Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

pensiunan dari pekerjaan sebelumnya. Lebih dari setengah responden yaitu 105 orang atau sekitar 51,5 dari total responden mengunjungi dokter 2-5 kali dalam setahun. Tabel 4.1.3.2 Deskripsi Dokter No. Kategori Dokter 1. Dokter N Dokter lulusan FKIK UINSH 7 58,33 Dokter bukan lulusan FKIK UINSH 5 41,67 2. Usia N 25-30 tahun 11 91,67 31-40 tahun 1 8,33 3. Lama Berpraktek N 1 tahun 2 16,67 2 tahun 5 41,67 3 tahun 1 8,33 4 tahun 2 16,67 5 tahun 1 8,33 15 tahun 1 8,33 Keseluruhan dokter yang dinilai dalam penelitian ini adalah dokter umum yang berpraktek di Klinik Makmur Jaya, Ciputat. Sebanyak 11 atau 91,67 dari total dokter yang dinilai dalam penelitian ini berusia antara 25-30 tahun, hanya 1 dokter atau 8,33 dari total dokter dalam penelitian ini yang berusia antara 41-50 tahun. Sejumlah 5 dari 12 atau 41,6 dari total dokter telah berpraktek selama 2 tahun, kebanyakan dokter adalah dokter yang belum lama lulus dari pendidikan kedokterannya karena waktu praktek dokter masih dibawah 5 tahun, hanya ada 1 dokter yang telah berpraktek lebih dari 10 tahun, tepatnya 15 tahun. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Analisis univariat menggambarkan distribusi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan frekuensi responden mengunjungi dokter. Analisis univariat juga menggambarkan distribusi usia dan lama berpraktek dokter. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan atau hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Tabel 4.1.3.3 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menunjukkan Pemahaman Atas Perasaan Pasien Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 95 93,1 7 6,9 Bukan FKIK UINSH Jakarta 87 85,3 15 14,7 0,071 Total 182 89,2 22 10,8 Chi square Tabel 4.1.3.3 menunjukkan bahwa sebanyak 93,1 responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH berpendapat bahwa dokter menunjukkan pemahaman atas perasaannya sebagai pasien, lebih banyak daripada responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yang sejumlah 85,3 dari total respondennya merasakan hal yang sama. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.071, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menunjukkan pemaham atas perasaan pasien. Tabel 4.1.3.4 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menenangkan Pasien Saat Mengeluhkan Sakit Yang Dirasakan Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 88 86,3 14 13,7 Bukan FKIK UINSH Jakarta 72 70,6 30 29,4 0,006 Total 160 78,4 44 21,6 Chi square Pada tabel 4.1.3.4 terlihat bahwa baik responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH 86,3 maupun responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH 70,6 mengatakan dokter menenangkannya saat responden mengeluhkan sakit yang dirasakan. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi pasien karena setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square diperoleh nilai significancy adalah 0.006, karena nilai p0.05 maka, dinyatakan bahwa terdapat berbeda bermakna antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menenangkan pasien saat pasien mengeluhkan sakit yang dirasakan. Tabel 4.1.3.5 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Dengan Bahasa Yang Sederhana Tentang Penyakit Pasien Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 101 99,0 1 1,0 Bukan FKIK UINSH Jakarta 100 98,0 2 2,0 1,000 Total 201 98,5 3 1,5 Fisher exact test Tabel 4.1.3.5 menunjukkan hampir seluruh responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH 99,0 maupun bukan lulusan FKIK UINSH 98,0 merasa dokter menjelaskan penyakit responden dengan bahasa yang sederhana. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi pasien karena setelah dilakukan analisis dengan uji Fisher exact test diperoleh nilai significancy adalah 1.000, karena nilai p0.05 maka, dinyatakan bahwa tidak terdapat berbeda bermakna antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap kemampuan dokter menjelaskan penyakit pasien dengan bahasa yang sederhana. Tabel 4.1.3.6 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Meyakinkan Pasien Bahwa Pasien Akan Baik-baik Saja Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 76 74,5 26 25,5 Bukan FKIK UINSH Jakarta 63 61,8 39 38,2 0,051 Total 139 68,1 65 31,9 Chi square Tabel 4.1.3.6 menunjukkan bahwa 74,5 responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH mengatakan telah diyakinkan oleh dokter bahwa responden akan baik-baik saja. Sementara itu, ada 38,2 responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yang tidak diyakinkan oleh dokter bahwa responden akan baik-baik saja terkait penyakitnya. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.051, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam meyakinkan bahwa pasien akan baik-baik saja. Tabel 4.1.3.7 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Pengobatan Yang Harus Pasien Lakukan Dengan Gamblang Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 87 85,3 15 14,7 Bukan FKIK UINSH Jakarta 67 65,7 35 34,3 0,001 Total 154 75,5 50 24,5 Chi square Tabel 4.1.3.7 menjelaskan bahwa sebanyak 85,3 responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH berpendapat bahwa dokter menjelaskan pengobatan yang harus dilakukan dengan gamblang, lebih banyak dari responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH dimana 65,7 dari total responden berpendapat demikian. Namun terdapat 14,7 dan 34,3 masing-masing responden untuk pasien dokter lulusan FKIK UINSH dan bukan lulusan FKIK UINSH yang mengatakan bahwa dokter tidak menjelaskan pengobatan yang harus dilakukan dengan gamblang. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.001, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menjelaskan pengobatan yang harus dilakukan pasien dengan gamblang. Penelitian yang dilakukan Suryawati 19 menunjukkan hasil bahwa penjelasan dokter terhadap pengobatan yang akan dilakukan pasien merupakan salah satu indikator kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter. Tabel 4.1.3.8 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Keterbukaan Dokter Dalam Menerima Pendapat Pasien Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 102 100 Bukan FKIK UINSH Jakarta 95 93,1 7 6,9 0,014 Total 197 96,6 7 3,4 Fisher exact test Tabel 4.1.3.8 menunjukkan bahwa keseluruhan 100 responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH berpendapat bahwa dokter cukup terbuka menerima pendapat pasien, sementara ada 6,9 responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH berpendapat bahwa dokter tidak cukup terbuka menerima pendapat pasiennya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi pasien karena setelah dilakukan analisis dengan uji Fisher exact test diperoleh nilai significancy adalah 0.014, karena nilai p0.05 maka, dinyatakan bahwa terdapat berbeda bermakna persepsi pasien terhadap keterbukaan dokter dalam menerima pendapat pasien antara dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH. Tabel 4.1.3.9 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Memberi Kesempatan Bagi Pasien Untuk Bertanya Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 94 92,2 8 7,8 Bukan FKIK UINSH Jakarta 95 93,1 7 6,9 0,789 Total 189 92,6 15 7,4 Chi square Pada tabel 4.1.3.9 didapati 93,1 responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH mengatakan dokter memberi kesempatan baginya untuk bertanya, jumlah tersebut lebih banyak daripada responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH yang berpendapat demikian yaitu 92,2. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.789, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam memberi kesempatan pasien untuk bertanya. Tabel 4.1.3.10 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Mengapresiasi Tindakan dan Jenis Pengobatan Yang Pernah Pasien Lakukan Sebelumnya Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 42 41,2 60 58,8 Bukan FKIK UINSH Jakarta 43 42,2 59 57,8 0,887 Total 85 41,7 119 58,3 Chi square Pada tabel 4.1.3.10 terlihat bahwa lebih banyak responden yang berpendapat dokter tidak mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah pasien lakukan sebelumnya, dengan angka 58,8 dari total responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH dan 57,8 dari total responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.887, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah pasien lakukan sebelumnya. Tabel 4.1.3.11 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Terlihat Tenang Selama Pemeriksaan dan Menenangkan Pasien Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 98 96,1 4 3,9 Bukan FKIK UINSH Jakarta 96 94,1 6 5,9 0,517 Total 194 95,1 10 4,9 Chi square Pada tabel 4.1.3.11 terlihat 96,1 responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH mengatakan selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal tersebut menenangkannya, angka tersebut lebih besar dari responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yaitu sejumlah 94,1 yang mengatakan demikian. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.517, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter terlihat tenang selama pemeriksaan dan hal itu menenangkan pasien. Tabel 4.1.3.12 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Memperhatikan Pasien Saat Pasien Bicara Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 101 99,0 1 1,0 Bukan FKIK UINSH Jakarta 101 99,0 1 1,0 1,000 Total 202 99,0 2 1,0 Fisher exact test Tabel 4.1.3.12 menunjukkan 99,0 responden pasien dokter lulusan maupun bukan lulusan FKIK UINSH berpendapat bahwa dokter memperhatikan saat responden berbicara. Hanya 1 dari masing-masing responden pasien baik lulusan maupun bukan lulusan FKIK UINSH yang berpendapat bahwa dokter tidak memperhatikannya saat responden berbicara. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi pasien karena setelah dilakukan analisis dengan uji Fisher exact test diperoleh nilai significancy adalah 1.000, karena nilai p0.05 maka, dinyatakan bahwa tidak terdapat berbeda bermakna. Tabel 4.1.3.13 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Diagnosis Dengan Suara Tegas Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 75 73,5 27 26,5 Bukan FKIK UINSH Jakarta 66 64,7 36 35,3 0,173 Total 141 69,1 63 30,9 Chi square Tabel 4.1.3.13 menunjukkan 73,5 responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH mengatakan bahwa suara dokter terdengar tegas ketika menjelaskan diagnosis, angka tersebut lebih besar dari dokter bukan lulusan FKIK UINSH dimana terdapat 64,7 dari total responden yang merasa demikian. Sementara itu terdapat 26,5 dan 35,3 responden dari masing-masing pasien dokter lulusan maupun bukan lulusan FKIK UINSH yang merasa suara dokter tidak terdengar tegas ketika menjelaskan diagnosis. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.173, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menjelaskan diagnosis. Tabel 4.1.3.14 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Mengizinkan Pasien Menelepon ke Nomor Pribadinya Dalam Keadaan Darurat Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 10 9,8 92 90,2 Bukan FKIK UINSH Jakarta 4 3,9 98 96,1 0,097 Total 14 6,9 190 93,1 Chi square Pada tabel 4.1.3.14 terlihat bahwa hampir seluruh responden berpendapat bahwa dalam keadaan darurat dokter tidak mengizinkan responden menelepon ke nomor pribadinya. 90,2 dari total responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH berpendapat demikian, lebih kecil daripada 96,1 dari total responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yang berpendapat sama. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.097, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter mengizinkan pasien menelepon ke nomor pribadi dokter dalam keadaan darurat. Tabel 4.1.3.15 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Seluruh Prosedur Pengobatan Dengan Sabar Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 93 91,2 9 8,8 Bukan FKIK UINSH Jakarta 71 69,6 31 30,4 0,000 Total 164 80,4 40 19,6 Chi square Tabel 4.1.3.15 menunjukkan bahwa 91,2 responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH mengatakan bahwa dokter menjelaskan seluruh prosedur pengobatan dengan sabar, angka tersebut lebih besar dari persepsi pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH 69,6. Menurut 30,4 responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH, dokter tidak menjelaskan seluruh prosedur pengobatan dengan sabar, sementara itu hanya 8,8 dari total responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH yang berpendapat demikian. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.000, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menjelaskan seluruh prosedur pengobatan dengan sabar. Tabel 4.1.3.16 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Ketidakseganan Dokter Bertanya Tentang Keadaan Keluarga Pasien Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 25 24,5 77 75,5 Bukan FKIK UINSH Jakarta 14 13,7 88 86,3 0,050 Total 39 19,1 165 80,9 Chi square Pada tabel 4.1.3.16 terlihat bahwa hanya 24,5 dari total responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH yang mengatakan bahwa dokter tidak segan bertanya tentang keadaan keluarganya dan 13,7 dari total responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yang merasa demikian. Sementara itu 86,3 dari total responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH dan 75,5 dari total responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH mengatakan dokter segan bertanya tentang keadaan keluarga pasien karena berbagai alasan. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.050, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter yang tidak segan bertanya tentang keadaan keluarga pasien. Tabel 4.1.3.17 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Menanyakan Daerah Tempat Tinggal Pasien Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 31 30,4 71 69,6 Bukan FKIK UINSH Jakarta 15 14,7 87 85,3 0,007 Total 46 22,5 158 77,5 Chi square Tabel 4.1.3.17 menunjukkan bahwa hanya 30,4 dari total responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH dan 14,7 dari total responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yang berpendapat bahwa dokter juga menanyakan daerah tempat tinggal responden. Sisanya tidak berpendapat demikian. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.007, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menanyakan daerah tempat tinggal pasien. Tabel 4.1.3.18 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Mengingat Nama Pasien Dengan Baik Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 78 76,5 24 23,5 Bukan FKIK UINSH Jakarta 61 59,8 41 40,2 0,011 Total 139 68,1 65 31,9 Chi square Pada tabel 4.1.3.18 didapati cukup banyak 76,5 responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH yang berpendapat bahwa dokter mengingat namanya dengan baik dan 59,8 dari total responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yang berpendapat demikian. Sementara sisanya berpendapat bahwa dokter tidak mengingat namanya dengan baik. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.011, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam mengingat nama pasiennya dengan baik. Tabel 4.1.3.19 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Memberi Penjelasan Yang Lengkap Tentang Penyakit Yang Pasien Derita Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 93 91,2 9 8,8 Bukan FKIK UINSH Jakarta 86 84,3 16 15,7 0,135 Total 179 87,7 25 12,3 Chi square Pada tabel 4.1.3.19 terlihat banyak responden baik dari dokter lulusan FKIK UINSH 91,2 dan bukan lulusan FKIK UINSH 84,3 yang mengatakan bahwa responden mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang responden derita dari dokter. Setelah dilakukan analisis denga uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.135, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam memberikan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang pasien derita. Tabel 4.1.3.20 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menunjukkan Kepedulian Pada Kesembuhan Pasien Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 102 100 Bukan FKIK UINSH Jakarta 99 97,1 3 2,9 0,246 Total 201 98,5 3 1,5 Fisher exact test Tabel 4.1.3.20 menunjukkan bahwa seluruh 100 responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH berpendapat bahwa dokter menunjukkan kepedulian pada kesembuhannya, sementara itu terdapat 2,9 dari total responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yang tidak berpendapat demikian. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi pasien karena setelah dilakukan analisis dengan Fisher exact test diperoleh nilai significancy adalah 0.246, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat berbeda bermakna. Tabel 4.1.3.21 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Menyapa Pasien Dengan Memanggil Nama Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 80 78,4 22 21,6 Bukan FKIK UINSH Jakarta 62 60,8 40 39,2 0,006 Total 142 69,6 62 30,4 Chi square Pada tabel 4.1.3.21 terlihat bahwa banyak responden yang mengatakan bahwa dokter menyapanya dengan memanggil nama yaitu sebanyak 78,4 dari total responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH dan 60,8 dari total responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.006, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menyapa pasien dengan memanggil nama pasien. Hasil penelitian Emalia Iragiliati 20 menunjukkan akan pentingnya penggunaan bentuk sapaan dalam bentuk kata ganti orang kedua berdasarkan sistem kekerabatan untuk menunjukkan rasa hormat. Kata ganti orang kedua yang disukai oleh pasien rawat jalan adalah sebagai berikut: Bapak, Mas, Dik, Ibu, Mbak, dan Adek. Bagi pasien rawat jalan wanita, mereka lebih menyukai bila dipanggil Ibu daripada Mbak bila sudah menikah. Di lain pihak, pasien rawat pria memilih Bapak, untuk yang sudah menikah, daripada Mas. Jadi dapat disimpulkan bahwa pilihan yang disukai pasien untuk bentuk kata sapaan yang berdasarkan kesantunan bukan hanya perbedaan umur namun adanya perbedaan status pernikahan. Tabel 4.1.3.22 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Riwayat Penyakit Pasien Dari Awal Sampai Tuntas Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 79 77,5 23 22,5 Bukan FKIK UINSH Jakarta 71 69,6 31 30,4 0,204 Total 150 73,5 54 26,5 Chi square Tabel 4.1.3.22 menunjukkan lebih banyak responden yang berpendapat bahwa dokter menjelaskan riwayat penyakitnya dari awal sampai tuntas, yaitu 77,5 dari total responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH dan 69,6 dari total responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.204, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter dalam menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal sampai tuntas. Tabel 4.1.3.23 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kejujuran Dokter Mengatakan Perihal Penyakit Yang Pasien Derita Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 100 98,0 2 2,0 Bukan FKIK UINSH Jakarta 98 96,1 4 3,9 0,683 Total 198 97,1 6 2,9 Fisher exact test Pada tabel 4.1.3.23 terlihat hampir seluruh responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH 98 dan dokter bukan lulusan FKIK UINSH 96,1 berpendapat bahwa dokter mengatakan dengan jujur perihal penyakit yang responden derita.. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi pasien karena setelah dilakukan analisis dengan uji Fisher exact test diperoleh nilai significancy adalah 0.683, karena nilai p0.05 maka, dinyatakan bahwa tidak terdapat berbeda bermakna. Tabel 4.1.3.24 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Tidak Adanya Usaha Dokter Menyembunyikan Diagnosis Penyakit Pasien Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 87 85,3 15 14,7 Bukan FKIK UINSH Jakarta 98 96,1 4 3,9 0,008 Total 185 90,7 19 9,3 Chi square Pada tabel 4.1.3.24 terlihat lebih banyak responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yang berpendapat bahwa dokter tidak berusaha menyembunyikan apa diagnosis penyakitnya yaitu sejumlah 96,1, dibanding responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH 85,3. Setelah dilakukan analisis dengan uji Chi square, diperoleh nilai significancy adalah 0.008, karena nilai p 0.05 maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap sikap dan perilaku dokter untuk tidak menyembunyikan diagnosis penyakit pasien. Tabel 4.1.3.25 Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dalam Komuikasi Dokter-Pasien Dokter Lulusan Ya Tidak p N N FKIK UINSH Jakarta 1726 76,9 518 23,1 Bukan FKIK UINSH Jakarta 1564 69.7 680 30,3 0,000 Total 3290 73,3 1198 26,7 Chi square Tabel 4.1.3.25 menunjukkan terdapat 1.726 jawaban ‘Ya’ atau 76,9 dari total responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH, sementara pada responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH terdapat 1.564 jawaban ‘Ya’ atau 69,7 dari total responden. Jumlah jawaban ‘Tidak’ lebih tinggi pada jawaban responden pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH yaitu 680 atau 30,3, sementara pada responden pasien dokter lulusan FKIK UINSH terdapat 518 jawaban ‘Tidak’ atau 23,1. Setelah dilakukan uji Chi square pada jawaban ‘Ya’ dan ‘Tidak’ responden terhadap sikap dan perilaku untuk menilai keterampilan interpersonal dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UINSH didapatkan nilai significancy 0.000, karena nilai p0.05 maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pasien dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH terhadap keterampilan interpersonal dokter dalam komunikasi dokter-pasien. Perbedaan persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter berdasarkan asal fakultas kedokteran belum pernah diteliti sebelumnya, namun penelitian yang dilakukan Fika Ekayanti 18 pada tahun 2013 menunjukkan bahwa persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter dapat enunjukkan perbedaan yang signifikan sesuai dengan tempat bekerja atau berpraktek dokter. Keterampilan interpersonal yang baik akan menghasilkan komunikasi yang baik antara dokter dengan pasiennya. Komunikasi yang baik dengan pasien dapat memberikan rasa puas dengan perawatan dan kurang cemas, juga setuju dan mengikuti saran yang diberikan oleh dokter 3 Penelitian dari Suryawati 19 menemukan komunikasi yang baik kepada pasien merupakan salah satu indikator kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter. Dan menurut penelitian M. Ali Pramono 21 , persepsi pasien yang baik terhadap mutu pelayanan dokter akan membuat pasien mau kembali berobat pada rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan yang sama. Tabel 4.1.3.26. Distribusi Pilihan Pasien Lebih Suka Langsung Berkonsultasi Dengan Dokter Spesialis Dibandingkan ke Dokter Umum Pilihan Responden N Dokter spesialis 59 28,9 Dokter umum 145 71,1 Total 204 100 Tabel 4.1.3.26 menunjukkan bahwa hanya 28,9 dari total responden penelitian ini yang jika sakit lebih suka langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis dibandingkan ke dokter umum karena berbagai alasan, sementara 71,1 sisanya lebih memilih berkonsultasi dengan dokter umum jika sakit. Selain memberikan pilihan jawaban, responden juga diminta untuk memberikan alasan atas pilihannya. Dari 59 alasan responden yang lebih suka langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis, dilakukan pengkategorian jawaban menjadi lima jawaban yaitu karena pengobatan, keahlian, terbiasa, spesifik dan lainnya yang distribusi jawaban per kategorinya tercantum pada gambar di bawah ini. Gambar 4.1.3.1 Alasan Responden Lebih Suka Langsung Berkonsultasi Dengan Dokter Spesialis Lebih dari setengah total responden yang memilih lebih suka langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis dibandingkan ke doter umum yaitu sejumlah 57,62 dari total responden karena keahlian yang dimiliki oleh dokter spesialis lebih tinggi dibandingkan dokter umum sehingga lebih banyak informasi yang dapat diperoleh dari dokter spesialis mengenai penyakit dan lainnya. Sebanyak 11,86 responden beralasan karena pengobatan di dokter spesialis lebih baik dan memberikan hasil yang positif dan cepat bagi kesembuhan responden, sementara 18,64 responden beralasan karena dokter spesialis lebih spesifik menguasai penyakit tertentu, sehingga apabila responden menderita penyakit tertentu dapat langsung berobat ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. 1,69 responden lebih memilih berkonsultasi ke dokter spesialis karena mengaku telah terbiasa dan 8,47 responden sisanya menjawab alasan lainnya. 12 57,7 1,8 18,7 8,6 Pengobatan Keahlian Terbiasa Spesifik Lainnya Gambar 4.1.3.2 Alasan Responden Lebih Suka Berkonsultasi Dengan Dokter Umum Sebanyak 33,79 dari total responden yang memilih berkonsultasi dengan dokter umum dibandingkan dokter spesialis jika sakit beralasan karena penyakit yang diderita oleh responden dirasa belum perlu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis, cukup di dokter umum saja. Sementara 22,75 responden beralasan karena sistem yang ada mengharuskan responden berobat ke dokter umum dahulu sebelum ke dokter spesialis karena asuransi atau jaminan kesehatan yang digunakan responden mengatur demikian. 18,62 responden memilih dokter umum karena lebih terjangkau baik dari harga, jarak, maupun keberadaan dokter umum lebih mudah dijangkau bagi responden dibanding dengan dokter spesialis. 7,58 responden diantaranya memilih dokter umum karena merasa lebih nyaman berkonsultasi dengan dokter umum, sementara 17,93 sisanya memilih alasan lainnya diluar kategori diatas. 22,75 33,79 18,62 7,58 17,93 Sistem Penyakit Terjangkau Nyaman Lainnya Gambar 4.1.3.3. Harapan Pasien Tentang Keterampilan Interpersonal Yang Harus Dimiliki Seorang Dokter Dari 204 responden penelitian ini, terdapat 24,0 dari total responden pasien ingin keterampilan interpersonal dokter yang ditunjukkan saat berkomunikasi dengan pasiennya ditingkatkan, baik karena responden merasa dokter sudah cukup baik sehingga hanya perlu ditingkatkan lagi saja atau karena masih kurang sehingga perlu adanya peningkatan. 20,1 responden ingin dokter lebih informatif dalam berkomunikasi dengan pasiennya. Informatif yang dimaksud adalah dokter dapat lebih detil menjelaskan penyakit pasien, banyak memberikan solusi dan informasi lain yang berkaitan dengan penyakit pasien dan dapat mendukung proses penyembuhan pasien. Sebanyak 17,2 responden ingin dokter lebih ramah jika berhadapan dengan pasiennya dalam interaksi dokter- pasien, 12,3 responden ingin hubungan yang terbentuk antara dokter dan pasien dapat lebih baik lagi, jadi lebih akrab misalnya. 7,5 responden ingin dokter lebih memahami pasiennya, baik itu dari kebutuhan pasien, keinginannya, maupun keadaannya. 4,4 responden ingin dokter lebih terampil saat berhadapan dengan pasien, contohnya saat melakukan pemeriksaan kepada pasien. 3,4 responden ingin dokter lebih menghargai dan menghormati pasien saat melakukan 7,5 2,9 3,4 17,2 4,9 12,3 20,1 4,4 24 komunikasi dengan pasien. Dan 2,9 pasien ingin dokter lebih perhatian kepada pasiennya saat terjadi interaksi antara dokter dengan pasien di ruang prakteknya. Harapan responden terhadap keterampilan interpersonal yang harus dimiliki dokter sejalan dengan penelitian dari dari Bendapudi 22 , terdapat tujuh sikap ideal yang harus dimiliki seorang dokter, yaitu percaya diri, empatik, humanis, personal, jujur, menghargai dan teliti.

4.2. Keterbatasan Penelitian

4.2.1. Penelitian ini hanya dilakukan di satu tempat yaitu Klinik Makmur Jaya Ciputat sehingga tidak dapat menggambarkan persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal oleh dokter lulusan maupun bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara umum. 4.2.2. Penelitian ini bersifat cross sectional sehingga tidak menyingkirkan faktor perancu dalam penelitian dan tidak dapat mengikuti perkembangan persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Berdasarkan persepsi pasien, dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan keterampilan interpersonal yang lebih baik dibanding dokter bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5.1.2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada 8 sikap dan perilaku ketermpilan interpersonal antara dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu kemampuan dokter menenangkan pasien saat pasien mengeluhkan sakit yang dirasakan, kemampuan dokter menjelaskan pengobatan dengan gamblang, keterbukaan dokter dalam menerima pendapat pasien, kemampuan dokter menjelaskan seluruh prosedur pengobatan dengan sabar, kemauan dokter menanyakan daerah tempat tinggal pasien, kemauan dokter mengingat nama pasien dengan baik, kemauan dokter menyapa pasien dengan memanggil nama, dan tidak adanya usaha dokter menyembunyikan diagnosis penyakit pasien. 5.1.3. Responden lebih suka berkonsultasi dengan dokter umum dibandingkan ke dokter spesialis jika sakit dengan alasan terbanyak karena penyakit yang diderita dirasa belum perlu berkonsultasi ke dokter spesialis, sementara sisanya memilih ke dokter spesialis dengan alasan terbesar karena dokter spesialis memiliki keahlian yang lebih tinggi daripada dokter umum. 5.1.4. Berdasarkan pertanyaan mengenai harapan pasien tentang keterampilan interpersonal yang harus dimiliki seorang dokter, kebanyakan responden ingin keterampilan interpersonal dokter yang ditunjukkan saat berkomunikasi dengan pasiennya ditingkatkan.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi peneliti berikutnya Melakukan penelitian selanjutnya tidak hanya pada satu tempat saja untuk mendapatkan gambaran responden yang lebih merata. 5.2.2. Bagi institusi Adanya penerapan kurikulum Dokter Muslim yang lebih baik dan pelatihan khusus keterampilan interpersonal kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter sehingga didapatkan keterampilan interpersonal yang lebih baik lagi saat berkomunikasi dengan pasien pada dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 61 DAFTAR PUSTAKA 1. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2. Menaldi, Sri Linuwih Susetyo Wardhani. 2013. Model Pengembangan Keterampilan Interpersonal Dalam Pencapaian Kompetensi Klinik Mahasiswa Kedokteran Dengan Hasil Uji Psikometrik Kategori 4 dan 5. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 3. Arianto. 2013. Komunikasi Kesehatan: Komunikasi Antara Dokter dan Pasien. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol 3, No. 02. 4. NG, Barakat. 2007. Interpersonal Skill. Hillingdon Hospital, Department of neurology, Pield Heath Road, Uxbridge UB8 3NN, UK. 5. Herqutanto, Endang Basuki, Samsuridjal Jauzi, Muchtaruddin Mansyur. 2011. Pengetahuan dan Keterampilan Komunikasi Dokter-Pasien dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. J Indon Med Assoc, Volume: 61, Nomor: 5. 6. CR, McConnell. 2004. Interpersonal Skills: What They Are, How to Improve Them, and How to Apply Them. http:www.ncbi.nlm.nih.govpubmed15192999 7. Duffy, F.D., Gordon, G.H., Whelan G., Cole-Kelly K. 2004. Assessing Competence in Communication and Interpersonal Skills: The Kalamazo II Report. Academic Medicine, 490 –507. 8. National Research Council. 2011. Assessing 21st Century Skills: Summary of a Workshop. J.A. Koenig, Rapporteur. Committee on the Assessment of 21st Century Skills. Board on Testing and Assessment, Division of Behavioral and Social Sciences and Education. Washington, DC: The National Academies Press. 9. Lestari, Riri, Ak. 2007. Interpersonal Skill. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 10. General Medical Council. 2006. Good Medical Practice. United Kingdom. http:www.gmc-uk.orgguidancegood_medical_practiceindex.asp 11. Silverman J, Kurtz SM, Draper J, Kurtz SM. 2005. Skills for Communicating with Patients. 2nd ed. Oxford, UK: Radcliffe Pub.; 2005.