Perbedaan Persepsi Tentang Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien Menurut Mahasiswa Preklinik Dan Klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

INTERPERSONAL DOKTER-PASIEN MENURUT MAHASISWA PREKLINIK DAN KLINIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

(S.Ked)

Oleh :

Azwar Lazuardi NIM 111203000081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SA

W karena dengan rahmat dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian dengan judul “Perbedaan Persepsi Tentang Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien Menurut Mahasiswa Preklinik Dan Klinik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta”

Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. DR. (HC) Dr. MK Tajuddin, Sp. And dan Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes. selaku Dekan lama dan baru Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keseharatan UIN Jakarta, 2. dr. Achmad Zaki, M.Epid selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter beserta

segenap dosen pendidikan dokter yang selalu membimbing dan memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter 2012.

4. dr. Fika Ekayanti, Dipl.FM, M.Med.Ed selaku pembimbing pertama saya walaupun dengan kesibukan yang padat tetap selalu memberikan bimbingan, arahan, saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik- baiknya.

5. dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes selaku pembimbing kedua saya yang walaupun dengan kesibukan yang padat, masih selalu bersedia memberikan bimbingan, arahan, saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik- baiknya. 6. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp. GK selaku penguji I dan dr. Risahmawati, Ph.D selaku

penguji II skripsi saya walaupun dengan kesibukan yang padat tetap menghadiri dan memberikan saran agar penelitian ini dapat terbentuk dengan sebaik-baiknya.


(6)

vi

7. Kedua orang tua saya tercinta, Moch. Jakfar Nasir dan Layla Rohmah, kakak perempuan saya (Silviana Arini Masjidah) dan ke-dua adik saya (Fahrizal Arman dan Arkham Nidhlomuddin), serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan kasih sayang, doa, inspirasi, dan semangat, sehingga memotivasi dan menguatkan saya dalam penelitian ini.

8. Seluruh dosen yang ditengah kesibukan masing-masing bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian saya.

9. Mbak Pipit sebagai Administrasi Program Studi Pendidikan Dokter yang telah memberikan bantuan dalam memberikan data staff pengajar dalam penelitian ini.

10. Teman seperjuangan penelitian, Widiya Wati Rusli, Novia Putri, yang telah menyemangati, membantu, dan berjuang bersama dalam menyelesaikan penelitian ini. 11. Teman- teman satu rumah Wisma Annisa dan PSPD 2012 untuk waktu yang telah

dilalui bersama selama masa pendidikan saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

Saya menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan saya terima demi terwujudnya laporan penelitian yang lebih baik. Saya berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, semoga segala bentuk dukungan dan bantuan yang diberikan dalam penelitian ini akan mendapat balasan, barokah dan ridho dari Allah SWT, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 16 Oktober 2015


(7)

vii ABSTRAK

Keterampilan interpersonal dokter yang baik dalam berkomunikasi dengan pasien dapat memberikan dampak pada kesehatan yang lebih baik, kenyamanan, kepuasan, dan kepatuhan pasien dalam rencana penatalaksanaan yang diberikan, menurunkan terjadinya malpraktik, serta perselisihan antara dokter dan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien menurut sudut pandang mahasiswa tahap preklinik dan klinik PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik cross sectional dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Setelah dilakukan penyebaran kuosioner, terkumpul sebanyak 186 buah. Data dikumpulkan pada bulan September- Oktober 2015 dan dianalisa menggunakan SPSS 22 dan di uji statistik Chi-square test. Pada penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan pada persepsi sikap dan perilaku dokter: mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien, selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasien, dokter harus menyapa dengan memanggil nama pasien, dan seorang dokter menyembunyikan penyakit yang dialami pasiennya menurut mahasiswa preklinik dan klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata kunci: keterampilan komunikasi interpersonal, komunikasi dokter-pasien, sikap dan prilaku dokter mahasiswa preklinik dan klinik.

ABSTRACT

Good interpersonal skills of physicians in communicating with patients can have an impact on better health, comfort, satisfaction, and patient compliance in a given management plan, reduce the occurrence of malpractice as well as disputes between doctors and patients. The aim of this study was to determine differences in the perception of the interpersonal communication skills of doctors and patients according to the viewpoint of the preclinical and clinical students of PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This descriptive-analytic study uses cross-sectional design and consecutive sampling As many as 186 pieces of quetionnaires were collected Data were collected in September - October 2015 and analyzed using SPSS 22 and statistically tested by Chi-square test. There are significant differences in perceptions of the attitudes and behavior of physicians: The physicians appreciate the action and the kind of treatment that have been done by the patient, the physicians look calm and it is reassuring to patients during the examination, the physicians should make greetings by calling the name of the patient, and the physicians hide patients’ diseases according to preclinical and clinical students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Keywords Interpersonal communication skills doctor-patient communication attitude and behavior of physicians preclinical and clinical student


(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... ... 2

1.3 Tujuan Penelitian... ... ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian... ... 3

1.4.1 Bagi Instansi Terkait ... 3

1.4.2 Bagi Peneliti ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Interpersonal ... 4

2.1.1 Definisi... 4

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Interpersonal ... 7

2.1.3 Pentingnya Keterampilan Interpersonal ... 8

2.1.4 Langkah Mengembangkan Keterampilan Interpersonal... 8

2.2 Komunikasi Dokter-Pasien ... 9

2.2.1 Definisi... 9

2.2.2 Komponen dalam Komunikasi ... 10

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Komunikasi Dokter-Pasien... 11

2.2.3.1 Tujuan ... 11

2.2.3.2 Manfaat ... 12

2.2.4 Cara Membangun Komunikasi dengan Pasien ... 12

2.2.5 Struktur Komunikasi Dokter-Pasien ... 14

2.3 Sikap ... 16

2.3.1 Definisi Sikap ... 16

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 16

2.4 Mahasiswa Kedokteran ... 16

2.4.1 Definisi Mahasiswa Kedokteran tingkat Preklinik dan Mahasiswa Tingkat Klinik ... 16

2.5. Hubungan Tingkat Mahasiswa Kedokteran Dengan Persepsi Keterampilan Komunikasi Interpersonal ... 17

2.6. Kerangka Teori ... 17

2.7. Kerangka Konsep ... 18


(9)

ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... 20

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

3.3.1 Populasi ... 20

3.3.2 Jumlah Sampel ... 21

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel ... 21

3.3.4 Kriteria Sampel ... 22

3.3.4.1 Kriteria Inklusi ... 22

3.3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 22

3.4 Langkah Kerja Penelitian ... 23

3.5 Manajemen Data ... 23

3.5.1 Variabel Penelitian ... 23

3.5.2 Instrumen Penelitian ... 23

3.5.3 Pengumpulan Data ... 23

3.5.4 Pengolahan dan Penyajian Data ... 24

3.5.5 Analisis Data ... 24

3.6 Etika Penelitian ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 25

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 25

4.1.2 Data Hasil Penelitian ... 25

4.1.2.1 Distribusi Responden Penelitian ... 25

4.2 Pembahasan ... 34

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 35

4.4 Kelebihan Penelitian ... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 36

5.2 Saran ... ... ... ... ... ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(10)

x DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal ... 5 Tabel 3.4 Langkah Kerja Penelitian ... 36 Tabel 4.1. Distribusi Responden ... 25 Tabel 4.2. Perbedaan Persepsi persepsi mahasiswa terhadap kemampuan

dokter untuk menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien ... 26 Tabel 4.3. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap apresiasi seorang

dokter atas tindakan dan jenis pengobatan yang pernah

dilakukan oleh pasien sebelumnya ... 26 Tabel 4.4. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap selama pemeriksaan

dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasiennya... 27

Tabel 4.5. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap dokter harus

memperhatikan pasien saat pasien berbicara... 28

Tabel 4.6. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap suara dokter harus terdengar oleh pasien saat menjelaskan diagnosis pasien ... 28 Tabel 4.7. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter juga

menanyakan tempat tinnggal pasiennya... 29

Tabel 4.8. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus

mengingat nama pasien dengan baik... 30

Tabel 4.9. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap pasien harus

mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita dari seorang dokter ... 30 Tabel 4.10. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus

menyapa dan mamanggil nama pasien... 31

Tabel 4.11. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter

menjelaskan penyakit yang dialami oleh pasien dari awal


(11)

xi

Tabel 4.12. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter

menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya. .. 32 Tabel 4.13 nilai p keterampilan komuikasi interpersonal dokter pasien... 33


(12)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model keterampilan Interpersonal ... 7 Gambar 2.2. Model Proses Komunikasi ... 11 Gambar 2.3. Tahap Komunikasi Dokter-Pasien ... 15


(13)

xiii DAFTAR SINGKATAN

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan IDI : Ikatan Dokter Indonesia

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia KKI : Konsil Kedokteran Indonesia

MKDKI : Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia PSPD : Program Studi Pendidikan Dokter


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan suatu pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami.1 Dengan berkomunikasi

maka seseorang akan saling bertukar informasi yang baru. Berkomunikasi merupakan kebutuhan manusia untuk berinteraksi sosial setiap hari, maka komunikasi adalah hal dasar

yang diperlukan untuk berinteraksi sosial, baik itu komunikasi secara verbal ataupun komunikasi secara nonverbal. Agar berita yang berikan kepada orang lain dapat ditangkap,

diperlukan suatu pemahaman antara individu yang menyampaikan berita dengan individu yang menerima berita. Persamaan bahasa dan gerakan tubuh adalah salah satu contoh pemahaman dalam komunikasi. Dalam lingkungan sosial komunikasi yang berlangsung tidak sama, bergantung pada lingkungan yang ada di masyarakat. Seperti contoh komunikasi yang dilakukan dalam lingkup sosial kesehtan yang dibahas dalam penjelasan berikut.

Secara umum definisi komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang berkaitan dengan dunia kesehatan. Komunikasi kesehatan merupakan proses komunikasi yang melibatkan pesan, unsur-unsur atau peserta yang berhubungan dengan lingkup kesehatan. Peserta komunikasi kesehatan ini antara lain pemerintah, organisasi kesehatan, institusi kesehatan, dokter, perawat, staff kesehatan lain, pasien dan orang lain. Dalam praktek medis komunikasi dokter dan pasien merupakan satu kunci dokter dalam memberikan pelayanan medis. Jika komunikasi yang dilakukan baik maka akan memudahkan seorang dokter mencari

informasi tentang penyakit yang dialami oleh pasiennya dan dokter juga mudah untuk mendiagnosa penyakit yang diderita oleh pasien serta tatalaksana yang akan dilakukan kepada pasien. Komunikasi yang baik dan efektif antara dokter-pasien akan berdampak pada

kesehatan yang lebih baik, kenyamanaan, kepuasan dan kepatuhan pasien dalam tatalaksana yang diberikan, seta menurunkan terjadinya malpraktik dan perselisihan antara dokter dan pasien.2


(15)

Menurut Dr. Sabir Alwy, Wakil Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dalam acara temu media di Kantor Kementerian Kesehatan, kurangnya komunikasi yang baik antara dokter-pasien masih menjadi penyebab banyaknya pengaduan kasus malpraktik yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi. Akibatnya walaupun dokter telah melakukan tugas sesuai standar yang ditetapkan, pasien tetap merasa dirugikan karena tidak adanya informasi yang diterima sehingga apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan pasien. Sampai bulan Maret 2011 sebanyak 217 kasus telah ditangani oleh MKDKI terkait pelanggaran disiplin yang dilakukan dokter atau dokter gigi. Apabila dirincikan sebanyak 80% disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara dokter-pasien, dan disiplin ilmu yang diadukan umunya terjadi pada dokter umum. 3

Dalam kasus seperti ini kunci utama dari seorang dokter adalah keterampilan berkomunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi. Jika dokter tidak pandai untuk memberi pemahaman kepada pasien maka akan terjadi kesalahan presepsi oleh pasien yang

dapat diadukan kepada MKDKI ataupun aparat hukum. Sebaliknya Menurut Dr. Sabir, terkadang pasien akan merasa senang dengan terapi yang dilakukan seorang dokter walaupun

tidak memuaskan ketika dokter tersebut dapat berkomunikasi dengan baik walaupun terdapat unsur pelanggaran disiplin dalam terapi tersebut. 3

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana komunikasi dokter dan pasien yang efektif menurut sudut pandang mahasiswa fakultas kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti akan membandingkan antara pandangan mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang komunikasi interpersonal dokter dan pasien.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan persepsi menurut sudut pandang mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien.


(16)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien menurut sudut pandang

mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui sudut pandang mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien.

2. Untuk mengetahui sudut pandang mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien. 1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi instansi terkait

1. Memberikan informasi terkait sudut pandang mahasiswa preklinik dan mahasiswa

klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter-pesien yang efektif.

2. Memberikan masukan dalam upaya pengembangan komunikasi interpersonal

dokter dan pasien yang efektif ketika pelaksanaan keterampilan klinik dasar di Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4.2 Bagi peneliti

1. Untuk menambah pengalaman dalam penelitian dan wawasan pengetahuan mengenai komunikasi interpersonal dokter dan pasien menurut sudut pandang mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(17)

4

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Interpersonal

2.1.1 Definisi

Secara umum keterampilan interpersonal dapat didefinisikan sebagai keterampilan yang dibutuhkan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.4 Keterampilan interpersonal merupakan keterampilan untuk mengenali dan merespon perasaan sikap dan perilaku orang lain. Bagaimana cara kita dapat membangun hubungan yang harmonis dan memahami serta merespon orang lain merupakan bagian dari keterampilan interpersonal.5 Menurut Johnson, keterampilan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain baik saat memulai mengembangkan dan memelihara hubungan yang terjadi.6

Keterampilan interpersonal sangat penting hubungannya dengan interaksi antar individu, yang mencakup skill untuk bersosialisasi dengan keberagaman sifat dan perbedaan lingkungan masing-masing individu. Namun di kalangan masyarakat, keterampilan interpersonal sudah dianggap sebagai keterampilan yang dilakukan sehari-hari sehingga banyak masyarakat yang mengganggap remeh keterampilan interpersonal.7

Keterampilan interpersonal bisa digambarkan sebagai “kecerdasan sosial” suatu individu. Menurut Fiore sudah banyak penelitian mencakup hal-hal yang terkandung di dalam komunikasi interpersonal. Salah satunya adalah penelitian disajikan dalam bentuk taksonomi keterampilan interpersonal.8


(18)

Tabel 2.1 Taksonomi keterampilan interpersonal.9

Keterampilan

Interpersonal Deskripsi Keterampilan Terkait

Keterampilan Komunikasi

Mendengar aktif

Menaruh perhatian penuh pada apa yang dikatakan, menanyakan pihak lain untuk menjelaskan lebih tepat tentang apa yang ia katakan, dan memohon kata-kata atau ide yang ambigu untuk diulang

Mendengar dengan

empati dan simpati;

mendengar untuk

pemahaman

Komunikasi lisan

Mengirim pesan verbal secara konstruktif

Mengabarkan;

mengekspresikan diri anda dengan gamblang; mengkomunikasikan

emosi; komunikasi

inteerpersonal Komunikasi

tertulis

Menulis dengan jelas dan tepat Kejelasan;

mengkomunikasikan arti yang dimaksudkan

Komunikasi tegas

Secara langsung mengekspresikan perasaan, pilihan, kebutuhan dan opini seseorang dengan cara yang tidak mengancam tidak juga menghukum orang lain

Mengemukakan ide;

ketegasan sosial;

mempertahankan hak; peintah; menyatakan kebutuhan anda

Komunikasi nonverbal

Menguatkan atau menggantikan komunikasi wicara melalui penggunaan bahasa tubuh, isyarat, suara, atau benda-benda

Ekspresi perasaan; persepsi/pengakuan perasaan; ekspresi wajah

Membangun Hubungan

Kerjasama dan

koordinasi

Pemahaman dan bekerja dengan orang lain dalam grup atau timl termasuk menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan dan mengerjakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tim

Penyesuaian; kesadaran

berbagi bersama

situasional; pelaksanaan pengawasan dan umpan

balik; hubungan

interpersonal;

komunikasi; membuat keputusan; keterpaduan; penyelesaian masalah dalam grup; menjadi pelaku dalam tim

Kepercayaan

Keyakinan atau kepercayaan individu pada integritas atau hal yang dapat dipercaya dari seseorang atau sesuatu; kemauan sebuah pihak untuk menjadi lemah pada aksi dari pihak lain sesuai dengan ekspektasi bahwa beberapa aksi penting tertentu akan dilakukan

Kesadaran diri;

penyingkapan diri; tangkas


(19)

Kepekaan antar-budaya

Menghargai perbedaan individu diantara orang-orang

Penerimaan; keterbukaan terhadap ide-ide baru; kepekaan kepada orang lain; relasi lintas budaya

Orientasi pelayanan

Sebuah perangkat kecendrungan individu dasar dan kecondongan untuk menyediakan pelayanan, menjadi sopan dan penolong dalam berhadapan dengan pelanggan, klien, dan rekan

Melampaui ekspektasi pelanggan; keterampilan kepuasan pelanggan;

kemampuan untuk

menjaga hubungan baik dengan klien; penjualan; membangun hubungan; mewakili organisasi kepada pelanggan dan publik

Presentasi diri

Proses dimana seorang individu mencoba mempengaruhi reaksi dan gambaran yang orang miliki tentang mereka dan ide-ide mereka; mengelola kesan-kesan agar mencakup range yang luas dari perilaku yang dapat membentuk pengaruh positif kepada rekan kerja

Ekspresi diri; pengelolaan kesan; pengelolaan persepsi; promosi diri

Pengaruh sosial

Memandu orang-orang ke arah adopsi perilaku, kepercayaan dan sikap yang spesifik; mempengaruhi distribusi keuntungan dan kerugian pada organisasi melalui sebuah aksi

Etika bisnis; pemberian alasan; keramahan; pembangunan koalisi; tawar-menawar;

permohonan otoritas yang

lebih tinggi;

mengesankan

persetujuan; relasi; persuasi, keterampilan politik yang positif

Mengadvokasi sebuah posisi dengan pikiran terbuka, tidak memasukkan pertentangan dengan anggota lain ke dalam urusan pribadi, menempatkan diri pada posisi orang lain, mengikuti argument rasional dan mencegah evaluasi yang terlalu dini, dan mencoba mempersatukan ide-ide terbaik dari seluruh pandangan dan perspektif

Gaya mengatasi konflik; pengelolaan konflik; pencegahan konflik; berkompromi;

penyelesaian masalah; penawaran integratif; negosiasi berprinsip; negosiasi kultural; mediasi


(20)

Klein, DeRouin, dan Salas menyimpulkan bahwa efektivitas keterampilan interpersonal membutuhkan berbagai macam kompetensi yang berasal dari pengalaman, insting, dan belajar tentang konteks sosial tertentu. Mereka berpendapat bahwa keterampilan interpersonal adalah keterampilan yang mencakup kemampuan dalam goal-directedbehaviors, komunikasi, kompetensi dalam membangun hubungan, menggunakan persepsi konseptual atau proses kognitif dalam interaksinya, secara verbal atau nonverbal dinamikanya, memotivasi dan memberikan harapan.8

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Keterampilan Interpersonal

Didalam penelitiannya Klein, DeRouin, dan Salas juga mengembangkan model kinerja keterampilan interpersonal yang menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi keterampilan interpersonal seperti ciri-ciri kepribadian, pengalaman hidup sebelumnya, dan karakteristik situasi, komunikasi dan membangun hubungan keterampilan dasar penggunaan individu dalam situasi, dan hasil bagi individu, kelomok dan organisasi.8


(21)

2.1.3 Pentingnya Keterampilan Interpersonal

Di Inggris, General Medical Council telah menetapkan bahwa standar praktek medis yang baik yaitu seorang dokter harus mengutamakan perawatan pasien yang mereka tangani. Untuk mencapai tujuan ini dokter dituntut selalu up to date, mempertahankan dan meningkatkan mutu kerja. Namun keterampilan interpersonal dokter merupakan hal terpenting yang harus dijaga, karena dapat menjaga standar klinis dan bermanfaat dalam jangka panjang.10

Berbagai manfaat yang bisa didapat dari keterampilan interpersonal yang baik, diantaranya:10 a) Mengurangi litigasi, b) Menciptakan lingkungan yang ramah bagi pasien dan staf, c) Peningkatan produktivitas staf, d) Manajemen waktu yang efektif, e) Peningkatan perawatan pasien, f) Pengembangan reputasi yang baik untuk lembaga atau rumah sakit, g) Memberikan kualitas pelatihan yang baik bagi karyawan dan siswa

2.1.3 Langkah Mengembangkan Keterampilan Interpersonal

Dalam mencapai kompetensi interpersonal seseorang tidak bisa memahami teori yang didapatkan saja karena antara teori dengan kejadian di dunia nyata sangat berbeda. Pernyataan diatas menyarankan kita untuk melakukan kajian tentang bagaimana keterampilan interpersonal dapat kita lakukan dalam dunia nyata.11

Menurut Glaser, cara yang tepat untuk meningkatkan keterampilan interpersonal adalah dengan mengajarkan keterampilan interpersonal di dalam kelas dengan menggunakan seorang instruktur dengan pengelompokan tingkatan kompetensi yang dipelajari. Berikut ini adalah urutan kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan.12

a. Instruksi langsung

Metode yang digunakan adalah metode perkuliahan yakni mendefinisikan, menjelaskan, dan menggambarkan, menargetkan keterampilan secara langsung. b. Praktek menulis

Instruktur memberikan masalah yang berhubungan dengan keterampilan interpersonal. Kemudian siswa diminta untuk membuat persyaratan terkait masalah tersebut.


(22)

c. Self monitoring

Siswa langsung dihadapkan dalam kehidupan sebenarnya dan disuruh untuk menggembangkan respon terampil yang sesuai dalam situasi tersebut (Studi kasus).

d. Modelling

Instruktur mengajak orang-orang yang ahli dalam bidang keterampilan interpersonal. Kemudian menyuruh mereka untuk mempraktekkannya di depan para siswa. Kemudian siswa disuruh untuk mencatat keterampilan apa saja yang mereka lihat dari praktek yang dilakukan oleh para ahli.

e. Rehearsal

Setelah mendapatkan kurikulum modelling, siswa diperintahkan untuk mempraktekkan kasus yang diberikan oleh instruktur secara berpasangan. Masing-masing siswa mencatat keterampilan yang dilakukan oleh lawan mainnya

f. In vivo practice

Dalam kurikulum ini siswa disuruh untuk menentukan alur cerita tentang keterampilan interpersonal dalam sebuah kasus yang mereka buat sendiri. Kemudian siswa tersebut disuruh untuk mengevaluasi keterampilan yang telah mereka tampilkan dalam kasusnya.

2.2 Kominikasi Dokter-Pasien 2.2.1 Definisi

Berdasarkan etimologi komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti

“membuat sama”. Menurut Effendy, istilah komunikasi berasal dari kata latin

communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.13

Arti kata “sama” disini adalah sama dalam pemaknaan. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan suatu pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami.1

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) komunikasi dokter pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter / dokter gigi dengan pasien selama proses pemeriksaan / pengobatan/ perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien.14 Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan


(23)

pasien, keluarga, dan masyarakat adalah keterampilan yang penting untuk media dan penghubung terkait hasil penatalaksanaan.15

2.2.2 Komponen dalam Komunikasi

Kemampuan melakukan komunikasi tidak hanya dilihat dari keterampilan berkomunikasi saja, namun ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi yang baik dan benar. Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi adalah: 14

1. Sumber (pengirim pesan)

Sumber adalah orang yang mengirimkan pesan kepada orang lain, pesan yang dikirim dapat berupa pesan verbal ataupun pesan non verbal.

2. Penerima pesan

Penerima pesan akan menerjemahkan pesan yang telah dikirim sesuai dengan kemampuan penerjemahan pesan yang ia miliki. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perbedaan sudut pandang, pengalaman, atau pengetahuan, perbedaan budaya, masalah bahasa, dan lain sebagainya.

3. Pesan

Pesan adalah informasi yang disampaikan oleh sumber kepada penerima. Pesan dapat berupa verbal ataupun non-verbal.

4. Media

Media adalah sarana yang digunakan dalam menyalurkan pesan.

5. Feedback

Feedback merupakan pesan balasan yang dikirim oleh penerima kepada sumber. Hal ini harus dilakukan untuk mengklarifikasikan pesan yang telah disampaikan oleh sumber apakah dapat dipahami oleh penerima.

6. Noise


(24)

Gambar 2.2. Proses Komunikasi.16

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Komunikasi Dokter-Pasien 2.2.3.1 Tujuan

Menurut Ong, dalam komunikasi dokter-pasien terdapat tiga tujuan yang berbeda, yaitu:17

1. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik

Terciptanya hubungan yang baik antara dokter-pasien merupakan salah satu syarat untuk melakukan kegiatan medis. Hubungan dokter-pasien yang baik akan berdampak pada kepuasan, pemahaman, dan kepatuhan pasien dalam tatalaksana yang diberikan.

2. Pertukaran komunikasi

Maksud dari pertukaran komunikasi ini adalah dokter mendapatkan informasi dari pasien terkait masalah yang dihadapi pasien sehingga dokter dapat mendiagnosis dengan tepat dan melakukan penatalaksanaan yang sesuai.

3. Pengambilan keputusan medis

Saat ini konsep yang dilakukan untuk pengambilan keputusan bukan


(25)

“patient centered” yang menekankan pentingnya memahami pengalaman pasien

akan penyakit yang dialami serta faktor-saktor sosial dan lingkungan yang berhubungan dengan kondisi pasien.

2.2.3.2 Manfaat

Kemampuan interpersonal dokter sangat penting didalam membentuk hubungan yang kuat dengan pasien. Banyak pasien yang menginginkan hubungan yang kuat dengan dokter layanan primer. Hubungan yang kuat antara dokter-pasien tidak hanya berdampak pada tingkat emosional saja tetapi dapat mempengaruhi kepatuhan pasien terhadap pemulihan yang dilakukan seorang dokter.18

Konsil Kedokteran Indonesia menyatakan bahwa manfaat komunikasi efektif yang terjadi antara dokter-pasien diantaranya adalah:14

1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis

2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-pasien yang baik.

3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.

4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya.

2.2.4 Cara Membangun Komunikasi dengan Pasien

Saat ini, masih banyak perbedaan pendapat tentang bagaimana cara melakukan komunikasi dokter-pasien yang efektif. Namun kemampuan berkomunikasi seseorang itu berbeda antar individu. Pada saat yang sama, banyak organisasi profesional dan akademik sekarang juga didefinisikan sebagai elemen kunci dari keterampilan komunikasi. Dewan Akreditasi untuk Sarjana Pendidikan Kedokteran merekomendasikan bahwa dokter harus kompeten dalam lima keterampilan komunikasi kunci: (1) mendengarkan secara efektif, (2) memunculkan informasi menggunakan keterampilan bertanya efektif; (3) menyediakan informasi dengan menggunakan keterampilan jelas efektif; (4) konseling dan mendidik pasien; dan (5) membuat keputusan berdasarkan informasi pasien dan preferensi.18


(26)

Menurut Jhon M. Traveline, MD dalam penelitiannya tentang komunikasi dokter pasien menjelaskan poin-poin yang harus dimiliki ketika dokter melakukan komunikasi dengan pasien, diantaranya:19

1. Menilai apa yang sudah pasien tahu

Sebelum memberikan informasi, dokter sebaiknya mencari tahu apakah pasiennya sudah mengetahui tentang kondisi yang sedang dialaminya. Hal ini memudahkan seorang dokter untuk mengetahui sejauh mana persepsi yang diketahui oleh pasiennya sehingga nantinya ketika menjelaskan kondisi pasien bisa tepat.

2. Menilai apa yang pasien ingin tahu

Tidak semua pasien dengan diagnosis yang sama ingin detail informasi yang ditawarkan tentang kondisi atau perlakuan mereka disamakan dengan pasien lain. Dengan demikian dokter harus dapat menilai apa yang diinginkan pasien atau memahamkan pasien atau memberikan masukan tentang informasi tambahan yang diinginkan pasien. Di dalam hal ini juga dokter harus memberikan informasi dengan jelas dan dapat dimengerti oleh pasien. Ketika pasien sudah memahami apa yang kita jelaskan maka kita bisa lanjutkan ke informasi selanjutnya namun jika pasien belum memahami apa yang dijelaskan maka kita harus mengulang dari informasi dasar.

3. Empati

Empati merupakan hal dasar yang harus dimiliki seorang dokter. Karena dengan berempati secara tidak langsung dokter dapat mengetahui emosi yang dialami oleh pasien. Selanjutnya dokter sebaiknya tidak meminimalisir atau mengabaikan emosi yang sedang dialami oleh pasien karena dapat berpengaruh kepada tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang dokter berikan.

4. Tenang

Dokter memberikan informasi secara tenang dan memberikan waktu kepada pasien untuk memahami informasi yang baru. Sebuah pengiriman pesan dengan tenang dan jeda yang tepat juga dapat memberikan waktu bagi pendengar untuk merumuskan pertanyaan, yang kemudian dapat digunakan dokter untuk memberikan informasi lebih lanjut yang diinginkan.


(27)

Dalam sebuah studi dikatakan jika dokter terlalu sedikit memberikan waktu untuk pasien berfikir, hal ini dapat menghilangkan kesempatan kepada pasien untuk memahami hal-hal yang penting dalam kondisinya. Dalam situasi klinis yang buruk, ketenangan ketika memberikan informasi dapat membantu keluarga pasien dan pasien untuk sepenuhnya menerima dan memahami informasi yang disampaikan.

5. Buatlah jadi mudah

Dokter harus menghindari pemberian informasi kepada pasien dengan waktu yang lama. Lebih baik dokter memberikannya dengan singkat, jelas, dan sederhana. Dengan begitu pasien dapat memahami informasi yang telah disampaikan oleh dokter. Dokter harus memastikan bahwa informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh pasien.

6. Katakan kebenaran

Dokter harus berkata jujur akan apa yang dialami oleh pasien walaupun itu adalah hal buruk.

7. Memberi harapan

Meskipun menceritakan kebenaran adalah hal utama, namun nilai terapeutik dalam menyampaikan sebuah harapan tidak boleh dianggap remeh, terutama pada pasien dengan riwayat penyakit kronik dan mengalami kegawatdaruratan.

8. Perhatikan tubuh dan wajah pasien

Ketika melakukan komunikasi banyak sekali informasi yang diungkapkan oleh pasien bukan melalui komunikasi verbal namun dalam bentuk komunikasi non verbal.

9. Menyiapkan kondisi ketika terjadi reaksi

Untuk mencari informasi dari pasien bukan hanya dari willingness and ability

namun juga dari reaksi yang terjadi pada pasien ketika berkomunikasi.

2.2.5 Struktur Proses Komunikasi Dokter-pasien

Dalam proses komunikasi dokter-pasien terdapat struktur komunikasi yang terdiri dari menjalin hubungan, proses wawancara, dan struktur wawancara. Ketiga hal tersebut harus berjalan secara pararel agar dapat terbentuk suatu komunikasi dokter pasien yang baik.


(28)

Gambar 2.3 Tahap Komunikasi Dokter-Pasien.9,20

Dari gambar tahapan komunikasi dokter-pasien diatas dapat kita lihat bahwa dalam

melakukan wawancara terdapat 4 tahap yaitu:9 1) Memulai wawancara, 2) Mengumpulkan informasi, 3) Penjelasan dan perencanaan, 4) Menutup wawancara.


(29)

2.3 Sikap

2.3.1 Definisi Sikap

Secara bahasa sikap berasal dari bahasa italia yaitu attidune. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau merasakan jalan fikiran atau perilaku.21 LaPiere mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasi, prediposisi untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial.22

Azwar mendefinisikan sikap dalam 3 golongan pemikiran. Pertama pemikiran menurut ahli psikologi, menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi mperasaan terhadap suatu objek. Reaksi perasaan yang timbul bisa berupa perasaan memihak ataupun tidak memihak pada oibjek. Pemikiran yang kedua menurut Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport, sikap adalah respon tubuh yang dilakukan oleh seseorang ketika mendapatkan suatu stimulus dengan cara-cara tertentu. Pemikiran ketiga berorientasikan pada skema tiadik mengatakan, sikap adalah kumpulan komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.23

Jadi berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah respon tubuh berupa merasakan, memahami dan berperilaku yang timbul akibat hubungan komponen kognitif, afektif dan konotatif terhadap suatu objek.

2.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar, ada 6 faktor yang bisa mempengaruhi sifat yang ditunjukkan pada suatu objek, diantaranya:23 1) Pengalaman pribadi, 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting, 3) Pengaruh kebudayaan, 4) Media massa, 5) Lembaga Pendidikan atau Lembaga Agama, 6) Faktor emosional.

2.4 Mahasiswa Kedokteran

2.4.1 Definisi Mahasiswa Kedokteran tingkat Preklinik dan Mahasiswa tingkat Klinik

Mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) adalah sesorang yang belajar di perguruan tinggi. Adapun mahasiswa kedokteran adalah seseorang mahasiswa yang mengikuti pendidikan kedokteran.1 Mahasiswa Kedokteran tingkat preklinik adalah mahasiswa kedokteran yang mempelajari ilmu-ilmu kedokteran dasar di suatu perguruan tinggi.15 Sedangkan mahasisiwa kedokteran tingkat klinik atau biasa


(30)

disebut dengan mahasiswa Co ass adalah mahasiswa yang menerapkan ilmu-ilmu yang didapatkan saat masa preklinik di suatu rumah sakit.

2.5 Hubungan Tingkat Mahasiswa Kedokteran dengan Persepsi Keterampilan Interpersonal

Dengan bertambahnya tingkat seorang pendidikan seorang mahasiswa kedokteran dari tingkat preklinik ke tingkat klinik maka pengalaman dan ilmu yang didapatkan akan berbeda. Hal ini dapat berpengaruh pada persepsi seorang mahasiswa mengenai keterampilan interpersonal dokter pasien.

Menurut Edelmen dalam penelitiannya mengenai komunikasi kesehatan, ada empat faktor yang mempengaruhi suatu komunikasi antara dokter dan pasien yaitu:2 a) Karakter seorang dokter, b) Karakter pasien, c) Perbedaan kelas sosial dan pendidikan sikap, keyakinan dan harapan antara kedua belah pihak, d) Situasi lingkungan yang dihadapi (banyaknya pasien, tingkat kenalan, dan sifat masalah yang di ajukan).


(31)

2.7 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

Keterangan :

Berdasarkan Kerangka konsep diatas dapat diketahui keterampilan interpersonal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor tingkat pendidikan, pengalaman yang didapat, kebudayaan, media massa, faktor emosional, lembaga pendidikan atau lembaga agama. Pada penelitian ini memilih faktor tingkat pendidikan dan pengalaman yang didapat dengan keterampilan interpersonal sebagai faktor yang diteliti.


(32)

2.8 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala

Peng ukuran Sikap Sikap adalah pikiran dan

perasaan yang mendorong individu bertingkah laku ketika individu menyukai

atau tidak menyukai sesuatu.

Menyebarkan dan mengumpulkankembali

kuesioner

Nominal (ya,tidak)

Perilaku Perilaku adalah komponen dari sikap

Nominal (ya,tidak)

Usia Usia responden ketika mengisi kusioner

Sesuai seperti yang dituliskan pada data kuesioner

1.17-20 tahun 2.21-23 tahun 3.24-26 tahun

Ordinal

Jenis kelamin

Jeis kelamin responden yang ditentukan pada saat

kelahiran

Sesuai pada data kuesioner 1. Laki-laki

2. Perempuan


(33)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan baik berupa faktor resiko maupun efek atau hasil.24 Desain atau rancangan yang digunakan adalah

cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati atau mengukur suatu obyek pada waktu yang bersamaan dan sekali waktu.25

Data yang digunakan merupakan data primer menggunakan kuesioner yang diisi oleh subjek penelitian. Data tersebut akan dianalisis untuk mengetahui adanya perbandingan persepsi antara mahasiswa Progran Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Tingkat preklinik dan klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter- pasien.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Januari-Oktober 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang akan diteliti.25 Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa PSPD Preklinik dan Klinik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(34)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sekelompok obyek yang akan di ambil dari keseluruhan objek yang diteliti, yang dianggap mewakili seluruh populasi.25

Sampel penelitin ini adalah mahasiswa PSPD Preklinik dan Klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dipilih menggunakan cara consecutive sampling.

3.3.3 Cara Pemilihan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah penelitian analitik tidak berpasangan, yaitu sebagai berikut: 25

N1 = N2 =

(��√

+��√

+

)

Keterangan :

N1=N2 : Jumlah sampel penelitian

Zα : derivat baku alpha (menggunakan 95% = 1,96)

Zβ : derivat baku beta (menggunakan 5%= 0,842) P : proporsi total

P1 : proporsi pada beresiko atau kasus

P2 : proporsi pada kelompok tidak terpajan/control, 50%

Q : 1-P

Q1 : 1-P1

Q2 : 1-P2

P1-P2 : perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan α 0,2


(35)

Perhitungan persamaan : Diketahui :

A. P1 - P2 = 0,2 B. P2 = 0,5 C. Zα = 1,96 D. Zβ = 0,84

1. P1 - P2 = 0,2 P1 = P2 + 0,2 P1 = 0,5 + 0,2 P1 = 0,7

2. P = P = P = 0,6

3. Q = 1 – P Q = 1 – 0,6 Q = 0,4

4. Q1 = 1 – P1 Q1 = 1 – 0,7

Q1 = 0,3

5. Q2 = 1 – P2 Q2 = 1 – 0,5

Q2 = 0,5

Perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut :

N1 = N2 =

, √

,

, + , √ ,

, + ,

,

2

, − ,

2

= Jadi, besar jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebesar 93 orang.

3.3.4 Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

 Subjek merupakan mahasiswa PSPD Tingkat Preklinik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Subjek merupakan mahasiswa PSPD Tingkat Klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Kriteria Eksklusi


(36)

3.4 Langkah Kerja Penelitian

3.5 Manajemen Data 3.5.1. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel dependen yang kemudian diolah menggunakan SPSS untuk mengetahui perbedaan persepsi

antara variabel independen dan dependen.

a. Variabel independen

Tahap pendidikan mahasiswa yaitu tahap preklinik dan klinik Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Variabel dependen

Persepsi mahasiswa terhadan keterampilan komunikasi interpersonal dokter- pasien.

3.5.2 Instrumen Penelitian.

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang merupakan modifikasi dari kuosioner penelitian yang disusun oleh dokter Fika Ekayanti yang terdiri dari 11 pertanyaan mengenai sikap perilaku dokter terhadap pasiennya saat melakukan komunikasi

dokter-pasien dan dijawab menggunakan pilihan “Ya” atau “Tidak”. 3.5.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan cara penyebaran kuosioner kepada mahasiswa PSPD preklinik dan klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Persiapan penelitian

Menentukan tempat pelaksanaan

penelitian

Meminta data responden dari administrasi PSPD

UIN Jakarta

Pemilihan subjek dengan cara consecuive sampling

Menentukan subjek yang memenuhi syarat Inklusi dan

eksklusi Pengisian kuisioner

Analisis data Penarikan


(37)

3.5.4 Pengolahan danPenyajian data

Semua data dari kuosioner yang diberikan kepada subjek akan dikumpulkan dan diolah menggunakan SPSS 22 for windows. Langkah pengolahan dimulai dengan editing,

coding, memasukkan data, dan dilanjutkan dengan penyajian data. Selanjutnya akan dilakukan analisis univariat untuk melihat karakteristik subjek penelitian dan dilakukan analisis bivariat untuk melakukan analisis mengenai perbandingan presepsi komunikasi interpersonal dokter-pasien antara mahasiswa PSPD prelinik dan klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.5.5 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dalam pengolahan data yang telah diambil.

3.6 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan persetujuan dari Institusi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengajukan permohonan malakukan kegiatan penelitian kepada mahasiswa PSPD preklinik dan klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setelah mendapatkan persetujuan melakukan penelitian, maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan mempertimbangkan masalah etika yang meliputi:

1. Informed Consent

Sebelum melakukan penelitian, pihak responden diberi surat persetujuan untuk menjadi responden dengan tujuan agar subyek penelitian mengerti maksud dan tujuan penelitian. Responden yang bersedia maka harus menandatangani surat persetujuan dan responden yang tidak bersedia maka tidak dilibatkan dalam penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Menjelaskan kepada responden bahwa saat dilakukan proses penelitian menggunakan alat penelitian berupa kuisioner, responden tidak perlu mencantumkan nama pada alat (kuesioner) tersebut dan hanya menuliskan pendapat responden.


(38)

3. Confidentiality

Peneliti menjelaskan masalah-masalah responden yang akan terjadi ketika proses

penelitian dan harus dirahasiakan. Kerahasiaan informasi yang telah diteliti dipastikan kerahasiaannya oleh peneliti, hanya sebagian dari data tertetu yang


(39)

25

HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer di kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, di tempat belajar mahasiswa atau tempat

lain yang telah disetujui sebelumnya, dan juga melalui e-mail maupun formulir dari google document pada bulan Januari sampai Oktober 2015. Penelitian dilakukan

dengan metode Consecutive Sampling. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, terkumpul sebanyak 186 kuesioner, terdiri dari 93 mahasiswa tingkat preklinik dan 93 mahasiswa tingkat klinik.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data seimbang antara kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tempat dokter muda Fakultas mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter tingkat klinik yang sebelumnya telah menyesuaikan jadwal dengan mahasiswa yang bersangkutan, selain itu pengambilan data juga dilakukan di rumah atau tempat menginap mahasiswa.

4.1.2 Data Hasil Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan data dari 186 responden, terdiri dari 93 mahasiswa tingkat preklinik dan 93 mahasiswa tingkat klinik.


(40)

Table 4.2 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap kemampuan dokter untuk menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien.

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Preklinik

76 40,9 17 9,1

0,085 Mahasiswa

Klinik

85 45,7 8 4,3

Total 161 86,6 25 13,4

Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa 45,7% mahasiswa klinik menyatakan bahwa seorang dokter harus mampu menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang harus dilakukan pasien dan terdapat 40,9 Mahasiswa preklinik menyatakan pendapat yang sama. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi mahsiswa preklinik dan mahasiswa klinik. Setelah dilakukan analisis menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy sebesar 0,085. Karena nilai p>0,05 maka dinyatakan

tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik terhadap kemampuan dokter menjelaskan pengobatan yang harus

dilakukan oleh pasien secara gamblang.

Tabel 4.3 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap apresiasi seorang dokter atas tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien sebelumnya.

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Preklinik

74 39,8 19 10,2

0,037 Mahasiswa

Klinik

85 45,7 8 4,3


(41)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 45,7% mahasiswa klinik berpendapat bahwa seorang dokter harus mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien sebelumnya, sedangkan jumlah mahasiswa preklinik hal yang sama lebih rendah yaitu sebanyak 39,8% dari total responden mahasiswa klinik. Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa klinik dan mahasiswa preklinik terhadap apresiasi seorang dokter ats tindakan dan pengobatan yang pernah pasien lakukan sebelumnya. Setelah dikakuan analysis Chi-square test didapatkan nilai

significancy 0,037. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan

bermakna antara persepsi mahasiswa klinik dan mahasiswa preklinik terhadap apresiasi seorang dokter atas tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan

oleh pasien sebelumnya.

Tabel 4.4 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasiennya

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Preklinik

74 39,8 19 10,2

0,020 Mahasiswa

Klinik

86 46,2 7 3,8

Total 160 86 26 14

Tabel 4.4 Menunjukkan 39,8 % mahasiswa preklinik berpendapat bahwa selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasiennya, angka

ini lebih rendah dari persepsi yang ada di mahasiswa klinik yaitu sebanyak 46,2% responden mahasiswa klinik yang berpendapat sama. Setelah dilakukan uji analisis

Chi-Square test di dapatkan nilai significancy 0,020. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa preklinik dan klinik terhadap ketenangan dokter selama pemeriksaan dapat mempengaruhi ketenangan pasiennya.


(42)

Tabel 4.5 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap dokter harus memperhatikan pasien saat pasien berbicara

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Preklinik

81 43,5 12 6,5

0,833 Mahasiswa

Klinik

79 42,5 14 7,5

Total 160 86,0 26 14,0

Tabel 4.5 menunjukkan 48,4% mahasiswa klinik menyatakan bahwa seorang dokter harus memperhatikan pasien saat pasien berbicara namun angka ini berbeda tipis dengan persepsi yang terjadi pada mahasiswa preklinik yakni sebanyak 47,8%

mengenai hal yang serupa. Namun setelah dilakukan analisis menggunakan

Chi-Square test didapatkan nilai significancy 0,833. Karena nilai p>0,005 maka dinyatakan meskipun terdapat perbedaan persepsi namun perbedaan tersebut tidak bermakna antara mahasiswa klinik dan preklinik terhadap perhatian dokter saat pasien berbicara.

Tabel 4.6 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap suara dokter harus terdengar oleh pasien saat menjelaskan diagnosis pasien

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Preklinik

81 43,5 12 6,5

0,677 Mahasiswa

Klinik

78 41,9 15 8,1


(43)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 43,5% mahasiswa preklinik menyatakan seorang dokter ketika menjelaskan diagnosis penyakit pasien suaranya dapat

terdengar oleh pasien, hampir sama sengan pendapat mahasiswa klinik sebanyak 41,9

yang menyatakan hal serupa. Setelah dilakukan analisi menggunakan Chi-Square test

didapatkan nilai significancy sebesar 0,677. Karena nilai p>0,005 maka dinyatakan

tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik bahwa ketika menjelaskan diagnosis penyakit pasien suara dokter

dapat terdengar oleh pasien.

Tabel 4.7 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter juga menanyakan tempat tinnggal pasiennya

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Preklinik

87 46,8 6 3,2

0,215 Mahasiswa

Klinik

81 43,5 12 6,5

Total 168 90,3 18 9,7

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 46,8% mahsiswa preklinik menyatakan seorang dokter juga menanyakan tempat tinnggal pasiennya sedangkan 43,5% mahasiswa klinik yang sependapat dengan hal tersebut. Setelah dilakukan analisi menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy sebesar 0,215. Karena nilai p>0,005 maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik mengenai dokter menanyakan daerah tempat tinggal pasien.


(44)

Tabel 4.8 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus mengingat nama pasien dengan baik

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Preklinik

54 29,0 39 21,0

0,452 Mahasiswa

Klinik

60 32,3 33 17,7

Total 114 61,3 72 38,7

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 29,0% mahasiswa klinik menyatakan bahwa

seorang dokter harus mengingat nama pasien dengan baik sedangkan jumlah mahsiswa klinik yang menyatakan hal serupa lebih banyak, sebesar 32,3 mahsiswa preklinik menyatakan pendapat yang sama. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara kedua persepsi mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik. Setelah dilakukan analisi menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy sebesar 0,452. Karena nilai p>0,05 maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik terhadap kemampuan dokter mengingat nama pasien dengan baik.

Tabel 4.9 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap pasien harus mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita dari seorang dokter

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Preklinik

79 42,5 14 7,5

0,842 Mahasiswa

Klinik

77 41,4 16 8,6


(45)

Table 4.9 menunjukkan 42,5% mahasiswa preklinik menyatakan bahwa pasien harus mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita dari seorang dokter namun angka ini berbeda tipis dengan persepsi yang terjaadi pada mahasiswa klinik yakni sebanyak 41,4% mengenai hal yang serupa. Setelah dilakukan

analisis menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy 0,842. Karena nilai p>0,05 maka dinyatakan tidak bermakna meskipun terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa klinik dan preklinik terhadap pernyataan pasien harus mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita dari seorang dokter.

Table 4.10 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus menyapa da n mamanggil nama pasien

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Preklinik

65 34,9 28 15,1

0,037 Mahasiswa

Klinik

78 41,9 15 8,1

Total 143 76,9 43 23,1

Table 4.10 menunjukkan 34,8 % mahasiswa preklinik berpendapat seorang dokter harus menyapa dan mamanggil nama pasien, angka ini lebih rendah dari persepsi yang ada di mahasiswa klinik yaitu sebanyak 41,9% responden mahasiswa klinik yang berpendapat sama. Setelah dilakukan uji analisis Chi-Square didapatkan nilai significancy 0,037. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa preklinik dan klinik terhadap perilaku dan sikap dokter menyapa dan memanggil nama pasien.


(46)

Table 4.11 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter menjelaskan penyakit yang dialami oleh pasien dari awal sampai tuntas.

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Preklinik

71 38,2 22 11,8

0,861 Mahasiswa

Klinik

73 39,2 20 10,8

Total 144 77,4 42 22,6

Table 4.11 menunjukkan bahwa 38,2% mahsiswa preklinik menyatakan seorang dokter menjelaskan penyakit yang dialami oleh pasien dari awal sampai

tuntas, hampir sama sengan pendapat mahasiswa klinik sebanyak 39,2% yang menyatakan hal serupa. Setelah dilakukan analisi menggunakan Chi-Square test

didapatkan nilai significancy sebesar 0,861. Karena nilai p>0,05 maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik bahwa ketika menjelaskan diagnosis penyakit pasien suara dokter

dapat terdengar oleh pasien.

Table 4.12 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya.

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa Prek linik

16 8,6 77 41,4

0,012 Mahasiswa Klin

ik

32 17,2 61 32,8


(47)

Table 4.12 menunjukkan 41,4 % mahasiswa preklinik tidak setuju jika seorang dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya, angka ini lebih tinggi dari persepsi yang ada di mahasiswa klinik yaitu sebanyak 32,8% responden mahasiswa klinik yang berpendapat sama. Setelah dilakukan uji analisis Chi-Square didapatkan nilai significancy 0,012. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa preklinik dan klinik terhadap sikap dan perilaku seorang dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya.


(48)

4.2 Pembahasan

Keterampilan komunikasi interpersonal merupakan bagian penting yang dibutuhkan seseorang untuk membangun hubungan dengan orang lain. Di lingkungan kedokteran, komunikasi interpersonal merupakan komponen yang penting bagi seorang dokter ketika berhubungan dengan pasiennya. Komunikasi interpersonal yang baik dengan pasien dapat memberikan rasa puas seorang pasien terhadap sikap dan perilaku yang dilakukan oleh dokter dan pasien tidak akan menuntut dokter meskipun tindakan yang dilakukan oleh dokter mempunyai unsur pelanggaran disiplin dalam terapinya.3

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Klein, DeRouin dan Salas ditemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang adalah pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Begitu juga dengan pendapat yang diungkapkan oleh Azwar (2007) bahwa pengalaman dapat mempengaruhi sikap seseorang untuk mengenali objek.23

Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada beberapa keterampilan interpersonal dokter yang menunjukkan perbedaan persepsi menurut tingkat pendidikan mahasiswa. Keterampilan ini diantaranya.

1. Dokter mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jhon M. Traveline, MD et al bahwa salah satu point yang harus dilakukan oleh dokter ketika melakukan komunikasi efektif dengan pasien adalah menilai apa yang sudah pasien tahu.19 Dengan melakukan penilaian ini seorang dokter dapat mengetahui tatalaksana yang akan dilakukan kepada pasien selanjutnya. Karena ketika dokter menyapaikan informasi dengan tenang kepada pasien maka pasien dapat menerima dan mamahami informasi yang disampaikan. 2. Selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasien,

Jhon M. Traveline, MD et al mengungkapkan bahwa selain menilai apa yang sudah pasien tahu, ketenangan dokter saat berhadapan dengan pasien juga dapat memepengaruhi komunikasi yang efektif.19 hal ini juga bersangkutan dengan salah satu Five Stars doctor yakni profesionalisme. Ketika dokter terlihat tenang di depan pasien, maka pasien akan merasa bahwa dokter yang menangani kondisi saat ini adalah dokter yang benar-benar berkompeten dan hal ini akan berpengaruh terhadap kepercayaan pasien kepada dokter.


(49)

3. Dokter harus menyapa dengan memanggil nama pasien, menurut sistem kekerabatan yang di ungkapkan oleh Emalia Irigilati pada penelitiannya menunjukkan bahwa untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang penting untuk menggunakan dalam bentuk kata ganti orang kedua. Kata ganti yang sering digunakan adalah sebagai berikut: Bapak, Ibu, Mas, Mbak, Dik, dan Adek.27 Ketika dokter memanggil pasien dengan namanya maka pasien menganggap bahwa dokter tersebut sangat memperhatikan kondisi pasien dan merasa bahwa yang ingin sembuh bukan hanya pasien saja namun juga dokternya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam penatalaksanaan yang dilakukan.

4. Seorang dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya. Pernyataan ini sangat berbeda dengan penelitian yang dilakuakn oleh Mayo Clinic. Di dalam penelitiannya disebutkan salah satu kebiasaan ideal yang diharapkan oleh pasien adalah terus terang terhadap apa yang terjadi pada pasien walaupun itu adalah kondisi yang buruk.18 Hal ini dapat merugikan kedua belah pihak baik dokter maupun pasien. Penyampaian kebenaran penyakit yang dialami pasien dapat membantu dokter dalam hal kepatuhan pasien untuk mengikuti tatalaksana yang diberikan. Selain itu juga hal ini dapat menghindarkan tuntutan pasien kepada dokter dalam penatalaksanaan yang dilakukan.

Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi interpersonal dokter harus ditekankan lebih kepada mahasiswa kedokteran agar dimasa depan dapat terbentuk dokter yang baik.

4.3 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya dilakukan disatu tempat saja yaitu PSPD UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta, Sehingga tidak bisa mengukur faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi keterampilan komunikasi interpersonal dokter pasien menurut mahasiswa.

4.4 Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pandangan mahasiswa terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter-pasien yang baik. Karena di lingkungan medis para peneliti lebih sering meneliti keterampilan komunikasi interpersonal dokter pasien menurut pasien dari pada menurut mahasiswa.


(50)

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Terdapat persepsi yang bermakna pada 3 sikap dan perilaku ideal seorang dokter dalam komunikasi interpersonal dokter-pasien menurut mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik yaitu apresiasi seorang dokter atas tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien sebelumnya, selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasiennya, terhadap seorang dokter harus menyapa dan mamanggil nama pasien, dan sikap seorang dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya.

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna pada sikap dan perilaku dokter berikut ini: kemampuan dokter untuk menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien, dokter harus memperhatikan pasien saat pasien berbicara, suara dokter harus terdengar oleh pasien saat menjelaskan diagnosis, dokter menanyakan tempat tinggal pasien, dokter harus mengingat nama pasien dengan baik, dokter mejelaskan dengan lengkap penyakit yang diderita oleh pasien, dan dokter menjelaskan tentang penyakit pasien dari awal sampai tuntas

5.2 Saran

1. Bagi penelitian berikutnya

Melakukan penelitian mengenai keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien yang baik bukan hanya dalam satu lingkungan agar tergambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan tersebut.


(51)

37

DAFTAR PUSTAKA

1. http://Kbbi.web.id/komunikasi

2. Arianto. Komunikasi Kesehatan: Komunikasi Antara Dokter dan Pasien. Palu: Jurnal Ilmu Komunikasi. 2013; Vol 03, No.02. Diunduh dari:

http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/42/36

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Artikel; Dugaan Pelanggaran Disiplin Terbanyak Akibat Kurangnya Komunikasi Dokter-pasien. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI. 2011. Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/article/print/1519/dugaan-pelanggaran-disiplin-terbanyak-akibat-kurangnya-komunikasi-dokter-dan-pasien.html

4. Shepherd T. Braham J. Carol E. Listening and Inerpersnal Skills Review. 2010 diunduh dari

http://archive.learnhigher.ac.uk/resources/files/LIPS/literature_review.pdf

5. Lestari, Riri A K. Interpersonal Skill. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2007.

6. W. Johson. Reaching out: interpersonal effectiveness and self-actualization. Englewood Cliffs, (N.J: Prentice-Hall, 1972). hal.54

7. CR, McConnel. Interpersonal Skills: What They Are, How to Improve Them, and How to Apply Them.2004; Apr-Jun;23(2):177-187

Diunduh dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15192999

8. National Research Council. Assessing 21st Century Skills: Summary of a Workshop.

J.A. Koenig, Rapporteur. Committee on the Assessment of 21st Century Skills. Board on Testing and Assessment, Division of Behavioral and Social Sciences and Education. Washington, DC: The National Academies Press. 2011

9. Zakiroh, A. Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Komunikasi Dokter-Pasien Di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan. (Skripsi belum dipublikasikan). UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2014.

10. Barakat N G. Interpersonal Skill. Hillingdon Hospital, Department of neurology, Pield Heath Road, Uxbridge UB8 3NN, UK. 2011.


(52)

11. Cristine NV. An Interpersonal Sklills Learning Taxonomy For Program Evaluation Instructors.Universitas of North Florida.JPAE 18(4), 739-756

Diunduh dari

http://www.naspaa.org/JPAEMessenger/Article/VOL18-4/08_Christie.pdf

12. Glaser, S.R. (1983) Interpersonal Communication Instruction: A behavioral competency approach. Communication Education, 32, 221-225

13. Miftah M. Komuikasi Efektif dalam Pembelajaran. Semarang.Depdiknas.2012 Diunduh dari:

http://web.unair.ac.id/admin/file/f_35969_komunikasi-2012.pdf

14. Konsil Kedokteran Indonesia. Standart Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2012.

15. J Bardley.MD Benson, Domain of Competence: Interpersonal and Communication Sklills. University of Mennisota Medical School, Minneapolis, Min. ACADEMIC PEDIATRICS. Volume14, Nmber 2 March-April 2014

16. Hartley, Peter. Interpersonal Communication. London and New York. International Thomson Publishing company.1993.

17. Ong,L.M., de Haes, J.C Hooos, A.M. and Lammes F.B. (1995). Doctor-patien communication: A review of literatory. Social science and medicine.

18. BENDAPUDI NEELI M.BERRY LEONARD L. FREY KEITH A. Et al. Patiens’

Perspectives on Ideal Physician Beheviors. Mayo Clinic Proceendings. March 2006;81(3):338-344

19. Traveline John M. Ruchinskas Robert. D’Alonzo Gilbert E. Jr. Patient-physician Communication: Why and How. Philadelphia. JAOA.2005

20. Silverman J, Kurtz S M, Draper J, Kurtz S M. Skills for Communicating with Patients. 2nd ed. Oxford, UK: Radcliffe Pub; 2005.

21. Ramdani, Neila. Sikap dan Beberapa Desinisi untuk Memahaminya. Diunduh dari

http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/upload/2008/03/definisi.pdf

22. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19289/4/Chapter%2011.pdf

23. Azwar,S,2009, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya.Jakarta: Pustaka Pelajar. 24. Dahlan, Sopiyudin M. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang


(53)

25. Sastroasmoro S, Ismail S. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: CV Sagung Seto 2010

26. Hastono, Priyo S. Analisa Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007.

27. Irigilati, Emalia.2012. Doctor-patient Communication and Preserred Term of Adress:Respect and Kindship System.Malang. Departemen Bahasa Inggris, Universitas Negeri Malang.


(54)

40


(55)

(56)

Lampiran 3 uji validitas dari 12 responden validitas.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

A1 18.17 9.788 .000 .853

A2 18.17 9.788 .000 .853

A3 18.17 9.788 .000 .853

A4 18.33 9.515 .050 .864

A5 18.25 8.205 .907 .826

A6 18.17 9.788 .000 .853

A7 18.67 10.424 -.270 .893

A8 18.25 8.205 .907 .826

A9 18.25 8.205 .907 .826

A10 18.25 8.205 .907 .826

A11 18.25 8.205 .907 .826

A12 19.00 9.273 .153 .860

A13 18.17 9.788 .000 .853

A14 18.25 9.841 -.075 .863

A15 18.25 8.205 .907 .826

A16 18.42 8.265 .507 .843

A17 18.25 8.205 .907 .826

A18 18.17 9.788 .000 .853

A19 18.25 8.205 .907 .826

A20 18.33 7.879 .804 .826

A21 18.17 9.788 .000 .853


(57)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

A1 18.17 9.788 .000 .853

A2 18.17 9.788 .000 .853

A3 18.17 9.788 .000 .853

A4 18.33 9.515 .050 .864

A5 18.25 8.205 .907 .826

A6 18.17 9.788 .000 .853

A7 18.67 10.424 -.270 .893

A8 18.25 8.205 .907 .826

A9 18.25 8.205 .907 .826

A10 18.25 8.205 .907 .826

A11 18.25 8.205 .907 .826

A12 19.00 9.273 .153 .860

A13 18.17 9.788 .000 .853

A14 18.25 9.841 -.075 .863

A15 18.25 8.205 .907 .826

A16 18.42 8.265 .507 .843

A17 18.25 8.205 .907 .826

A18 18.17 9.788 .000 .853

A19 18.25 8.205 .907 .826

A20 18.33 7.879 .804 .826


(58)

Variabel R Hitung R Tabel Keterangan

A1 0 0,576 Tidak Valid

A2 0 0,576 Tidak Valid

A3 0 0,576 Tidak Valid

A4 0,174 0,576 Tidak Valid

A5 0,923 0,576 Valid

A6 0 0,576 Tidak Valid

A7 0,111 0,576 Tidak Valid

A8 0,923 0,576 Valid

A9 0,923 0,576 Valid

A10 0,923 0,576 Valid

A11 0,923 0,576 Valid

A12 0,274 0,576 Tidak Valid

A13 0 0,576 Tidak Valid

A14 0,017 0,576 Tidak Valid

A15 0,923 0,576 Valid

A16 0,610 0,576 Valid

A17 0,923 0,576 Valid

A18 0 0,576 Tidak Valid

A19 0,923 0,576 Valid

A20 0,846 0,576 Valid

A21 0 0,576 Tidak Valid


(59)

Uji Reabilitas. Dari 11 Pertanaan Yang Valid

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.969 11

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

A8 8.83 8.152 .974 .962

A9 8.83 8.152 .974 .962

A10 8.83 8.152 .974 .962

A11 8.83 8.152 .974 .962

A15 8.83 8.152 .974 .962

A16 9.00 8.182 .562 .979

A17 8.83 8.152 .974 .962

A19 8.83 8.152 .974 .962

A20 8.92 8.083 .726 .971

A22 8.92 8.265 .636 .974


(60)

Uji Reabilitas.

variabel

cronbach's

alpha reabililty

A5 0,962 R

A8 0,962 R

A9 0,962 R

A10 0,962 R

A11 0,962 R

A15 0,962 R

A16 0,979 R

A17 0,962 R

A19 0,962 R

A20 0,971 R

A22 0,974 R

reability statistics

N=11

cronbach alpha 0, 969. >0,60

Tabel Kriteria Reabilitas

Nilai Kriteria

-1.00 – 0,20 Sangat rendah

0.21- 0.04 Rendah

0.41- 0.70 Cukup

0,71-0,90 Tinggi


(61)

Lampiran 4

Jenis kelamin * Tingkat mahasiswa

Crosstab

Tingkatmahasiswa

Total preklinik Klinik

jeniskelamin laki-laki Count 48 47 95

% within jeniskelamin 50,5% 49,5% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 51,6% 50,5% 51,1%

% of Total 25,8% 25,3% 51,1%

perempuan Count 45 46 91

% within jeniskelamin 49,5% 50,5% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 48,4% 49,5% 48,9%

% of Total 24,2% 24,7% 48,9%

Total Count 93 93 186

% within jeniskelamin 50,0% 50,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Usia * Tingkat mahasiswa

Crosstab

tingkatmahasiswa

Total Preklinik klinik

Usia 17-20 tahun Count 73 0 73

% within usia 100,0% 0,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 78,5% 0,0% 39,2%

% of Total 39,2% 0,0% 39,2%

21-23 tahun Count 20 84 104

% within usia 19,2% 80,8% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 21,5% 90,3% 55,9%

% of Total 10,8% 45,2% 55,9%

24-26 tahun Count 0 9 9

% within usia 0,0% 100,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 0,0% 9,7% 4,8%

% of Total 0,0% 4,8% 4,8%

Total Count 93 93 186

% within usia 50,0% 50,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 100,0% 100,0% 100,0%


(62)

Q5 * Tingkat mahasiswa Crosstabulation

Tingkatmahasiswa

Total preklinik klinik

q1 tidak Count 17 8 25

% within q1 68,0% 32,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 18,3% 8,6% 13,4%

% of Total 9,1% 4,3% 13,4%

ya Count 76 85 161

% within q1 47,2% 52,8% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 81,7% 91,4% 86,6%

% of Total 40,9% 45,7% 86,6%

Total Count 93 93 186

% within q1 50,0% 50,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3,743a 1 ,053

Continuity Correctionb 2,958 1 ,085

Likelihood Ratio 3,817 1 ,051

Fisher's Exact Test ,084 ,042

Linear-by-Linear Association 3,723 1 ,054

N of Valid Cases 186

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,50. b. Computed only for a 2x2 table


(63)

Q8 * Tingkat mahasiswa Crosstabulation

tingkatmahasiswa

Total preklinik klinik

q2 tidak Count 19 8 27

% within q2 70,4% 29,6% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 20,4% 8,6% 14,5%

% of Total 10,2% 4,3% 14,5%

ya Count 74 85 159

% within q2 46,5% 53,5% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 79,6% 91,4% 85,5%

% of Total 39,8% 45,7% 85,5%

Total Count 93 93 186

% within q2 50,0% 50,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5,242a 1 ,022

Continuity Correctionb 4,333 1 ,037

Likelihood Ratio 5,376 1 ,020

Fisher's Exact Test ,036 ,018

Linear-by-Linear Association 5,214 1 ,022

N of Valid Cases 186

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,50. b. Computed only for a 2x2 table


(1)

q7 tidak Count 39 33 72

% within q7 54,2% 45,8% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 41,9% 35,5% 38,7%

% of Total 21,0% 17,7% 38,7%

ya Count 54 60 114

% within q7 47,4% 52,6% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 58,1% 64,5% 61,3%

% of Total 29,0% 32,3% 61,3%

Total Count 93 93 186

% within q7 50,0% 50,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,816a 1 ,366

Continuity Correctionb ,567 1 ,452

Likelihood Ratio ,817 1 ,366

Fisher's Exact Test ,452 ,226

Linear-by-Linear Association ,811 1 ,368

N of Valid Cases 186

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 36,00. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Q17 * Tingkat mahasiswa Crosstabulation

tingkatmahasiswa

Total preklinik klinik

q8 tidak Count 14 16 30

% within q8 46,7% 53,3% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 15,1% 17,2% 16,1%

% of Total 7,5% 8,6% 16,1%

ya Count 79 77 156

% within q8 50,6% 49,4% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 84,9% 82,8% 83,9%

% of Total 42,5% 41,4% 83,9%

Total Count 93 93 186

% within q8 50,0% 50,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,159a 1 ,690

Continuity Correctionb ,040 1 ,842

Likelihood Ratio ,159 1 ,690

Fisher's Exact Test ,842 ,421

Linear-by-Linear Association ,158 1 ,691

N of Valid Cases 186

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,00. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

q9 tidak Count 28 15 43

% within q9 65,1% 34,9% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 30,1% 16,1% 23,1%

% of Total 15,1% 8,1% 23,1%

ya Count 65 78 143

% within q9 45,5% 54,5% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 69,9% 83,9% 76,9%

% of Total 34,9% 41,9% 76,9%

Total Count 93 93 186

% within q9 50,0% 50,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5,112a 1 ,024

Continuity Correctionb 4,356 1 ,037

Likelihood Ratio 5,176 1 ,023

Fisher's Exact Test ,036 ,018

Linear-by-Linear Association 5,085 1 ,024

N of Valid Cases 186

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,50. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Q20 * Tingkat mahasiswa Crosstabulation

tingkatmahasiswa

Total preklinik klinik

q10 tidak Count 22 20 42

% within q10 52,4% 47,6% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 23,7% 21,5% 22,6%

% of Total 11,8% 10,8% 22,6%

ya Count 71 73 144

% within q10 49,3% 50,7% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 76,3% 78,5% 77,4%

% of Total 38,2% 39,2% 77,4%

Total Count 93 93 186

% within q10 50,0% 50,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,123a 1 ,726

Continuity Correctionb ,031 1 ,861

Likelihood Ratio ,123 1 ,726

Fisher's Exact Test ,861 ,430

Linear-by-Linear Association ,122 1 ,726

N of Valid Cases 186

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,00. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

q11 tidak Count 77 61 138

% within q11 55,8% 44,2% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 82,8% 65,6% 74,2%

% of Total 41,4% 32,8% 74,2%

ya Count 16 32 48

% within q11 33,3% 66,7% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 17,2% 34,4% 25,8%

% of Total 8,6% 17,2% 25,8%

Total Count 93 93 186

% within q11 50,0% 50,0% 100,0%

% within tingkatmahasiswa 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7,188a 1 ,007

Continuity Correctionb 6,318 1 ,012

Likelihood Ratio 7,296 1 ,007

Fisher's Exact Test ,011 ,006

Linear-by-Linear Association 7,150 1 ,007

N of Valid Cases 186

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,00. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

Riwayat Penulis

1.

Identitas

Nama

: Azwar Lazuardi

Jenis kelamin

: Laki-Laki

Tepat, tanggal lahir

: Sidoarjo, 08 Desember 1993

Agama

: Islam

Alamat

: RT/RW 004/002 Ds. Plumbungan, Kec. Sukodono,

Kab. Sidoarjo

e-mail

:

azlazw4@gmail.com

2.

Riwayat pendidikan

1999-2000

: Tk Al-Hidayah

2000-2006

: MI Al-Hidayah

2006-2007

: MTs AL

Fatah

2007-2009

: MTs Al-Hidayah

2009-2012

: MBI Amanatul Ummah

2012- sekarang

: Program Studi Pendidikan Dokter


Dokumen yang terkait

Perbedaan Derajat Depresi antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan Klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

2 11 60

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam komunikasi dokter-pasien di klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan

0 3 89

Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Komunikasi Dokter-Pasien di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan

0 6 89

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Pustakawan akademik dan feasilibitas pengembangan insitutional repository (studi kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 16 14

Pustakawan Akademik dan Feasilibitas Pengembangan Insitutional Repository (Studi Kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 11 17

Pemetaan Kajian Tafsir Al-Qur’an pada Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Analisis Sitiran Pengarang yang Disitir Disertasi Mahasiswa Tahun 2005-2010

0 5 55

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0