

Diketahui: Berat sampel = 0,4961 gr

Berat kertas + berat sampel yang ditimbang = 10,4946 gr Berat sampel (W) = 10,4946 – 0,4961 = 10,0015 gr

Jawab: % Penatapan kadar air =

= 10,998 %

4.2 Pembahasan

Setelah dilakukan uji Destilasi Toluen dengan memakai sampel jamu Tradisional GEMUK SEHAT untuk pria dan wanita dengan memakai pelarut toluen pekat dikocok dengan sedikit air, dan biarkan memisah, lapisan air dibuang, lalu masukan lebih kurang 200 ml toluen jenuh kedalam labu, hubungkan alat hati-hati.


(4)

kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik, biarkan tabung penerima mendingin hingga suhu kamar. Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima, gosok dengan karet yang diikat pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan toluen hingga tetesan air turun, lalu hitung kadar air dalam %.

Dengan memakai rumus sebagai berikut: Kadar air (%) = Keterangan: V = Volume air pada skala

B = Berat sample yang ditimbang. Maka diperoleh: V = 1,1 ml

B = 10,0015 gr

Berdasarkan persyaratan yang sesuai dengan Materia Medika Jilid VI tahun 1995 dan PerMenKes RI No. 661/MenKes/Sk/VII/1994 bahwa, kadar air kurang dari 10% maka, Jadi Tradisional GEMUK SEHAT untuk pria dan wanita tidak memenuhi persyaratan karena mengandung air lebih dari 10% yakni 10,998%.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada pemeriksaan jamu tidak memenuhi persyaratan karena terdapat kadar air yang lebih dari 10% yakni 10,998%.

5.2 Saran

Diharapkan agar pada praktek kerja lapangan selanjutnya dilakukan pengujian kembali terhadap Jamu Tradisional GEMUK SEHAT untuk pria dan wanita dan dilakukan penarikan apabila ternyata tetap tidak memenuhi persyaratan.


(6)

Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Cetakan ke 9.Yogjakarta: Penerbit gajah Mada Univercity-Press. Hal:

Dirjen POM, (1986) “ Pengujian Bahan Kimia Sintetik Dalam Obat Tradisional”, Jakarta.

Dirjen POM, (1994) “ Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB)”, Jakarta.

Dirjen POM, ( 2000) “ Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat” Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes RI, (1995) “Farmakope Indonesia, Edisi IV” Departemen Kesehatan, Jakarta.

Dirjen RI, (1989) “ Materia Medika Indanesia”, jilid V-VI 1989. Dirjen RI,(1995) “ Materia Medika Indonesia”, Jilid IV 1995. GBHN.Ketepatan MPR RI No.11/MPR/1988, Armas Duta Jaya, 1988.

Prapta Utama, (2003) “ Tanaman Obat Untuk Mengatasi Rematik dan Asam Urat”, Cetakan- 1, PT, AgroMedia Pustaka, Tangerang.

Winarno, F.G., (1992) “ Kimia Pangan dan Gizi”, Pt,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widyastuti, Yuli, (2004) “ Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersil”, Edisi Revisi, Surabaya