Penetapan Kadar Air Pada Sediaan Jamu Serbuk Secara Destilasi Azeotrop

(1)

PENETAPAN KADAR AIR PADA SEDIAAN JAMU SERBUK

SECARA DESTILASI AZEOTROP

TUGAS AKHIR

OLEH:

NANDA PUTRI MAULIDAR NIM 122410023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENETAPAN KADAR AIR PADA SEDIAAN JAMU SERBUK

SECARA DESTILASI AZEOTROP

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas FarmasiUniversitas Sumatera Utara

OLEH:

NANDA PUTRI MAULIDAR NIM 122410023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan yang diakhiri dengan penulisan tugas akhir dengan judul Penetapan Kadar Air pada Sediaan Jamu Serbuk secara Destilasi Azeotrop.

Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas akhir ini disusun berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.

Selama menyusun tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,M.Si., Apt., selaku WakilDekan I Fakultas Farmasi USU.

2. Bapak Prof. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

3. Ibu T. Ismanelly Hanum,S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir.

4. Bapak Drs. M. Alibata Harahap, Apt., M.Kes., selaku Kepala Balai Besar POM di Medan.


(5)

5. Ibu Lambok Oktavia SR, S.Si., M.Kes., Apt., selaku Manajer Mutu di Balai Besar POM di Medan, yang memberikan izin tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.

6. Ibu Lucy Rahmadesi, S.Farm., Apt., selaku Koordinator Pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL) beserta seluruh staf laboratorium Balai Besar POM di Medan.

7. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU. 8. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Diploma III

Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2012, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda, abang dan kedua adik penulis serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa restu, motivasi dan dorongan baik moril maupun materil sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan.Sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan tulisan ini.Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan berkah-Nya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.Amin.

Medan, Mei 2015 Penulis,

Nanda Putri Maulidar NIM 122410023


(6)

PENETAPAN KADAR AIR PADA SEDIAAN JAMU SERBUK SECARA DESTILASI AZEOTROP

ABSTRAK

Kualitas dan daya simpan jamu serbuk sangat dipengaruhi oleh jumlah kadar airnya. Penentuan kadar air dari jamu serbuk sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Bila jumlahkadar air melebihi persyaratan maksimum maka akan menyebabkan kerusakan pada jamu serbuk oleh fermentasi jamur dan adanya mikroba yang tumbuh mengakibatkan daya tahan jamu serbuk dalam penyimpanan menurun. Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral/ dalam atau untuk pemakaian luar.Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan jamu serbuk memenuhi persyaratan kadar air yang telah ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995.

Penetapan kadar air pada sediaan jamu serbuk dilakukandengan metode destilasi azeotrop,prinsipnya menguapkan air dengan pembawa cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air.

Diperoleh hasil kadar air sediaan jamu serbuk dari sampel jamu penenang pada pengujian ini sebesar 13,7%, jamu gatal-gatal sebesar 7,01% dan jamu jampi usus sebesar 9,25%. Sediaan jamu serbuk yaitu jamu penenang tidak memenuhi persyaratan kadar air sedangkan jamu gatal-gatal dan jampi usus memenuhi persyaratan kadar air yang ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995 yaitu tidak lebih dari 10%.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBARPENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Penetapan Kadar Air ... 3

2.2 Destilasi Azeotrop ... 4

2.3 Serbuk ... 6

2.3.1 Cara Pembuatan/ Meracik Serbuk ... 6

2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk ... 7

2.3.3 Syarat-syarat Serbuk ... 8

2.4Pulvis ... 9

2.5 Pulveres... 9


(8)

2.7 Jamu ... 11

2.7.1 Penenang ... 12

2.7.2 Gatal ... 14

2.7.3 Jampi Usus (Sakit Perut) ... 15

BAB III METODOLOGI ... 17

3.1 Tempat dan Waktu Pengujian ... 17

3.2 Alat ... 17

3.3Bahan ... 17

3.4 Sampel ... 17

3.5 Prosedur ... 17

3.5.1 Penjenuhan Toluen ... 17

3.5.2 Penetapan Kadar Air Sampel ... 18

3.6 Interpretasi Hasil ... 19

3.7 Persyaratan ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil ... 20

4.2 Pembahasan ... 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

5.1 Kesimpulan ... 22

5.2 Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Halus ... 10


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Keterangan Sampel ... 25

Lampiran 2.Data dan Perhitungan... 28

Lampiran 3.Gambar Alat ... 30


(11)

PENETAPAN KADAR AIR PADA SEDIAAN JAMU SERBUK SECARA DESTILASI AZEOTROP

ABSTRAK

Kualitas dan daya simpan jamu serbuk sangat dipengaruhi oleh jumlah kadar airnya. Penentuan kadar air dari jamu serbuk sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Bila jumlahkadar air melebihi persyaratan maksimum maka akan menyebabkan kerusakan pada jamu serbuk oleh fermentasi jamur dan adanya mikroba yang tumbuh mengakibatkan daya tahan jamu serbuk dalam penyimpanan menurun. Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral/ dalam atau untuk pemakaian luar.Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan jamu serbuk memenuhi persyaratan kadar air yang telah ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995.

Penetapan kadar air pada sediaan jamu serbuk dilakukandengan metode destilasi azeotrop,prinsipnya menguapkan air dengan pembawa cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air.

Diperoleh hasil kadar air sediaan jamu serbuk dari sampel jamu penenang pada pengujian ini sebesar 13,7%, jamu gatal-gatal sebesar 7,01% dan jamu jampi usus sebesar 9,25%. Sediaan jamu serbuk yaitu jamu penenang tidak memenuhi persyaratan kadar air sedangkan jamu gatal-gatal dan jampi usus memenuhi persyaratan kadar air yang ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995 yaitu tidak lebih dari 10%.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat tradisional adalah bahan atauramuan bahan yang berupa bahantumbuhan,bahanmineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.Pada umumnya obat tradisional diracik dari ramuan bahan tumbuh-tumbuhan, yang sering disebut dengan tanaman obat (Dirjen POM, 2000).

Kadar air obat tradisional adalah banyaknya air yang terdapat di dalam obat tradisional.Air tersebut berasal dari kandungan simplisia, penyerapan pada saat produksi atau penyerapan uap air dari udara pada saat berada dalam peredaran.Kadar air harus tetap memenuhi persyaratan, selama di industri maupun saat pendistribusian. Upaya menekan kadar air serendah mungkin perlu mendapat pertimbangan terutama bila kandungan obat tradisional tergolong minyak atsiri atau bahan lain yang mudah menguap (Yuliarti, 2009).

Kerusakan bahan pangan pada umumnya terdiri dari kerusakan kimiawi, enzimatik, mikrobiologik atau kombinasi antara ketiga macam kerusakan tersebut.Semua jenis kerusakan ini memerlukan air selama prosesnya, oleh sebab itu banyaknya air dalam bahan pangan ikut menentukan kecepatan terjadinya kerusakan.Pengurangan air dari bahan pangandapat dilakukan sampai keadaan dimana pertumbuhan mikroba dapat dikendalikan. Pada saat itu bahan pangan


(13)

akan lebih peka terhadap perubahan-perubahan kimiawi dan fisik.Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan kimiawi, enzimatikdan mikrobiologik pada suatu produk pangan sehingga tidak layak dikonsumsi. Oleh karena itu kandungan air dalam bahan pangan penting untuk diperhatikan dan diawasi (Purnomo, 1995).

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menguji kadar air pada sediaan jamu serbuk. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.Analisis penetapan kadar air padasediaan jamu serbuk dilakukan secara destilasi azeotrop karena dapat menghasilkan produk yang benar-benar murni serta dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih yang tinggi.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui apakah sediaan jamu serbuk memenuhi persyaratan kadar air yang telah ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995.

1.3 Manfaat

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apakah sediaan jamu serbuk memenuhi persyaratan Materia Medika Jilid VI tahun 1995 sehingga produk tersebut layak untuk dikonsumsi.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penetapan Kadar Air

Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetri yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan, dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000).

Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluen, xylol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Contoh (sampel) dimasukkan dalam tabung bola (flask), kemudian dipanaskan.Air dan pelarut menguap, diembunkan dan jatuh pada tabung aufhauser yang berskala.Air yang mempunyai berat jenis lebih besar ada dibagian bawah, sehingga jumlah air yang diuapkan dapat dilihat pada skala tabung aufhauser tersebut (Winarno, 1992).

Kadar air sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari suatu bahan pangan. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Kadar air dalam suatu bahan pangan sangat berpengaruh pada mutu produk pangan tersebut. Semakin banyak kadar air yang terkandung, umur simpannya semakin sebentar, karena kalau suatu bahan banyak mengandung


(15)

kadar air, maka sangat memungkinkan adanya mikroba yang tumbuh. Oleh karena itu kita harus mengetahui kandungan air dalam suatu bahan agar dapat memprediksikan umur simpannya (Christian, 1980).

2.2 Destilasi Azeotrop

Destilasi adalah proses pemisahan termal yang digunakan secara luas dibidang teknik untuk memisahkan campuran (larutan) dalam jumlah yang besar. Pemisahan terjadi oleh penguapan salah satu komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap. Persyaratannya adalah kemudahan menguap (volatilitas) dari komponen yang akan dipisahkan berbeda dari komponen satu dengan yang lainnya (Handoyo, 1995).

Penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu tahap. Proses ini dapat dilakukan secara tidak kontinue atau kontinue, pada tekanan normal atau vakum. Pada destilasi sederhana, yang paling sering dilakukan adalah operasi tidak kontinue. Dalam hal ini campuran yang akan dipisahkan dimasukkan dalam penguap (umumnya alat penguap labu) dan dididihkan (Handoyo, 1995).

Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air dengan pembawa cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain adalah toluena, xylena, benzena, tetrakhlorethilen dan xylol. Cara destilasi ini baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang kandungan airnya kecil, yang sulit


(16)

ditentukan dengan cara termogravimetri. Penentuan kadar air dengan cara ini hanya memerlukan waktu ±1 jam (Sudarmadji, 1989).

Pemisahan dari campuran asal dapat dibantu dengan menambahkan pelarut yang membentuk azeotrop dengan salah satu komponen kunci. Proses ini disebut destilasi azeotropik (azeotropic distillation). Azeotrop itu membentuk destilat dan hasil bawah dari kolom, yang lalu dipisahkan menjadi pelarut dan komponen kunci.Biasanya bahan yang ditambahkan membentuk azeotrop bertitik didih rendah dan keluar sebagai hasil atas, dan bahan pembuat azeotrop itu dinamakan “pembawa ikut” (“entrainer”) (McCabe dkk, 1993).

Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang konstan.Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil destilasi menjadi tidak maksimal.Komposisi dari azeotrop tetap konstan dalam pemberian atau penambahan berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanla konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling mempengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.Azeotrop dapat didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya penambaha dan pelarut akan ditangkap oleh dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi (Lando, 1974).


(17)

2.3 Serbuk

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral/ dalam atau untuk pemakaian luar.Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padatan lainnya (seperti kapsul, tablet, pil). Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk (Syamsuni, 2006).

Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum.Serbuk oral dapat diberikan dalam bentuk terbagi (pulveres/ divided powder/ chartulae) atau tak terbagi (pulvis/ bulk powder).Serbuk oral tak terbagi terbatas pada obat yang relatif tidak poten seperti laksansia, antasida, makanan diet dan beberapa jenis analgetik tertentu, dan pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lainnya.Serbuk tak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur yang keduanya digunakan untuk pemakaian luar.Umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh lingkungan, serbuk ini dapat dilapisi dengan kertas selofan atau sampul polietilena (Syamsuni, 2006).

2.3.1 Cara Pembuatan/ Meracik Serbuk

Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak No. 60, dan dicampur lagi.


(18)

2. Jika obat bobotnya kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat ditimbang harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.

3. Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati, serbuk digerus lebih dahulu sampai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk, setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 500. 4. Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair, pelarutnya

diuapkan hingga hampir kering, dan diserbukkan dengan zat tambahan yang cocok.

5. Obat bermassa lembek, misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam pelarut yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan zat tambahan yang cocok.

6. Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap, dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok (Depkes RI, 1979).

2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk

Keuntungan bentuk serbuk, antara lain:

a. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang dipadatkan.

b. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.

c. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak ditemukan dalam sediaan serbuk.


(19)

d. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk.

e. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat dalam bentuk serbuk.

f. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan penderita.

Kerugiaan bentuk serbuk, antara lain:

a. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit, sepet, lengket di lidah, amis, dan lain-lain).

b. Pada penyimpanan kadang terjadi lembap atau basah (Syamsuni, 2006).

2.3.3 Syarat-syarat Serbuk

Secara umum syarat serbuk adalah kering, halus, homogen, dan memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk terbagi/ pulveres yang mengandung obat keras, narkotik dan psikotropik.

Uji keseragaman bobot untuk serbuk terbagi (pulveres): 1. Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu.

2. Campur isi ke-20 bungkus tadi dan timbang sekaligus. 3. Hitung rata-ratanya.

Syarat: penyimpangan yang diperbolehkan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata-rata, tidak lebih dari 15% untuk 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% untuk 18 bungkus (Syamsuni, 2006).


(20)

2.4 Pulvis

Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain yaitu pulvis adspersorius (serbuk tabur/ bedak) adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit. Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Syarat-syarat pulvis

adspersoriusyaitu:

a. Harus halus tidak boleh ada butiran-butiran kasar (harus melewati ayakan 100 mesh).

b. Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri

Clostridium tetani, C. welchii dan Bacillus anthracis serta disterilkan dengan cara kering.

c. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka (Syamsuni, 2006).

2.5 Pulveres

Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok (Syamsuni, 2006).

Pulveres (serbuk terbagi-bagi untuk obat dalam) merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan kertas perkamen atau bahan yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau asiri harus dibungkus dengan kertas


(21)

perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi dengan aluminium foil (Jas, 2007).

2.6 Pengayak dan Derajat Kehalusan Serbuk

Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan penampang melintang yang sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor (5, 8, 10, 22, 25, 30, 36, 44, 60, 85, 100, 120, 150, 170, 200, 300) yang menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat (Syamsuni, 2006).

Pengayak dan derajat halus serbuk dalam farmakope dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti yang tertera pada Tabel 2.1 pada halaman berikut.

Tabel 2.1 Klasifikasi serbuk berdasarkan derajat halus

Klasifikasi serbuk

Simplisia nabati dan hewani Bahan kimia Nomor

nominal serbuk

1)

Batas derajat halus 2)

Nomor nominal

serbuk

1)

Batas derajat halus 2) % Nomor

pengayak

% Nomor pengayak Sangat kasar 8 20 60

Kasar 20 40 60 20 60 40

Setengah kasar 40 40 80 40 60 60

Halus 60 40 100 80 60 120

Sangat halus 80 100 80 120 100 120 Keterangan:

1) Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu. 2) Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah


(22)

Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk pengukuran derajat halus serbuk untuk sebagian besar keperluan farmasi, walaupun penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel yang bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk pengukuran partikel dengan ukuran nominal kurang dari 100 µm, alat lain selain pengayak mungkin lebih berguna (Syamsuni, 2006).

Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor.Jika derajat halus serbuk dinyatakan satu nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut.Jika dinyatakan dengan dua nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi. Sebagai contoh serbuk 22/60, dimaksud bahwa serbuk dapat melalui pengayak nomor 22 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor 60 (Anief, 2000).

Yang dimaksud dengan serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8), serbuk kasar adalah serbuk (10/40), serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60), serbuk agak halus adalah serbuk (44/85), serbuk halus adalah serbuk (85), serbuk sangat halus adalah serbuk (120), dan serbuk sangat halus adalah serbuk (200/300) (Anief, 2000).

2.7 Jamu

Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah dikonsumsi berabad-abad oleh masyarakat Indonesia untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakit.Selama ini jamu dikembangkan berdasarkan efeknya secara


(23)

empiris dan berdasarkan pengalaman masyarakat yang diturunkan secara turun menurun.Mutu jamu ditentukan oleh sederetan persyaratan pokok, yaitu:

1. Komposisi yang benar.

2. Tidak mengalami perubahan fisika kimia. 3. Tidak tercemar bahan asing(Mursito, 2001).

Obat tradisional atau jamu berasal dari alam dan khasiatnya belum terbukti secara ilmiah.Selama ini penggunaannya hanya didasarkan pada data empirik semata, yaitu data pengalaman dari seseorang yang telah mengalami penyembuhan setelah minum jamu. Sekalipun banyak orang meyakini akan khasiat jamu, tetapi kalangan dokter maupun tenaga kesehatan modern lainnya tidak bisa menganggapnya sebagai “obat” (dalam tanda petik, maksudnya yaitu yang secara ilmiah betul-betul mampu menyembuhkan sesuatu penyakit serta dapat dipertanggungjawabkan khasiatnya). Oleh karenanya, jamu ini oleh para tenaga kesehatan modern dikategorikan sebagai kelompok sarana pengobatan alternatif (Gunawan, 1999).

Menurut Depkes RI obat tradisional/ jamu adalah obat jadi atau obat terbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum ada data klinisnya dan penggunaannya untuk kesehatan berdasarkan pengalaman (Gunawan, 1999).

2.7.1 Penenang

Obat penenang berkhasiat untuk menenangkan penderita pada keadaan pikiran gelisah atau kacau, menghilangkan perasaan takut dan sering kali pula


(24)

digunakan untuk penderita penyakit jiwa.Obat ini sangat berguna untuk memulihkan keseimbangan rohani (Widjajanti, 1988).

Obat penenang dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:

1. Neuroleptika (berasal dari bahasa Yunani: neuron = saraf; lepsis = menekan), jadi obat yang berfungsi menekan susunan saraf. Obat ini disamping mempunyai kegiatan sedatif umum dan efek terhadap gangguan jiwa, juga dapat menimbulkan gejala-gejala saraf tertentu, misalnya kecemasan, kegelisahan dan halusinasi (impian khayal).

2. Tranquillizers (berasal dari bahasa Inggris: tranquil = tenang), obat-obat yang fungsinya menenangkan misalnya pada ketegangan batin dan kegelisahan. Yang termasuk dalam golongan tranquillizersadalah turunan-turunan dari propandiol (misalnya meprobamat), khlordiazepoksid dan sebagainya. Pada mulanya obat-obat ini dianggap tidak berbahaya, sehingga di Amerika Serikat dijual secara bebas tanpa resep dokter. Tetapi ternyata agak toksis walaupun jarang menimbulkan ketagihan dan kebiasaan. Pada penggunaaan yang lama dapat mengakibatkan pikiran menjadi lemah dan daya ingat berkurang (Widjajanti, 1988).

Hipnotik-sedatif dibagi dalam 3 bagian besar: 1. Golongan Benzodiazepin

Preparat yang termasuk golongan ini antara lain diazepam, khlordiazepoksid, estazolam, flunitrazepam, flurazepam, lorazepam, medazepam, nitrazepam, klorazepam, oksazolam, prazepam dll.


(25)

Preparat yang termasuk golongan ini antara lainfenobarbital, sekobarbital, pentobarbital, tiopental, probarbital dll.

3. Golongan lain-lain

Preparat yang termasuk golongan ini antara lain meprobamat, khlormezanon, kloralhidrat dan lain-lain (Jamal, 1988).

2.7.2 Gatal

Gatal-gatal atau urticaria adalah suatu gangguan kulit yang umum sekali dan biasanya akan sembuh dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Keluhan ini tidak bisa diatasi dengan hanya menggaruk-garuk dan merupakan suatu gangguan yang sangat menjengkelkan bagi si penderita.

Mengenali dan mengobati penyakit gatal-gatal tidak begitu mudah karena dari 70-80% kasus, penyebabnya tidak dapat dideteksi dengan jelas. Bila sudah diketahui, baru dapat dilakukan pengobatan, antara lain dengan cara disensibilisasi, alergi. Tetapi biasanya pengobatan hanya diarahkan terhadap penanggulangan gejala gatal tanpa menghilangkan penyebabnya.Umumnya digunakan obat-obat anti gatal.Keluhan gatal-gatal pada lansia dapat ditanggulangi dengan mengolesi kulit setiap hari dengan suatu krem hidratasi guna menghindari pengeringan kulit lebih lanjut.Perlu pula diketahui bahwa obat terhadap gatal-gatal seringkali bekerja karena sugesti.Karena itu obat yang disebut plasebo sering kali berhasil dengan sukses (Tan dan Kirana, 2010).

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gatal-gatal, yakni: 1. Gigitan atau sengatan serangga.


(26)

2. Penyakit-penyakit tertentu, misalnya eksim dan peradangan kulit lainnya, diabetes, kanker dan penyakit hati. Wanita hamil seringkali mengalami gatal-gatal diseluruh tubuh. Juga infeksi dengan jamur seringkali diiringi dengan gatal, misalnya panu dan kutu air.

3. Faktor-faktor fisik: tergoresnya kulit, tekanan setempat (ikat pinggang, pakaian yang terlampau ketat), hawa dingin atau terlampau panas.

4. Faktor-faktor psikis, misalnya kekhawatiran atau teringat akan gatal-gatal justru menimbulkan gejala ini.

5. Para lansia, sering kali menderita gatal di seluruh tubuh, mungkin karena pada proses penuaan kulit tidak bisa lagi menahan lembap sehingga mengering (Tan dan Kirana, 2010).

Dikenal banyak sekali penyebab yang dapat menimbulkan gatal-gatal pada sebagian atau seluruh tubuh.Penyebab utama adalah alergi, yaitu kepekaan berlebih (hipersensitif) terhadap suatu zat (Tan dan Kirana, 2010).

2.7.3 Jampi Usus (Sakit Perut)

Usus halus adalah tempat utama penyerapan makanan. Proses ini telah diatur oleh gerakan usus yang normal (peristaltik). Oleh satu dan lain sebab gerakan usus ini bisa menjadi cepat, misalnya oleh rangsangan kepada usus yang berlebihan karena keradangan, bahan-bahan yang merusak. Gejalanya terlihat dalam bentuk sakit perut seperti diare (Anwar, 2000).

Sekitar 85%-90% sakit perut bersifat fungsional alias disebabkan faktor psikis semata.Sakit perut bisa karena adanya kelainan organik atau didasari oleh penyakit tertentu.Sakit perut jenis ini ada dua macam yaitu yang disebabkan


(27)

kelainan di saluran pencernaan, seperti peradangan saluran pencernaan, intoleransi laktosa (gangguan penyerapan laktosa karena kekurangan enzim laktosa), cacingan, penyempitan saluran pencernaan, dan radang usus buntu serta yang disebabkan dari luar saluran pencernaan (seperti infeksi saluran kemih dan radang paru-paru bagian bawah) (Febry dan Zulfito, 2010).

Pengobatan sakit perut ini disesuaikan dengan penyebabnya. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan pemeriksaan laboratorium (periksa darah, urin, dan tinja) untuk menegakkan diagnosis. Bila perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi rongga perut atau foto rontgen saluran pencernaan (Febry dan Zulfito, 2010).


(28)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Pengujian

Pengujian penetapan kadar air pada sediaan jamu serbuk dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan yang berada di Jalan Williem Iskandar, Pasar V Barat I No. 2 Medan pada tanggal 25 Februari 2015.

3.2 Alat

Alat yang digunakan adalah beaker glass, corong pisah, erlenmeyer, gelas ukur, labu alas bulat, lemari pengering, peralatan destilasi azeotrop, spatula, timbangan digital.

3.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah toluen dan akuades.

3.4 Sampel

Sampel yang digunakan adalah sediaan jamu serbuk, yaitu jamu penenang, jamu gatal-gatal dan jamu jampi usus yang berasal dari pabrik PT. Njonja Meneer-Semarang.

3.5 Prosedur

3.5.1 Penjenuhan Toluen

Dicampur toluen dan air dengan perbandingan yang sama (1:1) lalu digojok kuat dalam corong pisah, biarkan memisah. Diambil lapisan toluen.


(29)

3.5.2 Penetapan Kadar Air Sampel

Prosedur yang digunakan adalah sesuai dengan yang diterapkan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan dengan acuan metode berdasarkan Materia Medika Jilid VI tahun 1995.

1. Kedalam labu yang kering masukkan bahan sejumlah ±10 gr.

2. Masukkan lebih kurang 200 ml toluen ke dalam labu, pasang rangkaian alat.

3. Tuang toluen ke dalam tabung penerima melalui alat pendingin sampai leher alat penampung.

4. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.

5. Lanjutkan proses destilasi ±2 jam hingga semua air tersuling. 6. Biarkan tabung penerima mendingin hingga suhu kamar.

7. Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin dan tabung penerima, gosok dengan karet yang diikat pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan toluen jenuh air hingga tetesan air turun.

8. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca volume air. 9. Hitung kadar air dalam %.

3.6 Interpretasi Hasil

Kadar air dalam sampel dapat dihitung dengan rumus:

Kadar air = �

�x 100%

Keterangan:

V = Volume air yang dibaca pada tabung penerima G = Berat cuplikan yang ditimbang


(30)

3.7 Persyaratan

Persyaratan kadar air maksimal pada sediaan jamu serbuk yang digunakan pada pengujian ini berdasarkan Materia Medika Jilid VI tahun 1995 yaitu tidak lebih dari10%.


(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pengujian yang dilakukan yaitu penetapan kadar air pada sediaan jamu serbuk secara destilasi azeotrop, diperoleh hasil yaitu:

Sampel Volume Destilat (ml)

Hasil (%) Jamu penenang 1,6 ml 13,7% Jamu gatal-gatal 0,7 ml 7,01% Jamu jampi usus 1 ml 9,25%

Data dan perhitungan hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 2.

4.2 Pembahasan

Syarat kadar air menurut Materia Medika Jilid VI tahun 1995 adalah kadar air tidak lebih dari 10%. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu jamu penenang tidak memenuhi persyaratan, karena kadar air yang diperoleh lebih dari 10% sedangkan jamu gatal-gatal dan jamu jampi usus memenuhi persyaratan, karena kadar air yang diperoleh tidak lebih dari 10%.

Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air tidak lebih dari 10% (Depkes RI, 1979).


(32)

Semakin tinggi kadar air, maka akan semakin cepat terjadi kerusakan. Oleh karena itu, kadar air yang tidak memenuhi persyaratan akan menjadi media untuk pertumbuhan mikroba serta akan memperpendek daya simpannya (Purnomo, 1995).

Kandungan air yang berlebihan pada bahan/ sediaan obat tradisional akan mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu batas kandungan air pada suatu simplisia sebaiknya dicantumkan dalam suatu uraian yang menyangkut persyaratan dari suatu simplisia (Depkes RI, 1979).


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar air yang diperoleh pada sediaan jamu serbuk secara destilasi azeotrop yaitu jamu penenang adalah 13,7%, jamu gatal-gatal adalah 7,01% dan jamu jampi usus adalah 9,25%, maka dapat disimpulkan bahwa sediaan jamu serbuk yaitu jamu penenang tidak memenuhi persyaratan kadar air sedangkan jamu gatal-gatal dan jamu jampi usus memenuhi persyaratan kadar air yang ditetapkan pada Materia Medika Jilid VI tahun 1995 yaitu tidak lebih dari 10%.

5.2 Saran

Sebaiknya dapat digunakan metode yang lain untuk menentukan kadar air, misalnya dengan metode termogravimetri dan metode pengeringan (dengan oven biasa).


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (2000).Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 33.

Anwar, J. (2000). Farmakologi dan Terapi: Obat-obat Saluran Cerna. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Hal. 50.

Christian. (1980). Microbial Ecology of Foods. New York: Academic Press. Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga.Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Hal. 23.

Dirjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Febry, A. B., dan Zulfito, M. (2010). Smart Parents: Pandai Mengatur Menu dan Tanggap Saat Anak Sakit. Jakarta: Gagas Media. Hal. 56.

Gunawan, D. (1999). Ramuan Tradisional untuk Keharmonisan Suami Istri. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 11.

Handoyo, L. (1995). Teknik Kimia 2. Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita.

Jamal, A. A. (1988).Dari Hati Sampai ke Mata. Padang: Penerbit Pusat Penelitian Universitas Andalas. Hal. 50.

Jas, A. (2007). Perihal Obat dengan Berbagai Jenis dan Bentuk Sediaannya. Medan: USU Press. Hal. 38.

Lando, J. B. (1974). Fundamentals of Physical Chemistry. New York: Macmillan Publising.

McCabe, W. L., Smith, J. C., dan Harriott, P. (1993).Operasi Teknik Kimia Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 127.

Mursito, B. (2001). Sehat Diusia Lanjut dengan Ramuan Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya.

Purnomo, H. (1995). Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan.Jakarta: UI Press.


(35)

Sudarmadji, S. (1989).Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Syamsuni, H. A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 39-43 dan 51.

Tan, H. T., dan Kirana R. (2010). Obat-obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-hari. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal.31-32.

Widjajanti, V. N. (1988). Obat-obatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 43. Winarno, F. G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Yuliarti, N. (2009). Sehat, Cantik, Bugar dengan Herbal dan Obat Tradisional. Jakarta: Penerbit Andi. Hal. 154.


(36)

Lampiran 1.Keterangan Sampel

Penetapan Kadar Air pada Sediaan Jamu Serbuk Secara Destilasi Azeotrop a. Nama Sampel : Jamu Penenang

Nomor Kode Contoh : 18

Pabrik : PT. Njonja Meneer-Semarang Waktu Daluarsa : Juni 2016

Nomor Registrasi : POM TR. 092203411 Nomor Bets : 0471L14

Komposisi : Burmanni Cortex, Myristicae Semen, Caricae Folium, Centellae Herba, Coriandri Fructus, Isorae Fructus.

Khasiat : Untuk pria dan wanita membantu menenangkan. Cara Pemakaian : Sebungkus jamu diseduh dengan air panas (matang) setengah gelas (100 cc), diberi sedikit air jeruk nipis dan madu atau gula. Diminum bersama ampasnya, tiap pagi dan sore.

Wadah/Kemasan : Sachet/7 gram/bk Pemerian : Bentuk = Serbuk

Rasa = -

Warna = Coklat Bau = Aromatik


(37)

b. Nama Sampel : Jamu Gatal-gatal Nomor Kode Contoh : -

Pabrik : PT. Njonja Meneer-Semarang Waktu Daluarsa : November 2015

Nomor Registrasi : POM TR. 092206601 Nomor Bets : OD1E14

Komposisi : Caricae Folium, Andrographidis Herba, Piperis betle Foliium, Zingiberis aeruginosae Rhizoma, Languatis Rhizoma, Curcumae domesticae Rhizoma, Zingiberis aromaticae Rhizoma.

Khasiat : Membantu mengurangi gatal-gatal, bisul, kudis, dan eksim.

Cara Pemakaian : 1-2 kali setiap hari sampai sembuh, sekali minum sebungkus jamu diseduh dengan air panas (matang) setengah gelas (100 cc) beri sedikit air jeruk nipis dan madu atau gula, diminum bersama ampasnya.

Perhatian : Jangan makan makanan yang mengandung lemak, gorengan, manis, ikan laut, dan garam.

Wadah/Kemasan : Sachet/7 gram/bk Pemerian : Bentuk = Serbuk

Rasa = -

Warna = Coklat Bau = Aromatik


(38)

c. Nama Sampel : Jamu Jampi Usus Nomor Kode Contoh : 19

Pabrik : PT. Njonja Meneer-Semarang Waktu Daluarsa : -

Nomor Registrasi : Depkes RI No. TR. 781217841 Nomor Bets : -

Komposisi : Cinnamomi Fructus, Isorae Fructus, Panduratae Rhizoma, Foeniculi Fructus, Zingiberis aromaticae Rhizoma, Curcumae Rhizoma.

Khasiat : Membantu meredakan sakit perut, perut kembung, dan membantu memperbaiki nafsu makan.

Cara Pemakaian : Sebungkus jamu diseduh dengan air panas (matang) setengah gelas (100 cc), diberi sedikit air jeruk nipis dan madu atau gula. Diminum hangat-hangat bersama ampasnya.Minum 2-3 kali setiap hari.

Wadah/Kemasan : Sachet/7 gram/bk Pemerian : Bentuk = Serbuk

Rasa = -

Warna = Coklat Bau = Aromatik


(39)

Lampiran 2.Data dan Perhitungan

Data penimbangan sampel dan volume destilat yang diperoleh: a. Jamu Penenang

Bobot wadah + sampel = 14,1262 gr Bobot wadah + sisa = 0,3879 gr Volume destilat = 1,6 ml

b. Jamu Gatal-gatal

Bobot wadah + sampel = 10,3039 gr Bobot wadah + sisa = 0,3232 gr Volume destilat = 0,7 ml

c. Jamu Jampi Usus

Bobot wadah + sampel = 11,1516 gr Bobot wadah + sisa = 0,3963 gr Volume destilat = 1 ml

Rumus:

Kadar air = �

�x 100%

Keterangan:

V = Volume air yang dibaca pada tabung penerima G = Berat cuplikan yang ditimbang


(40)

Perhitungan:

a. Jamu Penenang

�x 100% = 1,6

11,6909x 100% = 13,7%

b. Jamu Gatal-gatal

�x 100% = 0,7

9,9801x 100% = 7,01%

c. Jamu Jampi Usus

�x 100% = 1


(41)

Lampiran 3. Gambar Alat

Gambar Seperangkat Alat Destilasi


(42)

Lampiran 4. Gambar Sampel

Sampel Jamu Penenang


(1)

b. Nama Sampel : Jamu Gatal-gatal Nomor Kode Contoh : -

Pabrik : PT. Njonja Meneer-Semarang Waktu Daluarsa : November 2015

Nomor Registrasi : POM TR. 092206601 Nomor Bets : OD1E14

Komposisi : Caricae Folium, Andrographidis Herba, Piperis betle Foliium, Zingiberis aeruginosae Rhizoma, Languatis Rhizoma, Curcumae domesticae Rhizoma, Zingiberis aromaticae Rhizoma.

Khasiat : Membantu mengurangi gatal-gatal, bisul, kudis, dan eksim.

Cara Pemakaian : 1-2 kali setiap hari sampai sembuh, sekali minum sebungkus jamu diseduh dengan air panas (matang) setengah gelas (100 cc) beri sedikit air jeruk nipis dan madu atau gula, diminum bersama ampasnya.

Perhatian : Jangan makan makanan yang mengandung lemak, gorengan, manis, ikan laut, dan garam.

Wadah/Kemasan : Sachet/7 gram/bk Pemerian : Bentuk = Serbuk

Rasa = -

Warna = Coklat Bau = Aromatik


(2)

c. Nama Sampel : Jamu Jampi Usus Nomor Kode Contoh : 19

Pabrik : PT. Njonja Meneer-Semarang Waktu Daluarsa : -

Nomor Registrasi : Depkes RI No. TR. 781217841 Nomor Bets : -

Komposisi : Cinnamomi Fructus, Isorae Fructus, Panduratae Rhizoma, Foeniculi Fructus, Zingiberis aromaticae Rhizoma, Curcumae Rhizoma.

Khasiat : Membantu meredakan sakit perut, perut kembung, dan membantu memperbaiki nafsu makan.

Cara Pemakaian : Sebungkus jamu diseduh dengan air panas (matang) setengah gelas (100 cc), diberi sedikit air jeruk nipis dan madu atau gula. Diminum hangat-hangat bersama ampasnya.Minum 2-3 kali setiap hari.

Wadah/Kemasan : Sachet/7 gram/bk Pemerian : Bentuk = Serbuk

Rasa = -

Warna = Coklat Bau = Aromatik


(3)

Lampiran 2.Data dan Perhitungan

Data penimbangan sampel dan volume destilat yang diperoleh: a. Jamu Penenang

Bobot wadah + sampel = 14,1262 gr Bobot wadah + sisa = 0,3879 gr Volume destilat = 1,6 ml b. Jamu Gatal-gatal

Bobot wadah + sampel = 10,3039 gr Bobot wadah + sisa = 0,3232 gr Volume destilat = 0,7 ml c. Jamu Jampi Usus

Bobot wadah + sampel = 11,1516 gr Bobot wadah + sisa = 0,3963 gr Volume destilat = 1 ml

Rumus:

Kadar air = �

�x 100% Keterangan:

V = Volume air yang dibaca pada tabung penerima G = Berat cuplikan yang ditimbang


(4)

Perhitungan:

a. Jamu Penenang �

�x 100% = 1,6

11,6909x 100% = 13,7% b. Jamu Gatal-gatal

�x 100% = 0,7

9,9801x 100% = 7,01% c. Jamu Jampi Usus

�x 100% = 1


(5)

Lampiran 3. Gambar Alat

Gambar Seperangkat Alat Destilasi


(6)

Lampiran 4. Gambar Sampel

Sampel Jamu Penenang